Sejak beberapa tahun ke belakang, peningkatan dampak perubahan iklim telah banyak terlihat di berbagai wilayah di seluruh dunia. Perubahan iklim memberi dampak yang signifikan bagi banyak hal, termasuk dalam hal ini adalah ketahanan pangan.
Dikutip dari Laporan Climate Change And Food Security: Risks And Responses oleh FAO UN, menurut laporan penilaian terbaru yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim terbukti telah menambah dan meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan bagi negara-negara dan populasi yang paling rentan.
IPCC menemukan adanya empat risiko utama yang bisa terjadi akibat perubahan iklim yang mempunyai konsekuensi langsung terhadap ketahanan pangan:
- Hilangnya penghidupan dan pendapatan di pedesaan
- Hilangnya ekosistem laut dan pesisir, serta mata pencaharian
- Hilangnya ekosistem perairan darat dan daratan, serta mata pencaharian
- Kerawanan pangan dan rusaknya sistem pangan
Perubahan iklim juga akan mempunyai dampak yang lebih luas terhadap arus perdagangan, penjualan pangan, dan stabilitas harga. Hal ini dapat menimbulkan risiko baru bagi keberlangsungan hidup manusia.
Baca Juga: 3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang
Table of Contents
ToggleDampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Global
Berbagai bentuk perubahan cuaca seperti banjir, gelombang panas, kemarau ekstrem, dan peningkatan suhu sebagai akibat dari perubahan iklim, telah banyak mempengaruhi sektor pertanian dan berdampak pada ketahanan pangan.

Pemanasan global mempengaruhi pola cuaca, menyebabkan gelombang panas, hujan deras, dan kekeringan. World Bank menjelaskan bahwa kerawanan pangan global telah meningkat dan sebagian besar disebabkan oleh fenomena iklim. Beberapa dampak utama perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di antaranya:
1. Perubahan Pola Curah Hujan Terhadap Ketahanan Pangan
Banjir, kekeringan, dan perubahan dalam pola cuaca dapat mengganggu siklus pertanian dan membuat hasil panen tidak menentu. Kondisi ini juga dapat merusak median tanam juga infrastruktur pertanian sehingga kegiatan pertanian tidak berjalan stabil.
2. Peningkatan Suhu Terhadap Ketahanan Pangan
Faktanya, perubahan suhu dapat mempengaruhi musim tanam dan tanaman yang dapat ditanam di suatu wilayah. Suhu tinggi juga berpengaruh pada kondisi tanaman, mengurangi kemampuannya untuk tumbuh.
3. Perubahan Keberadaan Hama dan Penyakit
Peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan berkontribusi juga memperluas wilayah penyebaran hama dan penyakit tanaman. Meningkatkan risiko kerusakan tanaman.
4. Penurunan Kualitas Tanah
Erosi tanah menjadi suatu hal yang dikhawatirkan dari terjadinya hujan deras dan banjir. Sebab tanah yang terendam air dalam waktu yang lama dapat berkurang kesuburannya. Banjir juga merusak tanaman yang berdampak pada berkurangnya hasil panen.
5. Penurunan Sumber Daya Air
Kondisi cuaca ekstrem yang menciptakan kondisi kekeringan berkepanjangan akan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi yang mempengaruhi produksi pangan.
6. Peningkatan Permukaan Air Laut
Intrusi air laut atau naiknya permukaan laut ke batas daratan berpotensi mengganggu lahan pertanian di daerah pesisir. Mengurangi kesuburan tanah dan mengganggu produksi pangan.
7. Kerugian Ekonomi
Terjadinya gangguan pada produksi pangan akan berdampak pada krisis pangan, kerugian ekonomi bagi petani, serta meningkatkan harga pangan.
8. Keamanan Pangan
Iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan pangan yang berpengaruh pada aksesibilitas dan ketersediaan pangan. Sayangnya hal ini biasanya berdampak pada populasi yang rentan, seperti masyarakat miskin atau yang tinggal di daerah terpencil, yang merasakan kenaikan harga dan penurunan ketersediaan pangan.
Kondisi Ketahanan Pangan Global Saat Ini
Kerawanan pangan global telah meningkat, sebagian besar disebabkan oleh fenomena iklim. Pemanasan global mempengaruhi pola cuaca, menyebabkan gelombang panas, hujan deras, dan kekeringan.
Berdasarkan data World Bank, jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut meningkat sekitar 135 juta orang pada tahun 2019 menjadi 345 juta di 82 negara pada Juni 2022. Dipengaruhi juga oleh peristiwa yang terjadi belakangan, seperti konflik antar negara, gangguan rantai pasokan, dan dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang mendorong harga pangan melonjak drastis.
Laporan berjudul State of Food Security and Nutrition in the World (SOFI) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) juga menyebut bahwa sekitar 2,4 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap makanan yang bergizi, aman, dan cukup. Memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan dan masyarakat pedesaan.
Namun, pada saat yang sama, cara produksi pangan saat ini juga merupakan salah satu penyebab utama permasalahan ini. World Bank menyebut bahwa sistem pangan turut berkontribusi terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca global. Diperkirakan sepertiga emisi gas rumah kaca di atmosfer, disumbang oleh sistem pangan.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antar pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat untuk menghadapi tantangan kerawanan pangan dan membangun sistem pangan yang berkelanjutan dan inklusif untuk semua.
Dibutuhkan juga penerapan langkah-langkah seperti penerapan praktik pertanian berkelanjutan, pengelolaan sumber daya yang efisien, pemanfaatan teknologi pertanian modern, hingga penyediaan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim demi mewujudkan ketahanan pangan yang dinamis.
Similar Article
The Next Era of Sustainable Business: Going from Circular to Regenerative Models
In 2024, companies started to elevate sustainable business through more future-fit models. Global challenges, from resource scarcity to social and…
Sertifikasi Industri Hijau (SIH), Pilar Transformasi Bisnis Berkelanjutan di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmen untuk mencapai Net Zero Emission 2060 melalui transformasi ekonomi hijau. Tiga krisis planet, kerentanan pasokan…
Strategi Konservasi Air di Sektor Bisnis untuk Mengurangi Dampak Jejak Karbon
Sadarkah Anda bahwa konservasi air dan manajemen air dapat membantu menekan biaya operasional sekaligus membawa perubahan signifikan pada dampak lingkungan…
This Is How Energy Crisis Should Not Get Ignored
The global energy landscape is undergoing significant shifts, driven by escalating demand, geopolitical tensions, and the urgent call for sustainable…
BMKG: Fase Kritis Dunia, Apa yang Dapat Kita Lakukan?
Setiap hari, kita merasakan cuaca yang semakin sulit diprediksi. Pada pagi atau siang hari, cuaca sangat panas namun kemudian menjelang…
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…