industri hijau

Perkembangan Industri Hijau Indonesia: Menavigasi Transisi, Memperkuat Daya Saing

Tekanan global terhadap dekarbonisasi mendorong negara-negara untuk menata ulang strategi industrinya menuju pendekatan yang lebih berkelanjutan. Dengan struktur ekonomi yang masih sangat bergantung pada sektor padat energi fosil, tantangan transisi menuju industri hijau (green industry) menjadi pendekatan krusial bagi Indonesia. Tahun 2025 ini merupakan momentum strategis domestik dengan keputusan Pemerintah Indonesia  untuk memprioritaskan kebijakan hijau. Adopsi pendekatan hijau bagi bisnis di Indonesia membuka peluang transformasi industri nasional. Kebijakan ini menuntut pelaku industri lebih adaptif dalam mengadopsi strategi dekarbonisasi. Baca Juga: Hadapi Krisis Energi, Apa Saja yang Perlu Dilakukan? Mengapa Green Industry Penting bagi Indonesia? Industri hijau didefinisikan sebagai pendekatan manufaktur dan produksi yang mengintegrasikan efisiensi sumber daya dan pengurangan dampak lingkungan secara sistematis. Dalam konteks global, green industry policy dipandang sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, sekaligus alat meningkatkan daya saing jangka panjang. Kondisi ini selaras dengan kebutuhan Indonesia saat ini dan di masa mendatang, terutama dalam sektor ekonomi. Dengan ambisi untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2025 dan sumber daya yang melimpah, Indonesia berada di persimpangan strategis dalam upaya dekarbonisasi dan pertumbuhan ekonomi.  Jika mampu menyelaraskan transformasi industrinya dengan prinsip hijau, negara ini berpotensi menjadi pemain kunci di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, pemerintah memiliki peran krusial dalam memastikan transisi yang adil dan terarah, termasuk melalui intervensi kebijakan yang memperkuat ekosistem green industry nasional. Kebijakan dan Dukungan Pemerintah: Pilar Penggerak Transformasi Pemerintah Indonesia mulai menunjukkan komitmennya melalui peluncuran peta jalan Net Zero Emission dan kebijakan turunan seperti standar industri hijau (SIH) untuk 17 jenis industri serta GISCO (Green Industry Service Company) dari Kementerian Perindustrian.  GISCO berfungsi sebagai agregator antara industri dan penyedia green financing yang diharapkan dapat membantu memperkuat kelembagaan untuk kebutuhan green industry. Sedangkah SIH menjadi kerangka pendukung akuntabilitas pelaku industri dalam upaya operasional yang berprinsip sustainability. Selain itu, dorongan pembiayaan hijau makin dikuatkan dengan diversifikasi pendanaan melalui kolaborasi lintas sektor pada sektor energi terbarukan dan alat berat. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan peran regulasi dan kebijakan fiskal dalam mempercepat transformasi green industry di Indonesia.  Tren dan Praktik Hijau dalam Rantai Pasok Industri Selain green industry policy dan green financing, konsep green supply chain kini turut menjadi sorotan utama. Dengan meningkatnya tuntutan pasar internasional terhadap produk berkelanjutan, regulasi seperti CBAM mulai berdampak signifikan pada strategi ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia.  CBAM mengharuskan produsen menelusuri dan melaporkan emisi produk yang mereka ekspor, terutama ke pasar Eropa. Integrasi praktik ramah lingkungan dalam rantai pasok menjadi krusial. Green supply chain dinilai memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi emisi, serta memperkuat akses ke pasar ekspor.  Di samping itu, implementasi teknologi penelusuran dan transparansi produk juga makin mendesak dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas yang menjadi kunci evaluasi keberhasilan penerapan green supply chain. Tantangan Lapangan: Infrastruktur, Pembiayaan, SDM Meski kerangka kebijakan industri hijau di Indonesia mulai terbentuk, akses terhadap infrastruktur pendukung seperti logistik berkelanjutan, energi terbarukan, dan fasilitas produksi rendah emisi masih belum merata.  Akses terhadap pembiayaan hijau juga masih terbatas, terutama untuk industri kecil dan menengah. Begitu pula dengan celah kompetensi SDM dalam menerapkan teknologi dan prinsip green industry.  AIGIS (Annual Indonesian Green Industry Summit) hadir sebagai inisiatif lain pemerintah Indonesia sebagai wadah kolaborasi dengan fokus pada inovasi dan sustainable economy. AIGIS membangun kolaborasi lintas pemangku kepentingan dan pemberdayaan kesadaran masyarakat melalui program kompetisi dan annual summit.  Di tahun 2025, AIGIS hadir dengan fokus pembahasan pengembangan ekosistem industri hijau dan akselerasi dekarbonisasi.  Peluang Nyata: Sektor Prioritas dan Potensi Indonesia Transisi menuju industri hijau di Indonesia  juga memiliki peluang ekonomi strategis. Secara khusus, sektor kendaraan listrik, energi terbarukan (seperti solar dan angin), pengolahan mineral hijau, serta manufaktur berbasis keberlanjutan menjadi area prioritas yang bisa membawa daya saing baru bagi perkembangan green industry Indonesia. Misalnya, dalam konteks hilirisasi nikel, strategi pengelolaan yang berbasis rendah karbon dengan integrasi solar PV dan hydropower berpeluang memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok komponen kendaraan listrik.  Melansir dari Inti Media, kebijakan strategis dan meningkatnya kebutuhan energi bersih diprediksi mendorong pertumbuhan green industry di Indonesia hingga 20% pada tingkat CAGR (pertumbuhan tahunan gabungan).   Pelaku manufaktur yang berhasil mengadopsi standar dan SIH sangat berpeluang mengakses pasar ekspor dengan nilai tambah tinggi karena peluang investasi dan pertumbuhan luas.  Mengubah Tantangan Menjadi Keunggulan Kompetitif Transformasi menuju industri hijau merupakan investasi untuk masa depan ekonomi Indonesia. Negara yang mampu mengintegrasikan kebijakan, teknologi, dan kompetensi SDM akan memiliki keunggulan strategis dalam lanskap ekonomi global yang terus berubah. Kolaborasi berbagai pihak dan pemangku kepentingan, khususnya antara pelaku industri, regulator, penyedia teknologi, dan lembaga pembiayaan adalah sebuah komponen utama untuk menjawab tantangan dengan solusi konkret dan efektif. Mulai langkah bisnis Anda menuju industri hijau dengan strategi, mitra, dan teknologi yang tepat. Pelajari FREE DEMO Satuplatform untuk strategi yang efektif dalam mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam operasional bisnis Anda.  Similar Article Adaptasi Bisnis di Era Krisis Energi Pasokan bahan bakar menjadi semakin terbatas, dengan harga yang melambung tinggi, merupakan salah satu bukti bahwa dunia sedang mengalami krisis energi. Kondisi krisis energi yang saat ini tengah melanda berbagai belahan dunia bukan hanya berdampak pada sektor energi itu sendiri, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap keberlanjutan operasional dunia usaha.  Baca juga artikel lainnya : Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Ketergantungan pada bahan bakar fosil, fluktuasi harga energi, hingga ketidakpastian geopolitik membuat banyak perusahaan menghadapi tantangan serius dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas pasokan. Untuk itu, adaptasi strategis menjadi suatu keharusan, terutama dalam konteks transisi menuju ekonomi rendah… The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry In an era when sustainability has become a defining trend across industries, the beauty sector does not want to be left-behind. From biodegradable packaging to cruelty-free testing and vegan formulas, brands are racing to meet the growing consumer demand for environmentally responsible products.  However, beneath the glossy labels and eco-marketing lies a lesser-known contradiction, that some beauty materials like synthetic silicones are presenting as a new environmental challenge. This article will explore the environmental cost of silicones in the beauty industry. Read other articles : Business Adaptation Amid Environmental Challenges Why Silicones in Beauty Products? Silicones are a group of… Unveiling the Environmental Footprint of Vaping Culture Over the past decade, vaping has been marketed as …

sumber energi biomassa

Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Biomassa Masih Minim di Indonesia?

ESDM mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energi biomassa yang sangat besar, bahkan diprediksi mampu menghasilkan listrik setara 60 GW jika dimanfaatkan secara optimal dari limbah pertanian dan kehutanan seperti serbuk kayu dan kelapa sawit.  Namun, hingga kini adopsi biomassa sebagai sumber energi terbarukan masih tertinggal dibandingkan dengan tenaga surya dan air. Di tengah urgensi transisi energi dan tekanan global untuk menurunkan emisi, stagnasi ini menimbulkan pertanyaan: mengapa energi biomassa belum menjadi primadona dalam bauran energi nasional?  Baca Juga: Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform Apa Itu Energi Biomassa dan Apa Saja Ragamnya? Energi biomassa berasal dari bahan organik seperti limbah pertanian, residu kehutanan, limbah industri, dan kotoran hewan yang dapat dibakar langsung atau dikonversi menjadi bioenergi seperti biogas, bioetanol, dan biodiesel. Jenis-jenis utama biomassa meliputi: Secara global, sumber energi biomassa telah digunakan secara luas semenjak zaman lampau. Melalui berbagai jenis proses kimia pemanfaatan biomassa yang terintegrasi dengan sistem energi modern sangat mungkin dilakukan.  Swedia telah mengoptimalkan sumber energi biomassa dari hutan negara untuk pemanasan, listrik, dan biofuel. Sedangkan Jerman memanfaatkan biofuel untuk sebagai bahan bakar transportasi, dan biogas untuk alat pemanas dan penghasil listrik.  Minimnya Pemanfaatan Limbah Kayu Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat menjanjikan, dengan estimasi pasokan biomassa mencapai 146 juta ton/tahun.  Pada tahun 2023, ESDM menyebut bahwa pemanfaatan campuran limbah pertanian dan kehutanan (biomass co-firing) di 42 lokasi di Indonesia dapat menghasilkan 2.740 GWh energi ramah lingkungan dan mengonsumsi 2,2 juta ton biomassa. Tidak hanya itu saja, provinsi seperti Kalimantan Timur telah mengidentifikasi potensi besar biomassa dari kayu, limbah kelapa sawit, dan residu pertanian di Indonesia.  Temuan ini menunjukkan peluang besar bagi industri pengolahan limbah dan energi untuk menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah untuk memberdayakan sumber energi biomassa dalam memenuhi kebutuhan pasokan listrik regional maupun nasional. Tantangan dan Hambatan Adopsi Energi Biomassa Pemanfaatan potensi energi biomassa di Indonesia masih minim akibat sejumlah tantangan yang dihadapi industri maupun regulator.  1. Kebijakan dan regulasi yang belum matang Kerangka regulasi yang belum stabil membuat skema insentif dan regulasi harga pembelian listrik dari biomassa belum menarik investor. 2. Keterbatasan infrastruktur dan teknologi Kurangnya fasilitas pengolahan limbah menjadi energi serta minimnya teknologi konversi biomassa modern menghambat skala implementasi. 3. Keekonomian dan pasar Harga keekonomian biomassa seringkali kalah saing dengan batu bara atau solar bersubsidi. Selain itu, belum ada mekanisme jangka panjang seperti PPA (Power Purchase Agreement) yang menguntungkan bagi produsen energi biomassa. 4. Distribusi pasokan Pasokan biomassa tersebar dan bergantung pada musim serta aktivitas industri menyulitkan kestabilan pasokan bagi pembangkit. Studi Kasus Singkat  Di tengah berbagai tantangan dan keterbatasan, sejumlah daerah di Indonesia telah berkomitmen memanfaatkan sumber energi biomassa untuk kebutuhan pasokan listrik lokal  1. Ekosistem Biomassa Tasikmalaya Di Tasikmalaya, Jawa Barat (30 September 2024), PLN melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia memperluas program pemanfaatan biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Program ini bertujuan mendorong transisi energi sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dengan memanfaatkan tanaman indigofera di lahan kritis.  Melalui pendekatan pertanian terpadu dan partisipasi kelompok tani, indigofera dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan bakar co-firing biomassa. Program ini diluncurkan secara resmi pada 26 September 2024 dan telah memberdayakan lebih dari 400 warga dengan proyeksi nilai ekonomi Rp30 miliar per tahun. 2. PLTBm di Provinsi Kalimantan Barat  Di Desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) pertama di provinsi tersebut sekaligus yang pertama oleh swasta di daratan Kalimantan.  Tujuan utamanya adalah meningkatkan kapasitas pasokan listrik dan mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik di daerah yang belum teraliri, yang masih mencakup sekitar 24% wilayah Kalbar.  PLTBm ini mulai beroperasi pada April 2018 dan menghasilkan listrik hingga 10 MW yang disalurkan ke jaringan PLN melalui sistem jaringan Khatulistiwa. Listrik dihasilkan dari pembakaran limbah pertanian seperti cangkang sawit dan sabut kelapa, menggunakan sistem serupa PLTU namun dengan energi terbarukan yang bersumber dari biomassa. Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Biomassa Perlu Dipercepat Di Indonesia? Energi biomassa di Indonesia tidak kekurangan potensi tetapi terkendala pada aspek regulasi, infrastruktur, dan keekonomian. Agar biomassa tidak menjadi potensi yang terus tertunda, diperlukan pendekatan strategis yang meliputi: Dengan sinergi pemanfaatan, perangkat, dan regulasi yang tepat, biomassa dapat menjadi komponen penting dalam pencapaian target dekarbonisasi Indonesia dan  mendukung ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan.Kelola strategi dekarbonisasi bisnis Anda dengan lebih terarah bersama Satuplatform. Coba FREE DEMO kami segera untuk merasakan kemudahannya. Similar Article Adaptasi Bisnis di Era Krisis Energi Pasokan bahan bakar menjadi semakin terbatas, dengan harga yang melambung tinggi, merupakan salah satu bukti bahwa dunia sedang mengalami krisis energi. Kondisi krisis energi yang saat ini tengah melanda berbagai belahan dunia bukan hanya berdampak pada sektor energi itu sendiri, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap keberlanjutan operasional dunia usaha.  Baca juga artikel lainnya : Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Ketergantungan pada bahan bakar fosil, fluktuasi harga energi, hingga ketidakpastian geopolitik membuat banyak perusahaan menghadapi tantangan serius dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas pasokan. Untuk itu, adaptasi strategis menjadi suatu keharusan, terutama dalam konteks transisi menuju ekonomi rendah… The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry In an era when sustainability has become a defining trend across industries, the beauty sector does not want to be left-behind. From biodegradable packaging to cruelty-free testing and vegan formulas, brands are racing to meet the growing consumer demand for environmentally responsible products.  However, beneath the glossy labels and eco-marketing lies a lesser-known contradiction, that some beauty materials like synthetic silicones are presenting as a new environmental challenge. This article will explore the environmental cost of silicones in the beauty industry. Read other articles : Business Adaptation Amid Environmental Challenges Why Silicones in Beauty Products? Silicones are a group of… Unveiling the Environmental Footprint of Vaping Culture Over the past decade, vaping has been marketed as a cleaner alternative to traditional smoking. The trend of e-cigarettes and vape pens have gained favor among younger generations, tech-savvy consumers, and even smokers seeking harm reduction. However, beneath the cloud of flavored vapor lies a less publicized reality. It is about a growing environmental footprint that poses critical challenges to sustainability, waste management, and corporate responsibility. Read other articles : The Environmental …

ghg emission

Key Trends of GHG Emission in 2025 for Climate-Forward Companies

2025 is poised to be a transformative year for environmental, social, and governance (ESG) practices and overall corporate sustainability. Driven by escalating regulatory pressures, urgent climate challenges, and rapid advancements in artificial intelligence, how does this dynamic shape the GHG emission trends for companies?  In fact, as businesses worldwide accelerate their race towards ambitious 2030 sustainability goals, they find themselves amidst an accelerating ecological transition that demands proactive engagement. If they don’t want to fall behind, companies must take an immediate review of their decarbonization strategies, and explore and prepare to adjust it accordingly to prove their commitment as climate-forward companies from this year of 2025. Other Article: Carbon Pricing: An Approach to Reduce Greenhouse Gas (GH) The Compliance Imperative: Regulatory Shifts and Expanding Carbon Markets  Companies should note the regulatory shifts. Currently, the landscape of GHG accounting is definitively shifting from a voluntary approach to a mandatory compliance mindset across the globe.  This transition is fueled by the continuous rollout of regulatory disclosures, specifically focused on greenhouse gas emissions and climate risk. These factors intensify demands for emissions reductions through tightening international climate policies.  Aside from the Paris Agreement that Recessary highlights to be the center of carbon credit trading growth, the European Union stands as a prominent policy pioneer, spearheading efforts towards carbon neutrality by 2050. Their regulatory frameworks are comprehensive and clearly reflect the heightened expectations for emissions reductions. They includes the following aspects: Concurrently, global carbon markets are experiencing expansion, significantly bolstered by the implementation of Article 6 agreements. Compliance systems, such as the EU’s ETS,  are key drivers in this market evolution; even developing nations are establishing their own carbon markets, with a sector-tailored approach, to mobilize vital climate finance. This predictive initiative will impact transparency and traceability of companies’ carbon strategy.  Correspondingly, in 2025, businesses’ critical focus will be the decarbonization of entire supply chains, with particular emphasis on addressing Scope 3 emissions. Innovation and Technology that Drives GHG Emission Strategy and Data Excellence  This year is also expected to witness an accelerated transition towards renewable energy sources, propelled by global net-zero goals and significant advancements in clean technologies like solar, wind, and green hydrogen.  This vital shift directly supports efforts to reduce Scope 1 and Scope 2 carbon emissions.  Beyond energy, groundbreaking advancements are expected in Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) technologies, alongside the development of innovative carbon-negative polymers. Furthermore, Natural Climate Solutions (NCS) are gaining traction as effective strategies for absorbing and storing greenhouse gases. Crucially, artificial intelligence (AI) and big data are set to revolutionize sustainability efforts by optimizing resource utilization and enhancing energy efficiency across industries. More specifically for ESG, AI will automate ESG data collection which is expected to significantly improve metrics accuracy, and enable real-time reporting essential for meeting evolving regulations.  This amplified the necessity of improvement in carbon data management and credibility, especially for organizations that are just beginning their GHG reporting journeys. Navigating Complex Shifts with Efficient and Strategic Data It’s unavoidable for companies around the world to note the intensified GHG emissions necessity that is characterized by stricter regulatory compliance, innovation in technology and energy utilization, and stronger commitment to robust and valid data.  To effectively navigate these intricate shifts and position themselves as leaders, climate-forward companies must embrace comprehensive digital ESG tools for efficient data management, accurate reporting, and strategic decarbonization planning. Satuplatform comes with an end-to-end solution to support your company’s effort in climate actions through an array of tailored services and consultations for various industries. Benefit from our FREE DEMO to take a step into a greener future immediately! Similar Article Adaptasi Bisnis di Era Krisis Energi Pasokan bahan bakar menjadi semakin terbatas, dengan harga yang melambung tinggi, merupakan salah satu bukti bahwa dunia sedang mengalami krisis energi. Kondisi krisis energi yang saat ini tengah melanda berbagai belahan dunia bukan hanya berdampak pada sektor energi itu sendiri, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap keberlanjutan operasional dunia usaha.  Baca juga artikel lainnya : Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Ketergantungan pada bahan bakar fosil, fluktuasi harga energi, hingga ketidakpastian geopolitik membuat banyak perusahaan menghadapi tantangan serius dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas pasokan. Untuk itu, adaptasi strategis menjadi suatu keharusan, terutama dalam konteks transisi menuju ekonomi rendah… The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry In an era when sustainability has become a defining trend across industries, the beauty sector does not want to be left-behind. From biodegradable packaging to cruelty-free testing and vegan formulas, brands are racing to meet the growing consumer demand for environmentally responsible products.  However, beneath the glossy labels and eco-marketing lies a lesser-known contradiction, that some beauty materials like synthetic silicones are presenting as a new environmental challenge. This article will explore the environmental cost of silicones in the beauty industry. Read other articles : Business Adaptation Amid Environmental Challenges Why Silicones in Beauty Products? Silicones are a group of… Unveiling the Environmental Footprint of Vaping Culture Over the past decade, vaping has been marketed as a cleaner alternative to traditional smoking. The trend of e-cigarettes and vape pens have gained favor among younger generations, tech-savvy consumers, and even smokers seeking harm reduction. However, beneath the cloud of flavored vapor lies a less publicized reality. It is about a growing environmental footprint that poses critical challenges to sustainability, waste management, and corporate responsibility. Read other articles : The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry As with any fast-moving consumer product, the business of vaping brings with it not only profits but also a complex trail of… Earth Day: Act to Love the Earth Way More Better The world commemorates Earth Day every year on April 22nd, as a global reminder to reflect on how we treat our planet and what action we could take to contribute to a better environment.  Baca juga artikel lainnya : Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform Our planet is currently grappling with numerous environmental challenges, from ecosystem degradation and air pollution to waste management issues …

agroforestry

Agroforestry: A Nature-Based Climate Solution

As climate change intensifies, conventional agriculture faces increasing pressure. Integrating trees into farmland through agroforestry offers a transformative, nature-based path forward, turning agriculture into a powerful climate solution.  It’s an approach that integrates trees and shrubs into a crop and livestock system. This method not only restores ecosystems but also supports farmers in adapting to environmental stresses, positioning it as a vital strategy for climate mitigation and adaptation. Other Article: Balancing Biodiversity and Livelihood: The Future of Agroforestry in Indonesia Its Role in Climate Mitigation  Harmoniously planting trees and shrubs offers a promising future for sustainable farming and is a powerful approach to mitigating climate change. Below are three key climate benefits.  1. Carbon Sequestration Trees planted when practicing agroforestry systems act as carbon sinks by capturing CO₂ through tree biomass and soil organic matter. As trees and other plants absorb carbon dioxide from the atmosphere, it reduces the GHG emissions.  2. Biodiversity Enhancement Unlike monocultures, agroforestry systems maintain structural complexity and a variety of species, offering critical habitats for flora and fauna. These biodiversity gains contribute to ecosystem stability and resilience under climate stress. 3. Soil and Water Conservation Tree roots stabilize soil, reduce erosion by holding the soil intact, and enhance water infiltration. Thus, these systems improve soil health and microclimates, which help maintain productivity during droughts. Socio-Economic Benefits for Communities  The agroforestry system also preserves benefits for the socio-economic sector for community well-being.  1. Livelihood Diversification Agriculture combined with the forestry approach allows farmers to diversify income through timber, fruits, spices, or medicinal plants, reducing reliance on a single crop. This flexibility buffers rural communities from price shocks and crop failure, allowing year round income as well. 2. Food Security Trees interplanted with crops contribute to year-round food sources while improving soil fertility and moisture retention. These factors are critical for food resilience in changing climates.  3. Community Empowerment Community-led agroforestry initiatives, especially those involving traditional ecological knowledge, have empowered rural groups to manage resources sustainably and equitably. Agroforestry in Practice: Indonesian Case Studies  This approach is not a new agriculture method. It’s been practiced by indigenous communities across the globe. In Indonesia, a notable case is from Batutegi Protection Forest, Lampung.  Batutegi is actually a protected forest which was converted to farms and gravely suffers biodiversity loss and increased GHG emissions. To combat this, Batutegi farmers adopted agrisilviculture, a specific agriculture and forestry type that blends crops like coffee, pepper, and rubber with forest trees.  It successfully increased carbon stock beyond national averages for coffee agroforestry, demonstrating its environmental benefit.  While biodiversity needs improvement, this method offers a viable path to sustain livelihoods while protecting vital forest ecosystems, showcasing how thoughtful land management can turn a problem into a solution. Scaling Agroforestry’s Climate Impact The following aspects are necessary to scale its impact in combating climate issues.  1. Policy Integration & Finance Integrate agroforestry into National Climate Strategies (NDCs). Bolster this with robust financial mechanisms, overcoming initial costs and empowering farmer adoption through partnerships. 2. Farmer Empowerment & Knowledge Empower farmers with essential knowledge, capacity, and cost-sharing or co-financing for effective implementation. 3. Technology for MRV Leverage technology for precise monitoring, reporting, and verification (MRV). It’s crucial for accurately quantifying climate contributions like carbon sequestration and ecosystem health. 4. Data-Driven Impact A data-driven through systematic tree monitoring approach ensures transparent, long-term impact verification, securing agroforestry’s role as a measurable climate solution Agroforestry for Sustainability Agroforestry stands as a powerful nature-based solution, delivering vital environmental and socio-economic benefits. For businesses committed to restoring ecosystems and achieving climate targets, embracing this approach is strategic. Explore how Satuplatform’s end-to-end solutions can empower your journey. Get a FREE DEMO to step into a more sustainable future! Similar Article Adaptasi Bisnis di Era Krisis Energi Pasokan bahan bakar menjadi semakin terbatas, dengan harga yang melambung tinggi, merupakan salah satu bukti bahwa dunia sedang mengalami krisis energi. Kondisi krisis energi yang saat ini tengah melanda berbagai belahan dunia bukan hanya berdampak pada sektor energi itu sendiri, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap keberlanjutan operasional dunia usaha.  Baca juga artikel lainnya : Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Ketergantungan pada bahan bakar fosil, fluktuasi harga energi, hingga ketidakpastian geopolitik membuat banyak perusahaan menghadapi tantangan serius dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas pasokan. Untuk itu, adaptasi strategis menjadi suatu keharusan, terutama dalam konteks transisi menuju ekonomi rendah… The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry In an era when sustainability has become a defining trend across industries, the beauty sector does not want to be left-behind. From biodegradable packaging to cruelty-free testing and vegan formulas, brands are racing to meet the growing consumer demand for environmentally responsible products.  However, beneath the glossy labels and eco-marketing lies a lesser-known contradiction, that some beauty materials like synthetic silicones are presenting as a new environmental challenge. This article will explore the environmental cost of silicones in the beauty industry. Read other articles : Business Adaptation Amid Environmental Challenges Why Silicones in Beauty Products? Silicones are a group of… Unveiling the Environmental Footprint of Vaping Culture Over the past decade, vaping has been marketed as a cleaner alternative to traditional smoking. The trend of e-cigarettes and vape pens have gained favor among younger generations, tech-savvy consumers, and even smokers seeking harm reduction. However, beneath the cloud of flavored vapor lies a less publicized reality. It is about a growing environmental footprint that poses critical challenges to sustainability, waste management, and corporate responsibility. Read other articles : The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry As with any fast-moving consumer product, the business of vaping brings with it not only profits but also a complex trail of… Earth Day: Act to Love the Earth Way More Better The world commemorates Earth Day every year on April 22nd, as a global reminder to reflect on how we treat our planet and what action we could take to contribute to a better environment.  Baca juga artikel lainnya : Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform Our …

deforestasi

Mengapa Bisnis Perlu Peduli pada Masalah Deforestasi

Deforestasi adalah hilangnya hutan secara permanen akibat aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dan eksploitasi sumber daya alam. Saat ini, dunia kehilangan sekitar 10 juta hektare hutan setiap tahun, dan Indonesia termasuk negara dengan tingkat kehilangan hutan tertinggi.  Penggundulan hutan ini turut berpengaruh pada pasokan oksigen dan perubahan iklim dan berdampak pada dunia bisnis. Hilangnya hutan ini juga membuat suplai sumber alami terganggu yang mendisrupsi rantai pasok, mempengaruhi reputasi merek, hingga mengancam akses investasi.  Baca Juga: Ini Dia 5 Jenis Pohon Terbaik untuk Kurangi Emisi Karbon! Apa itu Deforestasi dan Dampaknya  Hilangnya hutan terjadi ketika hutan dibuka secara masif untuk keperluan pertanian, perkebunan, penebangan kayu, dan pembangunan infrastruktur dan kebutuhan aktivitas manusia lainnya.  Menurut Global Forest Watch, semenjak tahun 2002 hingga tahun 2024, area total hutan primer basah Indonesia yang hilang telah mencapai 11% . Di Indonesia, penyebab utama hilangnya jutaan hektare hutan tropis adalah perluasan kebun kelapa sawit sebagai bagian dari perkembangan produksi minyak kelapa (palm oil), logging industry, dan industri pertambangan (seperti batu bara, emas, dan nickel). Kondisi ini juga diperburuk dengan kebakaran hutan dan pembalakan liar di berbagai area terlindungi. Dampak ekologis penggundulan sangat luas karena kondisi ini secara langsung menghilangkan habitat bagi ribuan spesies makhluk hidup dan keanekaragaman hayati. Banyak di antaranya merupakan endemik dan terancam punah yang penting untuk kelangsungan ekosistem alami.  Penggundulan hutan juga mengganggu fungsi utama hutan sebagai penyerap karbon sehingga mempercepat emisi GRK (Gas Rumah Kaca), dan akhirnya turut memperburuk krisis iklim global. Kerusakan tersebut mengakibatkan efek domino pada sektor sosial dan ekonomi. Secara sosial, komunitas adat yang kehidupannya bergantung pada hutan kehilangan sumber kehidupan (kebutuhan makanan, pengobatan, dan penghasilan) dan tanah adat mereka.  Sedangkan di sektor ekonomi, perubahan iklim akibat penggundulan hutan juga berisiko mengganggu ketahanan pangan dan air lokal yang menjadi sumber dasar kebutuhan sehari-hari.  Mengapa Deforestasi Menjadi Isu yang Krusial untuk Bisnis Secara alami, hutan berfungsi menyerap karbon yang dapat memitigasi perubahan iklim serta menyediakan bahan baku penting bagi banyak sektor industri. Gundulnya hutan membawa ancaman pada ketahanan iklim. Kondisi tersebut akhirnya mengganggu ketahanan rantai pasok,  yang berakibat pada kelangkaan bahan baku untuk berbagai industri (seperti kayu, kertas, karet, kopi, coklat), kenaikan harga, dan gangguan produksi. Dari sisi finansial, penggundulan hutan dalam rantai pasok dinilai sebagai risiko material yang dapat mempengaruhi stabilitas operasional dan reputasi perusahaan. Perusahaan yang bergantung pada pasokan hasil praktik penggundulan hutan menghadapi paparan risiko regulasi, ketidakstabilan pasokan, serta tekanan dari pemangku kepentingan. Seluruh aspek tersebut secara tidak langsung berdampak pada posisi keuangan dan akses terhadap pendanaan berkelanjutan. Tak hanya itu, konsumen kini lebih sadar dan kritis terhadap praktik bisnis yang merusak lingkungan. Perusahaan yang terlibat dalam rantai pasok berbasis atau berkontribusi pada deforestasi berisiko kehilangan kepercayaan publik dan reputasi merek. Termasuk paparan kebijakan sustainability, ketertinggalan sertifikasi, dan kurangnya transparansi rantai pasok. Sebagai contoh, PT Asia Pulp and Paper (APP) menyadari potensi penyakit dan hama pada tanaman akibat perubahan iklim dan berdampak negatif pada operasional perusahaan. Oleh sebab itu, mereka berkomitmen mengurangi emisi karbon, melindungi hutan, dan mengatasi penggundulan hutan sebagai bagian dari strategi sustainability perusahaan.  Bagaimana Bisnis Dapat Peduli dan Bertindak Atasi Deforestasi  Untuk mengatasi risiko dan memperkuat ketahanan bisnis, perusahaan dapat menerapkan strategi anti-deforestasi yang meliputi pengelolaan rantai pasok hingga kolaborasi lintas fungsi sosial berikut.   Mengelola rantai pasok secara berkelanjutan dengan memilih pemasok yang bebas praktik penggundulan hutan dan melakukan audit secara berkala. Perusahaan dapat mendukung konservasi dan restorasi hutan, baik melalui inisiatif koalisi maupun kemitraan dengan komunitas masyarakat adat, pemimpin perusahaan lain, dan pemerintah daerah kehutanan.  Meningkatkan transparansi dengan melaporkan indikator keberlanjutan dalam laporan ESG dan mengikuti standar pelaporan seperti TCFD atau GRI. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu mencegah kerusakan lingkungan, tetapi juga memperkuat posisi bisnis di mata investor, regulator, dan konsumen yang peduli lingkungan. Dampak penggundulan hutan menjadi tantangan strategis jangka panjang bagi kelangsungan bisnis di berbagai sektor industri. Kerusakan ekosistem akibat deforestasi meningkatkan emisi karbon dan mengganggu stabilitas iklim, peningkatan tantangan dan biaya operasional, hingga hilangnya peluang ekonomi dan meningkatnya angka kemiskinan.  Secara spesifik, perusahaan sangat mungkin berhadapan dengan konflik penggunaan lahan dan risiko izin sosial untuk operasional yang berdampak negatif pada keseluruhan citra perusahaan dan potensi perkembangan jangka panjang.  Investasi dalam proyek mengatasi hilangnya hutan adalah kebutuhan bagi perusahaan untuk meningkatkan ketangguhan bisnis dan mendorong diferensiasi pasar untuk pertumbuhan nilai dan reputasi di mata publik.  Tentang Satuplatfom Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting.  Fitur-fitur Satuplatform memungkinkan perusahaan untuk: mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara efisien, menghitung dan mengelola emisi karbon, menyusun laporan sesuai standar nasional dan internasional. Pelajari bagaimana perusahaan Anda dapat mengatasi dampak deforestasi melalui FREE DEMO layanan kami. Similar Article Mengapa Bisnis Perlu Peduli pada Masalah Deforestasi Deforestasi adalah hilangnya hutan secara permanen akibat aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dan eksploitasi sumber daya alam. Saat ini, dunia kehilangan sekitar 10 juta hektare hutan setiap tahun, dan Indonesia termasuk negara dengan tingkat kehilangan hutan tertinggi.  Penggundulan hutan ini turut berpengaruh pada pasokan oksigen dan perubahan iklim dan berdampak pada dunia bisnis. Hilangnya hutan ini juga membuat suplai sumber alami terganggu yang mendisrupsi rantai pasok, mempengaruhi reputasi merek, hingga mengancam akses investasi.  Baca Juga: Ini Dia 5 Jenis Pohon Terbaik untuk Kurangi Emisi Karbon! Apa itu Deforestasi dan Dampaknya  Hilangnya hutan terjadi ketika hutan dibuka secara masif untuk keperluan… Industri Hijau dan Ekonomi Karbon: Menemukan Nilai Tambah Baru lewat Verifikasi Emisi dan Kredit Karbon Gaung tentang pentingnya pengembangan dan adopsi konsep industri hijau (green industry) tidak pernah lepas dalam pembahasan terkait isu perubahan iklim di kancah global, maupun dalam negeri. Industri menjadi pemain kunci dalam transisi menuju ekonomi hijau.  Komitmen global terhadap dekarbonisasi mendorong perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi melalui upaya dekarbonisasi yang lebih terakselerasi dan sistematis.  Dalam konteks ini, ekonomi karbon menjadi peluang strategis baru yaitu mengubah emisi karbon menjadi aset bernilai finansial melalui mekanisme seperti kredit karbon dan verifikasi emisi. Baca Juga: Kredit Karbon, Solusi Perusahaan Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Keterkaitan Antara Industri Hijau dan Strategi Emisi Karbon  Konsep… Perkembangan Laporan Keberlanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma …

industri hijau

Industri Hijau dan Ekonomi Karbon: Menemukan Nilai Tambah Baru lewat Verifikasi Emisi dan Kredit Karbon

Gaung tentang pentingnya pengembangan dan adopsi konsep industri hijau (green industry) tidak pernah lepas dalam pembahasan terkait isu perubahan iklim di kancah global, maupun dalam negeri. Industri menjadi pemain kunci dalam transisi menuju ekonomi hijau.  Komitmen global terhadap dekarbonisasi mendorong perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi melalui upaya dekarbonisasi yang lebih terakselerasi dan sistematis.  Dalam konteks ini, ekonomi karbon menjadi peluang strategis baru yaitu mengubah emisi karbon menjadi aset bernilai finansial melalui mekanisme seperti kredit karbon dan verifikasi emisi. Baca Juga: Kredit Karbon, Solusi Perusahaan Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Keterkaitan Antara Industri Hijau dan Strategi Emisi Karbon  Konsep utama green industry terbagi dalam tiga aspek yang mencakup efisiensi energi, minimasi limbah, dan penggunaan bahan baku ramah lingkungan.  Salah satu langkah kunci dalam transisi menuju green industry untuk mewujudkan sustainable economy adalah penerapan strategi pengelolaan karbon. Perubahan kondisi secara global yang mencakup masalah perubahan iklim dan dampaknya mengubah status pengelolaan karbon dari sekadar indikator kepatuhan lingkungan menjadi cerminan reputasi perusahaan dan daya saing pasar.  Pengelolaan emisi karbon yang terukur dan terdokumentasi secara transparan di dunia industri saat ini juga memberi akses pada pasar ekonomi hijau serta insentif berbasis performa yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. Aspek-aspek tersebut merupakan matriks strategis sebuah perusahaan di masa mendatang.  Ekonomi Karbon: Mengubah Reduksi Emisi menjadi Nilai Finansial  Kesadaran akan pengaruh emisi karbon pada keseluruhan aspek dasar kehidupan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) mendorong regulator untuk mengidentifikasi risiko dan peluang yang tersedia untuk mengurangi dan mengatasi dampak jejak karbon.  Salah satu peluang yang menjadi fokus Pemerintah Indonesia dalam upaya ini adalah melalui implementasi pasar karbon, yang juga dikenal dengan carbon market atau carbon trading.  Konsep pasar karbon memungkinkan perusahaan, emiten, atau organisasi untuk menjual “kredit karbon” yang berasal dari aktivitas reduksi emisi yang diverifikasi. Skema penjualan kredit karbon ini terbagi menjadi pasar karbon wajib (compliance market) dan sukarela (voluntary market).  Perusahaan dapat mengklaim insentif atau menjual kredit karbon hasil dari proyek pengurangan emisi. Praktik ini berlaku di berbagai sektor seperti carbon capture and storage (CCS), kendaraan listrik, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah. Pada tahun 2023 lalu, Pemerintah Indonesia sudah memperkenalkan pasar karbon nasional, yaitu IDXCarbon. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen terhadap National Determined Contribution (NDC) dan upaya percepatan adopsi green industry sebagai pendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon.  Secara garis besar, carbon market memfasilitasi perusahaan dan bisnis mendapatkan keuntungan tambahan dengan berkontribusi pada menurunkan jejak karbon yang terstruktur dan terverifikasi. Keuntungan yang paling utama adalah terbukanya potensi pendapatan baru dan pengakuan sebagai pelaku industri hijau yang progresif. Tantangan Implementasi & Solusi Praktis Meskipun sustainability sudah menjadi sebuah keharusan yang bersifat strategis dan kebutuhan yang mendesak untuk kelangsungan bisnis, tetapi dalam kenyataannya, masih banyak perusahaan menghadapi hambatan dalam implementasi strategi pengelolaan karbon yang efektif.  Secara internal, perusahaan hadapi kendala utama yang berpusat pada data emisi yang tidak akurat, tidak terdokumentasi, atau tidak terverifikasi.  Ketidakpastian metode penghitungan dan pelaporan membuat strategi menjadi tidak efektif. Minimnya sumber daya untuk membangun sistem pemantauan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) yang kredibel. International Climate Initiative mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH telah membangun sistem MRV nasional. Sistem ini memastikan bahwa pengelolaan karbon dapat diaudit, transparan, dan sesuai regulasi dan menjadi kerangka penting untuk integrasi sektor swasta ke pasar karbon. Carbon Economy Service Memaksimalkan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Daya Saing Unggul Sebagai bentuk komitmen dan dukungan terhadap upaya pencapaian green industry and economy di Indonesia, Satuplatform menghadirkan layanan Carbon Economy Service dengan berbagai fitur berikut.  Dashboard Carbon & ESG berbasis data: memberi pandangan menyeluruh terhadap emisi perusahaan dan rantai pasok. Pengukuran emisi: secara akurat, terstandarisasi, dan dapat disesuaikan untuk semua sektor industri.  Pemantauan real-time & otomatisasi pelaporan: mengurangi beban manual dan kesalahan input. Akses gratis & konsultasi teknis: memudahkan perusahaan mengintegrasikan pelaporan karbon dalam operasi. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat menyusun strategi dekarbonisasi berbasis data serta menyajikan mengungkapkan strategi pengelolaan karbon yang transparan dan kredibel.  Laporan emisi karbon yang kredibel akan memudahkan perusahaan untuk memperkuat posisi di mata investor, rekan bisnis, regulator, maupun konsumen. Lebih dari itu, transparansi  dalam pelaporan juga mengurangi risiko reputasi dan  meningkatkan daya tarik terhadap pembiayaan hijau dan akses ke insentif berbasis ESG.  Tentang Satuplatform Dengan sistem verifikasi yang andal dan pemanfaatan pasar karbon, perusahaan dapat memonetisasi reduksi emisi dan menjadi bagian dari transformasi menuju industri hijau untuk ketahanan jangka panjang.  Satuplatform hadir dengan tim berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis dan siap membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi sustainability yang tepat. Hubungi Satuplatform untuk mendapatkan FREE DEMO segera! Similar Article Industri Hijau dan Ekonomi Karbon: Menemukan Nilai Tambah Baru lewat Verifikasi Emisi dan Kredit Karbon Perkembangan Laporan Keberlanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini membuka peluang dan memicu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta memperkuat urgensi penerapan sustainability report secara strategis. Saat ini, pengungkapan laporan sustainability telah menjadi suatu kewajiban bagi emiten dan perusahaan publik di Indonesia dan diatur oleh OJK. Kewajiban tersebut mencerminkan akuntabilitas terhadap publik, sekaligus penggerak pertumbuhan industri hijau yang mendorong perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia.  Baca Juga: Sustainability Report dan Fungsinya Arah Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia Menuju Strategi Transformasi  Implementasi Peraturan OJK No.51/POJK.03/2017 tentang kewajiban lembaga jasa keuangan, emiten,… Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal strategi sustainability.  Melansir dari laman PwC Indonesia, trend sustainability report terus berkembang menuju arah yang lebih strategis dan secara menyeluruh menyoroti komitmen perusahaan dalam mematuhi standar global dan strategi keberlanjutan.  Kondisi ini turut menuntut perusahaan untuk mampu mengkomunikasikan efektivitas strategi tersebut secara transparan pada pemangku kepentingan, yang masih menjadi tantangan tersendiri.   Baca Juga: Sustainability Report: Transparansi Membangun Kepercayaan Mengapa Transparansi Penting Dalam Menyajikan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Sustainability Report ?  Pada dasarnya, sustainability report merupakan pengungkapan yang memberikan wawasan tentang… Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan …

6

Perkembangan Laporan Keberlanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau

Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini membuka peluang dan memicu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta memperkuat urgensi penerapan sustainability report secara strategis. Saat ini, pengungkapan laporan sustainability telah menjadi suatu kewajiban bagi emiten dan perusahaan publik di Indonesia dan diatur oleh OJK. Kewajiban tersebut mencerminkan akuntabilitas terhadap publik, sekaligus penggerak pertumbuhan industri hijau yang mendorong perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia.  Baca Juga: Sustainability Report dan Fungsinya Arah Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia Menuju Strategi Transformasi  Implementasi Peraturan OJK No.51/POJK.03/2017 tentang kewajiban lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik untuk menyusun sustainability report merupakan salah satu perkembangan yang paling signifikan.  Pada tahun 2023, peraturan ini mendorong sekitar 70% dari perusahaan yang terdaftar di BEI mempublikasikan laporan mereka sebagai bentuk kepatuhan pada regulasi.  Namun, lebih dari sekadar kewajiban regulasi, tujuan utama pengungkapan laporan berkelanjutan adalah sebagai alat strategis yang mendorong transformasi bisnis dan berkontribusi pada agenda (green economy), salah satunya melalui pertumbuhan green industry.  Evolusi ini sejalan dengan tekanan global terhadap transparansi dan akuntabilitas lingkungan. Pada tahun 2024 lalu, KPMG melaporkan terjadinya pergeseran sustainability reporting dari sukarela menjadi kewajiban (mandatory reporting) di berbagai negara secara global.  Meskipun praktik pelaporan berkelanjutan di Indonesia masih berada di tahap awal, tetapi tetap menunjukkan peningkatan dari sisi kuantitas.   Menurut studi PwC Indonesia (2023), 80% perusahaan di Indonesia pada 2021 menggunakan standar GRI. Namun,  adopsi standar IFRS S1 dan S2 yang lebih terintegrasi dan berbasis risiko iklim diprediksi akan meningkat, terutama karena keduanya mengadopsi arsitektur TCFD yang lebih terstruktur.  Sustainability Report sebagai Pemberdaya Industri Hijau Bagaimana laporan berkelanjutan menjadi penggerak green industry? Pada dasarnya, sustainability report tidak hanya merupakan dokumentasi penerapan kerangka ESG dan strategi sustainability. Pelaporan ini justru berperan sebagai alat ukur sejauh mana kontribusi nyata perusahaan pada strategi ekonomi hijau.  Dalam publikasi Green Economy Index, LCDI menekankan bahwa inti dari strategi green economy di Indonesia adalah pengembangan kebijakan rendah karbon (termasuk pentingnya matriks pengukuran emisi karbon dan efisien energi) dan ketangguhan pada perubahan iklim. Kedua aspek ini beririsan dengan prinsip industri hijau secara umum.  Sebuah studi kasus dari Outokumpu menunjukkan bahwa transparansi jejak karbon melalui sustainability report membantu industri berat (contohnya baja) merancang strategi dekarbonisasi yang lebih presisi.  Pendekatan serupa dapat diadopsi oleh pelaku industri di Indonesia untuk mengadopsi konsep green industry dan meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko regulasi untuk memperkuat keunggulan kompetitif.  Celah yang Menyebabkan Sustainability Report Belum Terkoneksi dengan Strategi Industri Hijau  Meskipun perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia mengalami peningkatan di sisi kuantitas, kualitas sustainability report di Indonesia masih menunjukan kelemahan dan celah. Indonesia masih perlu mengejar ketertinggalan tersebut untuk menjawab ekspektasi investor dan regulator dan mengubahnya menjadi alat strategis yang lebih efektif. Celah-celah tersebut umumnya terjadi karena tiga alasan berikut.  1. Kesenjangan indikator dengan operasional industri Indikator yang tidak mencerminkan proses aktual produksi membuat laporan kehilangan relevansi dan nilai strategis. 2. Tidak terintegrasi dengan sistem pelaporan karbon dan emisi Tanpa integrasi sistem emisi, data menjadi terfragmentasi dan sulit dipakai untuk pengambilan keputusan jangka panjang. 3. Tidak ada pemantauan jangka panjang terhadap pencapaian target ESG Laporan cenderung menjadi formalitas tahunan tanpa refleksi terhadap efektivitas dan dampak strategis sustainability. Dampaknya adalah hilangnya peluang mengoptimalkan sustainability report sebagai pondasi inovasi hijau & keunggulan kompetitif di masa transisi ekonomi rendah karbon. Ketika pelaporan jadi rutinitas administratif semata, informasi kerangka ESG perusahaan bersifat pasif. Namun, jika dirancang strategis, sustainability report jadi alat transformasi dan navigasi bisnis yang kuat menghadapi tantangan iklim dan regulasi yang ketat. Mengoptimalkan Potensi Sustainability Report Menjadi Aset Strategis dengan Platform Digital  Semenjak tahun 2024, Indonesia sudah mulai mengadopsi secara bertahap kerangka sustainability report IFRS S1 dan S2. Perusahaan dituntut untuk menghadirkan pelaporan yang lebih terintegrasi dan berstandar internasional secara optimal untuk langkah strategis perusahaan.  Solusi pemanfaatan teknologi digital, seperti Satuplatform, berperan penting dalam proses transisi penyusunan laporan yang akurat, relevan, efisien, dan memiliki dampak strategis.  Layanan Sustainability & GHG Report dari Satuplatform dirancang untuk membantu perusahaan mengatasi berbagai celah dalam praktik sustainability reporting dengan: Satuplatform Mendukung Praktik Industri Hijau Perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia makin matang, baik dari sisi regulasi, kesadaran korporasi, maupun dukungan teknologi. Dalam upaya mengembangkan industri hijau, laporan keberlanjutan berperan krusial sebagai alat ukur dan pengarah transformasi bisnis. Tim ahli Satuplatform berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis dan siap membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi sustainability yang tepat. Dapatkan FREE DEMO untuk layanan Sustainability & GHG Reporting yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan industri Anda. Similar Article Perkembangan Laporan Keberlanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini membuka peluang dan memicu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta memperkuat urgensi penerapan sustainability report secara strategis. Saat ini, pengungkapan laporan sustainability telah menjadi suatu kewajiban bagi emiten dan perusahaan publik di Indonesia dan diatur oleh OJK. Kewajiban tersebut mencerminkan akuntabilitas terhadap publik, sekaligus penggerak pertumbuhan industri hijau yang mendorong perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia.  Baca Juga: Sustainability Report dan Fungsinya Arah Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia Menuju Strategi Transformasi  Implementasi Peraturan OJK No.51/POJK.03/2017 tentang kewajiban lembaga jasa keuangan, emiten,… Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal strategi sustainability.  Melansir dari laman PwC Indonesia, trend sustainability report terus berkembang menuju arah yang lebih strategis dan secara menyeluruh menyoroti komitmen perusahaan dalam mematuhi standar global dan strategi keberlanjutan.  Kondisi ini turut menuntut perusahaan untuk mampu mengkomunikasikan efektivitas strategi tersebut secara transparan pada pemangku kepentingan, yang masih menjadi tantangan tersendiri.   Baca Juga: Sustainability Report: Transparansi Membangun Kepercayaan Mengapa Transparansi Penting Dalam Menyajikan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Sustainability Report ?  Pada dasarnya, sustainability report merupakan pengungkapan yang memberikan wawasan tentang… Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan dekarbonisasi sebagai langkah strategis yang tak terelakkan. Faktor-faktor tersebut juga menjadi penggerak transisi menuju tren ekonomi rendah karbon. Tren low-carbon economy akhirnya membuat perusahaan tidak lagi hanya bisa …

5

Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak

Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal strategi sustainability.  Melansir dari laman PwC Indonesia, trend sustainability report terus berkembang menuju arah yang lebih strategis dan secara menyeluruh menyoroti komitmen perusahaan dalam mematuhi standar global dan strategi keberlanjutan.  Kondisi ini turut menuntut perusahaan untuk mampu mengkomunikasikan efektivitas strategi tersebut secara transparan pada pemangku kepentingan, yang masih menjadi tantangan tersendiri.   Baca Juga: Sustainability Report: Transparansi Membangun Kepercayaan Mengapa Transparansi Penting Dalam Menyajikan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Sustainability Report ?  Pada dasarnya, sustainability report merupakan pengungkapan yang memberikan wawasan tentang dampak strategi ESG sebuah perusahaan, meliputi aspek lingkungan (emisi GHG, pengurangan limbah), sosial (praktik ketenagakerjaan yang etis), tata kelola. Proses pengungkapan tersebut tentunya dimulai dari pelacakan dan pengukuran aspek-aspek tersebut beserta peluang dan risikonya.  Dalam pelaporan strategi berkelanjutan, transparansi adalah komponen yang krusial untuk dapat membangun kepercayaan stakeholder (investor yang fokus pada ESG, konsumen yang peduli pada lingkungan, dan regulator yang mengawasi kepatuhan).  Akan tetapi, lebih dari itu semua, transparansi memfasilitasi perusahaan untuk mengelola risiko, mengidentifikasi peluang untuk berinovasi, serta mendorong perbaikan secara kontinyu.  Dalam konteks ini, data jejak karbon yang transparan sebagai dasar strategi sustainability dalam kerangka EGS bahkan dapat memudahkan green transition dan terwujudnya green economy. Tantangan dalam Menerjemahkan Strategi Pengelolaan Karbon ke dalam Laporan Keberlanjutan Untuk dapat menyajikan laporan sustainability yang  transparan, perusahaan perlu memastikan pengumpulan data pengelolaan karbon dan aspek lain yang relevan, akurat, dan efisien. Tidak jarang perusahaan menemukan tantangan dalam tahapan penyusunan laporan.   1. Kualitas dan Standardisasi Data Data yang perusahaan kumpulkan sangat variatif (dari konsumsi energi hingga manajemen rantai pasok) dan tersebar di berbagai departemen. Proses pengumpulan data seringkali dilakukan secara manual sehingga rentan terjadi kesalahan dan inkonsistensi informasi ditambah dengan kurangnya standar pelaporan yang universal.  2. Visibilitas Rantai Pasok dan Emisi Scope 3 Data emisi Scope 3 pada dasarnya berada di luar kendali langsung perusahaan. Perhitungannya juga memerlukan faktor emisi ilmiah yang rumit dan menuntut validasi dari berbagai pihak. Kondisi ini membuat perolehan data rantai pasok yang komprehensif sangat menantang. 3. Kekurangan Sumber Daya yang Ahli Menginterpretasikan data jejak karbon dan sustainability yang kompleks, serta menghitung matriks spesifik seperti akuntansi karbon memerlukan keahlian tersendiri. Kebutuhan untuk mengikuti regulasi yang terus berkembang dan sumber daya waktu dan finansial yang signifikan akhirnya dapat menyebabkan “reporting fatigue”. Reporting SATUPLATFORM: Jembatan Antara Strategi Pengelolaan Karbon dan Laporan Keberlanjutan yang Berdampak Perusahaan dapat menanggulangi berbagai tantangan dalam penyusunan sustainability reporting dengan mengadopsi sistem manajemen data yang komprehensif, serta memanfaatkan teknologi digital untuk otomatisasi pengumpulan dan integrasi data yang lebih terstruktur. Di samping itu, perusahaan juga perlu berinvestasi untuk meningkatkan keahlian khusus secara internal, atau memilih berkolaborasi dengan pihak eksternal.  Satuplatform menyediakan layanan Sustainability & GHG Reporting dengan berbagai fitur yang dirancang khusus untuk membantu perusahaan menerjemahkan perhitungan data emisi karbon ke dalam bentuk laporan yang menyeluruh, sesuai standar, transparan tetapi tetap menjaga kerahasiaan. Pemanfaatan layanan ini secara signifikan mengurangi waktu dan biaya pelaporan keberlanjutan perusahaan. Layanan ini memudahkan pengumpulan data jejak karbon secara efisien melalui kapasitas bulk upload dan penggunaan template. Dengan menggunakan carbon management dan akses kolaborasi terintegrasi, perusahaan dapat melakukan perhitungan karbon secara akurat di Scope 1,2, dan 3.  Fitur kustomisasi laporan memungkinkan perusahaan mengkomunikasikan narasi keberlanjutan mereka terkait carbon management secara efektif. Pemanfaatan fitur pelaporan otomatis menghemat waktu dan sumber daya, memastikan laporan yang konsisten dan akurat, yang krusial untuk menghasilkan transparansi mendalam dan membangun kepercayaan stakeholder. Satuplatform juga menjaga agar data yang terkelola selalu up-to-date untuk peningkatan berkelanjutan dan menjaga keamanan serta privasi data. Layanan Sustainability & GHG Reporting Satuplatform memberdayakan perusahaan untuk menyajikan data emisi karbon secara visual dan mudah dipahami dalam laporan keberlanjutan, memastikan penyajian data akurat dan visualisasi yang jelas. Dengan begitu, perusahaan dapat menghubungkan target secara jelas dan pencapaian carbon management dengan kinerja keberlanjutan secara keseluruhan. Tentang Satuplatform Pelaporan keberlanjutan yang berdampak adalah kunci untuk mengkomunikasikan efektivitas strategi pengelolaan karbon perusahaan. Kami membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku dan mendukung strategi climate management yang terukur. Fitur-fitur Satuplatform memungkinkan perusahaan untuk: Tim ahli Satuplatform berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis dan siap membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi sustainability yang tepat. Hubungi Satuplatform untuk mendapatkan FREE DEMO segera! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan dengan daya saing yang tinggi dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini membuka peluang dan memicu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta memperkuat urgensi penerapan sustainability report secara strategis. Saat ini, pengungkapan laporan sustainability telah menjadi suatu kewajiban bagi emiten dan perusahaan publik di Indonesia dan diatur oleh OJK. Kewajiban tersebut mencerminkan akuntabilitas terhadap publik, sekaligus penggerak pertumbuhan industri hijau yang mendorong perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia.  Baca Juga: Sustainability Report dan Fungsinya Arah Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia Menuju Strategi Transformasi  Implementasi Peraturan OJK No.51/POJK.03/2017 tentang kewajiban lembaga jasa keuangan, emiten,… Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal strategi sustainability.  Melansir dari laman PwC Indonesia, trend sustainability report terus berkembang menuju arah yang lebih strategis dan secara menyeluruh menyoroti komitmen perusahaan dalam mematuhi standar global dan strategi keberlanjutan.  Kondisi ini turut menuntut perusahaan untuk mampu mengkomunikasikan efektivitas strategi tersebut secara transparan pada pemangku kepentingan, yang masih menjadi tantangan tersendiri.   Baca Juga: Sustainability Report: Transparansi Membangun Kepercayaan Mengapa Transparansi Penting Dalam Menyajikan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Sustainability Report ?  Pada dasarnya, sustainability report merupakan pengungkapan yang memberikan wawasan tentang… Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan dekarbonisasi sebagai langkah strategis yang tak terelakkan. Faktor-faktor tersebut juga menjadi penggerak transisi menuju tren ekonomi rendah karbon. Tren low-carbon economy akhirnya membuat perusahaan tidak lagi hanya bisa menilai proyek dekarbonisasi secara parsial. Sebaliknya, perusahaan dan bisnis harus mempertimbangkan strategi pengelolaan karbon secara portofolio yang mencakup seluruh …

3

Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio

Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan dekarbonisasi sebagai langkah strategis yang tak terelakkan. Faktor-faktor tersebut juga menjadi penggerak transisi menuju tren ekonomi rendah karbon. Tren low-carbon economy akhirnya membuat perusahaan tidak lagi hanya bisa menilai proyek dekarbonisasi secara parsial. Sebaliknya, perusahaan dan bisnis harus mempertimbangkan strategi pengelolaan karbon secara portofolio yang mencakup seluruh aset dan unit bisnis. Pendekatan kredit karbon secara portolio yang proaktif memfasilitasi penyeimbangan risiko dan dampak baik dengan memanfaatkan peluang ekonomi hijau (rendah karbon) yang terus berkembang.  Baca Juga: Tepatkah Bergantung pada Carbon Capture & Storage untuk Mengurangi Emisi Karbon? Apa Itu Portofolio Karbon dan Kenapa Penting?  Carbon portfolio atau portofolio karbon merujuk pada  kumpulan aset, proyek, kredit, atau investasi pengurangan karbon beragam yang perusahaan atau lembaga kelola untuk mengurangi, mengimbangi, atau menghilangkan emisi karbon. Menurut WBSCD, penerapan pengelolaan karbon dengan pendekatan portfolio (dengan melakukan diversifikasi) merupakan langkah strategis yang penting karena pendekatan ini mencakup solusi pengurangan jejak karbon sekaligus penghapusan karbon (carbon removal).  Kedua solusi ini merupakan komponen integral dalam strategi untuk menetralisasi emisi sisa perusahaan maupun menghasilkan kebermanfaatan tambahan dalam aspek sosial dan lingkungan.  Melalui diversifikasi instrumen pengurangan karbon, perusahaan dapat mengurangi risiko yang mungkin timbul dari satu jenis proyek atau wilayah tertentu yang menunjukkan keselarasannya dengan prinsip pengelolaan portofolio dalam investasi keuangan.  Di sisi lain, pengelolaan kredit karbon lintas portfolio memungkinkan perusahaan untuk memprioritaskan tindakan strategis yang paling efektif dan efisien dalam mengidentifikasi risiko reputasi akibat perubahan regulasi maupun carbon market.  Perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini juga berpeluang menjadi pionir dalam transisi ekonomi rendah karbon, membuka akses ke pasar modal hijau, serta memperkuat reputasi sebagai pelaku bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.  Integrasi Strategi Pengelolaan Karbon dalam Strategi Bisnis Inti  Kunci keberhasilan dekarbonisasi bagi perusahaan dan bisnis terletak pada upaya pengelolaan karbon yang komprehensif dan target yang berbasis sains dan terintegrasi sejak awal perencanaan bisnis dan investasi. Walaupun begitu, perusahaan yang sudah memiliki investasi pengurangan karbon tetap dapat melakukan penyesuaian strategis sesuai dengan prinsip sustainability.  Portofolio yang baik tidak hanya terdiversifikasi secara jenis (misalnya, solusi berbasis alam maupun teknologi), tetapi juga mempertimbangkan ketahanan karbon (carbon durability), dampak sosial, dan manfaat tambahan seperti keanekaragaman hayati. Sementara alur integrasi pengelolaan karbon yang optimal meliputi pemusatan data penting, otomasi alur kerja, serta pemantauan, pelacakan, dan pengungkapan yang solid. Perusahaan perlu mengelola data jejak karbon secara menyeluruh dalam waktu nyata untuk mendukung pengambilan keputusan strategis, mulai dari alokasi modal dan pengembangan produk rendah karbon hingga pemilihan rekan supply chain (rantai pasok) yang sesuai dengan target dekarbonisasi.  Strategi portofolio karbon yang menyeluruh memungkinkan perusahaan menilai kualitas kredit berdasarkan kriteria kekekalan, kecepatan dampak, dan kesesuaian target emisi. Pendekatan berbasis diversifikasi karbon memungkinkan perusahaan untuk menyusun langkah dekarbonisasi yang akurat, terstruktur, dengan target yang berbasis sains (SBTi/Science-based Target initiatives). Dengan begitu, perusahaan dapat menerbitkan kredit karbon berkualitas tinggi dan mengurangi risiko finansial akibat fluktuasi regulasi dan ekspektasi pasar.  Kondisi ini berdampak pula pada optimalisasi nilai bisnis dalam jangka panjang yang turut mendukung posisi perusahaan di tengah lanskap ESG yang makin kompetitif.  Langkah Praktis Memulai Integrasi  Perusahaan dapat melakukan integrasi strategi pengelolaan karbon ke dalam strategi bisnis inti dengan melakukan langkah-langkah berikut.  Setelah itu, perusahaan dapat memetakan potensi proyek karbon berdasarkan lokasi, jenis, dan manfaat tambahan untuk menyusun portofolio yang kuat dan berdampak luas. Melalui Carbon Economy Service, Satuplatform memfasilitasi integrasi pengelolaan portofolio karbon sehingga perusahaan dapat mengukur, melaporkan, dan menerbitkan kredit karbon secara akurat dan dalam waktu nyata. Layanan ini dapat dimanfaatkan berbagai sektor industri, termasuk CCS (Carbon Capture and Storage), kendaraan listrik (EV), efisiensi energi, dan pengelolaan limbah.  Carbon management secara gratis berfungsi untuk memantau emisi karbon dan mengidentifikasi hotspot dalam inventaris perusahaan menggunakan kalkulator perhitungan karbon. Berdasarkan data ini, perusahaan dapat menentukan aset, unit, atau elemen bisnis yang paling membutuhkan pengurangan jejak karbon.  Akses ke dasbor ESG dalam layanan ini turut membantu perusahaan menentukan target sustainability yang lebih efektif dan berbasis sains, sesuai dengan kerangka ESG.    Cakupan Supplier Sustainability Management dalam layanan ini membantu perusahaan berkolaborasi dengan supplier untuk mencapai tujuan sustainability tersebut. Seluruh layanan kami memungkinkan perusahaan mendapat visibilitas data, meningkatkan efisiensi waktu, dan mengungkapkan laporan yang kredibel kepada pemangku kepentingan. Tentang Satuplatform Dengan membangun portofolio karbon yang kokoh, perusahaan dapat menghadapi tantangan iklim sekaligus membuka peluang bisnis baru yang tangguh dan kompetitif di era ekonomi rendah karbon. Manfaatkan Carbon Economy Service dari Satuplatform untuk menyusun strategi pengelolaan karbon dan dekarbonisasi berbasis data yang akurat dan kredibel. Kunjungi situs web kami dan dapatkan FREE DEMO. Mulai pantau dan kelola emisi karbon perusahaan Anda secara menyeluruh bersama kami. Similar Article Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini membuka peluang dan memicu transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta memperkuat urgensi penerapan sustainability report secara strategis. Saat ini, pengungkapan laporan sustainability telah menjadi suatu kewajiban bagi emiten dan perusahaan publik di Indonesia dan diatur oleh OJK. Kewajiban tersebut mencerminkan akuntabilitas terhadap publik, sekaligus penggerak pertumbuhan industri hijau yang mendorong perkembangan laporan berkelanjutan di Indonesia.  Baca Juga: Sustainability Report dan Fungsinya Arah Perkembangan Laporan Berkelanjutan di Indonesia Menuju Strategi Transformasi  Implementasi Peraturan OJK No.51/POJK.03/2017 tentang kewajiban lembaga jasa keuangan, emiten,… Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal strategi sustainability.  Melansir dari laman PwC Indonesia, trend sustainability report terus berkembang menuju arah yang lebih strategis dan secara menyeluruh menyoroti komitmen perusahaan dalam mematuhi standar global dan strategi keberlanjutan.  Kondisi ini turut menuntut perusahaan untuk mampu mengkomunikasikan efektivitas strategi tersebut secara transparan pada pemangku kepentingan, yang masih menjadi tantangan tersendiri.   Baca Juga: Sustainability Report: Transparansi Membangun Kepercayaan Mengapa Transparansi Penting Dalam Menyajikan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Sustainability Report ?  Pada dasarnya, sustainability report merupakan pengungkapan yang memberikan wawasan tentang… Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan dekarbonisasi sebagai langkah strategis yang tak terelakkan. Faktor-faktor tersebut juga …

steptodown.com281753

Membangun Bisnis Berkelanjutan dengan Penerapan Strategi Pengelolaan Karbon

Evolusi bisnis menuju sustainability bukan lagi sekadar pilihan, melainkan mengarah pada kepatuhan strategis untuk pertumbuhan jangka panjang dan daya saing yang lebih baik. Konsep bisnis berkelanjutan mencakup spektrum luas yang melibatkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam proses peningkatan nilai dan juga profit sebuah bisnis.  Strategi pengelolaan karbon yang efektif menjadi pendekatan fundamental dalam proses adopsi dan implementasi bisnis yang berorientasi pada tiga aspek tersebut, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.   Baca Juga: Tips Memaksimalkan Bisnis Berkelanjutan di Era Digital Apa Itu Bisnis Berkelanjutan dan Mengapa Penting?  Bisnis berkelanjutan (sustainable business) memiliki pendekatan dan orientasi bisnis  yang melampaui tujuan keuntungan material semata dan mengacu pada triple bottom line yang terdiri dari people, planet, profit (3P). Prinsip dasar ini menekankan pertimbangan pada dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga kerangka ESG (Environmental, Social, Governance) menjadi panduan utama dalam pengambilan keputusan. Tren global, tuntutan investor, tekanan dari konsumen serta perkembangan regulasi membuat adopsi konsep sustainable business makin mendesak. Dampaknya bukan hanya pada peningkatan efisiensi, tetapi juga pada keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan dan bisnis dalam jangka panjang.  Praktik sustainable business tidak hanya menitikberatkan pada produk atau jasa ramah lingkungan yang ditawarkan sebagai nilai tambah bisnis. Melansir dari THE EMA, sebelum mempraktikan pendekatan ESG, perusahaan perlu memulai investasi kerangka ESG dan acuan pada 3P dengan mendefinisikan standar dan strategi yang tepat.   Proses tersebut dimulai dengan dengan audit jejak karbon pada keseluruhan operasional (termasuk penyediaan bahan baku, penggunaan energi, pengolahan limbah, dan transportasi) . Proses audit membantu pengambil keputusan melihat dampak bisnis pada lingkungan (E: environment) yang merupakan komponen integral dalam kerangka ESG.  Hasil audit berfungsi penting dalam membangun peta panduan dan rencana yang dapat ditindaklanjuti untuk mengadopsi atau berkembang sebagai sustainable business, serta proses pengukuran dan evaluasi efektivitas strategi sustainability. Proses audit, pengukuran, dan evaluasi jejak karbon seperti ini merupakan bagian dari carbon management (pengelolaan karbon).  Peran Strategi Pengelolaan Karbon dalam Memperkuat Pilar Bisnis Berkelanjutan Melalui perhitungan karbon yang cermat diikuti dengan pengelolaan karbon yang terstruktur dan terperinci, perusahaan dapat melakukan tindak lanjut pengurangan emisi karbon dalam seluruh sistem operasional. Upaya tersebut memiliki dampak langsung pada pilar lingkungan kerangka ESG dan mendukung aspek sosial dan tata kelola.  1. Pilar Ekonomi  Efisiensi energi dan pengurangan biaya operasional (termasuk pada pengelolaan limbah) melalui pengelolaan karbon yang cerdas berkontribusi pada profitabilitas perusahaan dan keberlanjutan ekonomi yang lebih efisien dan tangguh. 2. Pilar Sosial Pengelolaan emisi karbon menginisiasi praktik bisnis yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika dilakukan secara konsisten dan menyeluruh upaya ini dapat meningkatkan citra perusahaan dan bisnis, juga kepercayaan stakeholder, termasuk konsumen dan karyawan, yang makin peduli pada isu keberlanjutan. 3. Pilar Tata Kelola (Governance) Penerapan strategi carbon management yang transparan dan terukur memfasilitasi perusahaan mematuhi regulasi emisi yang makin ketat, mengurangi risiko hukum, dan menarik investasi yang berfokus pada praktik ESG yang baik. Strategi pengelolaan karbon merupakan bagian integral dalam mewujudkan konsep sustainable business yang bertanggung jawab dengan berkontribusi secara positif pada lingkungan melalui pengurangan emisi karbon.  Di samping itu, strategi ini membuka peluang untuk pemberdayaan sosial dan lingkungan yang lebih tangguh pada perubahan sehingga menjadi nilai tambah bagi perusahaan dan stakeholder untuk jangka panjang.  Bagaimana Carbon & ESG Management Satuplatform Memfasilitasi Bisnis Berkelanjutan  Layanan Carbon & ESG Management Satuplatform merupakan solusi terintegrasi strategi pengelolaan karbon dan berbagai aspek ESG lainnya bagi perusahaan yang ingin mengadopsi konsep  atau berkembang sebagai sustainable business.   Secara spesifik, carbon management Satuplatform memudahkan proses carbon accounting atau perhitungan emisi karbon (Scope 1, 2, 3) transparan secara real-time dan dengan data yang akurat.  Hasil penghitungan bermanfaat dalam proses  penetapan target pengurangan emisi, identifikasi peluang pengurangan berdasarkan data-driven insights, implementasi tindakan mitigasi, serta pemantauan dan pelaporan emisi sesuai standar.  Melalui ESG Management, Satuplatform layanan konsultasi ESG yang dapat meningkatkan program ESG Anda dari proses mobilisasi awal (penilaian material ESG, metodologi, jejak karbon, penilaian kesiapan target berbasis sains dan pengembangan target) hingga pelaporan dan disclosure. Seluruh proses penilaian berbasis pada data yang terintegrasi sehingga hasil laporan lebih efektif. Pelaporan juga dapat perusahaan kelola secara otomatis dan mengikuti kepatuhan terhadap standar global dan nasional.  Layanan Carbon & ESG Management Satuplatform memudahkan perusahaan Anda memahami, mengelola, dan meningkatkan kinerja karbon dan ESG secara menyeluruh untuk membangun pondasi dan mengembangan sustainable business secara sistematis dan terukur. Masa Depan Bisnis Berkelanjutan yang Didukung oleh Strategi Karbon & ESG Terintegrasi Strategi pengelolaan karbon komprehensif, didukung layanan ESG Satuplatform, adalah kunci mencapai keunggulan kompetitif bisnis dalam jangka panjang. Strategi ini kepatuhan membantu bisnis berkelanjutan memenuhi kepatuhan pada standar global, ketahanan bisnis melalui perencanaan ESG efektif, dan daya tarik bernilai bagi stakeholder di era ekonomi rendah karbon.Tim ahli kami siap memandu Anda dalam perjalanan keberlanjutan Anda. Hubungi Satuplatform untuk mendapatkan FREE DEMO dan wujudkan bisnis yang berkelanjutan. Similar Article Membangun Bisnis Berkelanjutan dengan Penerapan Strategi Pengelolaan Karbon Evolusi bisnis menuju sustainability bukan lagi sekadar pilihan, melainkan mengarah pada kepatuhan strategis untuk pertumbuhan jangka panjang dan daya saing yang lebih baik. Konsep bisnis berkelanjutan mencakup spektrum luas yang melibatkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam proses peningkatan nilai dan juga profit sebuah bisnis.  Strategi pengelolaan karbon yang efektif menjadi pendekatan fundamental dalam proses adopsi dan implementasi bisnis yang berorientasi pada tiga aspek tersebut, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.   Baca Juga: Tips Memaksimalkan Bisnis Berkelanjutan di Era Digital Apa Itu Bisnis Berkelanjutan dan Mengapa Penting?  Bisnis berkelanjutan (sustainable business) memiliki pendekatan dan orientasi bisnis  yang melampaui tujuan keuntungan… Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform Sumber energi biomassa berperan penting sebagai alternatif energi terbarukan dalam upaya dekarbonisasi global dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meskipun memiliki potensi baik untuk sustainability, tetapi dampak jejak karbon dari energi biomassa di sepanjang siklus hidupnya masih terus diperdebatkan.  Kondisi ini menunjukkan pentingnya strategi untuk membantu perusahaan yang menggunakan energi alternatif ini untuk mengoptimalkan potensi sumber daya ini sekaligus menurunkan emisi GHG. Langkah pertama untuk menindaklanjuti isu tersebut adalah dengan fokus pada strategi pengurangan emisi karbon.  Baca Juga: Energi Biomassa: Keuntungan dan Kekurangan Potensi Sumber Energi Biomassa dalam Mengurangi Dampak Jejak Karbon  Meskipun menghasilkan emisi karbon, National Renewable Energy… Solusi Manajemen Rantai Pasok Tangguh di Era Krisis Energi Benarkah krisis energi …