Apa yang Sebabkan Buruknya Kualitas Udara di Jakarta?

Isu terkait buruknya kualitas udara di Jakarta selalu menjadi pembahasan yang sengit untuk diperbincangkan. Pasalnya, kota ini seringkali berada di peringkat 10 besar kota dengan indeks kualitas udara paling tidak sehat di dunia.

Baca Juga: Langit Biru di Jakarta, Apakah Tanda Polusi Membaik?

Dilansir dari Antara News, pada September 2024 saja, Air Quality Index atau AQI atau kualitas udara di Jakarta berada pada angka 122, masuk kategori tidak sehat. Sedangkan, angka konsentrasi partikel halus PM2.5 berada di angka 42 mikrogram per meter kubik, 8.4 kali lebih tinggi dari yang ditentukan WHO. Kondisi ini pun menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk nomor enam dunia. 

Dampaknya, udara di Jakarta pun disebut cukup rentan dan tidak sehat untuk dihirup, terutama bagi mereka kelompok sensitif. Dampak pencemaran udara dapat berbahaya bagi kesehatan yang memicu gangguan pada pernapasan, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, mempengaruhi fungsi otak dan kognitif, sampai dengan mengganggu sistem kekebalan tubuh.

Namun, apa yang menyebabkan polusi udara di Jakarta selalu terjadi? 

1. Jakarta Kelimpahan Emisi Knalpot Kendaraan 

Tidak bisa dipungkiri bahwa asap kendaraan bermotor punya andil yang besar dalam menyebabkan udara di Kota Jakarta sangat buruk. 

Bagaimana tidak, data Korlantas Polri menyebut ada lebih dari 23 juta unit kendaraan bermotor di wilayah hukum Polda Metro Jaya per Agustus 2023. Didominasi oleh sepeda motor dan mobil pribadi, diikuti oleh angkutan barang dan kendaraan khusus. Angka ini mewakili sekitar 15 persen bagian dari total kendaraan secara nasional. 

Dampaknya, total emisi karbon yang dihasilkan dari sektor transportasi di Jakarta pun menjadi sangat tinggi. Nilainya mencapai 81, 17 juta kg CO2e per September 2023, berdasarkan data dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). 

Jumlah emisi asap knalpot kendaraan yang ‘melimpah’ ini perlu dikurangi untuk dapat mencapai kondisi udara yang layak konsumsi. Pemerintah serta masyarakat bisa bekerja sama dalam hal pemanfaatan angkutan umum untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi.

2. Jakarta Ramai Pembangkit Listrik 

Operasional pembangkit listrik adalah salah satu isu utama yang berkontribusi menyumbang emisi buruk ke udara di Jakarta, dilansir dari Greenpeace, berdasarkan studi Vital Strategies.

Penelusuran Tempo menemukan bahwa terdapat 14 PLTU dalam radius 100 kilometer dari pusat Jakarta yang beroperasi dan menyebarkan paparan konsentrasi partikel-partikel halus PM2.5. PLTU tersebut tersebar di berbagai titik kota penyangga Jakarta dengan kapasitas operasional yang beragam. 

Namun, pembakaran batu bara tidak hanya dilakukan oleh kegiatan pembangkit listrik. Fasilitas industri juga turut berkontribusi, di mana setidaknya 118 di antaranya mengelilingi wilayah Jakarta. Pembakaran batu bara dari pembangkit listrik dan industri dapat menghasilkan sejumlah partikel berbahaya seperti CO2, CO, NOx, SO2, polutan arsenik, residu, senyawa organik, dan lainnya yang membahayakan kesehatan.

3. Suhu Panas di Musim Kemarau 

Baca juga artikel lainnya : Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri

Perubahan cuaca ekstrem seperti kemarau panjang juga berpotensi dalam menyebabkan kualitas udara yang buruk di Jakarta. 

Dilansir dari The Conversation, kondisi panas dapat meningkatkan kejadian kebakaran hutan dan pembakaran biomassa. Berkurangnya curah hujan juga meningktkan kekeruhan tanah, meningkatkan kecepatan angin permukaan yang memungkinkan terjadinya peningkatan aktivitas partikulat di udara. 

Kualitas udara yang buruk dapat berdampak langsung pada kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu, kita perlu turut serta menjalankan kebiasaan yang dapat mendukung berkurangnya pencemaran udara dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan serta jangan lupa untuk senantiasa memantau kualitas udara sebelum beraktivitas di luar ruang.

Similar Article