Banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Hampir setiap tahun, berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Jakarta hingga kawasan sekitarnya mengalami banjir dengan dampak yang mengganggu kehidupan sosial masyarakat. Dalam dekade terakhir, intensitas dan frekuensi banjir di Indonesia semakin meningkat, perubahan iklim memainkan peran besar dalam memperburuk kondisi ini.
Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan peningkatan suhu global, tetapi juga mengacaukan pola curah hujan dan mempercepat naiknya permukaan air laut. Kedua faktor ini secara langsung memperbesar risiko banjir di banyak wilayah Indonesia, khususnya di kawasan urban yang memiliki daya dukung lingkungan yang kian menurun.
Baca Juga: Fakta terkait Cuaca Ekstrem dan Banjir Parah yang Melanda Dubai
Table of Contents
TogglePenyebab Perubahan Iklim
Sebelum membahas bagaimana perubahan iklim dapat menyebabkan banjir, penting untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana perubahan iklim ini bisa terjadi. Perubahan iklim sebagian besar bermula dari adanya aktivitas yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Beberapa aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil berupa batu bara, minyak, dan gas alam untuk energi merupakan kontributor utama. Terlebih lagi kehadiran industri manufaktur di kota-kota besar juga berperan besar dengan melepaskan berbagai polutan ke atmosfer.
Selain itu, praktik deforestasi atau penebangan hutan secara masif juga dapat mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon dioksida. Pada akhirnya, atmosfer menanggung karbon dioksida yang dilepaskan dari aktivitas di bumi yang kemudian meningkatkan potensi terjadinya ketidakseimbangan iklim.
Perubahan Iklim dan Dinamika Curah Hujan
Salah satu penyebab dari banjir adalah dikarenakan perubahan iklim (climate changes). Dampak paling nyata dari perubahan iklim adalah perubahan pola curah hujan. Hal ini menyebabkan musim hujan menjadi lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya. Akibatnya, intensitas hujan yang tinggi dalam waktu singkat dapat mengakibatkan luapan air di berbagai daerah. Selain itu, sistem drainase yang tidak mampu menampung volume air berlebih turut memperburuk situasi.
Di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tinggi pada 2025. Dalam hal ini potensi curah hujan berkisar dari 2.500 mm per tahun sampai dengan 5.000 mm per tahun. Beberapa daerah yang akan mengalami curah hujan tinggi termasuk sebagian besar wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kenaikan Permukaan Laut dan Banjir Rob
Selain hujan deras, perubahan iklim juga menyebabkan naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es kutub. Dampaknya, wilayah-wilayah pesisir di Indonesia seperti Semarang, Pekalongan, dan Jakarta Utara semakin rentan terhadap banjir rob, yaitu banjir akibat air laut yang masuk ke daratan saat pasang.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa beberapa wilayah pesisir mengalami penurunan tanah (land subsidence) hingga 10–15 cm per tahun, sementara permukaan laut naik sekitar 4–8 mm per tahun. Kombinasi dari kedua fenomena ini menjadikan banjir rob sebagai bencana rutin yang mengancam jutaan penduduk di kawasan pesisir.
Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Menghadapi ancaman banjir yang diperparah oleh perubahan iklim, diperlukan pengembangan strategi mitigasi dan adaptasi yang menyeluruh. Strategi ini harus melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.
Salah satu solusi penting adalah mengembangkan infrastruktur hijau seperti taman resapan, hutan kota, dan ruang terbuka hijau (RTH) yang mampu menyerap air hujan secara alami. Selain itu, infrastruktur biru seperti kolam retensi, kanal air, dan bendungan kecil harus ditingkatkan untuk menampung kelebihan air saat curah hujan tinggi.
Di samping itu, perencanaan tata ruang harus disesuaikan dengan risiko iklim dan banjir. Kawasan yang memiliki risiko tinggi terhadap banjir harus dijadikan zona non-permukiman atau zona hijau. Pemerintah juga perlu meninjau ulang izin pembangunan di kawasan rawan banjir dan mendorong pengembangan kawasan permukiman berbasis adaptasi iklim.
Peran Bisnis dalam Penanganan Banjir
Di tengah kondisi perubahan iklim dan banjir yang secara terus menerus terjadi di Indonesia, sektor swasta memiliki peran strategis dalam penanganan banjir yang berkelanjutan. Perusahaan dapat melakukan investasi dalam teknologi ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, serta melibatkan diri dalam proyek restorasi alam sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Banyak perusahaan kini mulai menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai standar operasional. Hal ini dapat menjadi awal langkah yang baik untuk menyusun bisnis yang lebih bertanggung jawab dan lebih berwawasan lingkungan. Dengan mengintegrasikan prinsip ESG, perusahaan tidak hanya memperhatikan keuntungan finansial, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas mereka. Penerapan ini mendorong transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan dalam jangka panjang. Seperti halnya dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim, perusahaan dapat mengintegrasikan tujuan pengurangan jejak karbon dalam agenda program ESG.
Di samping itu, perusahaan yang memiliki komitmen pada ESG cenderung lebih dipercaya oleh konsumen, investor, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam jangka panjang, bisnis yang mengutamakan ESG akan lebih tahan terhadap risiko global, termasuk perubahan iklim dan krisis sosial. Oleh karena itu, ESG bukan hanya tren, melainkan kebutuhan strategis untuk masa depan dunia usaha, mengingat bahwa isu lingkungan memang telah menjadi tantangan di depan mata.
Untuk perusahaan yang ingin mengambil langkah inisiatif untuk komitmen keberlanjutan lingkungan, kini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang!
Similar Article
Bagaimana Peran Perang dan Militer sebagai Kontributor Jejak Karbon Global
Konflik dan perang menciptakan kontributor jejak karbon baru dengan dampak signifikan dan sayangnya, sebagian besar tidak dihitung. Emisi ini jarang…
Why Product Lifespan Is the Next Frontier for Sustainable Business
Embracing product longevity and extending product lifespan emerges as a current and indispensable strategic priority for cultivating sustainable business growth…
Green Building sebagai Cara Mengurangi Jejak Karbon, Ini yang Perlu Dilakukan!
Di tengah isu perubahan iklim yang semakin mendesak, bisnis dan masyarakat global mulai sadar pentingnya pembangunan yang lebih ramah lingkungan.…
Unveiling the Environmental Impact of Children’s Toys Industry
The global toy industry plays a significant role in early childhood development, creativity, and education. Toys bring joy, imagination, and…
ESG as Sustainability Initiatives for Modern Industry
In today’s world, sustainability is no longer just a “nice-to-have”, but it’s a must. With rising concerns about climate change,…
ESG Strategies for Business Growth in Developing Countries
In today’s fast-changing world, businesses are no longer only measured by profits. Companies are now expected to be responsible for…