BMKG: Fase Kritis Dunia, Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Setiap hari, kita merasakan cuaca yang semakin sulit diprediksi. Pada pagi atau siang hari, cuaca sangat panas namun kemudian menjelang sore atau malam hari tiba-tiba bisa turun hujan. Di samping itu, bencana alam juga terus datang silih berganti. Mulai dari banjir, kekeringan, kebakaran hutan, sampai dengan gelombang panas ekstrem yang kini bukan lagi menjadi fenomena asing. Semua itu merupakan tanda bahwa dunia sudah memasuki fase kritis perubahan iklim.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini memberikan penegasan bahwa krisis iklim kini bukan hanya sekedar isu global yang jauh dari kehidupan, namun telah menjadi ancaman nyata yang menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan. Oleh sebab itu, akan sangat bijak apabila setiap dari kita menyadari apa tindakan yang dapat dilakukan dalam menghadapi situasi ini.

Baca juga artikel lainnya : Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan

Isu Lingkungan dan Fase Kritis Dunia

Pada Peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke 75 di bulan Maret 2025, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan akan pentingnya pemahaman mendalam terkait pengaruh iklim dan cuaca terhadap kehidupan manusia. Pada Webinar Nasional yang bertajuk ‘Refleksi Banjir JABODETABEK: Strategi Tata Ruang dan Mitigasi Cuaca Ekstrem’, BMKG menyampaikan bahwa perubahan iklim telah mencapai tahap kritis.

Berdasarkan data dari BMKG selama periode 2015 – 2024, bumi mengalami suhu terpanas dalam sejarah dengan tahun 2024 tercatat bahwa anomali suhu mencapai 1,55 derajat celcius di atas rata-rata pra industri. Hal ini berarti anomali suhu telah melampaui Paris Agreement, suatu kesepakatan dunia untuk menurunkan kenaikan suhu global agar tidak melebihi ambang 1,5 derajat Celcius

Fakta yang Tak Terbantahkan

Seiring dengan kenyataan bahwa anomali suhu sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan, kondisi kritis ini juga dibuktikan oleh beberapa fakta lingkungan yang tengah terjadi. BMKG mengacu pada sejumlah indikator ilmiah yang menunjukkan bahwa planet ini tengah memasuki fase yang bisa disebut sebagai titik kritis iklim (climate tipping point). Beberapa indikator utama tersebut di antaranya adalah:

  • Tren peningkatan curah hujan ekstrem yang tengah terjadi di Indonesia secara tidak langsung merupakan tanda fase kritis iklim. Sebab, adanya kenaikan suhu permukaan dan konsentrasi Gas Rumah Kaca memicu cairnya gletser di Papua hingga kenaikan suhu muka air laut lalu mendorong terjadinya bencana hidrometeorologi ekstrem. Dampak yang dapat dirasakan adalah berupa curah hujan tinggi dan banjir di sejumlah area Jabodetabek pada awal Maret 2025 lalu.
  • Peningkatan frekuensi bencana merupakan fakta yang juga ikut menunjukkan bahwa dunia memasuki masa kritis iklim. Sebab, peningkatan suhu dan curah hujan telah menimbulkan banyak bencana yang merugikan kehidupan masyarakat di berbagai daerah. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sendiri telah mencatat ada lebih dari 37 ribu kepala keluarga yang terdampak banjir di Jabodetabek. Sementara itu, data dari BMKG mencatat bahwa sebanyak 1.891 kejadian cuaca ekstrem dalam rentang periode 1 Januari – 17 Maret 2025 telah menyebabkan berbagai bencana alam yang meliputi banjir, tanah longsor, pohon tumbang, hingga kerusakan bangunan dan gangguan transportasi.
  • Ancaman ketersediaan air menjadi fakta yang menunjukkan bahwa dunia tengah mengalami fase kritis. Perubahan pola curah hujan yang tidak menentu, disertai meningkatnya suhu global, menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami kekeringan panjang. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan, tetapi juga mengancam ketersediaan air bersih bagi masyarakat. 

Mitigasi Infrastruktur pada Fase Kritis

2

Di tengah fase kritis seperti ini, maka penting untuk dapat melakukan pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan menekankan pentingnya pertimbangan aspek ketahanan iklim dan bencana. Sebab, pendekatan ini akan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional di era kritis seperti saat ini.  

Di samping itu, Pemprov DKI Jakarta juga melihat bahwa infrastruktur memang merupakan hal yang penting dalam mitigasi bencana. Khususnya, pembangunan sistem peringatan dini berbasis teknologi, seperti BMKG Signature, juga menjadi infrastruktur yang dapat mendukung keselamatan di era kritis seperti saat ini. Teknologi semacam ini mempunyai berbagai keunggulan seperti dalam hal memberikan informasi cuaca secara akurat dan tepat waktu. Sehingga, nantinya dapat juga dirancang kebijakan tata ruang yang lebih adaptif.

Tanggung Jawab Bersama di Fase Kritis

Menghadapi kenyataan bahwa Indonesia kini berada dalam fase kritis perubahan iklim, penguatan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman bencana yang semakin kompleks. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan bahwa pengalaman banjir besar yang melanda Jabodetabek pada Maret lalu merupakan contoh nyata perlunya sistem kebencanaan yang lebih kokoh dan terintegrasi. 

Sistem ini mencakup tiga lapisan penting: BMKG sebagai penyedia informasi dini di hulu, kemudian diikuti oleh jajaran pemerintah daerah, BNPB, Badan SAR, TNI, Polri, media massa, hingga komunitas sebagai jembatan informasi, dan masyarakat sebagai pihak paling akhir yang menerima informasi dan bertindak.

Namun, kekuatan mata rantai tersebut tidak akan maksimal jika dijalankan secara parsial. Semua elemen harus saling terhubung dan berkolaborasi sesuai perannya masing-masing agar pesan-pesan peringatan dini benar-benar sampai kepada masyarakat secara utuh dan tepat waktu. Sinergi antara lembaga pemerintah, media, komunitas lokal, dan masyarakat adalah langkah fundamental untuk meminimalisir risiko bencana yang bisa semakin sering terjadi.

Lebih dari itu, perubahan iklim yang telah memasuki fase genting menuntut pendekatan yang lebih adaptif. Tidak cukup lagi mengandalkan cara-cara lama, diperlukan langkah-langkah inovatif dan konkret agar penanganan bencana menjadi lebih efektif. Seluruh upaya ini harus berorientasi pada satu tujuan besar: melindungi keselamatan masyarakat dan membangun ketahanan yang lebih tangguh di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata.

Peran Khusus bagi Pelaku Industri

Sektor industri, sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi karbon dan penggunaan sumber daya alam, memegang peranan strategis dalam menentukan arah masa depan lingkungan. Oleh karena itu, dunia usaha diharapkan agar tidak sekadar berorientasi pada pertumbuhan keuntungan semata, melainkan juga harus menempatkan aspek keberlanjutan sebagai fondasi utama dalam setiap kebijakan dan operasional bisnisnya.

Salah satu pendekatan yang kini menjadi standar global dalam praktik bisnis berkelanjutan adalah penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). ESG adalah kerangka kerja yang dirancang untuk membantu perusahaan mengukur dan mengelola dampak mereka terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik. Melalui penerapan ESG, perusahaan diharapkan tidak hanya berkontribusi dalam penurunan emisi karbon, tetapi juga turut menciptakan dampak sosial yang positif dan memperkuat transparansi tata kelola.

Selain sebagai bentuk tanggung jawab moral, penerapan ESG juga memiliki nilai strategis secara bisnis. Semakin banyak investor global yang kini memprioritaskan perusahaan dengan kinerja ESG yang baik. Bahkan, sejumlah lembaga keuangan dan institusi multinasional telah memasukkan kriteria ESG sebagai syarat utama dalam penyaluran pendanaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan lagi sekadar tren, melainkan telah menjadi standar baru dunia bisnis.

Dengan kondisi dunia yang berada dalam fase kritis iklim, kontribusi aktif dari sektor industri melalui penerapan ESG bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Perusahaan yang mampu bertransformasi menjadi bagian dari solusi akan menjadi garda terdepan dalam menjaga keberlanjutan bumi, sekaligus memperkuat daya saing bisnis di tengah tantangan global yang semakin kompleks.

Krisis iklim nyata terjadi, jangan tunggu sampai bencana berikutnya datang tanpa persiapan. Kini, Satuplatform.com hadir untuk membantu bisnis mengambil langkah konkret. Satuplatform  mendampingi perusahaan dalam merancang strategi keberlanjutan, mitigasi risiko iklim, dan penyusunan laporan yang kredibel sesuai standar global. Pelajari lebih lanjut layanan kami, disini!

Similar Article