3 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca

Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. 

Baca Juga: 5 Buku Climate Change Tingkatkan Pemahaman Lingkungan

Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global.

Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer.

1. Hutan Hujan Amazon sebagai Paru-paru Dunia

Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan mencakup wilayah yang luas di beberapa negara termasuk Brasil, Peru, Kolombia, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.

Hutan Hujan Amazon adalah hutan hujan terbesar di dunia dan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di bumi. Hutan ini menyediakan habitat bagi jutaan spesies flora dan fauna, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa spesies dan tanaman di antaranya jaguar, tapir, kapibara, serta mahoni, kapur, dan bunga langka rafflesia.

Berkat luasnya, Amazon mencakup sepertiga tutupan pohon di seluruh wilayah tropis, memainkan peran penting dalam ekosistem global. Amazon memiliki kemampuan menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer, diperkirakan sekitar 13,9 miliar ton karbon per tahun, berdasarkan hasil studi INKRA.

Akan tetapi, banyak wilayah Amazon yang kini terdampak deforestasi. Eath.org menyebut bahwa antara tahun 2002 dan 2019, lebih dari 30 juta hektar hutan primer ditebangi di wilayah ini, atau sekitar setengah dari total hilangnya hutan primer tropis dunia pada periode tersebut. Berdampak pada lebih banyak karbon dihasilkan daripada yang mampu diserap. 

Baca Juga: 5 Hewan yang Paling Terdampak dan Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim

2. Hutan Hujan Kongo sebagai Paru-paru Dunia

Hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia ialah Hutan Hujan Kongo yang berada di Republik Demokratik Kongo. Hutan ini memiliki luas 168 juta hektar hutan primer, yang mencakup 60 persen tutupan hutan dataran rendah di Afrika Tengah.

Hutan Hujan Kongo adalah salah satu hutan hujan terbesar dan terkaya akan keanekaragaman hayati di dunia. Berbagai spesies, vegetasi, dan tanaman hidup di sini, termasuk pohon okoumé, mahoni, epifit, liana, hewan gorila, gajah hutan, okapi, 1.000 spesies burung, kadal, ular, sampai dengan jutaan spesies serangga.

Berdasarkan data World Resources Institute (WRI), hutan hujan tropis Kongo berperan menyerap 600 juta metrik ton karbon dioksida per tahunnya. Angka yang setara dengan sepertiga emisi CO2 dari seluruh transportasi di Amerika Serikat. 

Sama seperti Amazon, hutan hujan tropis Kongo juga mengalami isu deforestasi yang menyebabkan sekitar lebih dari 6 juta hektar hutan primer dan 13,5 juta hektar tutupan pohon hilang antara tahun 2022 dan 2019. Meski begitu, WRI menyebut kondisi tersebut belum menurunkan kemampuan hutan ini sebagai penyerap karbon yang kuat.

3. Hutan Hujan Indonesia sebagai Paru-paru Dunia

Hutan hujan Indonesia mencakup wilayah Kalimantan, Sumatra, dan Jawa, sedikit ke bagian semenanjung Malaysia. Hutan ini memiliki luas 103 juta hektar, termasuk 51 juta hektar kilometer persegi adalah hutan primer pada 2020.

Terdapat berbagai flora dan fauna yang tinggal di hutan ini. Ribuan spesies pohon, termasuk Dipterocarpaceae, Rafflesia arnoldii, dan hewan seperti orang utan Sumatra, orang utan Kalimantan, Gajah dan Harimau Sumatra, 1.600 spesies burung, hingga buaya air tawar dapat ditemukan di sini.

Hutan Indonesia memainkan peran penting dalam penyimpanan karbon dan regulasi iklim global. Berdasarkan data Katadata, hutan hujan tropis Indonesia memiliki kemampuan menyerap sebanyak 25,18 miliar ton karbon. 

Masih sama seperti hutan lainnya, aksi deforestasi juga terjadi di sini. Antara tahun 2002 dan 2019, Kalimantan kehilangan 5,8 juta hektar hutan primer dan Sumatera 3,8 juta hektar. 

Meskipun keberadaannya sangat bermanfaat, hutan masih sering kali dihadapkan oleh ancaman deforestasi. Upaya konservasi, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan sangat penting untuk melindungi hutan dan memastikan mereka terus berfungsi sebagai paru-paru dunia.

Similar Article

5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG

Berbagai jenis dan varian dari produk kosmetik yang tersebar luas, menimbulkan potensi sampah kemasan yang menumpuk di landfill. Tidak hanya…