Waspada! Zat Berbahaya dari Asap Kendaraan Bermotor

Waspada! Zat Berbahaya dari Asap Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor menghasilkan sisa pembakaran dari proses yang terjadi pada mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine. Sisa pembakaran ini menjadi asap kendaraan yang mengandung berbagai zat kimia berbahaya. Per tahun 2022, jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 148.212.865 menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Tingginya jumlah kendaraan terkadang tidak diiringi dengan kesadaran akan bahaya dari zat kimia yang dihasilkan. Baca Juga: Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Dalam artikel ini akan dibahas mengenai zat-zat berbahaya dari asap kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan maupun lingkungan. Karbon Monoksida (CO) dari Asap Kendaraan Bermotor Salah satu senyawa yang muncul dari hasil pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor adalah karbon monoksida atau CO. Senyawa ini terdiri dari satu atom karbon dan satu atom oksigen. Secara kimia, karbon monoksida tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, sehingga sering kali sulit untuk mendeteksinya tanpa alat bantu. Baca Juga: Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Ketika terhirup, CO akan terikat pada hemoglobin dalam darah, mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Ini dapat menyebabkan gejala beracun seperti sakit kepala, pusing, mual, bahkan kematian dalam kasus paparan berkepanjangan atau dalam konsentrasi yang tinggi. Nitrogen Oksida (NO atau NOx) dari Asap Kendaraan Bermotor Nitrogen dioksida memiliki bau tajam dan berwarna coklat kemerahan. Polutan ini bersifat karsinogenik. Apabila terhirup dapat menyebabkan gangguan napas yang membuat sulit bernapas ataupun sesak pada data.  Nitrogen oksida yang terkandung dalam asap kendaraan bermotor apabila terhirup secara terus menerus dalam kadar tinggi maka akan memberikan efek fatal bagi tubuh. Ancaman kanker hingga kematian dapat ditimbulkan dari adanya paparan terhadap NO maupun NOx.  Terhadap lingkungan, pencemaran akibat NOX di udara dapat memicu terjadinya hujan asam. Hal ini akan berpotensi membawa berbagai kerugian seperti kerusakan pada tanaman, bangunan, dan lain sebagainya.  Hidrokarbon (HC) dari Asap Kendaraan Bermotor HC atau Hidrokarbon merupakan senyawa kimia berikutnya yang juga memberikan dampak buruk terhadap kesehatan maupun lingkungan. Hidrokarbon dapat berbentuk gas, cairan, maupun benda padat. Untuk HC yang berbentuk gas maka akan bercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya seperti dalam gas sisa kendaraan bermotor. Di udara, apabila hidrokarbon bereaksi dengan bahan-bahan lain maka akan membentuk  ikatan baru yang disebut Pycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Di tengah semakin parahnya emisi gas dari asap kendaraan bermotor, emisi yang dihasilkan dari industri juga tidak henti-hentinya mencemari lingkungan dan membawa dampak berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu, perlu bagi tiap industri menghitung berapa emisi yang dihasilkan begitu pula bagi para stakeholder agar mampu memetakan solusi efektif bagi tata kota yang telah menanggung beban polusi transportasi maupun industri.Saat ini, telah hadir Satuplatform sebagai all-in-one sustainability platform yang memberikan FREE DEMO kepada perusahaan dan entitas untuk menghitung simulasi emisi karbon. Cek sekarang juga! Similar Article Begini Cara Bisnis Bertanggungjawab Terhadap Pelestarian Lingkungan Menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggungjawab bagi setiap elemen individu, masyarakat, maupun pelaku bisnis. Dalam hal ini, setiap perusahaan dan pelaku bisnis memiliki peran yang signifikan terutama di negara dengan aktivitas industri yang pesat. Mengingat bahwa aktivitas industri yang dilakukan pelaku bisnis telah menunjukkan banyaknya dampak yang kurang baik terhadap lingkungan, maka diperlukan kesadaran dan kemauan dari para perusahaan untuk menerapkan etika bisnis yang ramah terhadap lingkungan. Etika bisnis yang ramah lingkungan tersebut agar kemudian dapat dijalankan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Sehingga, dapat memberikan dampak yang positif baik itu bagi lingkungan maupun bagi segi ekonomi dan bisnis itu sendiri. Mari simak,… Walkable City untuk Transformasi Menuju Nol Emisi Kota-kota di seluruh dunia semakin menyadari pentingnya mengubah pola transportasi mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Tidak dapat dipungkiri, transportasi selama ini memang telah menyumbang emisi dalam jumlah besar kepada lingkungan.  Berdasarkan data dari Institute for Essential Services Reform (IESR) per tahun 2021, sektor transportasi diketahui menyumbang 23% efek gas rumah kaca di lingkungan, di mana transportasi darat menyumbang 90% dari emisi sektor tersebut, dengan total emisi dalam sektor energi mendekati 600 juta ton CO2 setara. Dalam kondisi ini, muncul suatu pendekatan untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi yaitu konsep Walkable City atau kota yang… Waspada! Zat Berbahaya dari Asap Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor menghasilkan sisa pembakaran dari proses yang terjadi pada mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine. Sisa pembakaran ini menjadi asap kendaraan yang mengandung berbagai zat kimia berbahaya. Per tahun 2022, jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 148.212.865 menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Tingginya jumlah kendaraan terkadang tidak diiringi dengan kesadaran akan bahaya dari zat kimia yang dihasilkan. Baca Juga: Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Dalam artikel ini akan dibahas mengenai zat-zat berbahaya dari asap kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan maupun lingkungan. Karbon Monoksida (CO) dari Asap Kendaraan Bermotor Salah satu senyawa yang muncul dari hasil pembakaran tidak… Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Industri modern telah membawa kemajuan signifikan dalam berbagai bidang, namun bersamaan dengan itu juga muncul tantangan serius terkait polusi udara. Salah satu sumber utama polusi udara adalah asap industri, yang dihasilkan dari proses manufaktur, produksi energi, dan aktivitas industri lainnya. Baca Juga: Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil Ancaman polusi udara dari asap industri bukan hanya berdampak negatif pada kesehatan manusia, tetapi juga pada lingkungan secara keseluruhan. Asap industri mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk partikel debu, gas buang, senyawa organik volatil, dan logam berat seperti merkuri dan timbal.  Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sumber dan dampak dari… Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil Bahan bakar fosil seperti bensin maupun minyak bumi, kini mengalami krisis yang semakin mencekik dengan meningkatnya kebutuhan energi global dan dampak lingkungan yang semakin buruk. Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi bahan bakar fosil terus meningkat setiap tahunnya, menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca global. Hal ini tidak hanya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti polusi udara dan pencemaran air. Di tengah tantangan ini, energi terbarukan menawarkan harapan sebagai solusi yang bersih dan berkelanjutan.  Sebagai contoh, di Indonesia sendiri data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat… Jadi Salah …

Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri

Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri

Industri modern telah membawa kemajuan signifikan dalam berbagai bidang, namun bersamaan dengan itu juga muncul tantangan serius terkait polusi udara. Salah satu sumber utama polusi udara adalah asap industri, yang dihasilkan dari proses manufaktur, produksi energi, dan aktivitas industri lainnya. Baca Juga: Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil Ancaman polusi udara dari asap industri bukan hanya berdampak negatif pada kesehatan manusia, tetapi juga pada lingkungan secara keseluruhan. Asap industri mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk partikel debu, gas buang, senyawa organik volatil, dan logam berat seperti merkuri dan timbal.  Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sumber dan dampak dari asap industri baik bagi kesehatan maupun bagi lingkungan, serta pengendalian dari polusi udara asap industri. Baca Juga: Apa Itu Clean Energy dan Urgensinya bagi Bumi? Sumber Asap Industri Di Indonesia, industri energi menyumbang polusi udara sampai dengan 31% dan industri manufaktur sebanyak 10%. Polusi udara dari industri salah satunya dapat terlihat dari cerobong-cerobong asap industri yang mengeluarkan gas sisa ke udara. Asap industri ini dihasilkan dari berbagai perusahaan yang beroperasi secara terus menerus terutama di kota-kota besar. Berdasarkan catatan Walhi pada 2020, setidaknya ada 900 cerobong asap aktif di sekitar Jakarta yang menghasilkan asap industri. Dari jumlah itu, hanya 400-an yang memiliki alat penyaring. Sehingga dampak dari asap industri tersebut dirasakan oleh masyarakat sekitar dan menjadi tanggungan berat bagi lingkungan. Sementara itu, berbicara mengenai emisi yang dihasilkan, menurut KLHK sektor industri energi adalah penghasil emisi sulfur dioksida kedua terbesar dengan angka 1.071 ton per tahun.  Dampak Asap Industri Asap industri merupakan asap yang beracun karena banyak mengandung senyawa kimia seperti sulfur dioksida dan partikel-partikel udara halus berbahaya lainnya. Terhadap kesehatan manusia, paparan asap industri dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit jantung, dan bahkan kematian. Polusi udara juga dapat berkontribusi pada masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis. Terhadap lingkungan, asap industri memiliki dampak yang signifikan pada menurunnya kualitas udara sekitar dan menyumbang terhadap pembentukan gas rumah kaca. Akumulasi emisi gas rumah kaca dari industri juga berkontribusi pada perubahan iklim global yang saat ini sudah semakin memburuk.  Pengendalian Asap Industri Menyadari akan dampak buruk dari asap industri terhadap kesehatan dan lingkungan, maka diperlukan upaya dan strategi untuk mengendalikan asap industri yang dihasilkan tersebut. Dalam hal ini, beberapa cara dapat ditempuh seperti dengan menerapkan teknologi penyaringan, penggunaan bahan bakar bersih, memastikan pengawasan dan regulasi diterapkan, serta melakukan pemantauan jumlah emisi. Saat ini, telah hadir Satuplatform sebagai all-in-one solution yang dapat memberikan panduan dan simulasi perhitungan emisi kepada para pelaku industri. Coba FREE DEMO-nya sekarang juga! Similar Article Berbagai Sumber Energi Biomassa dan Proses Konversinya Biomassa merupakan salah satu wujud dari energi alternatif yang hadir untuk dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Baca juga: Energi Biomassa: Keuntungan dan Kerugian Tingginya penggunaan energi konvensional, termasuk bahan bakar fosil, dalam kegiatan sehari-hari, dapat berdampak pada ketersediaannya yang semakin menipis karena cenderung tidak terbarukan. Penggunaannya yang berlebih pun juga berkontribusi pada perubahan iklim dan dampak lingkungan lainnya. Oleh karena itu, para ilmuwan terus berupaya mengembangkan sumber energi alternatif untuk dapat mengatasi isu-isu tersebut. Biomassa menjadi salah satunya. Apa Itu Energi Biomassa?  Biomassa merupakan energi yang bersumber dari berbagai jenis bahan-bahan organik seperti limbah pertanian, sampah organik, kayu, alga,… Energi Biomassa: Keuntungan dan Kekurangan Biomassa menjadi salah satu bentuk dari sumber energi alternatif yang diyakini dapat membantu mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Namun, sama seperti energi lainnya, terdapat keuntungan dan kerugian dari penggunaan biomassa. Sebagaimana yang telah diketahui, energi konvensional termasuk bahan bakar fosil yang menjadi sumber utama energi di dunia berkontribusi terhadap perubahan iklim. Penggunaannya yang masif juga menjadikan energi tersebut semakin terbatas.  Sifatnya yang tidak terbarukan menjadikan bahan bakar fosil menurun ketersediannya. Berdasarkan penelitian oleh The Millennium Alliance for Humanity and the Biosphere (MAHB) Universitas Stanford, dengan tingkat konsumsi sekarang, persediaan bahan bakar fosil akan habis dalam waktu 51 tahun. Bisa… Potensi Energi Surya bagi Kesejahteraan di Indonesia Energi surya atau tenaga surya menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan banyak negara dalam melakukan transisi energi sebagai upaya mengatasi krisis energi yang mengancam dunia. Indonesia adalah salah satunya yang berupaya mengembangkan solusi ini. Terletak di garis khatulistiwa, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara tropis, Indonesia bisa dibilang beruntung sebab memperoleh limpahan sinar matahari yang besar setiap tahunnya sehingga kaya akan sumber energi surya dan angin. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, Indonesia saat ini memiliki potensi akan pemanfaatan energi terbarukan sebesar lebih dari 3.600 Giga Watt (GW). Energi surya disebut-sebut mendominasi… 3 Negara dengan Sistem Tenaga Surya Paling Maju di Dunia Ancaman krisis energi yang kian meningkat, mendorong berbagai negara untuk segera beradaptasi dan mencari solusi mengatasi isu ini. Selain menghindari konsumsi energi fosil berlebih, pemanfaatan energi terbarukan juga menjadi pilihan sebagai opsi energi alternatif yang berkelanjutan. Salah satu jenis energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan ialah energi surya. Energi surya diyakini memiliki potensi yang besar untuk dipertimbangkan penggunaannya. Sebuah sumber energi bersih yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga bersifat tidak terbatas. Saat ini, energi surya semakin berkembang pesat dan banyak di terapkan oleh banyak negara di seluruh dunia. Bahkan, China sebagai salah satu negara yang memanfaatkan tenaga surya, telah memiliki… Inovasi Green Product sebagai Strategi Berkelanjutan Green Product – Ide menuju masa depan yang berkelanjutan merupakan suatu diskursus yang banyak muncul di seluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri, untuk mencapai kondisi lingkungan yang lebih lestari diperlukan berbagai usaha yang diiringi oleh komitmen. Baca Juga: Walkable City untuk Transformasi Menuju Nol Emisi Komitmen untuk lingkungan yang lebih baik salah satunya tertuang dalam Paris Agreement melalui penahanan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C. Di samping itu, komitmen juga perlu didukung oleh berbagai strategi berkelanjutan yang feasible untuk diimplementasikan oleh para perusahaan, pelaku bisnis, maupun entitas lainnya. Strategi Berkelanjutan Gagasan mengenai sustainability atau konsep berkelanjutan secara umum terdiri… Begini Etika Bisnis Bertanggungjawab Terhadap Lingkungan Menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bagi setiap elemen individu, masyarakat, maupun pelaku bisnis. Dalam hal ini, setiap perusahaan dan pelaku bisnis memiliki etika dan peran yang signifikan terutama di negara dengan aktivitas industri yang pesat. Mengingat bahwa aktivitas industri yang dilakukan …

Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil

Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil

Bahan bakar fosil seperti bensin maupun minyak bumi, kini mengalami krisis yang semakin mencekik dengan meningkatnya kebutuhan energi global dan dampak lingkungan yang semakin buruk. Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi bahan bakar fosil terus meningkat setiap tahunnya, menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca global. Hal ini tidak hanya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti polusi udara dan pencemaran air. Di tengah tantangan ini, energi terbarukan menawarkan harapan sebagai solusi yang bersih dan berkelanjutan.  Sebagai contoh, di Indonesia sendiri data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menunjukkan bahwa per Semester I tahun 2023, kapasitas terpasang energi terbarukan di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi sebesar 2800 gigawatt. Ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam adopsi teknologi energi terbarukan. Dalam artikel ini, akan diuraikan mengenai peran energi terbarukan, seperti tenaga surya, dan biomassa, dalam mengatasi krisis bahan bakar fosil. Baca Juga: Penerapan Energi Bersih di Indonesia Tenaga Surya Tenaga surya adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis bahan bakar fosil. Pemanfaatan tenaga surya dilakukan melalui panel surya yang dapat mengubah energi sinar matahari menjadi energi listrik dengan proses efek fotovoltaic.  Panel surya sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi dan tidak memerlukan bahan bakar tambahan. Melalui solar panel atau panel surya akan dihasilkan energi yang tidak terbatas dan terbarukan. Baca Juga: Ancaman Krisis Energi, Bagaimana Kondisinya di Indonesia? Salah satu contoh penggunaan energi terbarukan tenaga surya adalah transportasi kapal pesiar dari Silent-Yacth. Dengan kapal pesiar unggulan mereka adalah Silent 55 yang dibekali 30 solar panel dengan efisiensi tinggi, baterai lithium, dan pengatur muatan matahari bernama maximum power point tracking (MPPT). Biomassa Biomassa adalah sumber energi  terbarukan yang berbasis pada siklus karbon. Biomassa dihasilkan dari hasil limbah tumbuh-tumbuhan ataupun hasil panen. Energi terbarukan biomassa juga merupakan salah satu energi yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis energi fosil. Biomassa dapat digunakan secara langsung dalam bentuk briket arang, briket sekam, ataupun briket padi. Di samping itu, biomassa juga dapat digunakan secara tidak langsung untuk menggantikan bahan bakar bensin untuk transportasi. Dalam hal ini, biomassa perlu diproses terlebih dahulu menjadi biofuel. Geothermal Selain tenaga surya dan biomassa, untuk mengatasi krisis bahan bakar fosil berikutnya sebagai alternatif batu bara dapat digunakan sumber panas bumi atau geothermal. Energi Geothermal adalah sumber energi terbarukan yang berasal dari panas yang dihasilkan oleh radioaktivitas dan proses geologi di dalam kerak bumi. Penggunaan energi geothermal meliputi berbagai aplikasi di berbagai sektor, termasuk pembangkit listrik, pemanasan, pendinginan, dan aplikasi industri. Tentunya lebih ramah lingkungan karena lebih rendah emisi jika dibandingkan dengan batu bara. Dengan menyadari bahwa di samping bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan bensin tengah menghadapi krisis, dampak emisi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil juga sangat tinggi maka diperlukan transformasi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Dalam hal ini, tiap-tiap pihak perlu lebih memperhatikan jumlah emisi yang dihasilkannya. Seperti untuk pelaku industri, perlu dengan jeli menghitung emisi yang muncul dalam proses industrinya. Saat ini telah hadir Satuplatfrom sebagai all-in-one solution yang memberikan pelayanan ESG untuk perusahaan termasuk simulasi perhitungan emisi. Coba FREE DEMO dari Satuplatform sekarang juga! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Walkable City untuk Transformasi Menuju Nol Emisi Kota-kota di seluruh dunia semakin menyadari pentingnya mengubah pola transportasi mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Tidak dapat dipungkiri, transportasi selama ini memang telah menyumbang emisi dalam jumlah besar kepada lingkungan.  Berdasarkan data dari Institute for Essential Services Reform (IESR) per tahun 2021, sektor transportasi diketahui menyumbang 23% efek gas rumah kaca di lingkungan, di mana transportasi darat menyumbang 90% dari emisi sektor tersebut, dengan total emisi dalam sektor energi mendekati 600 juta ton CO2 setara. Dalam kondisi ini, muncul suatu pendekatan untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi yaitu konsep Walkable City atau kota yang… Waspada! Zat Berbahaya dari Asap Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor menghasilkan sisa pembakaran dari proses yang terjadi pada mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine. Sisa pembakaran ini menjadi asap kendaraan yang mengandung berbagai zat kimia berbahaya. Per tahun 2022, jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 148.212.865 menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Tingginya jumlah kendaraan terkadang tidak diiringi dengan kesadaran akan bahaya dari zat kimia yang dihasilkan. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai zat-zat berbahaya dari asap kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan maupun lingkungan. Karbon Monoksida (CO) Salah satu senyawa yang muncul dari hasil pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor adalah karbon monoksida atau CO. Senyawa ini terdiri dari… Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Industri modern telah membawa kemajuan signifikan dalam berbagai bidang, namun bersamaan dengan itu juga muncul tantangan serius terkait polusi udara. Salah satu sumber utama polusi udara adalah asap industri, yang dihasilkan dari proses manufaktur, produksi energi, dan aktivitas industri lainnya.  Ancaman polusi udara dari asap industri bukan hanya berdampak negatif pada kesehatan manusia, tetapi juga pada lingkungan secara keseluruhan. Asap industri mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk partikel debu, gas buang, senyawa organik volatil, dan logam berat seperti merkuri dan timbal.  Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sumber dari asap industri, dampak dari asap industri baik bagi kesehatan maupun bagi lingkungan,… Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil Bahan bakar fosil seperti bensin maupun minyak bumi, kini mengalami krisis yang semakin mencekik dengan meningkatnya kebutuhan energi global dan dampak lingkungan yang semakin buruk. Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi bahan bakar fosil terus meningkat setiap tahunnya, menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca global.  Hal ini tidak hanya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, tetapi juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti polusi udara dan pencemaran air. Di tengah tantangan ini, energi terbarukan menawarkan harapan sebagai solusi yang bersih dan berkelanjutan.  Sebagai contoh, di Indonesia sendiri data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat… Jadi Salah Satu Penyumbang Emisi Karbon, Ini Cara Tepat Kelola Sampah Makanan Jika selama ini kamu menganggap sampah plastik jadi sampah yang paling banyak menumpuk di Tempat Pengelolaan Akhir (TPA), kenyataannya sampah makanan/sampah …

Marpol 73/78, Upaya Mencegah Pencemaran Laut akibat Sampah

Marpol 73/78, Upaya Mencegah Pencemaran Laut akibat Sampah

MARPOL – Tidak hanya di daratan, masalah pencemaran lingkungan akibat sampah juga memberikan ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem perairan. Salah satunya adalah pencemaran laut. Menurut data dari Ocean Conservacy, diperkirakan ada lebih dari 11 juta metrik ton sampah bocor ke laut. Terdiri dari beragam jenis dan didominasi oleh sampah plastik yang seharusnya dikelola secara tepat atau bahkan bisa dimanfaatkan kembali menjadi produk lainnya. Baca Juga: Terapkan Pengelolaan Sampah Domestik Di Perusahaan Bocornya sampah ke lautan tentu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut, mengancam makhluk hidup di dalamnya, hingga menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi spesies yang terancam punah. Hal ini juga membahayakan manusia jika terkontaminasi zat berbahaya dari mengonsumsi hidangan laut. Sebagai upaya melindungi lingkungan laut, dunia pun bekerja sama membentuk aturan-aturan resmi yang dapat menjadikan lautan lebih aman dan jauh dari pencemaran. Salah satunya dengan membentuk Konvensi Internasional untuk Pencegahan Polusi dari Kapal atau MARPOL 73/78. Baca Juga: Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya Apa Itu MARPOL 73/78? MARPOL 73/78 merupakan akronim dari Marine Pollution atau Konvensi Internasional untuk Pencegahan Polusi dari Kapal, sebuah perjanjian internasional yang dirancang untuk mengendalikan dan mengurangi pencemaran lingkungan laut yang disebabkan oleh kapal. Angka 73 (1973) mewakili tahun penandatanganan konvensi/perjanjian tersebut, sedangkan 78 (1978) mewakili tahun konvensi tersebut di amandemen dengan Protokol tahun 1978.  MARPOL diselenggarakan atas arahan International Maritime Organization (IMO). Tujuan utama MARPOL adalah melindungi lingkungan laut dan pencegahan pencemaran laut dari kapal, baik akibat kegiatan operasional maupun kegiatan insidental.  Pencemaran minyak, limbah kimia berbahaya, sampah padat, air limbah, dan gas buang adalah beberapa hal yang berupaya diminimalisasi mencemari lautan. Terdapat enam lampiran (annex) teknis yang akan mengontrol ketat kapal dari negara-negara anggota MARPOL untuk tidak menciptakan polusi dari kapal. Pelanggaran ketentuan-ketentuan MARPOL dapat mengakibatkan sanksi hukum dan administratif terhadap kapal-kapal yang melanggar. Enam Regulasi yang Ditetapkan oleh MARPOL 73/78 MARPOL terbagi menjadi enam lampiran (annex) teknis berdasarkan kategori polutan yang ditangani. Annex I – Regulasi untuk pencegahan polusi akibat minyak Lampiran I mencakup pencegahan polusi minyak dari kapal yang disebabkan oleh tindak operasional serta pembuangan yang tidak disengaja.  Protokol ini diadopsi pada 2 Oktober 1983 sebagai respon atas banyaknya kecelakaan kapal tanker. Lampiran ini juga mewajibkan kapal tanker minyak baru untuk memiliki lambung ganda. Penggunaan lambung ganda pada kapal tanker berguna untuk mengurangi risiko pencemaran laut akibat kebocoran minyak. Annex II – Regulasi untuk pengendalian pencemaran bahan cair berbahaya dalam jumlah besar Lampiran II mencakup kriteria pembuangan dan langkah-langkah untuk mengendalikan pencemaran zat cair berbahaya yang dibawa jumlah besar oleh kapal. Diadopsi pada 6 April 1987, protokol ini mengevaluasi sekitar 250 bahan dan menetapkan lokasi yang diperbolehkan untuk menjadi tempat pembuangan residu dari zat berbahaya tersebut. Annex III – Regulasi untuk pencegahan polusi akibat zat berbahaya yang dibawa melalui laut dalam bentuk kemasan Lampiran III berisikan persyaratan umum untuk penerbitan standar rinci mengenai pengemasan, penandaan, pelabelan, dokumentasi, penyimpanan, batasan kuantitas, pengecualian, serta pemberitahuan zat berbahaya yang perlu dan boleh dibawa ke dalam kapal.  Protokol diadopsi pada 1 Juli 1992. Tujuan utama lampiran III yakni menyortir zat-zat yang diidentifikasi sebagai polutan laut dalam Kode Barang Berbahaya Maritim Internasional (Kode IMDG) atau yang memenuhi kriteria yang ditetapkan pada lampiran III. Annex IV – Regulasi untuk pencegahan polusi akibat pembuangan limbah dari kapal Lampiran IV ditetapkan pada 27 September 2023 dan memuat persyaratan untuk mengendalikan pencemaran laut oleh limbah dari kapal. Pembuangan limbah ke laut dari kapal adalah dilarang. Namun, terdapat pengecualian jika kapal memenuhi persyaratan, salah satunya telah mengoperasikan instalasi pengolahan limbah yang ditetapkan sehingga limbah telah dihaluskan dan didesinfeksi. Pembuangannya pun harus dalam jarak lebih dari tiga mil laut dari daratan terdekat. Annex V – Regulasi untuk pencegahan polusi oleh sampah dari kapal Lampiran V mulai ditetapkan pada 31 Desember 1988 dan mengatur berbagai jenis sampah yang mungkin dihasilkan di atas kapal serta cara-cara pengelolaannya untuk mencegah polusi dari sampah tersebut. Fitur yang paling penting dalam lampiran V ialah adanya melarang total seluruh pembuangan segala bentuk plastik ke lautan. Annex VI – Regulasi untuk pencegahan polusi udara dari kapal Lampiran VI menjadi yang paling terakhir ditetapkan pada 19 Mei 2005 dan secara eksplisit membahas cara-cara mencegah polusi udara dari kapal. Dalam lampiran ini ditetapkan batas emisi sulfur oksida dan nitrogen oksida dari knalpot kapal dan melarang emisi zat perusak ozon yang disengaja. Terdapat juga penjelasan mengenai kawasan pengendalian emisi yang ditunjuk menetapkan standar yang lebih ketat untuk SOx, NOx dan materi partikulat. Melalui lampiran ini, IMO berupaya menciptakan langkah-langkah efisiensi energi teknis dan operasional yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dari kapal. Berkontribusi dalam Mencegah Pencemaran MARPOL 73/78 adalah salah satu instrumen hukum internasional yang paling penting dalam upaya melindungi lingkungan laut dan mengurangi dampak negatif aktivitas kapal terhadap ekosistem laut. Anda juga dapat berkontribusi mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dengan berkomitmen terhadap prinsip ESG. Salah satunya dilakukan dengan mencatat dan melaporkan emisi karbon yang dihasilkan dari operasional perusahaan sebagai bagian dari upaya transparansi dan tanggung jawab sosial Mulai lakukan simulasi pengukuran emisi yang dihasilkan perusahaan Anda dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Dapatkan DEMO GRATIS di sini! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Marpol 73/78, Upaya Mencegah Pencemaran Laut akibat Sampah Tidak hanya di daratan, masalah pencemaran lingkungan akibat sampah juga memberikan ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem perairan. Salah satunya adalah pencemaran laut. Menurut data dari Ocean Conservacy, diperkirakan ada lebih dari 11 juta metrik ton sampah bocor ke laut. Terdiri dari beragam jenis dan didominasi oleh sampah plastik yang seharusnya dikelola secara tepat atau bahkan bisa dimanfaatkan kembali menjadi produk lainnya. Bocornya sampah ke lautan tentu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut, mengancam makhluk hidup di dalamnya, hingga menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi spesies yang terancam punah. Hal ini juga membahayakan manusia jika terkontaminasi zat berbahaya dari mengonsumsi hidangan laut. Sebagai upaya… Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya Daur ulang sampah menjadi langkah penting dalam upaya menangani sampah. Bertujuan untuk mencegah penumpukan sampah tidak terkelola yang berpotensi mencemari lingkungan. Baca Juga:  Terapkan Pengelolaan Sampah Domestik Di Perusahaan Sayangnya, masyarakat Indonesia belum seluruhnya menerapkan daur ulang sampah sebagai kebiasaan. Terutama dalam mengatasi …

Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya

Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya

Daur ulang sampah menjadi langkah penting dalam upaya menangani sampah. Bertujuan untuk mencegah penumpukan sampah tidak terkelola yang berpotensi mencemari lingkungan. Baca Juga:  Terapkan Pengelolaan Sampah Domestik Di Perusahaan Sayangnya, masyarakat Indonesia belum seluruhnya menerapkan daur ulang sampah sebagai kebiasaan. Terutama dalam mengatasi sampah plastik. Dikutip dari Goodstats, berdasarkan data dari World Population Review, tingkat daur ulang sampah di Indonesia berada di angka 15,2%. Berbanding jauh dengan Singapura atau Filipina yang memiliki tingkat daur ulang sekitar 51,7% dan 49,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sampah belum dilihat sebagai material yang menguntungkan. Sampah kebanyakan masih berakhir begitu saja di TPA atau bahkan dibuang sembarangan hingga akhirnya bocor ke lingkungan dan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran untuk melakukan daur ulang sampah bagi setiap masyarakat. Diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah yang ada. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Pengertian Daur Ulang Sampah Daur ulang sampah merupakan upaya mengolah kembali sisa produk habis pakai atau material yang tidak lagi dibutuhkan menjadi produk baru lain yang bermanfaat.  Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan daur ulang sebagai suatu kegiatan atau pemrosesan kembali bahan yang pernah dipakai. Bahan seperti plastik, kertas, kaleng, kaca, dan lainnya diproses kembali menjadi suatu material baru yang kembali memiliki manfaat. Terdapat hierarki atau urutan dalam penanganan sampah yang dimuat dalam piramida pengelolaan sampah 3R, 5R, dan 7R. Seluruhnya menempatkan recycle atau daur ulang sampah pada tahap atau langkah terakhir sebelum akhirnya sampah resmi dibuang atau dimusnahkan. Dalam 3R (Reduce, Reuse, Recycle), daur ulang sampah menjadi langkah terakhir dalam kegiatan pengelolaan sampah dimaksudkan agar masyarakat mengurangi terlebih dahulu produksi sampah mereka dengan menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai.  Hal ini dilakukan mengingat tidak semua sampah bisa didaur ulang serta tidak seluruh daerah menyediakan fasilitas daur ulang sampah. Daur ulang sampah pun akan bergantung pada beberapa faktor pendukung. Cara Menerapkan Daur Ulang Sampah Pada dasarnya seluruh jenis sampah dapat didaur ulang jika tersedia fasilitas daur ulang. Aktivitas daur ulang setiap jenis sampah pun berbeda-beda. Manfaat Daur Ulang Sampah Daur ulang sampah dapat memberikan banyak manfaat yang tidak hanya menguntungkan manusia juga lingkungan. Selain mencegah penumpukan dan pencemaran sampah di alam, daur ulang sampah membantu menciptakan planet yang lebih sehat dan masa depan yang lebih baik bagi diri sendiri dan generasi selanjutnya. Dikutip dari Environment Protection Agency (US EPA), melakukan daur ulang sampah membantu kita mengurangi kebutuhan untuk terus mengekstraksi sumber daya alam seperti kayu, air, dan mineral bagi produk baru.  Kegiatan ini juga menghemat lebih dari 193 juta metrik ton karbon dioksida yang dapat berdampak pada kondisi iklim sehingga mencegah perubahan iklim yang lebih buruk. Maka dari itu, diharapkan masyarakat dan pemerintah juga swasta dapat saling bekerja sama menjalankan sistem daur ulang sampah yang optimal untuk mewujudkan Indonesia yang lebih bersih dan bebas sampah. Kelola Sampah Bertanggung Jawab di Kantor Mendorong pemilahan dan daur ulang sampah di kantor merupakan langkah penting dari praktik berkelanjutan di lingkungan kerja.  Pengelolaan sampah yang baik juga dapat berkontribusi secara signifikan pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Proses daur ulang membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan produksi bahan baru, sehingga mengurangi emisi yang dihasilkan dari proses produksi. Begitu juga dengan menghindari produksi sampah sisa makanan yang berarti meminimalisasi timbulnya gas metana di lingkungan. Perusahaan dapat secara bertahap mengampanyekan aksi pengelolaan sampah bertanggung jawab, mulai dari mendorong pemilahan dan daur ulang sampah, pengurangan sampah sejak awal, pemanfaatan dokumen digital, dan sebagainya di kawasan kantor.  Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, kantor dapat mengelola sampah dengan lebih efisien, mengurangi dampak lingkungan, dan berkontribusi pada upaya global untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih berkelanjutan. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Marpol 73/78, Upaya Mencegah Pencemaran Laut akibat Sampah Tidak hanya di daratan, masalah pencemaran lingkungan akibat sampah juga memberikan ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem perairan. Salah satunya adalah pencemaran laut. Menurut data dari Ocean Conservacy, diperkirakan ada lebih dari 11 juta metrik ton sampah bocor ke laut. Terdiri dari beragam jenis dan didominasi oleh sampah plastik yang seharusnya dikelola secara tepat atau bahkan bisa dimanfaatkan kembali menjadi produk lainnya. Bocornya sampah ke lautan tentu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut, mengancam makhluk hidup di dalamnya, hingga menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi spesies yang terancam punah. Hal ini juga membahayakan manusia jika terkontaminasi zat berbahaya dari mengonsumsi hidangan laut. Sebagai upaya… Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya Daur ulang sampah menjadi langkah penting dalam upaya menangani sampah. Bertujuan untuk mencegah penumpukan sampah tidak terkelola yang berpotensi mencemari lingkungan.  Sayangnya, masyarakat Indonesia belum seluruhnya menerapkan daur ulang sampah sebagai kebiasaan. Terutama dalam mengatasi sampah plastik. Dikutip dari Goodstats, berdasarkan data dari World Population Review, tingkat daur ulang sampah di Indonesia berada di angka 15,2%. Berbanding jauh dengan Singapura atau Filipina yang memiliki tingkat daur ulang sekitar 51,7% dan 49,9%.  Hal ini menunjukkan bahwa sampah belum dilihat sebagai material yang menguntungkan. Sampah kebanyakan masih berakhir begitu saja di TPA atau bahkan dibuang sembarangan hingga akhirnya bocor ke lingkungan dan… Local Solutions for Global Impact: Community Initiatives for Net Zero Emission Environmental issues are surely now being a global problem that impacts people all over the world as global citizens. The massive impact shows that environmental issues such as climate change or carbon emissions are a big problem to solve. When it comes to achieving Sustainable Development Goals (SDGs), people are mentioning the approach to ‘act locally, think globally’. This approach is manifested in local initiatives and community engagement that now becoming a thing around the world. In this article, we will go through to delve into …

Local Solutions for Global Impact: Community Initiatives for Net Zero Emission

Local Solutions for Global Impact: Community Initiatives for Net Zero Emission

Environmental issues are surely now being a global problem that impacts people all over the world as global citizens. The massive impact shows that environmental issues such as climate change or carbon emissions are a big problem to solve. When it comes to achieving Sustainable Development Goals (SDGs), people are mentioning the approach to ‘act locally, think globally’. This approach is manifested in local initiatives and community engagement that now becoming a thing around the world. In this article, we will go through to delve into how community initiatives that happen locally can contribute to Net Zero Emission that impact the global world. Read More: Building A Greener Tomorrow through Net Zero Emission Understanding Local Context Local contexts play a pivotal role in shaping the effectiveness and feasibility of community initiatives for achieving net zero emission. Furthermore, community initiatives not only reduce emissions but also foster resilience, equity, and sustainability at the local level.  These contexts encompass a myriad of factors, including socio-economic conditions, geographical characteristics, cultural norms, and historical backgrounds. Understanding these unique contexts is essential for tailoring initiatives to the specific needs and circumstances of each community. In understanding the local context for building community initiatives, it is also important to put geographical considerations in it. Because geographical factors such as climate, topography, and natural resources influence the availability and suitability of different emission reduction strategies.  For example, coastal communities may focus on resilience measures to address the impacts of sea-level rise, while rural communities may prioritize sustainable agriculture and land use practices. This analysis will then help a lot in resulting in an effective impact for achieving Net Zero. Read More: Dekarbonisasi: Menuju Emisi Nol Karbon (Zero Emisi) Global Impact from Successful Community Initiatives in Net Zero Emission The local context that manifested through community initiatives collectively will result in a better impact for global environment. Take notes from successful community initiatives, the effort to reduce emission is very possible to achieve for every country.  For instance, European communities, are embracing sustainable agriculture practices through community-supported agriculture (CSA) schemes, urban farming initiatives, and organic farming cooperatives. These projects reduce emissions associated with food production and distribution while trying to pursue Net Zero Emission. Successful community initiatives that impact the global environment is also can be seen through the initiatives done in Nepal. Community forest management has been instrumental in promoting reforestation, biodiversity conservation, and carbon sequestration.  Through collaborative management arrangements known as Community Forest User Groups (CFUGs), local communities in Nepal have regained control over forest resources, leading to improved livelihoods and ecosystem resilience. Initiatives like the Annapurna Conservation Area Project have empowered indigenous communities to protect forests and mitigate the impacts of climate change. In Indonesia itself, one of the initiatives to achieve Net Zero is through implementing the holistic vision of sustainable development brought by the Bali Provincial Government. This vision is widely referred to as “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, which is oriented to Bali’s Net Zero Emission 2045. After all, we can conclude that in resolving big issues of the environment all people can actually contribute by acting locally and strengthening the vision for a greener future. In this case, the calculation for emission is inevitably important to take into account. Now, everyone can check the emission calculation with Satuplatform as all-in-one sustainable solution. Get the FREE DEMO, now! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Local Solutions for Global Impact: Community Initiatives for Net Zero Emission Environmental issues are surely now being a global problem that impacts people all over the world as global citizens. The massive impact shows that environmental issues such as climate change or carbon emissions are a big problem to solve. When it comes to achieving Sustainable Development Goals (SDGs), people are mentioning the approach to ‘act locally, think globally’. This approach is manifested in local initiatives and community engagement that now becoming a thing around the world. In this article, we will go through to delve into how community initiatives that happen locally can contribute to Net Zero Emission that impact… Mencegah Rusaknya Ozon: Larangan Penggunaan CFC Isu terkait rusaknya lapisan ozon telah menjadi perhatian banyak pihak sejak tahun 1980-an. Penyebab utamanya diyakini yakni akibat penggunaan senyawa yang mengandung klorin dan bromin, seperti klorofluorokarbon (CFC), halon, dan bromofluorokarbon (halon). Baca Juga: Perjalanan Fenomena Global Warming Para ilmuwan, komunitas ilmiah, pemerintah, hingga organisasi internasional terus berupaya menemukan solusi untuk mencegah kondisi yang lebih buruk terjadi. Salah satunya dengan mendorong pengurangan penggunaan bahan-bahan di atas melalui Penetapan Protokol Montreal. Latar Belakang Penggunaan CFC dan Mengapa Berbahaya? CFC (Chloroflorocarbon) pertama kali disintesis pada 1928 oleh Thomas Midgley Jr. sebagai pengganti dari zat pendingin terdahulu, terdiri dari amonia (NH3), metil klorida… Bisakah Menjadikan Kegiatan Pertambangan Lebih Ramah Lingkungan? Pertambangan menjadi satu dari sekian aktivitas manusia yang termasuk ke dalam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi iklim dan mengganggu lingkungan alam. Baca juga: Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Pertambangan dilakukan untuk mendapatkan sumber daya alam yang berharga seperti mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Industri ini masih diperlukan untuk mendukung berbagai sektor ekonomi juga memenuhi kebutuhan manusia. Meski begitu, aktivitas pertambangan memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan dan sosial. Pertambangan masih sering kali berjalan tanpa berorientasi pada alam sehingga menimbulkan sisa berupa pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Baca Juga: Jejak Karbon di Industri Pangan… Tips Mudik Lebaran Minim Sampah Mudik lebaran merupakan tradisi tahunan yang identik dengan perjalanan panjang dan berbagai persiapan. Di balik momen kebahagiaan ini, mudik juga berpotensi menghasilkan sampah yang signifikan. Hal ini menjadi keprihatinan bersama, mengingat dampak negatifnya terhadap lingkungan. Baca Juga: Mengurangi Sampah Plastik di Rumah Namun, jangan khawatir! Mudik tetap bisa dinikmati tanpa meninggalkan jejak yang berlebihan. Berikut tips mudik Lebaran minim sampah yang bisa kamu terapkan: Persiapan Mudik Minim Sampah Bawa tas belanja dan botol minum sendiri: Hindari penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa tas belanja kain dan botol minum yang dapat digunakan berulang kali. Siapkan bekal: Memasak dan membawa …

Mencegah Rusaknya Ozon: Larangan Penggunaan CFC

Mencegah Rusaknya Ozon: Larangan Penggunaan CFC

Isu terkait rusaknya lapisan ozon telah menjadi perhatian banyak pihak sejak tahun 1980-an. Penyebab utamanya diyakini yakni akibat penggunaan senyawa yang mengandung klorin dan bromin, seperti klorofluorokarbon (CFC), halon, dan bromofluorokarbon (halon). Baca Juga: Perjalanan Fenomena Global Warming Para ilmuwan, komunitas ilmiah, pemerintah, hingga organisasi internasional terus berupaya menemukan solusi untuk mencegah kondisi yang lebih buruk terjadi. Salah satunya dengan mendorong pengurangan penggunaan bahan-bahan di atas melalui Penetapan Protokol Montreal. Latar Belakang Penggunaan CFC dan Mengapa Berbahaya? CFC (Chloroflorocarbon) pertama kali disintesis pada 1928 oleh Thomas Midgley Jr. sebagai pengganti dari zat pendingin terdahulu, terdiri dari amonia (NH3), metil klorida (CH3Cl), sulfur dioksida (SO2), yang banyak digunakan sebagai zat pendingin sejak akhir 1800-an. Baca Juga: Upaya Uni Eropa Melawan Perubahan Iklim Zat pendingin tersebut terpaksa digantikan karena kandungannya yang ternyata sangat beracun dan baru diketahui pada saat itu setelah menyebabkan serangkaian kecelakaan fatal bahkan hingga menyebabkan kebakaran dan kematian akibat terhirup oleh manusia. CFC kemudian dikembangkan dengan mengolah senyawa-senyawa yakni karbon dan halogen seperti fluor dan klorin. Sampai akhirnya ditemukan diklorodifluorometana, CCl2F2 , yang dijuluki “Freon” hingga penggunaannya semakin luas. Mencapai satu juta ton per tahun. CFC (Chloroflorocarbon) juga HCFC (Hydrochloroflorocarbon) telah banyak digunakan dalam beragam industri, seperti aerosol, material busa dan packing, pelarut, dan refrigant pada mesin pendingin. Akan tetapi, penelitian oleh para ilmuwan menemukan bahwa CFC berperan terhadap terbentuknya lubang ozon di Antartika.  Sumber-sumber CFC biasa ditemukan sebagai refrigant dalam lemari es dan AC, di dalam sistem pemadam kebakaran dengan halon pada pesawat terbang, serta semprotan aerosol. CFC juga bisa bocor dari produk-produk yang dibuang secara tidak tepat. Senyawa ini juga diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit, katarak, penurunan produktivitas pertanian, serta kerusakan ekosistem akuatik. Disebabkan oleh penurunan konsentrasi ozon di stratosfer dan mengakibatkan peningkatan paparan radiasi UV yang berbahaya bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan ekosistem laut Dari sinilah, pemerintah dunia mulai mengadopsi the Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer, yang memberikan kerangka kerja bagi Protokol Montreal untuk menghapuskan zat-zat perusak ozon, termasuk klorofluorokarbon (CFC). Penetapan Protokol Montreal pun dilakukan pada tahun 1987. Apa Itu Protokol Montreal? Pelarangan penggunaan CFC pertama kali dilakukan pada tahun 1987 melalui Protokol Montreal.  Protokol ini bertujuan untuk mengurangi produksi dan penggunaan senyawa yang merusak ozon, salah satunya CFC dan HCFC. Sektor industri pun didorong untuk mulai meninggalkan penggunaan senyawa tersebut dan beralih ke bahan alternatif yang memiliki kandungan lebih aman bagi lingkungan.  Berlakunya Protokol Montreal menghasilkan dampak yang baik. Dikutip dari UNEP, sekitar 99 persen bahan perusak ozon telah dihilangkan dan lapisan pelindung di atas bumi sedang memperbaiki dirinya. Lubang ozon di Antartika diperkirakan akan tertutup pada tahun 2060-an, diperkirakan dua juta orang terselamatkan dari kanker kulit dan ada lagi manfaat lain yang lebih luas. Pelarangan CFC mencegahnya berperan dalam meningkatkan suhu global. Kondisi Ozon Saat Ini Komunitas ilmiah dan lembaga internasional terus memantau dan mengevaluasi kondisi lapisan ozon secara berkala. Dikutip dari World Economic Forum, berdasarkan pantauan oleh ilmuwan NASA dan the US National Oceanic and Atmospheric Administration, pada akhir 2022 lalu dilaporkan bahwa lubang di lapisan ozon terus menyusut. Luasnya kini telah mencapai rata-rata 23,2 juta km2 dari yang awalnya 27,5 juta km2 pada 2006. Para ilmuwan memastikan bahwa menyusutnya lubang ozon terus menunjukkan tren positif dalam beberapa dekade terakhir. Dan diharapkan dapat terus menyusut dan pulih sepenuhnya pada tahun 2050. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam mengatasi kerusakan lapisan ozon, terdapat faktor lain yang perlu dilakukan untuk memastikan keberlanjutan upaya perlindungan lapisan ozon dan mencegah peningkatan paparan radiasi UV yang merugikan. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Mencegah Rusaknya Ozon: Larangan Penggunaan CFC Isu terkait rusaknya lapisan ozon telah menjadi perhatian banyak pihak sejak tahun 1980-an. Penyebab utamanya diyakini yakni akibat penggunaan senyawa yang mengandung klorin dan bromin, seperti klorofluorokarbon (CFC), halon, dan bromofluorokarbon (halon). Baca Juga: Perjalanan Fenomena Global Warming Para ilmuwan, komunitas ilmiah, pemerintah, hingga organisasi internasional terus berupaya menemukan solusi untuk mencegah kondisi yang lebih buruk terjadi. Salah satunya dengan mendorong pengurangan penggunaan bahan-bahan di atas melalui Penetapan Protokol Montreal. Latar Belakang Penggunaan CFC dan Mengapa Berbahaya? CFC (Chloroflorocarbon) pertama kali disintesis pada 1928 oleh Thomas Midgley Jr. sebagai pengganti dari zat pendingin terdahulu, terdiri dari amonia (NH3), metil klorida… Bisakah Menjadikan Kegiatan Pertambangan Lebih Ramah Lingkungan? Pertambangan menjadi satu dari sekian aktivitas manusia yang termasuk ke dalam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi iklim dan mengganggu lingkungan alam. Baca juga: Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Pertambangan dilakukan untuk mendapatkan sumber daya alam yang berharga seperti mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Industri ini masih diperlukan untuk mendukung berbagai sektor ekonomi juga memenuhi kebutuhan manusia. Meski begitu, aktivitas pertambangan memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan dan sosial. Pertambangan masih sering kali berjalan tanpa berorientasi pada alam sehingga menimbulkan sisa berupa pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Baca Juga: Jejak Karbon di Industri Pangan… Tips Mudik Lebaran Minim Sampah Mudik lebaran merupakan tradisi tahunan yang identik dengan perjalanan panjang dan berbagai persiapan. Di balik momen kebahagiaan ini, mudik juga berpotensi menghasilkan sampah yang signifikan. Hal ini menjadi keprihatinan bersama, mengingat dampak negatifnya terhadap lingkungan. Baca Juga: Mengurangi Sampah Plastik di Rumah Namun, jangan khawatir! Mudik tetap bisa dinikmati tanpa meninggalkan jejak yang berlebihan. Berikut tips mudik Lebaran minim sampah yang bisa kamu terapkan: Persiapan Mudik Minim Sampah Bawa tas belanja dan botol minum sendiri: Hindari penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa tas belanja kain dan botol minum yang dapat digunakan berulang kali. Siapkan bekal: Memasak dan membawa bekal sendiri… Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Aktivitas pertambangan merujuk pada proses ekstraksi dan pengolahan mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang …

Bisakah Menjadikan Kegiatan Pertambangan Lebih Ramah Lingkungan?

Bisakah Menjadikan Kegiatan Pertambangan Lebih Ramah Lingkungan?

Pertambangan menjadi satu dari sekian aktivitas manusia yang termasuk ke dalam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi iklim dan mengganggu lingkungan alam. Baca juga: Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Pertambangan dilakukan untuk mendapatkan sumber daya alam yang berharga seperti mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Industri ini masih diperlukan untuk mendukung berbagai sektor ekonomi juga memenuhi kebutuhan manusia. Meski begitu, aktivitas pertambangan memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan dan sosial. Pertambangan masih sering kali berjalan tanpa berorientasi pada alam sehingga menimbulkan sisa berupa pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Baca Juga: Jejak Karbon di Industri Pangan Lalu mungkinkah aktivitas pertambangan berjalan lebih ramah lingkungan dan baik bagi bumi? Dampak Aktivitas Pertambangan Industri ekstraktif atau pertambangan menyebabkan dampak paling dramatis terhadap lingkungan alam dan kesehatan manusia. Jejak operasinya sering kali berbekas dan tidak akan hilang dalam waktu yang lama. Bahkan para pekerja di industri ini tidak seluruhnya memikirkan dampak yang bisa timbul setelahnya.  Beberapa dampak utama aktivitas pertambangan di antaranya: Praktik pertambangan yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan berbasis pada prinsip-prinsip keberlanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. Penting juga untuk menggabungkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam aktivitas pertambangan. Bertujuan agar dapat mencapai keseimbangan antara kebutuhan sumber daya dan pelestarian lingkungan serta memperhitungkan dampaknya terhadap perubahan iklim global. Menerapkan Sustainable Mining International Energy Forum terus berupaya mendorong dunia untuk segera menyadari perlunya perubahan dalam industri ini untuk menuju kerangka kerja yang lebih ramah lingkungan dan beretika. Pentingnya pertambangan berkelanjutan telah diakui di tingkat tertinggi pemerintahan , termasuk dalam KTT Bumi tahun 1992 di Rio de Janeiro dan KTT Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan tahun 2002. Beberapa hal yang dapat industri pertambangan lakukan adalah 1. Pengelolaan Limbah yang Efektif Praktik yang tepat bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan. Metode pemrosesan seperti pengolahan limbah padat dan cair, daur ulang, dan penggunaan teknologi hijau untuk mengurangi dampak limbah adalah bagian dari praktik berkelanjutan. 2. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Praktiknya termasuk rehabilitasi dan reklamasi lahan bekas tambang untuk mengembalikan fungsi ekosistem asli, meningkatkan kualitas tanah, dan mendukung keanekaragaman hayati. 3. Beralih Ke Sumber Energi Terbarukan Peralihan menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan meminimalisasi kegiatan dan dampak yang bisa dihasilkan dari kegiatan tambang 4. Konservasi Air dan Energi Pertambangan dapat mengadopsi teknologi dan praktik yang mengurangi penggunaan air dan energi, serta mempromosikan konservasi sumber daya alam. Misalnya, menggunakan sistem pengolahan air yang efisien, mengoptimalkan penggunaan energi, dan mengadopsi energi terbarukan di operasi pertambangan. 5. Transparansi dan Pelaporan Pertambangan berkelanjutan menerapkan transparansi dan pelaporan yang jelas terkait dengan dampak lingkungan dan sosial dari operasi mereka. Ini termasuk pemantauan dan pelaporan secara rutin terhadap emisi, penggunaan air, kesehatan masyarakat, dan upaya rehabilitasi. Dengan menerapkan praktik berkelanjutan dalam operasi pertambangan, industri ini dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan, sambil memastikan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Anda pun dapat turut ikut serta dalam keberlanjutan dengan berkomitmen terhadap prinsip ESG dan mencatat serta melaporkan emisi karbon sebagai bagian dari upaya transparansi dan tanggung jawab sosial. Dapatkan simulasi pengukuran yang komprehensif dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Coba DEMO GRATIS nya! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Mencegah Rusaknya Ozon: Larangan Penggunaan CFC Isu terkait rusaknya lapisan ozon telah menjadi perhatian banyak pihak sejak tahun 1980-an. Penyebab utamanya diyakini yakni akibat pengunaan senyawa yang mengandung klorin dan bromin, seperti klorofluorokarbon (CFC), halon, dan bromofluorokarbon (halon). Para ilmuwan, komunitas ilmiah, pemerintah, hingga organisasi internasional terus berupaya menemukan solusi untuk mencegah kondisi yang lebih buruk terjadi. Salah satunya dengan mendorong pengurangan penggunaan bahan-bahan di atas melalui Penetapan Protokol Montreal. Latar Belakang Penggunaan CFC dan Mengapa Berbahaya? CFC (Chloroflorocarbon) pertama kali disintesis pada 1928 oleh Thomas Midgley Jr. sebagai pengganti dari zat pendingin terdahulu, terdiri dari amonia (NH3), metil klorida (CH3Cl), sulfur dioksida (SO2), yang banyak… Bisakah Menjadikan Kegiatan Pertambangan Lebih Ramah Lingkungan? Pertambangan menjadi satu dari sekian aktivitas manusia yang termasuk ke dalam faktor yang dapat mempengaruhi kondisi iklim dan mengganggu lingkungan alam. Baca juga: Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Pertambangan dilakukan untuk mendapatkan sumber daya alam yang berharga seperti mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Industri ini masih diperlukan untuk mendukung berbagai sektor ekonomi juga memenuhi kebutuhan manusia. Meski begitu, aktivitas pertambangan memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan dan sosial. Pertambangan masih seringkali berjalan tanpa berorientasi pada alam sehingga menimbulkan sisa berupa pencemaran lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Lalu mungkinkah aktivitas pertambangan berjalan lebih ramah lingkungan… Tips Mudik Lebaran Minim Sampah Mudik lebaran merupakan tradisi tahunan yang identik dengan perjalanan panjang dan berbagai persiapan. Di balik momen kebahagiaan ini, mudik juga berpotensi menghasilkan sampah yang signifikan. Hal ini menjadi keprihatinan bersama, mengingat dampak negatifnya terhadap lingkungan. Baca Juga: Mengurangi Sampah Plastik di Rumah Namun, jangan khawatir! Mudik tetap bisa dinikmati tanpa meninggalkan jejak yang berlebihan. Berikut tips mudik Lebaran minim sampah yang bisa kamu terapkan: Persiapan Mudik Minim Sampah Bawa tas belanja dan botol minum sendiri: Hindari penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa tas belanja kain dan botol minum yang dapat digunakan berulang kali. Siapkan bekal: Memasak dan membawa bekal sendiri… Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan Aktivitas pertambangan merujuk pada proses ekstraksi dan pengolahan mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya dari bumi. industri ini memainkan peran penting dalam perekonomian global dan pembangunan masyarakat. Terdapat ribuan proyek pertambangan yang berjalan di seluruh dunia. Dua kategori utama penambangan modern meliputi penambangan permukaan dan penambangan bawah tanah dengan target utama ialah keuntungan ekonomis dari mineral dan bahan tambang lainnya. Baca Juga: Emisi Karbon dari Industri Fashion Menurut Earth, per tahun 2020 saja, sebanyak 40 perusahaan tambang terbaik berhasil mengumpulkan total pendapatan hingga US$544 miliar. Angka tersebut naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Keuntungan ini sayangnya tidak serta merta… Mengapa Net Zero Emission Penting? Net zero emission, atau emisi nol bersih adalah sebuah tujuan ambisius yang menandakan keseimbangan antara emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dan yang dikeluarkan dari atmosfer. Ini bagaikan menjembatani dua sisi: di satu sisi, kita …

Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan

Ancaman Kerusakan Lingkungan dari Aktivitas Pertambangan

Aktivitas pertambangan merujuk pada proses ekstraksi dan pengolahan mineral, logam, batu bara, dan bahan tambang lainnya dari bumi. industri ini memainkan peran penting dalam perekonomian global dan pembangunan masyarakat. Terdapat ribuan proyek pertambangan yang berjalan di seluruh dunia. Dua kategori utama penambangan modern meliputi penambangan permukaan dan penambangan bawah tanah dengan target utama ialah keuntungan ekonomis dari mineral dan bahan tambang lainnya. Baca Juga: Emisi Karbon dari Industri Fashion Menurut Earth, per tahun 2020 saja, sebanyak 40 perusahaan tambang terbaik berhasil mengumpulkan total pendapatan hingga US$544 miliar. Angka tersebut naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Keuntungan ini sayangnya tidak serta merta baik bagi alam. Sebab proses penambangan masih bersifat intensif dan invasi. Operasi penambangan juga sering kali meninggalkan dampak lingkungan yang besar terhadap lingkungan sekitar serta memberlakukan yang lebih luas terhadap kesehatan lingkungan di planet ini. Baca Juga: Emisi Karbon dari Industri Penerbangan Beberapa ancaman kerusakan lingkungan yang sering kali terkait dengan kegiatan pertambangan adalah di antaranya: 1. Pencemaran Lingkungan Akibat Pertambangan Aktivitas pertambangan tidak dapat terlepas dari potensi mencemari lingkungan. Baik pencemaran air dan udara. Pencemaran air akibat dari aktivitas pertambangan biasanya menghasilkan limbah cair yang mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan kimia tersebut termasuk logam berat, sianida, arsenik, hingga merkuri yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan flora fauna jika bocor ke aliran air atau sungai terdekat. Dikutip dari National Geographic, penambangan menciptakan sejenis polusi air yang dikenal sebagai drainase asam tambang. Dihasilkan dari sulfida dalam tanah yang larut dan masuk ke saluran-saluran air. Kegiatan pertambangan juga  dapat menghasilkan debu dan partikel halus yang dapat mencemari udara di sekitar area tambang. Selain itu, pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan dalam operasi tambang juga dapat menghasilkan emisi gas buang berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang berkontribusi terhadap polusi udara. Jika efek dan limbah dari proses pertambangan tidak diawasi dengan benar, hal-hal di atas dapat mengganggu ekosistem air serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan yang berada di sekitarnya. 2. Kerusakan Tanah Area Pertambangan Pembukaan lahan dan penambangan dapat mengakibatkan erosi tanah, penurunan kualitas tanah, dan kerusakan pada ekosistem alami.  Untuk dapat menjangkau material-material berharga, tanah perlu diledakkan. Sayangnya, hal ini meninggalkan lubang-lubang terbuka yang sangat besar. Bahkan dapat terlihat jelas dari luar angkasa. Tanah yang terdegradasi sulit untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati serta kerusakan ekosistem yang penting. Lahan bekas tambang biasanya mengalami degradasi dengan tingkat kesuburan tanah sangat rendah. Dampak kerusakan ini dapat berlanjut bertahun-tahun setelah tambang ditutup. Termasuk penambahan gas rumah kaca, kematian flora dan fauna, serta erosi lahan dan habitat. Baca juga: 5 Daerah di Indonesia dengan Deforestasi Terparah Tahun 2023 3. Keselamatan Air dan Tanah Dekat Lokasi Pertambangan Pertambangan dapat menyebabkan kebocoran limbah berbahaya seperti tailing (endapan sisa pengolahan) yang dapat mencemari tanah dan air di sekitarnya. Kebocoran ini dapat mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem yang bergantung pada sumber air bersih. Selain itu, penambangan modern juga membutuhkan jumlah air yang banyak untuk proses ekstraksi, pemrosesan, dan pembuangan limbah. Berpotensi menghabiskan persediaan air tawar di wilayah sekitar tambang. 4. Perubahan Lanskap dan Estetika Akibat Pertambangan Pembukaan tambang dan penggunaan alat berat dapat mengubah lanskap secara drastis, mengubah karakteristik visual daerah tersebut dan mengurangi estetika lingkungan yang sebelumnya alami. Lahan bekas tambang biasanya menyisakan lubang besar yang sukar dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, reklamasi dibutuhkan untuk membantu memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar lahan tersebut dapat berfungsi kembali sesuai peruntukkannya. Dengan memperhatikan ancaman-ancaman ini, penting untuk menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan, efisien, dan bertanggung jawab untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Mulai dari pemantauan lingkungan yang ketat, pengelolaan limbah yang efektif, rehabilitasi lahan bekas tambang, konservasi sumber daya air, serta keterlibatan aktif dengan komunitas lokal dan pemangku kepentingan lainnya dapat dilakukan sebagai upaya dari mengatasi dampak dari aktivitas pertambangan. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Berbagai Sumber Energi Biomassa dan Proses Konversinya Biomassa merupakan salah satu wujud dari energi alternatif yang hadir untuk dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Baca juga: Energi Biomassa: Keuntungan dan Kerugian Tingginya penggunaan energi konvensional, termasuk bahan bakar fosil, dalam kegiatan sehari-hari, dapat berdampak pada ketersediaannya yang semakin menipis karena cenderung tidak terbarukan. Penggunaannya yang berlebih pun juga berkontribusi pada perubahan iklim dan dampak lingkungan lainnya. Oleh karena itu, para ilmuwan terus berupaya mengembangkan sumber energi alternatif untuk dapat mengatasi isu-isu tersebut. Biomassa menjadi salah satunya. Apa Itu Energi Biomassa?  Biomassa merupakan energi yang bersumber dari berbagai jenis bahan-bahan organik seperti limbah pertanian, sampah organik, kayu, alga,… Energi Biomassa: Keuntungan dan Kekurangan Biomassa menjadi salah satu bentuk dari sumber energi alternatif yang diyakini dapat membantu mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Namun, sama seperti energi lainnya, terdapat keuntungan dan kerugian dari penggunaan biomassa. Sebagaimana yang telah diketahui, energi konvensional termasuk bahan bakar fosil yang menjadi sumber utama energi di dunia berkontribusi terhadap perubahan iklim. Penggunaannya yang masif juga menjadikan energi tersebut semakin terbatas.  Sifatnya yang tidak terbarukan menjadikan bahan bakar fosil menurun ketersediannya. Berdasarkan penelitian oleh The Millennium Alliance for Humanity and the Biosphere (MAHB) Universitas Stanford, dengan tingkat konsumsi sekarang, persediaan bahan bakar fosil akan habis dalam waktu 51 tahun. Bisa… Potensi Energi Surya bagi Kesejahteraan di Indonesia Energi surya atau tenaga surya menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan banyak negara dalam melakukan transisi energi sebagai upaya mengatasi krisis energi yang mengancam dunia. Indonesia adalah salah satunya yang berupaya mengembangkan solusi ini. Terletak di garis khatulistiwa, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara tropis, Indonesia bisa dibilang …

Ancaman Krisis Energi, Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Ancaman Krisis Energi, Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Ancaman krisis energi merupakan salah satu isu yang dapat menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak. Pada saat krisis energi terjadi, pasokan energi tidak dapat cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan industri. Baca Juga: Untung Rugi Teknologi Energi Bersih Sejak tahun 2021, International Energy Agency (IEA) melihat bahwa pasar energi mulai mengetat karena berbagai faktor. Pemulihan ekonomi akibat pandemi menjadi salah satu penyebabnya. Baca Juga: Konservasi Energi: Pengertian, Tujuan, dan Langkah untuk Mewujudkannya Selain itu, IEA juga menyebut bahwa terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina pada Februari 2022 berperan meningkatkan kondisi krisis energi secara global. Harga gas alam mencapai rekor tertinggi sejak 2020, harga minyak pun turut menyentuh level tertinggi sejak 2008. Bagaimana Krisis Energi Terjadi? Krisis energi adalah suatu kondisi ketika terjadinya kelangkaan sumber daya alam sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan industri yang berakibat pada meningkatnya harga jual sumber daya. Istilah ini sering kali merujuk pada salah satu sumber energi, khususnya energi yang menyuplai jaringan listrik nasional atau yang energi digunakan sebagai bahan bakar dalam kegiatan industri. Terjadinya krisis energi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa di antaranya adalah: Dari sini, krisis energi dapat menimbulkan dampak yang signifikan dan berpengaruh terhadap kondisi kehidupan juga ekonomi. Mulai dari terjadinya gangguan pasokan dan distribusi energi, kenaikan harga, ketidakstabilan ekonomi, penghentian operasi bisnis, hingga kecemasan dapat timbul akibat dari kondisi yang tidak pasti. Oleh karena itu, krisis energi membutuhkan tanggapan yang cepat dan terkoordinasi dari pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengurangi dampak negatifnya dan mengembangkan solusi yang berkelanjutan untuk masalah energi. Indonesia Menghadapi Krisis Energi Dikutip dari CNN Indonesia, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan, Indonesia rawan terancam terhadap krisis energi. Penyebabnya, ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil saat ini yang cukup besar. Disampaikan bahwa saat ini 42,4 persen energi tanah air dipasok oleh batu bara dan 31,4 persen dari minyak bumi. Tapi, di tengah tingginya porsi itu, produksi minyak justru kurang. Jika kebutuhan nasional tidak terpenuhi, ketahanan energi di Indonesia akan semakin kritis. Untuk mengantisipasi isu ini, Indonesia mulai melakukan upaya transisi energi sebagai langkah menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia. Pemerintah juga melakukan peningkatan terhadap bauran sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di tahun 2025, hingga 31% di tahun 2030. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Berbagai Sumber Energi Biomassa dan Proses Konversinya Biomassa merupakan salah satu wujud dari energi alternatif yang hadir untuk dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Baca juga: Energi Biomassa: Keuntungan dan Kerugian Tingginya penggunaan energi konvensional, termasuk bahan bakar fosil, dalam kegiatan sehari-hari, dapat berdampak pada ketersediaannya yang semakin menipis karena cenderung tidak terbarukan. Penggunaannya yang berlebih pun juga berkontribusi pada perubahan iklim dan dampak lingkungan lainnya. Oleh karena itu, para ilmuwan terus berupaya mengembangkan sumber energi alternatif untuk dapat mengatasi isu-isu tersebut. Biomassa menjadi salah satunya. Apa Itu Energi Biomassa?  Biomassa merupakan energi yang bersumber dari berbagai jenis bahan-bahan organik seperti limbah pertanian, sampah organik, kayu, alga,… Energi Biomassa: Keuntungan dan Kekurangan Biomassa menjadi salah satu bentuk dari sumber energi alternatif yang diyakini dapat membantu mengurangi ketergantungan manusia terhadap energi konvensional. Namun, sama seperti energi lainnya, terdapat keuntungan dan kerugian dari penggunaan biomassa. Sebagaimana yang telah diketahui, energi konvensional termasuk bahan bakar fosil yang menjadi sumber utama energi di dunia berkontribusi terhadap perubahan iklim. Penggunaannya yang masif juga menjadikan energi tersebut semakin terbatas.  Sifatnya yang tidak terbarukan menjadikan bahan bakar fosil menurun ketersediannya. Berdasarkan penelitian oleh The Millennium Alliance for Humanity and the Biosphere (MAHB) Universitas Stanford, dengan tingkat konsumsi sekarang, persediaan bahan bakar fosil akan habis dalam waktu 51 tahun. Bisa… Potensi Energi Surya bagi Kesejahteraan di Indonesia Energi surya atau tenaga surya menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan banyak negara dalam melakukan transisi energi sebagai upaya mengatasi krisis energi yang mengancam dunia. Indonesia adalah salah satunya yang berupaya mengembangkan solusi ini. Terletak di garis khatulistiwa, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara tropis, Indonesia bisa dibilang beruntung sebab memperoleh limpahan sinar matahari yang besar setiap tahunnya sehingga kaya akan sumber energi surya dan angin. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, Indonesia saat ini memiliki potensi akan pemanfaatan energi terbarukan sebesar lebih dari 3.600 Giga Watt (GW). Energi surya disebut-sebut mendominasi… 3 Negara dengan Sistem Tenaga Surya Paling Maju di Dunia Ancaman krisis energi yang kian meningkat, mendorong berbagai negara untuk segera beradaptasi dan mencari solusi mengatasi isu ini. Selain menghindari konsumsi energi fosil berlebih, pemanfaatan energi terbarukan juga menjadi pilihan sebagai opsi energi alternatif yang berkelanjutan. Salah satu jenis energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan ialah energi surya. Energi surya diyakini memiliki potensi yang besar untuk dipertimbangkan penggunaannya. Sebuah sumber energi bersih yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga bersifat tidak terbatas. Saat ini, energi surya semakin berkembang pesat dan banyak di terapkan oleh banyak negara di seluruh dunia. Bahkan, China sebagai salah satu negara yang memanfaatkan tenaga surya, telah memiliki… Inovasi Green Product sebagai Strategi Berkelanjutan Green Product – Ide menuju masa depan yang berkelanjutan merupakan suatu diskursus yang banyak muncul di seluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri, untuk mencapai kondisi lingkungan yang lebih lestari diperlukan berbagai usaha yang diiringi oleh komitmen. Baca Juga: Walkable City untuk Transformasi Menuju Nol Emisi Komitmen untuk lingkungan yang lebih baik salah satunya tertuang dalam Paris Agreement melalui penahanan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C. Di samping itu, komitmen juga perlu didukung oleh berbagai strategi berkelanjutan yang feasible untuk diimplementasikan oleh para perusahaan, pelaku bisnis, maupun entitas lainnya. Strategi Berkelanjutan Gagasan mengenai sustainability atau konsep berkelanjutan secara umum terdiri… Begini Etika Bisnis Bertanggungjawab Terhadap Lingkungan Menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bagi setiap …