Dalam beberapa tahun terakhir, sepeda listrik semakin populer di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Selain dinilai praktis dan ekonomis untuk mobilitas harian, sepeda listrik juga sering dipromosikan sebagai solusi transportasi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Namun, benarkah sepeda listrik benar-benar lebih ramah lingkungan? Mari simak artikel berikut.
Baca Juga: Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan?
Table of Contents
ToggleEmisi Karbon Sepeda Listrik
Berbicara mengenai lingkungan, aspek yang tidak akan luput dari perhatian adalah mengenai jejak emisi karbon. Salah satu alasan utama mengapa sepeda listrik dianggap lebih ramah lingkungan adalah karena emisi karbonnya yang jauh lebih rendah dibandingkan mobil atau motor berbahan bakar bensin.
Menurut sebuah studi dari European Cyclists’ Federation (ECF), rata-rata emisi karbon dari penggunaan sepeda listrik hanya sekitar 22 gram CO₂ per kilometer, sementara mobil berbahan bakar fosil mengeluarkan sekitar 271 gram CO₂ per kilometer.
Emisi ini sebagian besar berasal dari proses produksi sepeda listrik dan listrik yang digunakan untuk mengisi daya baterainya. Namun, jika sumber listrik berasal dari energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin, jejak karbon bisa ditekan lebih jauh lagi. Di Indonesia, meskipun sebagian besar listrik masih dihasilkan dari batu bara, tren menuju energi bersih terus berkembang, membuka peluang bagi sepeda listrik untuk menjadi lebih hijau di masa depan.
Proses Produksi Sepeda Listrik
Meski penggunaan sepeda listrik menghasilkan sedikit emisi, proses produksinya tetap memiliki dampak lingkungan. Contohnya dalam pembuatan komponen utama sepeda listrik, yang umumnya menggunakan baterai lithium-ion, ini memerlukan ekstraksi mineral seperti lithium, kobalt, dan nikel. Proses penambangan mineral ini seringkali menyebabkan kerusakan ekosistem, penggunaan air yang besar, dan emisi gas rumah kaca.
Selain itu, produksi sepeda listrik secara keseluruhan juga membutuhkan energi dan sumber daya yang lebih besar dibandingkan sepeda konvensional tanpa motor. Jadi, dari sisi manufaktur, sepeda listrik sebenarnya tetap meninggalkan jejak lingkungan yang lebih besar dibandingkan sepeda biasa, namun masih jauh lebih kecil dibandingkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil.
Daya Tahan dan Daur Ulang Sepeda Listrik
Daya tahan sepeda listrik juga menjadi faktor penting dalam menilai keberlanjutan. Rata-rata, baterai sepeda listrik memiliki umur pakai antara 3 hingga 7 tahun, tergantung pada frekuensi penggunaan dan cara perawatan. Setelah masa pakai habis, baterai perlu diganti, dan jika tidak dikelola dengan baik, limbah baterai dapat menjadi ancaman serius bagi lingkungan karena kandungan bahan kimia berbahaya.
Saat ini, program daur ulang baterai sepeda listrik masih belum tersebar luas, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Upaya untuk mengembangkan sistem daur ulang yang efisien sangat penting agar sepeda listrik dapat benar-benar menjadi solusi ramah lingkungan dalam jangka panjang.
Konsumsi Energi Sepeda Listrik
Berikutnya, dari sisi konsumsi energi, sepeda listrik dapat dinilai sangat efisien. Sebuah sepeda listrik umumnya hanya membutuhkan sekitar 0,5 kWh listrik untuk menempuh jarak 100 kilometer. Sebagai perbandingan, sebuah mobil listrik bisa membutuhkan sekitar 15–20 kWh untuk jarak yang sama, sementara mobil bensin bisa menggunakan bahan bakar setara dengan 70–100 kWh.
Artinya, dalam hal energi yang digunakan per kilometer, sepeda listrik adalah salah satu moda transportasi paling hemat energi yang tersedia saat ini. Ini menjadi alasan kuat mengapa sepeda listrik layak dipertimbangkan sebagai alternatif kendaraan bermotor dalam konteks urban mobility.
Tantangan Infrastruktur
Di balik beberapa keunggulannya dalam hal mendukung lingkungan yang lebih berkelanjutan, perlu disadari juga bahwa untuk mewujudkan manfaat maksimal dari sepeda listrik diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur tersebut meliputi jalur sepeda yang aman, stasiun pengisian daya baterai, dan tempat parkir sepeda yang aman menjadi kebutuhan penting. Tanpa infrastruktur yang mendukung, banyak orang mungkin tetap enggan beralih ke sepeda listrik, terutama di kota-kota dengan lalu lintas padat dan tingkat kecelakaan jalan raya yang tinggi.
Pemerintah daerah di beberapa kota Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung, mulai merespons kebutuhan ini dengan membangun jalur sepeda dan mengadakan program uji coba kendaraan listrik. Namun, langkah ini perlu diperluas dan dipercepat untuk mempercepat transisi ke mobilitas yang lebih bersih.
Pertimbangan Aksesibilitas
Satu aspek penting lain yang perlu ikut dipertimbangkan juga adalah aksesibilitas. Harga sepeda listrik saat ini masih cukup tinggi bagi beberapa kalangan masyarakat. Untuk benar-benar menjadi solusi ramah lingkungan yang inklusif, harga sepeda listrik perlu lebih terjangkau, atau tersedia skema subsidi dan kredit ringan. Program-program berbagi sepeda listrik (bike-sharing) yang terjangkau juga mungkin saja bisa menjadi cara efektif untuk memperluas akses tanpa membebani konsumen dengan biaya kepemilikan penuh.
Menuju Transportasi Berkelanjutan
Sepeda listrik memang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Dengan emisi karbon yang jauh lebih rendah saat digunakan, konsumsi energi yang sangat efisien, dan potensinya untuk mengurangi polusi serta kemacetan, sepeda listrik adalah pilihan transportasi yang lebih berkelanjutan.
Dengan tidak mengabaikan dampak lingkungan dari produksi sepeda listrik, perusahaan perlu untuk lebih memperhatikan cara agar proses produksi dapat dilakukan dengan lebih berwawasan lingkungan. Sebab, untuk menjadikan sepeda listrik benar-benar solusi hijau, perlu ada upaya bersama untuk memperbaiki rantai produksi, membangun infrastruktur yang mendukung, dan memastikan sistem daur ulang yang efektif.
Untuk mendukung inisiatif keberlanjutan lingkungan perusahaan, saat ini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang!
Similar Article
Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian…
Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia
Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia…
Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi?
Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air…
Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah?
Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong…
Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan
Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara…
Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara
Pemerintah Indonesia bersiap untuk melakukan langkah besar dalam upaya mencapai netralitas karbon atau Carbon Neutral pada 2060 dengan menerapkan pensiun…