Beralih ke Transportasi Umum untuk Kurangi Emisi

Dalam kehidupan, jejak karbon ditemukan dalam berbagai aktivitas. Salah satunya adalah dari aktivitas bepergian dengan menggunakan mode kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor sebagai bentuk transportasi memerlukan bahan bakar seperti bensin maupun solar untuk dapat beroperasi.  Sedikit disadari, bahwa transportasi dalam bentuk kendaraan bermesin dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan transportasi umum. Baca Juga: Selebriti Dunia Ini Disebut Punya Jejak Emisi Jet Pribadi Terburuk

Penyumbang utama emisi karbon

Mengutip dari World Resource Institute pada tahun 2016, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari transportasi menyumbangkan seperlima dari total emisi karbon dioksida global. Diiringi dengan jumlah penggunaan transportasi pribadi yang tinggi, gas sisa pembakaran dari bahan bakar fosil seperti bensin secara akumulatif menyumbangkan jejak karbon ke lingkungan dalam jumlah yang signifikan.

Bahan bakar fosil sendiri memiliki berbagai macam bentuk, seperti gas alam, batu bara, maupun minyak bumi (petroleum). Dalam bentuk minyak bumi, bahan bakar tersebut didapatkan dari hasil ekstraksi melalui pengeboran sumur minyak dan kemudian diolah menjadi berbagai produk, termasuk bensin, diesel, dan minyak tanah. Produk-produk tersebut yang kemudian digunakan oleh mode transportasi, mengalami proses pembakaran hingga menghasilkan gas sisa ke atmosfer. Baca Juga: 5 Perusahaan yang Berkomitmen Kurangi Emisi Karbon

Bahan Bakar Fosil dalam Proses Industri

Di samping bensin sebagai bahan bakar fosil yang paling umum dikenal untuk kendaraan bermotor, bahan bakar fosil lainnya juga sering digunakan untuk proses industri dan ikut menyumbang kontribusi nilai jejak karbon di lingkungan.

Seperti contohnya untuk pembangkit listrik, bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, maupun gas alam, digunakan secara luas untuk menghasilkan energi listrik di pembangkit termal. Contoh lainnya adalah dalam industri kimia dan manufaktur, minyak bumi digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan plastik, pelumas, dan produk kimia lainnya.

Penggunaan Transportasi Umum

Di tengah aktivitas industri dan gas sisa kendaraan bermotor yang dihasilkan setiap hari, bertransformasi ke transportasi umum merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan.

Studi dari Greenpeace pada tahun 2022 menunjukkan bahwa pengurangan emisi maksimal yang dapat dicapai pada tahun 2050 adalah sebesar sekian 88,5% atau sebesar 20,2 juta ton CO2e lebih sedikit dibandingkan emisi saat ini. Untuk mencapai kondisi tersebut salah satunya perlu didukung oleh transportasi publik atau umum sebagai mode kendaraan yang paling rendah emisi. 

Dalam kurun waktu hampir 5 tahun ini, jumlah mode transportasi umum mengalami peningkatan. Seperti contohnya untuk transportasi di Jakarta yaitu bus Transjakarta, yang mencapai 4.395 unit bus beroperasi sepanjang Januari 2024, meningkat 14,07 persen dibanding Januari 2023. Sebelumnya, pada saat Pandemi Covdid di 2020 bus Transjakarta beroperasi sebanyak 2.725 unit.  Berbicara mengenai saat ini, telah banyak pula inisiatif pemerintah untuk memfasilitasi transportasi melalui berbagai mode seperti kereta cepat dan kereta listrik untuk mendorong transformasi secara berkelanjutan. 

Di samping itu, menuju emisi nol, bagi pelaku industri penting pula untuk mulai menghitung besaran emisi yang ditimbulkan dari beragam aktivitas industri untuk dapat memproyeksikan rencana pengurangan emisi karbon yang lebih terukur. 

Saat ini, telah hadir Satuplatform sebagai all-in-one sustainability platform yang memberikan FREE DEMO kepada perusahaan dan entitas untuk menghitung simulasi emisi karbon. Cek sekarang juga!

Similar Article