Pendidikan dan Kesadaran: Mendidik Generasi Muda Tentang Jejak Karbon

Pendidikan dan Kesadaran: Mendidik Generasi Muda Tentang Jejak Karbon

Generasi Muda dan Jejak Karbon Generasi muda adalah pemimpin masa depan yang diyakini memiliki kemampuan untuk mengubah dunia melalui pendidikan yang diraihnya. Hal ini juga yang perlu dilakukan dalam menangani perubahan iklim dan mengurangi jejak karbon. Selain pengajaran dasar di institusi pendidikan, generasi muda sekarang perlu turut diajarkan tentang edukasi dan kesadaran akan kondisi iklim yang terjadi belakangan ini. Salah satunya ialah terkait upaya mengurangi jejak karbon, emisi gas rumah kaca yang umum dihasilkan dalam aktivitas harian sebagai bagian dalam langkah memerangi perubahan iklim. Baca juga artikel lainnya : 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Pentingnya Edukasi Jejak Karbon dan Perubahan Iklim pada Generasi Muda  Pemahaman yang lebih baik tentang perubahan iklim dapat mendorong dukungan untuk kebijakan yang mendukung mitigasi dan adaptasi iklim. Oleh karena itu, pendidikan dibutuhkan untuk mendukung hal tersebut. Edukasi perubahan iklim membantu individu membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Sederhananya seperti memilih produk ramah lingkungan, mengurangi jejak karbon, dan mendukung energi terbarukan. Ini juga menginspirasi perubahan perilaku menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mendorong tindakan praktis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, menghemat energi, dan mendaur ulang. Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim di berbagai sektor, termasuk pertanian, energi, dan infrastruktur. Mendukung penelitian dan inovasi teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi dan memperkuat ketahanan iklim. Baca Juga: 4 Cara Tepat Kurangi Jejak Karbon Pribadi Peran Pendidikan dan Media Untuk Mengurangi Jejak Karbon Pendidikan memainkan peran yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, terkait jejak karbon dan perubahan iklim. Edukasi membantu masyarakat memahami dampak dari kondisi tersebut serta memberikan gambaran tindakan yang bisa dilakukan setiap individu. Hal yang sama terjadi pada bagaimana media mengemas isu ini menjadi informasi yang fundamental tapi tetap menarik. Sebab perubahan iklim merupakan isu yang kompleks dan bersifat kontinuitas, pembahasannya luas dan berjangka panjang berbeda dengan berita politik atau entertainment. Studi dari Ohio State menunjukkan bahwa pelaporan perubahan iklim yang memuat fakta dan bukti yang jelas yang secara teratur disebarkan ke masyarakat, dapat memberikan pengaruh bagi seseorang untuk mendukung kebijakan perubahan iklim. Bahkan terhadap mereka yang skeptis terhadap hal tersebut. Dilansir dari Earth Day, peristiwa cuaca ekstrem menjadi yang paling sering dibahas di media berkaitan dengan perubahan iklim karena ancamannya berdampak langsung dan memiliki jangkauan yang luas, termasuk terhadap kondisi ekonomi.  Strategi Menyiapkan Pendidikan Jejak Karbon dan Perubahan Iklim bagi Generasi Muda  Terdapat beberapa informasi dan kegiatan sederhana yang bisa diberikan kepada kaum muda dalam memahami kondisi perubahan iklim.  Dalam hal efisiensi energi, ajarkan cara-cara mengurangi penggunaan energi, seperti menghemat pemakaian energi listrik dengan mematikan lampu jika tidak dibutuhkan dan mengurangi pemakaian AC. Berikan juga pengetahuan tentang pentingnya mengurangi emisi karbon dengan penggunaan transportasi publik, bersepeda, atau berjalan kaki. Ajak mereka untuk turut menerapkan mindful eating yang bertujuan mengurangi produksi limbah makanan sehingga tercipta konsumsi berkelanjutan. Selain itu, pengurangan sampah dan daur ulang, serta beralih ke wadah guna ulang merupakan salah satu hal penting dalam menerapkan keseharian yang berkelanjutan. Dengan edukasi dan peningkatan kesadaran yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami dampak aktivitas mereka terhadap lingkungan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi jejak karbon mereka. /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Pendidikan dan Kesadaran: Mendidik Generasi Muda Tentang Jejak Karbon Generasi muda adalah pemimpin masa depan yang diyakini memiliki kemampuan untuk mengubah dunia melalui pendidikan yang diraihnya. Hal ini jugalah yang perlu dilakukan dalam menangani perubahan iklim dan mengurangi jejak karbon. Selain pengajaran dasar di institusi pendidikan, generasi muda sekarang perlu turut diajarkan tentang edukasi dan kesadaran akan kondisi iklim yang terjadi belakangan ini. Salah satunya ialah terkait upaya mengurangi jejak karbon, emisi gas rumah kaca yang umum dihasilkan dalam aktivitas harian sebagai bagian dalam langkah memerangi perubahan iklim. Baca juga artikel lainnya : 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Pentingnya Edukasi Perubahan Iklim pada Generasi Muda  Pemahaman… 10 Tips Efektif untuk Mengurangi Limbah di Tempat Kerja, Praktekin Yuk! Sadar ga sih, bahwa lingkungan kerja sering kali menjadi tempat yang menghasilkan banyak limbah, mulai dari kertas, plastik, elektronik hingga limbah makanan. Untuk itu, kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan perlu juga lho ditingkatkan, dengan demikian memicu perusahaan-perusahaan mulai mencari cara untuk mengurangi jejak limbah mereka. Perlu diingat juga ya, mengurangi limbah itu tidak hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga dapat menghemat biaya operasional. Terus harus mulai dari mana ? Nah, upaya dalam mengurangi limbah di tempat kerja ini merupakan langkah penting untuk melindungi dan menjaga lingkungan, dan tidak hanya itu, manfaat lainnya yang dirasakan yaitu dapat menghemat biaya, meningkatkan… Kesadaran Lingkungan di Era Digital Terutama Peran Media Sosial Di era digital yang semakin maju, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup semakin meningkat. Terlebih kehadiran berbagai platform media sosial semakin banyak bertebaran dan jumlah pengguna yang tinggi, tentu peran media sosial membuka peluang besar untuk menyebarkan informasi. Pentingnya informasi yang disampaikan melalui media sosial mengenai kesadaran lingkungan, tentu membangkitkan kesadaran lingkungan secara lebih luas.  Baca Juga: Ekolabel – Pemahaman dan Pemilihan Produk Ramah Lingkungan Media sosial kini tidak hanya menjadi alat komunikasi dan hiburan saja, akan tetapi juga menjadi sarana edukasi yang efektif dalam menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat. Berbagai organisasi lingkungan, aktivis, dan individu yang peduli terhadap lingkungan… Industri dan Jejak Karbon: Bagaimana Perusahaan Besar Mengelola Emisi Mereka Jejak karbon merupakan jumlah karbon atau gas emisi rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia pada kurun waktu tertentu. Operasional sebuah bisnis atau industri tidak terlepas dari memproduksi jejak karbon yang berdampak terhadap kondisi iklim saat ini. Dilansir dari Our World in Data, sektor industri telah menjadi penyumbang emisi global terbesar setiap tahunnya sejak era Revolusi Industri dimulai. Kondisi ini tentu berbeda di setiap negara, terutama wilayah yang termasuk penghasil komoditas pertanian. Jejak karbon dari sektor energi, pada tahun lalu, mencapai rekor tertingginya dan meningkat 6 persen dari tahun 2020. Pasca pandemi COVID-19, emisi sektor ini melonjak menjadi 36,3… Menilik Seberapa Besar Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Singapura Ruang Terbuka Hijau ‘Kota di dalam Taman’, telah menjadi julukan Singapura untuk …

Cara Singapura Menjadi Lebih Hijau Lewat Singapore Green Plan 2030

Cara Singapura Menjadi Lebih Hijau Lewat Singapore Green Plan 2030

Singapore Green Plan 2030 yang dirancang pemerintah Singapura dalam agenda pembangunan berkelanjutan tampaknya akan membuat Negeri Singa ini semakin hijau di masa depan. Program Rencana Hijau ini merupakan inisiatif yang dijalankan pemerintah Singapura untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan di kalangan masyarakat. Tidak hanya itu, ini juga menjadi langkah yang dijalankan Singapura dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon.  Singapore Green Plan 2030 akan memetakan target yang ambisius dan konkret selama 10 tahun ke depan, memperkuat komitmen Singapura di bawah Agenda Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030 dan Perjanjian Paris. Melalui kerangka tersebut, pemerintah Singapura berharap dapat mencapai aspirasi emisi nol bersih jangka panjang pada tahun 2050. Baca juga artikel : Bangunan Gedung Hijau, Pengertian, Kriteria, Hingga Manfaatnya Tujuan Utama Singapore Green Plan 2030 Program yang dibentuk sejak 2021 lalu ini, menetapkan sejumlah target dan tujuan utama dalam mencapai rencana hijau yang diharapkan. Seluruhnya menyentuh dimensi kehidupan yang mengarah pada prinsip keberlanjutan, sebagaimana dikutip dari laman Singapore Green Plan 2030. Kota Hijau – Mengubah Singapura menjadi kota yang lebih hijau dengan memperbanyak ruang terbuka hijau dan meningkatkan kualitas hidup warganya. Gaya Hidup Berkelanjutan – Mendorong masyarakat menerapkan kebiasaan ramah lingkungan, termasuk dalam hal pengelolaan limbah, konsumsi air, pemanfaatan transportasi umum, dan mengurangi emisi karbon secara individual. Efisiensi Energi dan Sumber Daya – Mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan efisiensi energi dan air. Ini juga termasuk beralih ke kendaraan listrik dan energi terbarukan pada semua sektor serta menerapkan mobilitas bersih dengan mengurangi ketergantungan pada kendaraan berbahan bakar fosil. Ekonomi Hijau – Mendorong inovasi hijau dan ekonomi sirkular untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Net Zero Emissions – Berkomitmen untuk mencapai emisi net-zero di semua sektor dalam dan luar negeri. Beradaptasi untuk Masa Depan – Meningkatkan persiapan terhadap kemungkinan yang bisa terjadi akibat perubahan iklim, salah satunya adalah meningkatkan kemampuan industri agri-pangan untuk menjaga stabilitas pangan secara berkelanjutan. Dibalik Terciptanya Singapore Green Plan 2030 Singapura tegas akan komitmennya untuk menciptakan iklim negara yang sehat dan hijau. Diketahui, upaya tersebut telah muncul sebelumnya pada tahun 1992, ketika Rencana Hijau pertama dirilis.  Pembangunan berkelanjutan bukanlah hal baru bagi Singapura. Singapura adalah Kota di dalam Taman dan dikenal sebagai salah satu kota terhijau di dunia dengan cagar alam yang luas, sekitar sepertiga pulau di sana ditutupi oleh pepohonan. Saat ini, ketika perubahan iklim telah menjadi tantangan global dengan dampak yang sudah sangat dirasakan, Singapura mengambil tindakan tegas untuk melakukan bagiannya dalam membangun masa depan yang berkelanjutan. Rencana ini pun dirancang dan dipelopori oleh lima kementerian sekaligus, sebagai upaya kolektif seluruh bangsa. Pencapaian Singapore Green Plan 2030 Dilansir dari FHA-Food and Beverage Singapura, Singapore Green Plan 2030 telah menunjukkan kemajuan yang signifikan di berbagai bidang. Salah satu pencapaian yang menonjol adalah peningkatan signifikan dalam kapasitas energi surya. Panel-panel surya mulai dipasang di banyak atap gedung, termasuk gedung komersial, rumah susun pemerintahan, bahkan di permukaan air sebagai PLTS terapung.  Upaya tersebut berkontribusi meningkatkan kapasitas energi surya untuk dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 350.000 rumah tangga setiap tahunnya. Rencana Hijau Singapura juga sukses memperkenalkan zona bebas mobil di berbagai bagian kota. Mempromosikan inisiatif ramah lingkungan di Singapura dalam bidang transportasi, salah satunya Kampong Bugis yang dikembangkan menjadi kawasan bebas kendaraan bermotor. Kemudian, SGP 2030 juga membantu meningkatkan kesadaran tentang gaya hidup ramah lingkungan, mengembangkan ruang terbuka hijau dan kebun komunitas untuk meningkatkan penghijauan perkotaan, serta mendorong Singapura melangkah lebih jauh untuk menjadi pusat keuangan hijau yang terkemuka. Singapore Green Plan 2030 tidak hanya bertujuan untuk mengatasi tantangan lingkungan, tetapi juga untuk menciptakan peluang ekonomi baru dan meningkatkan kualitas hidup warga Singapura melalui pembangunan yang berkelanjutan dan inovatif. /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 10 Tips Efektif untuk Mengurangi Limbah di Tempat Kerja, Praktekin Yuk! Sadar ga sih, bahwa lingkungan kerja sering kali menjadi tempat yang menghasilkan banyak limbah, mulai dari kertas, plastik, elektronik hingga limbah makanan. Untuk itu, kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan perlu juga lho ditingkatkan, dengan demikian memicu perusahaan-perusahaan mulai mencari cara untuk mengurangi jejak limbah mereka. Perlu diingat juga ya, mengurangi limbah itu tidak hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga dapat menghemat biaya operasional. Terus harus mulai dari mana ? Nah, upaya dalam mengurangi limbah di tempat kerja ini merupakan langkah penting untuk melindungi dan menjaga lingkungan, dan tidak hanya itu, manfaat lainnya yang dirasakan yaitu dapat menghemat biaya, meningkatkan… Menilik Seberapa Besar Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Singapura ‘Kota di dalam Taman’, telah menjadi julukan Singapura untuk mewakili keterlimpahan ruang terbuka hijau yang tersedia di sana. Singapura dikenal sebagai salah satu negara yang peduli akan pentingnya alam hijau untuk mendukung kehidupan berkelanjutan. Saat ini, Ibu Kota Singapura menjadi salah satu wilayah dengan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) terbaik di dunia. Kota ini memiliki berbagai taman, kebun, dan ruang hijau yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Seberapa Banyak Ruang Terbuka Hijau di Singapura? Dilansir dari City Monitor, hampir lebih dari 47 persen wilayah kota merupakan ruang terbuka hijau. Sementara 30 persen lainnya tertutupi tutupan… Kesadaran Lingkungan di Era Digital Terutama Peran Media Sosial Di era digital yang semakin maju, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup semakin meningkat. Terlebih kehadiran berbagai platform media sosial semakin banyak bertebaran dan jumlah pengguna yang tinggi, tentu peran media sosial membuka peluang besar untuk menyebarkan informasi. Pentingnya informasi yang disampaikan melalui media sosial mengenai kesadaran lingkungan, tentu membangkitkan kesadaran lingkungan secara lebih luas.  Baca Juga: Ekolabel – Pemahaman dan Pemilihan Produk Ramah Lingkungan Media sosial kini tidak hanya menjadi alat komunikasi dan hiburan saja, akan tetapi juga menjadi sarana edukasi yang efektif dalam menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat. Berbagai organisasi lingkungan, aktivis, dan individu yang peduli terhadap lingkungan… Cara Singapura Menjadi Lebih Hijau Lewat Singapore Green Plan 2030 Singapore Green Plan 2030 yang dirancang pemerintah Singapura dalam agenda pembangunan berkelanjutan tampaknya akan membuat Negeri Singa ini semakin hijau di masa depan. Program Rencana Hijau ini merupakan inisiatif yang dijalankan pemerintah Singapura untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan di kalangan masyarakat. Tidak hanya itu, ini juga menjadi langkah yang dijalankan Singapura dalam …

How Vegetable Oil Impacts on Our Planet ?

How Vegetable Oil Impacts on Our Planet ?

Efforts towards sustainability need to be achieved in various ways. Starting from awareness of climate change issues, to wisdom in choosing food ingredients as daily consumption. Each of these efforts will basically be very meaningful if carried out continuously and massively. one of them is in terms of the use of vegetable oil. The reason is, vegetable oil has various impacts on the environment. Read More : Pembukaan Lahan: Pengertian, Syarat, Metode, Hingga Dampaknya bagi Lingkungan In this article, we will go further on how the impact of vegetable oil production and consumption on the environment. Deforestation Vegetable oil crops, specifically soy and palm oil, are two of the three leading causes of global deforestation, responsible for almost 20% of tropical deforestation globally. In recent decades, oil palm plantations have caused over half of the local deforestation in Malaysian Borneo and are believed to play a major role in global deforestation. When forests are burned to clear land for oilseed crops, one of the numerous negative outcomes is the rise in harmful emissions, including greenhouse gasses and hazardous air pollutants from the smoke. Biodiversity Loss Oilseed plantations typically involve monocultures, meaning they are made up of a single crop species over a vast area. Transforming natural ecosystems into monocultures for oilseed crops can greatly diminish biodiversity. This may result in the loss of plant and animal species, disrupt ecosystems, and decrease genetic diversity, which is known as ‘biodiversity loss’. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) documents that over 300 animal species are threatened by the cultivation of vegetable oils such as oil palm. Read More: Digital Transformation to Support Environmental Sustainability Soil Degradation Monoculture farming practices can cause land degradation and reduce soil fertility. This happens in the process of growing the same crop repeatedly on the same land and depletes specific nutrients that the crop requires. Over time, the soil becomes deficient in those nutrients, making it less fertile. Monoculture also reduces organic matter in the soil, which is crucial for maintaining good soil structure. Without diverse plant roots to help hold the soil together, the soil can become compacted and lose its ability to retain water and air, which later on causes erosion. Chemical Usage The extensive application of pesticides and fertilizers in vegetable oil production can negatively impact the environment. These substances can pollute soil and water, harm non-target species, and reduce populations of pollinators such as bees. Chemical use in plantations can also contaminate nearby water sources and soil, damaging aquatic life and terrestrial species. This pollution can cause declines in species sensitive to environmental changes. Mitigation Measures Addressing the environmental impacts of vegetable oil production requires a combination of sustainable farming practices, policy measures, and consumer awareness. To the environment, agroforestry or integrating vegetable oil crops with other crops and maintaining forest areas can help reduce negative impacts. To consumers, the act of reducing the consumption of products containing unsustainable vegetable oils can decrease demand and its associated environmental impacts. Besides, supporting the development and use of alternative oils, such as algae-based oils or sustainably sourced oils, will lower environmental impacts and support more sustainability. Understanding the impact of vegetable oil on our planet, companies that produce vegetable oil also need to be aware of the production process. In this case, the point that should not be left behind is about carbon emission. Now, company can calculate emission and plan the sustainable strategy with Satuplatform.com. Try the FREE DEMO now! /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 10 Tips Efektif untuk Mengurangi Limbah di Tempat Kerja, Praktekin Yuk! Sadar ga sih, bahwa lingkungan kerja sering kali menjadi tempat yang menghasilkan banyak limbah, mulai dari kertas, plastik, elektronik hingga limbah makanan. Untuk itu, kesadaran terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan perlu juga lho ditingkatkan, dengan demikian memicu perusahaan-perusahaan mulai mencari cara untuk mengurangi jejak limbah mereka. Perlu diingat juga ya, mengurangi limbah itu tidak hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga dapat menghemat biaya operasional. Terus harus mulai dari mana ? Nah, upaya dalam mengurangi limbah di tempat kerja ini merupakan langkah penting untuk melindungi dan menjaga lingkungan, dan tidak hanya itu, manfaat lainnya yang dirasakan yaitu dapat menghemat biaya, meningkatkan… Menilik Seberapa Besar Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Singapura ‘Kota di dalam Taman’, telah menjadi julukan Singapura untuk mewakili keterlimpahan ruang terbuka hijau yang tersedia di sana. Singapura dikenal sebagai salah satu negara yang peduli akan pentingnya alam hijau untuk mendukung kehidupan berkelanjutan. Saat ini, Ibu Kota Singapura menjadi salah satu wilayah dengan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) terbaik di dunia. Kota ini memiliki berbagai taman, kebun, dan ruang hijau yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Seberapa Banyak Ruang Terbuka Hijau di Singapura? Dilansir dari City Monitor, hampir lebih dari 47 persen wilayah kota merupakan ruang terbuka hijau. Sementara 30 persen lainnya tertutupi tutupan… Kesadaran Lingkungan di Era Digital Terutama Peran Media Sosial Di era digital yang semakin maju, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup semakin meningkat. Terlebih kehadiran berbagai platform media sosial semakin banyak bertebaran dan jumlah pengguna yang tinggi, tentu peran media sosial membuka peluang besar untuk menyebarkan informasi. Pentingnya informasi yang disampaikan melalui media sosial mengenai kesadaran lingkungan, tentu membangkitkan kesadaran lingkungan secara lebih luas.  Baca Juga: Ekolabel – Pemahaman dan Pemilihan Produk Ramah Lingkungan Media sosial kini tidak hanya menjadi alat komunikasi dan hiburan saja, akan tetapi juga menjadi sarana edukasi yang efektif dalam menginspirasi perubahan positif dalam masyarakat. Berbagai organisasi lingkungan, aktivis, dan individu yang peduli terhadap lingkungan… Cara Singapura Menjadi Lebih Hijau Lewat Singapore Green Plan 2030 Singapore Green Plan 2030 yang dirancang pemerintah Singapura dalam agenda pembangunan berkelanjutan nampaknya akan membuat Negeri Singa ini semakin hijau di masa depan. Program Rencana Hijau ini merupakan inisiatif yang dijalankan pemerintah Singapura untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan di kalangan masyarakat. Tidak hanya itu, ini juga menjadi langkah yang dijalankan Singapura dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon.  Singapore Green Plan 2030 akan memetakan target …

StartUp AgriTech: Strategi Berkelanjutan Kurangi Emisi Karbon

Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon

Pertanian Regeneratif – Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam hal emisi yang diproduksi. Peralihan ke praktik pertanian regeneratif diyakini menjadi salah satu langkah yang dapat membantu mengurangi jejak karbon sektor ini. Baca Juga: 5 Tantangan Besar Sektor Pertanian Apa Itu Pertanian Regeneratif? Dilihat dari metodenya, pertanian regeneratif adalah pendekatan yang menekankan peningkatan kesehatan dan produktivitas lahan secara berkelanjutan.  Berbeda dengan metode pertanian konvensional, pertanian regeneratif bertujuan memperbaiki dan memulihkan ekosistem pertanian. Hal ini mencakup upaya terhadap peningkatan keanekaragaman hayati, regenerasi lapisan tanah atas, perbaikan siklus air, peningkatan layanan ekosistem, hingga peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim.  Di awal penerapannya, teknik pertanian regeneratif berfokus pada penanganan khusus terhadap kondisi tanah yang rusak dan kegiatan pengomposan. Kini, penerapannya pun semakin luas dan diharapkan mampu berkontribusi dalam memitigasi dampak perubahan iklim.  Prinsip Pertanian Regeneratif Terdapat beberapa prinsip dalam mengimplementasikan pertanian regeneratif. Dilansir dari laman Natural Resources Defense Council (NRDC), berikut adalah empat prinsip yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pertanian regeneratif. 1. Menciptakan Hubungan Lintas Ekosistem yang Baik Tujuan yang diharapkan dari penerapan pertanian regeneratif ialah menciptakan kesejahteraan bagi ekosistem dan makhluknya. Contohnya seperti melindungi hubungan—antara manusia, tanah, badan air, ternak, satwa liar, dan bahkan kehidupan mikroba di dalam tanah. 2. Memprioritaskan Kesehatan Tanah Memulihkan lahan yang telah rusak atau terdegradasi untuk mengembalikan fungsinya sebagai ekosistem produktif. Dengan melakukan penggiliran tanaman dan menanam berbagai jenis tanaman, dapat membantu meningkatkan kesehatan tanah, mengurangi risiko hama dan penyakit, serta meningkatkan keanekaragaman hayati. 3. Mengurangi Ketergantungan pada Material Sintetis Menggunakan pupuk kompos dan kotoran ternak daripada pupuk kimia untuk meningkatkan kesehatan tanah dan mengurangi polusi. Lebih sedikit bahan kimia beracun, artinya berkurang juga risiko kesehatan manusia yang disebabkan bahan kimia. Termasuk dalam hal peningkatan kemandirian finansial karena terhindar dari biaya materi sintetis yang berulang. Selain itu, Organisasi The Carbon Underground menciptakan seperangkat prinsip untuk memandu upaya pertanian regeneratif. Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi hal-hal seperti membangun kesehatan dan kesuburan tanah, meningkatkan perkolasi dan retensi air, meningkatkan keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem, dan mengurangi emisi karbon dan tingkat CO2 atmosfer.  Manfaat Teknik Pertanian Regeneratif Pertanian regeneratif adalah inovasi yang berkelanjutan dalam sektor pertanian untuk beralih dari cara lama yang kurang mementingkan kehidupan tanah. Melalui implementasi yang tepat, teknik pertanian regeneratif dapat membantu meningkatkan kesuburan dan struktur tanah, yang mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih sehat dan produktif, serta meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian, yang dapat meningkatkan stabilitas ekosistem dan produktivitas. Metode ini juga memperkuat ketahanan pangan dengan memperbaiki kesehatan tanah dan meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan. Menyerap karbon dari atmosfer dan menyimpannya dalam tanah, membantu mitigasi perubahan iklim. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Baca Juga: Konstruksi Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari… Standar Sertifikasi Bangunan Hijau Sertifikasi bangunan hijau telah menjadi dokumen yang dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip berkelanjutan. Sertifikasi bangunan hijau hadir dengan serangkaian sistem dan alat pemeringkatan yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bangunan atau proyek konstruksi dari perspektif keberlanjutan dan lingkungan. Bangunan hijau diharapkan ialah bangunan dengan struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, juga bertujuan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Baca Juga: Bangunan Gedung Hijau: Pengertian, Kriteria, hingga Manfaatnya Konsep bangunan hijau mencakup berbagai aspek mulai dari efisiensi energi dan air hingga penggunaan material ramah lingkungan dan pengelolaan limbah yang efektif. Oleh… Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Inovasi dan Implementasi Tahukah kamu bahwa penggunaan sebuah material atau bahan menentukan kondisi bangunan yang hendak didirikan? Bahan bangunan ramah lingkungan menjadi salah satu langkah untuk mendukung terwujudnya bangunan hijau. Inovasi bahan bangunan ramah lingkungan juga menjadi semakin penting dalam industri konstruksi. Tujuan utamanya tidak lain ialah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan ramah lingkungan juga bertujuan memberikan manfaat dalam jangka panjang serta membantu mengurangi pemanasan global yang bisa dihasilkan dari operasional bangunan. Baca Juga: Bangunan Gedung Hijau: 3 Inspirasinya di Seluruh Dunia Penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan pada dasarnya perlu memenuhi faktor-faktor berkelanjutan yang diharapkan. Misalnya seperti material… Melihat Dampak Sektor Bangunan dan Konstruksi Terhadap Polusi Lingkungan Selama siklus hidup bangunan, mulai dari berjalannya konstruksi hingga berdirinya sebuah bangunan, tidak terlepas dari memberikan dampak berupa pencemaran atau polusi terhadap lingkungan. Selayaknya domino effect, kegiatan di industri ini dapat menghasilkan kerugian yang menyasar luas ke berbagai …

Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Inovasi dan Implementasi

Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan

Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Baca Juga: Konstruksi Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran bangunan atau gedung akan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Seluruh proses panjang yang dilakukan ini bisa dibilang merupakan bagian dari tanggung jawab menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam jangka panjang. World Green Building Council menyatakan bahwa, industri pembangunan atau sektor konstruksi menyumbang sekitar 39 persen emisi karbon di dunia. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan agar kegiatan di bidang ini dapat turut serta mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Sebagai langkah mewujudkannya, terdapat tujuh prinsip konstruksi berkelanjutan yang dicetuskan, sebagai hasil dari inisiatif seperti Perjanjian Paris tahun 2015 dan skema untuk membangun menuju nol emisi bersih. Prinsip ini merupakan panduan yang bisa digunakan oleh sektor konstruksi dalam meminimalkan jejak karbon industri. Baca Juga: Melihat Dampak Sektor Bangunan dan Konstruksi Terhadap Polusi Lingkungan Desain Berkelanjutan Disebut juga desain hijau, prinsip ini hadir untuk menghindari atau meminimalkan dampak lingkungan yang merugikan. Bangunan dirancang tidak hanya nyaman dihuni, tetapi juga mencapai sasaran pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan berbagai kategori, termasuk limbah, energi, transportasi, material, dan air.  Daya Tahan Prinsip ini berfokus pada pembangunan infrastruktur yang tahan lama dan penekanan teknik konstruksi dan material yang kuat.  Ketahanan bangunan penting untuk dapat memastikannya berdiri kokoh dalam waktu yang lama, meminimalkan kebutuhan akan penggantian atau perawatan yang sering. Juga berkontribusi mendorong efisiensi sumber daya dan pengurangan produksi limbah.  Efisiensi Energi Prinsip yang pertama mengacu pada teknik dan strategi yang perlu dilakukan untuk mengurangi penggunaan energi selama perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan proyek konstruksi atau bangunan. Hal yang bisa dilakukan yakni seperti menggunakan bahan bangunan dan teknologi yang mengurangi konsumsi energi, melalui penyediaan isolasi yang baik, jendela efisien, dan sistem pemanas serta pendingin yang hemat energi. Pengurangan Limbah Untuk mencegah pembuangan yang tidak efisien, kegiatan konstruksi dapat mengimplementasikan strategi pengelolaan limbah konstruksi yang efektif, termasuk daur ulang dan penggunaan kembali bahan bangunan. Kualitas Udara dalam Ruangan Meningkatkan kualitas udara dalam ruangan menjadi salah satu prinsip yang penting dalam sebuah konstruksi berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan dalam ruang yang nyaman dan sehat. Oleh karena itu, kelayakan ventilasi alami perlu diperhatikan dalam pembuatannya. Sejumlah fitur lain dapat dimanfaatkan dalam hal ini, meliputi menara angin, ventilasi bubungan, cerobong surya, transom, dan lainnya. Konservasi Air Pembangunan sebuah infrastruktur tidak terlepas dari konsumsi air yang berlebih. Akan tetapi, hal ini bisa dicegah melalui pemanfaatan air hujan, irigasi yang efisien, serta melakukan pengawasan terhadap penggunaan air untuk meminimalkan konsumsi air. Material Bangunan Berkelanjutan Pemanfaatan bahan bangunan yang berasal dari sumber daya terbarukan dan daur ulang, seperti kayu yang bersertifikat FSC dan bahan bangunan daur ulang, juga dapat menjadi langkah efektif memperpanjang masa pakai suatu material. Turut Serta Meminimalkan Dampak Bangunan terhadap Lingkungan Konstruksi berkelanjutan merupakan langkah penting menuju masa depan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Adopsi konstruksi berkelanjutan bukan hanya tanggung jawab para profesional di industri ini, tetapi juga masyarakat luas untuk mendukung dan mendorong penerapan praktik-praktik yang lebih berkelanjutan. Siapa pun dapat berkontribusi dalam melawan dampak perubahan iklim. Berlaku luas bagi individu, organisasi, hingga perusahaan dunia yang dalam kegiatannya masih menghasilkan jejak karbon yang signifikan bagi bumi. Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran bangunan… Standar Sertifikasi Bangunan Hijau Sertifikasi bangunan hijau telah menjadi dokumen yang dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip berkelanjutan. Sertifikasi bangunan hijau hadir dengan serangkaian sistem dan alat pemeringkatan yang digunakan untuk menilai kinerja …

Bangunan Gedung Hijau: Pengertian, Kriteria, hingga Manfaatnya

Standar Sertifikasi Bangunan Hijau

Sertifikasi bangunan hijau telah menjadi dokumen yang dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip berkelanjutan. Sertifikasi bangunan hijau hadir dengan serangkaian sistem dan alat pemeringkatan yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bangunan atau proyek konstruksi dari perspektif keberlanjutan dan lingkungan. Bangunan hijau diharapkan ialah bangunan dengan struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, juga bertujuan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Baca Juga: Bangunan Gedung Hijau: Pengertian, Kriteria, hingga Manfaatnya Konsep bangunan hijau mencakup berbagai aspek mulai dari efisiensi energi dan air hingga penggunaan material ramah lingkungan dan pengelolaan limbah yang efektif. Oleh karena itu, penilaiannya akan menyasar ke banyak hal. Berikut ini adalah beberapa standar sertifikasi bangunan hijau yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) Pada tahun 1998, US Green Building Council merancang sendiri sistem sertifikasi bangunan hijau yang dimilikinya melalui sertifikasi bernama LEED. Sistem ini memiliki serangkaian kriteria penilaiannya sendiri dan menggunakan kode dan standar ASHRAE  Terdapat empat tingkat penilaian pada LEED yakni Platinum, Gold, Silver, dan Certified, dengan sistem pemeringkatannya dinilai berdasarkan jenis proyeknya. Jenis-jenis sistem pemeringkatan adalah sebagai berikut: LEED menjadi sistem pemeringkatan bangunan hijau yang paling banyak digunakan di dunia. Pada tahun 2022, LEED telah mensertifikasi lebih dari 100 ribu bangunan hijau di seluruh dunia. Baca Juga: Bangunan Gedung Hijau: 3 Inspirasinya di Seluruh Dunia BREEAM (Building Research Establishment Environmental Assessment Method) BREEAM merupakan sebuah sertifikasi bangunan hijau yang dikeluarkan oleh Building Research Establishment di Inggris, dan telah menilai sekitar sekitar 535.000 bangunan di seluruh dunia sejak tahun 1990. Terdapat lima tingkat sertifikasi pada sistem BREEAM, Outstanding, Pass, Good, Very Good, Excellent, dan Outstanding, serta menggunakan 10 kategori penilaian dengan skor yang ditentukan.  Penilaian BREEAM menggunakan ukuran kinerja yang didasarkan pada tolak ukur yang telah ditetapkan, untuk mengevaluasi spesifikasi, desain, konstruksi, dan penggunaan bangunan. Setiap kategori berfokus pada faktor yang paling berpengaruh, termasuk pengurangan emisi karbon, desain berdampak rendah, adaptasi terhadap perubahan iklim, nilai ekologis, dan perlindungan keanekaragaman hayati. DGNB (Deutsche Gesellschaft für nachhaltiges Bauen) Sertifikasi bangunan hijau DGNB diperkenalkan secara resmi oleh Dewan Bangunan Berkelanjutan Jerman pada tahun 2009 untuk menilai Lalu Lintas, Konstruksi, dan Pembangunan Perkotaan. DGNB memiliki tiga tingkat sertifikasi, Platinum, Gold, Silver, dan Bronze, dengan penilaian dilakukan oleh auditor yang ditunjuk oleh kontraktor proyek. Auditor mendukung kontraktor dan mengawasi proses konstruksi dari pendaftaran awal hingga sertifikasi dan penyelesaian proyek. Sertifikasi bangunan hijau ini secara umum dianggap lebih komprehensif daripada BREEAM dan LEED. Sistem penilaiannya didasarkan pada tiga paradigma utama, yaitu penilaian siklus hidup, keberlanjutan holistik (lingkungan, ekonomi, sosial), dan pendekatan berbasis kinerja. Selebihnya, terdapat enam sub-kategori penilaian dengan indikator mengikuti setiap tingkatan sertifikasi. Sertifikasi DGNB telah menjadi sistem penilaian yang paling banyak dipakai di Eropa dan nomor 2 di dunia dengan anggota organisasi aktif berjumlah 2.300 orang. Lebih dari 10.000 bangunan atau konstruksi di sekitar 30 negara telah diberikan penghargaan oleh DGNB. Miljöbyggnad atau BREEAM-SE Sertifikasi Miljöbyggnad merupakan sistem penilaian dari yang dikembangkan oleh Swedia Green Building Council (SGBC) untuk sertifikasi bangunan hijau berwawasan lingkungan dan telah menilai lebih dari 3300 bangunan di seluruh dunia. SGBC memperkenalkan sistem sertifikasinya sendiri pada tahun 2011, didasarkan pada standar dan peraturan perundang-undangan Swedia. Miljöbyggnad memiliki tiga tingkat sertifikasi, yakni Gold, Silver, dan Bronze, digunakan untuk mensertifikasi konstruksi baru atau yang sudah berdiri. Penilaian sertifikasi ini mencakup pada hal-hal terkait konsumsi energi bangunan, dampak iklim, lingkungan dalam dan luar ruangan, serta sirkularitas. Di antara empat kategori penilaian tersebut, terdapat juga sub-kategori lebih lanjut yang menyesuaikan setiap tingkat sertifikasi. Indikatornya didasarkan pada persyaratan otoritas Swedia, tujuan lingkungan hidup Swedia, dan tujuan keberlanjutan global. EEWH (Ecology, Energy Saving, Waste Reduction, and Health) Sertifikasi bangunan hijau EEWH merupakan sistem penilaian yang telah dikembangkan Lembaga Penelitian Bangunan Kementerian Dalam Negeri Taiwan sejak tahun 1995 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1999.  Label ini secara resmi menjadi standar sertifikasi bangunan hijau nasional dan sistem evaluasi bangunan hijau keempat di dunia. Merupakan satu-satunya sistem evaluasi bangunan hijau yang dikembangkan secara independen di iklim tropis dan subtropis. EEWH memiliki lima tingkat sertifikasi, Diamond, Gold, Silver, dan Bronze. Terdapat enam jenis penilaian EEWH, yang dibagi menjadi tipe dasar, tipe akomodasi, tipe bangunan pabrik, tipe perbaikan bangunan lama, tipe komunitas, dan versi luar negeri.  Penilaian sertifikasi bangunan hijau ini didasarkan pada empat hal pokok yaitu ekologi, penghematan energi, pengurangan limbah, dan kesehatan. Hadir juga sembilan sub-kategori penilaian tambahan yang menyesuaikan tingkat sertifikasinya. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran bangunan… Standar Sertifikasi Bangunan Hijau Sertifikasi bangunan hijau telah menjadi dokumen yang dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip berkelanjutan. Sertifikasi bangunan hijau hadir dengan serangkaian sistem dan alat pemeringkatan yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bangunan atau proyek konstruksi dari perspektif keberlanjutan dan lingkungan. Bangunan hijau diharapkan ialah …

Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Inovasi dan Implementasi

Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Inovasi dan Implementasi

Tahukah kamu bahwa penggunaan sebuah material atau bahan menentukan kondisi bangunan yang hendak didirikan? Bahan bangunan ramah lingkungan menjadi salah satu langkah untuk mendukung terwujudnya bangunan hijau. Inovasi bahan bangunan ramah lingkungan juga menjadi semakin penting dalam industri konstruksi. Tujuan utamanya tidak lain ialah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan ramah lingkungan juga bertujuan memberikan manfaat dalam jangka panjang serta membantu mengurangi pemanasan global yang bisa dihasilkan dari operasional bangunan. Baca Juga: Bangunan Gedung Hijau: 3 Inspirasinya di Seluruh Dunia Penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan pada dasarnya perlu memenuhi faktor-faktor berkelanjutan yang diharapkan. Misalnya seperti material yang berasal dari sumber terbarukan, bahan-bahannya tidak mengganggu keanekaragaman hayati, juga dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Efisiensi energi juga menjadi target utama di sini. Bahan bangunan ramah lingkungan diharapkan dapat membantu menghemat energi dengan menyediakan isolasi termal yang baik. Sehingga hanya akan menghasilkan emisi karbon lebih rendah selama produksi dan penggunaannya. Baca Juga: Melihat Dampak Sektor Bangunan dan Konstruksi Terhadap Polusi Lingkungan Inovasi dalam bahan bangunan ramah lingkungan terus berkembang, membantu menciptakan bangunan yang lebih efisien, sehat, dan berkelanjutan. Berikut ini adalah lima inovasi bahan bangunan ramah lingkungan yang dapat menjadi referensi untukmu. 1. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Bambu Bambu adalah bahan bangunan yang cepat tumbuh, kuat namun ringan, dan fleksibel untuk digunakan. Selain itu, bambu memiliki kapasitas menyerap karbon dioksida yang tinggi, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Tanaman yang satu ini adalah salah satu yang paling berkelanjutan sebab memiliki waktu regenerasi yang cepat dibandingkan kayu. Dapat dipanen kembali setelah tiga hingga lima tahun, serta akan tumbuh dengan sendirinya tanpa perlu ditanam kembali. 2. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Kayu Rekayasa Kayu rekayasa seperti kayu laminasi silang (Cross-Laminated Timber, CLT) dan kayu laminasi glulam (Glued-Laminated Timber) memiliki kekuatan tinggi dan digunakan sebagai alternatif untuk beton dan baja dalam konstruksi bangunan.  Kayu ini umumnya merupakan bahan yang sebelumnya telah digunakan pada proyek lain. Diproduksi dengan menggunakan potongan kayu yang lebih kecil dan limbah kayu, sehingga lebih efisien.  Kayu daur ulang merupakan salah satu inisiatif yang tepat untuk menyelamatkan pohon dan mengurangi jumlah kayu di tempat pembuangan sampah. Meskipun limbah, kayu reklamasi biasanya tetap memiliki kualitas yang baik dan aman digunakan. 3. Bahan Bangunan Batu Bata Ramah Lingkungan Batu bata ramah lingkungan dibuat dari bahan-bahan seperti tanah liat dan limbah kertas. Batu bata ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dalam proses produksinya dan memiliki isolasi termal yang baik. Bata tanah liat ramah lingkungan, dapat didaur ulang, dan tidak melepaskan bahan kimia berbahaya apa pun saat dibuang ke tempat pembuangan sampah. Bahan bangunan ramah lingkungan ini juga dapat membantu menghemat energi karean menjaga rumah tetap sejik dan menahan hawa panas lebih lama. 4. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Kaca Cerdas Smart glass atau kaca pintar dapat mengatur transparansi secara otomatis atau dengan kontrol manual untuk mengurangi panas matahari masuk ke dalam bangunan dan mengurangi kebutuhan pendinginan. Ini membantu meningkatkan efisiensi energi bangunan. Melalui implementasi smart glass pada jendela, dapat mengubah tingkat tembus cahaya kaca. Sehingga dapat menghemat biaya tahunan untuk pendinginan dan pemanasan serta menghindari kerumitan dan biaya pemasangan tirai atau kasa cahaya. 5. Insulasi Daur Ulang Bahan insulasi yang terbuat dari bahan daur ulang seperti kapas bekas, denim, atau wol domba menyediakan isolasi termal yang efektif dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan insulasi konvensional seperti fiberglass. Isolasi wol juga secara umum lebih murah daripada isolasi fiberglass. Beberapa sumber menunjukkan bahwa penghematan sebesar 50 persen dapat terjadi ketika menggunakan wol daripada fiberglass. Selain itu, bahan ini dapat menyerap kelembapan dan ramah daur ulang setelah selesai digunakan. Sebelumnya, orang-orang memanfaatkan sifat termal wol selama berabad-abad melalui penggunaan sweter wol untuk menjaga kehangatan tubuh. Namun sekarang, semakin banyak orang yang juga menggunakan wol domba untuk mengisolasi bangunan. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran bangunan… Sertifikasi Bangunan Hijau: Standar dan Manfaatnya Sertifikasi bangunan hijau telah menjadi dokumen yang dibutuhkan saat ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan prinsip berkelanjutan. Sertifikasi bangunan hijau hadir dengan serangkaian sistem dan alat pemeringkatan yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bangunan atau proyek konstruksi dari perspektif keberlanjutan dan lingkungan. Bangunan hijau diharapkan ialah bangunan dengan struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, juga bertujuan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Konsep bangunan hijau mencakup berbagai aspek mulai dari efisiensi energi dan air hingga penggunaan material ramah lingkungan dan pengelolaan limbah yang efektif. Oleh karena itu, penilaiannya akan menyasar ke banyak hal. Berikut… Bahan Bangunan Ramah Lingkungan: Inovasi dan Implementasi Tahukah kamu bahwa penggunaan sebuah material atau bahan menentukan kondisi bangunan yang hendak didirikan? Bahan bangunan ramah lingkungan menjadi salah satu langkah untuk mendukung terwujudnya bangunan hijau. Inovasi bahan bangunan ramah lingkungan juga menjadi semakin penting dalam industri konstruksi. Tujuan utamanya …

3 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca

3 Jenis Hutan di Dunia Beserta Fungsinya

Berbagai jenis hutan hadir di bumi sebagai bagian dari keanekaragaman vegetasi. Hutan merupakan ekosistem daratan terbesar yang dihitung berdasarkan luas wilayahnya dan semua makhluk hidup bergantung akan keberadaannya. Sebuah kekayaan yang harusnya dilestarikan. Tidak hanya dikenal sebagai rumah bagi beberapa keanekaragaman hayati di bumi, hutan juga diketahui berperan menyerap emisi gas rumah kaca (GRK), utamanya karbon dioksida, dari atmosfer. Melalui fotosintesis, hutan menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk menghasilkan oksigen.  Baca Juga: Agroforestri: Solusi Pemanfaatan Lahan yang Menggabungkan Pertanian dan Kehutanan Peneliti dari NASA menyebut, bahwa secara kolektif hutan menyerap sekitar 15,6 miliar metrik ton karbon dioksida dari atmosfer bumi setiap tahunnya. Jumlah tersebut merupakan nilai total antara tahun 2001 dan 2019. Lalu, apakah semua hutan berlaku demikian? Dilansir dari penelitian NASA, setiap hutan memiliki kontribusi yang berbeda-beda dalam hal siklus karbon global. Hutan tropis merupakan hutan yang bertanggung jawab atas komponen fluktuasi karbon global terbesar, baik menyerap lebih banyak karbon daripada jenis hutan lainnya, juga melepaskan lebih banyak karbon ke atmosfer akibat penggundulan hutan dan degradasi. Berbagai jenis hutan di dunia memiliki fungsi tersendiri dan dapat diklasifikasikan berdasarkan iklim, geografi, dan jenis vegetasi yang dominan. Mari kita ketahui secara mendalam. 1. Hutan Boreal (Taiga) Hutan boreal umumnya dapat ditemukan di belahan bumi paling utara, antara 50 dan 60 derajat ke utara, di wilayah yang dingin seperti Kanada, Rusia, dan Skandinavia.  Taiga memiliki musim dingin yang panjang dan musim panas yang pendek. Curah hujan rendah hingga sedang, sebagian besar dalam bentuk salju. Kondisi di sini sangat ekstrem sehingga hewan-hewan di dalamnya, seperti rusa kutub karibu, beruang, serigala, dan burung migran, perlu dapat bermigrasi jarak jauh seriap musim dingin tiba. Hutan ini didominasi oleh pohon-pohon konifer seperti pinus, cemara, larch, aspen, dan fir. Sekitar 80 persen pohon di hutan boreal tumbuh di tanah yang membeku sepanjang tahun atau disebut juga permafrost. Sehingga, hanya ada sedikit tumbuhan dan hewan yang dapat hidup di sana. Meski diselimuti oleh suhu dingin yang ekstrem, namun hutan boreal juga bertindak sebagai penyerap karbon alami. Hutan ini menyimpan sejumlah besar karbon dalam tanah dan vegetasi. 2. Hutan Musim (Tropis Kering) Sesuai namanya, hutan ini berada di iklim yang hangat sepanjang tahun, memiliki musim kemarau panjang yang berlangsung selama beberapa bulan, dan bervariasi menurut lokasi geografisnya. Hutan kering biasanya hanya mendapat sedikit hujan saja hingga setengah tahun. Kondisi ini membuat tumbuhan dan hewan yang tinggal harus beradaptasi dengan periode panjang tanpa air. Ini berarti pepohonan sebagian besar berganti daun dan menggugurkan daunnya di musim kemarau. Jenis hutan yang satu ini terletak di wilayah dengan musim hujan dan kemarau yang jelas, seperti India, bagian Afrika Timur, dan Amerika Tengah. Dihuni oleh pohon seperti teak, sal, dan acacia dan fauna seperti gajah, rusa, monyet, dan berbagai burung. Hutan ini menjadi sumber penghasil kayu, getah, dan buah. 3. Hutan Hujan Tropis Hutan hujan tropis umum dijumpai di wilayah dekat ekuator, dengan contoh terkenalnya seperti Amazon di Amerika Selatan, Congo Basin di Afrika, dan hutan hujan di Asia Tenggara. Di sini curah hujan cukup tinggi (lebih dari 2000 mm per tahun), suhu hangat sepanjang tahun, dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tumbuhan tumbuh dalam lapisan-lapisan kanopi yang rapat dan menjulang tinggi mencapai 35 meter..  Hutan hujan tropis dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang melimpah. Dipenuhi dengan berbagai spesies pohon, anggrek, pakis, serta hewan seperti jaguar, harimau, burung tropis, dan serangga eksotis.  Sejauh ini, hutan hujan tropis dikenal akan kemampuannya sebagai penyerap karbon alami yang besar, seperti Amazon yang mampu menyerap sekitar 13,9 miliar ton karbon setiap tahunnya. Akan tetapi, maraknya deforestasi dan meningkatnya produksi emisi karbon oleh manusia disebut akan menurunkan kemampuan tersebut. Jika hutan terus ditebang, fungsinya akan beralih sebagai penghasil karbon terbesar di bumi. Baca Juga: Memperkuat Peran Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim: Konservasi dan Restorasi Hutan Setiap jenis hutan memiliki keunikan tersendiri dalam hal keanekaragaman hayati, ekosistem, dan peran ekologisnya. Menjaga keberadaan dan kesehatan hutan-hutan ini sangat penting untuk keseimbangan lingkungan global. Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang dilaksanakan secara penuh perhitungan dengan memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan lingkungan. Bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Dalam pelaksanaan konstruksi berkelanjutan, mulai dari perencanaan, …

Building A Greener Tomorrow through Net Zero Emission

Konstruksi Berkelanjutan: Tantangan dan Peluang

Konstruksi berkelanjutan disebut-sebut merupakan solusi ramah lingkungan di tengah meningkatnya industri konstruksi global akibat urbanisasi dunia. PBB memproyeksikan, bahwa wilayah perkotaan akan mengalami pertumbuhan tajam dalam sektor konstruksi dalam tahun-tahun ke depan. Hal ini sebagai akibat dari naiknya populasi global yang diperkirakan akan mencapai 9.7 miliar orang pada tahun 2050. Dilansir dari Exactitude Consultacy, kondisi tersebut akan dialami khususnya oleh negara-negara berkembang.  Baca Juga: Melihat Dampak Sektor Bangunan dan Konstruksi Terhadap Polusi Lingkungan Tren konstruksi berkelanjutan saat ini telah banyak diterapkan oleh berbagai negara dunia. Salah satunya ialah di Indonesia, di mana sepanjang kuartal IV-2023, sektor konstruksi terus tumbuh melampaui kinerja pertumbuhan tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan sektor konstruksi tumbuh 7,68 persen secara tahunan, dengan kontribusi terhadap total PDB yaitu 10,49 persen. Apa Itu Konstruksi Berkelanjutan? Pengertian konstruksi berkelanjutan mengacu pada penggunaan metode atau pendekatan dalam industri pembangunan yang lebih berwawasan lingkungan, memprioritaskan kenyamanan dan keberlangsungan alam. Metode ini hadir bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi sumber daya selama siklus hidup bangunan. Pelaksanaan konstruksi berkelanjutan mencakup tahapan yang luas. Dimulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran bangunan atau gedung, akan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Bertanggung jawab menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Baca Juga: Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Tantangan Konstruksi Berkelanjutan Dalam penerapannya, konstruksi berkelanjutan juga memiliki tantangan potensial yang perlu dihadapi. Menurut sebuah jurnal yang terbit di laman Science Direct, beberapa tantangan yang dimaksud adalah di antaranya: 1. Biaya yang Tinggi Diperkirakan bahwa biaya yang diperlukan untuk mewujudkan konstruksi atau bangunan berkelanjutan berkisar antara 1 hingga 25 persen lebih mahal dibanding bangunan konvensional. Kondisi ini disebabkan dari kompleksitas tata letak desain yang ditambah dengan pemodelan dan praktik ramah lingkungan. Belum lagi dengan penggunaan bahan bangunan berkelanjutan yang umumnya memiliki harga lebih mahal.  Maka dari itu, implementasi teknologi dan bahan ramah lingkungan sering kali memerlukan investasi awal yang lebih besar dan hal ini dapat memengaruhi pengelolaan proyek untuk menyesuaikan anggaran. 2. Teknik dan Proses yang Kompleks Proses dan metode dalam pembangunan bangunan berkelanjutan mungkin saja lebih rumit dari biasanya karena terkait dengan teknologi dan prosedur yang berbeda. Di beberapa daerah, akses terhadap bahan bangunan berkelanjutan dan teknologi canggih masih terbatas, yang dapat menghambat pelaksanaan konstruksi berkelanjutan. Kondisi ini menuntut perencanaan dan komunikasi yang mendalam sehingga proyek pembangunan dapat berjalan efektif. 3. Birokrasi yang Panjang Dalam jurnal dijelaskan bahwa proses birokrasi untuk menerima penggunaan teknologi baru dan modern dalam proyek konstruksi dapat meningkatkan waktu penyelesaian proyek. Persetujuan yang memerlukan waktu ini menjadi salah satu hal yang dapat memperlambat atau bahkan menghambat pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. 4. Pengetahuan terkait Teknologi Berkelanjutan yang Terbatas Meski sudah cukup luas diimplementasikan, namun pengetahuan tentang bahan dan proses konstruksi berkelanjutan masih sering kali kurang dipahami. Diperlukan tenaga kerja yang terlatih dalam metode dan teknologi konstruksi berkelanjutan, yang mungkin sulit ditemukan atau membutuhkan pelatihan tambahan. 5. Kurangnya Kesadaran Pendidikan publik mengenai keuntungan konstruksi berkelanjutan juga kurang memadai karena minimnya studi tentang keberlanjutan, khususnya mengenai isu-isu yang berkaitan dengan kondisi lingkungan dalam ruangan. Banyak pemangku kepentingan dalam industri konstruksi yang belum sepenuhnya memahami manfaat jangka panjang dari konstruksi berkelanjutan atau tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai teknik-teknik tersebut.  6. Informasi yang Minim Kurangnya informasi produk berkelanjutan mengenai bahan berkelanjutan dan proses konstruksi berkelanjutan yang perlu dipahami dalam bangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang sering tidak disadari.  Peluang dalam Konstruksi Berkelanjutan Meski menghadapi sejumlah tantangan, peluang yang ditawarkan oleh sektor konstruksi berkelanjutan jauh lebih besar. Mencakup hal-hal seperti penghematan biaya jangka panjang melalui efisiensi energi dan pengurangan biaya operasional serta dukungan pemerintah dalam bentuk insentif dan regulasi. Belum lagi dengan permintaan pasar yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan. Inovasi teknologi dalam material bangunan dan energi terbarukan, serta keunggulan kompetitif yang diperoleh dari reputasi yang lebih baik, membuat konstruksi berkelanjutan semakin menarik. Selain itu, bangunan berkelanjutan menawarkan lingkungan hidup yang lebih sehat dan meningkatkan kesejahteraan penghuni. Dengan demikian, konstruksi berkelanjutan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan menciptakan masa depan yang lebih ramah lingkungan. Selangkah Lebih Maju dengan Ukur Emisi Karbon  Langkah lainnya dalam mengimplementasikan keberlanjutan dalam perusahaan atau bisnis yakni dengan turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Bertujuan membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Teknik Pertanian Regeneratif untuk Mengurangi Emisi Karbon Sektor pertanian telah menjadi salah satu di antara berbagai sumber penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) dengan konsentrasi besar ke atmosfer. Berbagai aktivitas dalam sektor ini, seperti produksi tanaman, peternakan, dan penggunaan lahan, menghasilkan emisi yang signifikan. Tidak hanya karbon dioksida, aktivitas pertanian turut melepaskan emisi ke udara yang di antaranya merupakan metana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Sebuah data menyebut bahwa secara global sektor pertanian bertanggung jawab atas 23 persen emisi GRK antropogenik. Jumlah yang setara dengan 12 GtCO2/tahun.  Melihat kondisi ini, diperlukan solusi yang dapat menjadikan kegiatan pertanian berjalan secara lebih ramah lingkungan dan minim dampak, terlebih dalam… Mengenal 7 Prinsip Konstruksi Berkelanjutan Meningkatnya inisiatif terkait sustainability telah menyasar banyak sektor, termasuk dalam hal konstruksi berkelanjutan yang punya hubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan. Beberapa tahun ke belakang, tren konstruksi berkelanjutan telah muncul di banyak wilayah di seluruh belahan dunia. Indonesia salah satunya, di mana pengembangan infrastruktur semakin masif dilaksanakan untuk mendukung urbanisasi yang kian pesat. Konstruksi berkelanjutan merupakan metode atau pendekatan dalam industri …

Kentut Sapi dan Pemanasan Global

Peternakan dan Emisi Gas Rumah Kaca: Tantangan dan Solusi

Tidak dapat dipungkiri bahwa industri peternakan menjadi salah satu yang menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) global. Kegiatan peternakan yang menggunakan jumlah besar air dan lahan, belum lagi membutuhkan tanaman sebagai pakan, mulai disoroti dampaknya saat ini. Emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari sektor peternakan dianggap sebagai salah satu agen penyebab utama perubahan iklim. Dilansir dari Nature, menurut data Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor ini melepaskan sekitar 3,75 Gt CO2 -eq per tahun ke atmosfer. Penelitian oleh Illinois State University dan FAO pada 2021 mendapati bahwasanya diperkirakan peternakan telah menyumbang sekitar 19,6% dari seluruh emisi GRK global pada 2010. Metana yang secara alami berasal dari hewan ternak ruminansia, seperti sapi, merupakan sumber utama emisi GRK di sektor ini. Kemudian diikuti oleh emisi langsung dan tidak langsung dari produksi pakan, serta emisi metana dan nitrogen dioksida dari pupuk kandang. Ilmuwan menyebut bahwa emisi GRK berupa metana dan nitrogen oksida memiliki kemampuan memerangkap lebih banyak panas per molekul daripada karbon dioksida. Dengan demikian, kondisi ini akan dapat memiliki dampak pemanasan yang lebih besar dan memberi pengaruh signifikan terhadap kondisi iklim. Baca Juga: Upaya Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Tantangan Produksi Emisi Gas Rumah Kaca dari Peternakan Industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca dari sumber yang beragam. Beberapa di antaranya ialah: Produksi Metana dari Pencernaan Ruminansia Hewan ruminansia seperti sapi, domba, dan kambing menghasilkan metana (CH4) selama proses pencernaan mereka. Metana adalah gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih tinggi daripada karbon dioksida (CO2). Gas metana yang berasal dari sapi umumnya dikeluarkan melalui flatulensi dan sendawa. Flatulensi sapi menyumbang lebih dari 90 persen metana enterik dari sapi. Meski begitu, metana dari sendawa sapi juga menghasilkan jumlah emisi yang besar, sekitar 4 persen dari gas rumah kaca yang memerangkap panas di bumi. Emisi dari Manajemen Pupuk Kandang Pupuk kandang yang tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan emisi metana dan dinitrogen oksida (N2O), gas rumah kaca yang sangat kuat. Sistem pengelolaan pupuk kandang yang berbeda dapat menghasilkan tingkat emisi yang berbeda pula. Emisi metana biasanya akan paling tinggi konsentrasinya saat pupuk kandang disimpan dalam sistem cair seperti kolam pupuk kandang. Penggunaan Lahan dan Deforestasi Pembukaan dan perluasan lahan untuk padang rumput dan produksi pakan ternak sering kali melibatkan deforestasi, yang mengurangi kemampuan hutan menyerap CO2 dari atmosfer. Alih fungsi hutan yang tidak terkendali juga dapat membuat hutan melepaskan simpanan karbon dioksida yang besar dalam biomassa dan tanah. Produksi dan Transportasi Pakan Ternak Proses produksi pakan ternak, termasuk penanaman, pemrosesan, dan transportasi, juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Pembuatan pupuk dan input pertanian lainnya menghasilkan emisi karbon dioksida. Sedangkan pemupukan tanaman menghasilkan emisi nitrogen oksida. Ada juga sejumlah kecil emisi yang terkait dengan pengangkutan dan pemrosesan pakan. Energi dan Sumber Daya yang Digunakan dalam Peternakan Penggunaan energi dalam berbagai kegiatan peternakan, termasuk pengangkutan, pendinginan, dan operasi peternakan lainnya, juga menyumbang emisi karbon Peternakan membutuhkan air sebesar 20% hingga 33% konsumsi air tawar dunia. Belum lagi pemeliharaan ternak atau makanan ternak menggunakan sepertiga daratan dunia yang tidak tertutup es. Baca Juga: 3 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Solusi Mengatasi Timbulnya Emisi Gas Rumah Kaca dari Peternakan Dengan berbagai tantangan yang ada, FAO menyatakan, sangat penting untuk memetakan jalur guna menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sistem peternakan dunia. Terlebih, saat ini dunia menghadapi pertumbuhan populasi global dan proyeksi peningkatan permintaan kebutuhan akan produk hewani ternak darat sebesar 20 persen pada tahun 2050. Perbaikan yang dapat dilakukan dalam hal ini, seperti beralih ke penggunaan pakan yang lebih efisien dan berkualitas tinggi yang dapat mengurangi produksi metana dari pencernaan ruminansia, menerapkan teknologi pengolahan pupuk kandang yang efektif, seperti biogas dan kompos, dapat mengurangi emisi metana dan dinitrogen oksida.  Selain itu juga, sektor peternakan perlu berbenah dengan mengadopsi praktik pertanian yang berkelanjutan seperti rotasi padang rumput, agroforestri, dan penanaman tanaman penutup tanah. Bertujuan membantu menjaga keseimbangan karbon di tanah dan mengurangi emisi dari penggunaan lahan. Dalam hal penggunaan energi, energi fosil dapat dikurangi dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam operasi peternakan dapat mengurangi emisi karbon. Mengurangi emisi karbon dari industri peternakan adalah tantangan yang kompleks tetapi penting dalam upaya global untuk melawan perubahan iklim. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Peternakan dan Emisi Gas Rumah Kaca: Tantangan dan Solusi Tidak dapat dipungkiri bahwa industri peternakan menjadi salah satu yang menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) global. Kegiatan peternakan yang menggunakan jumlah besar air dan lahan, belum lagi membutuhkan tanaman sebagai pakan, mulai disoroti dampaknya saat ini. Emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari sektor peternakan dianggap sebagai salah satu agen penyebab utama perubahan iklim. Dilansir dari Nature, menurut data Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor ini melepaskan sekitar 3,75 Gt CO2 -eq per tahun ke atmosfer. Penelitian oleh Illinois State University dan FAO pada 2021 mendapati bahwasanya diperkirakan peternakan telah menyumbang sekitar 19,6% dari seluruh emisi GRK… StartUp AgriTech: Strategi Berkelanjutan Kurangi Emisi Karbon AgriTech – Sumber pangan untuk bahan konsumsi sehari-hari banyak diperoleh dari sektor pertanian. Saat ini, aktivitas pertanian tengah menghadapi banyak tantangan. Salah satunya dari kondisi iklim yang berubah-ubah secara ekstrem. Dampaknya, hasil panen menjadi tidak optimal dan mengganggu rantai pasok pasar. Di samping itu, hasil panen sebagai barang konsumsi juga tanpa disadari memiliki potensi terhadap gas sisa yang berpengaruh pada perubahan iklim itu sendiri. Sehingga, diperlukan pula inovasi dan teknologi untuk dapat men-tackle kondisi tersebut. Baca Juga: Tepatkah Bergantung pada Carbon Capture & Storage untuk Kurangi Emisi Karbon? Mari simak bagaimana kondisi pertanian dan pangan dapat berjalan secara lebih berkelanjutan… Digital Transformation to Support Environmental Sustainability In an era marked by rapid technological advancements and increasing awareness of environmental challenges, the intersection of digital transformation and environmental sustainability has emerged as an important area of ​​focus. Digital transformation, which encompasses the integration of digital technologies into all areas of business and society, has the potential to drive significant progress on the environmental sustainability agenda. Read More: How Environmental Transparency Benefits Corporate Sustainability This article discusses how …