Tidak dapat dipungkiri bahwa timbulan sampah akan terus hadir berdampingan dengan padatnya populasi masyarakat dunia. Oleh karena itu penanganannya pun perlu dilakukan dengan metode yang tepat. Di seluruh dunia, ada beragam metode yang bisa dilakukan untuk mengolah sampah. Contohnya seperti metode pengomposan dan daur ulang sampah. Selain itu, penggunaan insinerator juga menjadi salah satu metode yang ternyata banyak diterapkan di negara-negara maju. Menggunakan metode waste-to-energy, beberapa negara mulai menjadikan sampah sumber energi yang konsisten di masa mendatang.
Berikut ini adalah 3 negara di dunia yang diketahui memiliki teknologi insinerator untuk mengolah sampah.
Baca juga artikel lainnya : Pro Kontra Metode Insinerasi sebagai Solusi Pengelolaan Sampah
Table of Contents
Toggle1. Jepang
Negeri Sakura Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang sangat peduli akan kebersihan lingkungan sehingga penanganan sampah di sana pun juga dilakukan dengan metode yang tepat.
Jepang diketahui mengembangkan berbagai teknologi pengelolaan dan daur ulang sampah yang memungkinkan sampah ditangani dengan cara yang efektif.
Selain konsisten melakukan daur ulang sampah untuk menjadikan suatu material kembali berharga, pemerintah Jepang juga menggunakan teknologi insinerator dalam hal mengolah sampah.
Dikutip dari Kumparan, setidaknya terdapat 15 daerah persebaran pabrik insinerator di Jepang. Tersebar di daerah mulai dari Shibuya, Toshima, Itabashi, Suginami, Shinagawa, Meguro, Kita, Adachi, Katsushika, Sumida, Edogawa, Nerima, Setagaya, Ota, hingga Chuo.
Penggunaan insinerator sebagai salah satu metode pengolahan sampah di Jepang telah dimulai sejak tahun 1960 lalu. Metode ini digunakan bertujuan untuk menghindari masalah sanitasi, mencegah timbulnya penyakit, serta memperpanjang masa pakai tempat pembuangan akhir.
Untuk menghindari timbulnya masalah lain akibat abu sisa kegiatan insinerasi, dilengkapi juga penyaring gas buang untuk menyerap partikel berbahaya. Insinerator biasanya akan terus beroperasi setiap hari tanpa istirahat.
2. Swedia
Negara Skandinavia Swedia menjadi negara berikutnya yang diketahui menggunakan teknologi insinerator dalam mengolah sampah.
Hadirnya program Waste-to-Energy (WTE) menjadi salah satu alasan digunakannya insinerator untuk membantu mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik.
Panas yang dihasilkan dari pengolahan sampah di insinerator akan dialirkan melalui pipa ke wilayah perumahan dan gedung komersial. Setidaknya lebih dari 800 ribu ton sampah per tahun diolah di dalam insinerator.
Selain metode tersebut, Swedia juga turut mengutamakan upaya daur ulang sampah untuk menangani sampah-sampah perkotaan. Menjadikannya salah satu negara dengan manajemen sampah terbaik di dunia.
3. Singapura
Singapura juga memiliki teknologi insinerator untuk mengolah sampah rumah tangga dan industri.
The Tuas South Incineration Plant, menjadi fasilitas insinerasi terbesar di Singapura yang telah beroperasi sejak tahun 2000. Fasilitas ini mampu mengolah sekitar 3.000 ton sampah setiap harinya, menghasilkan sekitar 150 MWh listrik yang berguna untuk mendukung kebutuhan pasokan listrik di seluruh negeri.
Tidak hanya satu, terdapat empat fasilitas insinerasi di Singapura yang diperbantukan untuk mengolah sampah dari masyarakat setiap hari. Dengan hanya ada satu tempat pembuangan akhir sampah di Singapura, insinerator membantu mengurangi 90 persen sampah masuk ke TPA.
Penggunaan insinerator dalam mengolah sampah dapat mengurangi sampah dalam jumlah besar. Meski begitu, tetap diperlukan upaya pengurangan sampah dari sumber dan daur ulang sampah untuk membantu menghemat sumber daya serta menjadikan lingkungan tetap lestari.
Di tengah meningkatnya jumlah sampah dan padatnya populasi global, penting untuk memilih metode pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan. Satuplatform hadir sebagai penyedia platform dan konsultasi all in one dalam carbon & ESG management, membantu Anda memanfaatkan teknologi terkini untuk menghitung dan mengurangi emisi karbon, serta menerapkan prinsip berkelanjutan yang sudah terbukti di negara-negara maju seperti Jepang, Swedia, dan Singapura.
Mulailah perjalanan bisnis berkelanjutan Anda bersama Satuplatform, dan dapatkan FREE DEMO sekarang juga!
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…