Potensi munculnya greenwashing sering kali dapat terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan atas penerapan bisnis berkelanjutan. Baca Juga: Tanda-Tanda Perusahaan Lakukan Greenwashing
Greenwashing tidak hanya menyesatkan, namun juga dapat berdampak ke banyak hal. Praktik Greenwashing dalam industri fashion menjadi salah satu yang perlu diwaspadai.
Pada dasarnya, greenwashing bisa terjadi secara sengaja maupun tidak. Greenwashing dapat terwujud dalam berbagai cara, mulai dari penipuan, iklan yang halus, hingga sering kali ke bentuk klaim ambisius tanpa transparansi penuh mengenai dampak sebenarnya.
Dalam konteks ketidaksengajaan, poin yang terakhir adalah salah satu contohnya. Kurangnya informasi terkait klaim keberlanjutan dapat menghadirkan persepsi yang semu dan berbeda-beda bagi banyak orang.
Dikutip dari Good on You, ada beberapa klaim yang dapat membuat suatu produk atau merek dianggap melakukan greenwashing.
Misalnya, inisiatif terkait penggunaan kemasan ramah lingkungan yang dapat didaur ulang oleh suatu produsen. Akan tetapi, sampah dari produk mereka masih banyak mencemari lingkungan.
Meskipun ide tersebut adalah langkah awal yang bagus, akan tetapi itu kurang dapat berdampak jika sisa kemasannya masih terbuang begitu saja dan tidak terdaur-ulang. Oleh karena itu, produsen perlu mencari cara tambahan untuk dapat memastikan sisa produk tidak bocor ke lingkungan begitu saja. Baca Juga: Kenapa CEO Perlu Jadikan Greenwashing dan Greenhushing jadi Isu Prioritas?
Lalu, apa saja ya potensi greenwashing yang dapat menyasar industri fashion?
Table of Contents
Toggle1. Greenwashing, Klaim Ramah Lingkungan yang Tidak Terbukti
Pelaku usaha di industri fashion sering kali memanfaatkan label-label atau klaim seperti “ramah lingkungan”, “hijau”, atau “berkelanjutan” untuk menunjukkan bahwa produk mereka tidak berdampak pada lingkungan, dibuat dari material yang aman, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, beberapa di antaranya tidak dapat diverifikasi atau tidak didukung dengan bukti konkret tentang praktik mereka. Klaim yang tidak berdasar ini tentu dapat menyesatkan konsumen. Terlebih apabila mereka tertarik dengan produk yang atas dasar klaim “ramah lingkungan” tersebut.
Selain itu, transparansi yang kurang tentang praktik produksi juga dapat menjadi penyebab greenwashing. Hal ini juga yang membuat konsumen sulit memverifikasi klaim sustainable yang disebutkan sebab minimnya informasi yang tersedia.
2. Greenwashing, Kampanye Hijau yang Tidak Konsisten
Berbagai merek industri fashion dalam beberapa kesempatan meluncurkan kampanye berkelanjutan untuk menunjukkan komitmen mereka. Akan tetapi, seringkali praktiknya tidak selaras dengan beberapa hal yang terjadi.
Contohnya seperti kampanye pengurangan emisi karbon, pelestarian hutan, atau sebagainya yang masih dibarengi dengan jejak karbon yang tinggi dalam rantai pasokan serta praktik produksi yang merusak lingkungan.
Industri fashion, salah satunya fast fashion, telah lama dikenal dengan potensinya untuk memproduksi limbah-limbah yang dapat berdampak pada kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, kampanye dan praktik nyatanya perlu diselaraskan demi menghindari kesan palsu tentang komitmen mereka terhadap lingkungan.
3. Greenwashing, Penggunaan Bahan Organik atau Daur Ulang Tanpa Verifikasi
Merek-merek fashion sering menggunakan bahan organik atau daur ulang sebagai alasan untuk mengklaim keberlanjutan.
Misalnya, penggunaan bahan daur ulang dalam sebuah produk tanpa informasi yang jelas yang memungkinkan konsumen menciptakan interpretasi lain tentang jumlah komposisi sebenarnya dalam produk tersebut.

Tanpa verifikasi independen atau pemantauan yang ketat, klaim tersebut dapat dianggap sebagai greenwashing.
Untuk mengatasi isu greenwashing di industri fashion, penting untuk mendorong transparansi yang lebih besar dari merek-merek tentang praktik produksi mereka.
Selain itu, mendukung sertifikasi independen dan verifikasi, edukasi konsumen tentang cara menilai klaim keberlanjutan, dan memperkuat standar industri yang jelas tentang apa yang dianggap sebagai praktik yang benar-benar berkelanjutan dapat menjadi upaya untuk mengurangi praktik greenwashing dan meningkatkan keberlanjutan sektor fashion secara keseluruhan.
Industri dan entitas penghasil emisi juga dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi ancaman lingkungan dan perubahan iklim dengan melakukan pengukuran emisi yang dihasilkan dan menciptakan solusi dari data-data tersebut. Miliki pencatatan dan pelacakan yang layak dan komprehensif dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Dapatkan DEMO GRATIS nya di sini!.
Similar Article
Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan
Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan…
YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025
Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan…
Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian
Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin…
Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah
Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin…
Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan?
Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas…
Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment
As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward…