10

Mikroorganisme dan Perannya dalam Menyeimbangkan Daur Karbon

Daur karbon atau siklus karbon merupakan siklus alami yang penting bagi kelestarian bumi dan keberlangsungan kehidupan di dalamnya. Proses daur karbon digambarkan sebagai aliran dan pertukaran karbon antara atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan geosfer, berguna dalam menjaga keseimbangan atmosfer. Namun, aktivitas manusia yang merusak alam dan menghasilkan emisi karbon berlebih dapat menghambat daur karbon. Baca Juga: 5 Alasan Penting Terjadinya Daur Karbon Oleh karena itu, hadir mikroorganisme yang memiliki peran penting dalam menyeimbangkan daur karbon dengan membantu proses dekomposisi, fotosintesis, fermentasi, dan fiksasi karbon. Berikut adalah beberapa jenis mikroorganisme di muka bumi yang berperan dalam keseimbangan karbon. 1. Mikroorganisme Pengurai (Dekomposer) Dekomposer atau mikroorganisme pengurai merupakan organisme yang tugasnya membantu dalam proses dekomposisi atau pembusukan materi organik di alam. Dikutip dari Gramedia Blog, dekomposer berperan penting dalam menguraikan materi organik yang tidak terpakai ke bentuk senyawa yang lebih berguna bagi flora dan fauna di alam sekitar. Organisme yang termasuk ke dalam kategori pengurai atau dekomposer meliputi bakteri, jamur, invertebrata, serta metanogen, yakni mikroorganisme yang menghasilkan gas metana (CH4). Metanogen dapat menghasilkan metana dari bahan organik di lingkungan anaerobik (tanpa oksigen), seperti rawa dan pencernaan hewan. Kemudian, organisme seperti bakteri dan jamur, contohnya adalah Bacillus, Pseudomonas, dan Aspergillus, mampu menguraikan bahan organik mati menjadi karbon dioksida (CO2) dan metana (CH2) melalui dekomposisi.  Dengan sifatnya yang unik, jamur dan bakteri dapat berfungsi sebagai penyeimbang dalam ekosistem lingkungan karena menghasilkan gas karbondioksida yang dibutuhkan tumbuhan dalam proses fotosintesis.   2. Mikroorganisme Fotosintetik Mikroorganisme fotosintetik merupakan organisme yang memiliki kemampuan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Dalam hal ini, contoh mikroorganisme fotosintetik adalah alga dan bakteri fotosintetik atau photosynthetic bacteria (PSB). Bakteri fotosintesis termasuk ke dalam bakteri autotrof yang bisa berfotosintesis dengan sendirinya melalui pigmen-pigmen di tubuh yang digunakan untuk menangkap energi matahari sebagai bahan bakar melakukan fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, PSB membantu terjadinya proses daur karbon dengan menyerap CO2 dari atmosfer dan menghasilkan oksigen sebagai hasilnya.  Bakteri fotosintetik juga memiliki vakuola berisi enzim, berupa Rubisco, yang berguna mempermudah Ribulosa Bi Pospat atau RuBP menangkap karbon dioksida bebas yang ada di udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik. 3. Mikroorganisme Fiksasi Karbon Mikroorganisme fiksasi karbon atau carbon fixation microorganism (CFM) merupakan organisme yang berperan dalam mengubah karbon anorganik menjadi senyawa organik. Proses ini disebut dengan fiksasi karbon Dilansir dari American Society for Microbiology, proses mikroorganisme bekerja melaksanakan fiksasi karbon terjadi ketika karbon dioksida dari atmosfer larut ke dalam lautan, bakteri fotosintetik dan eukariota menyerapnya dan mengubahnya menjadi bentuk yang bermanfaat secara biologis.  Melalui proses yang disebut fiksasi karbon, produk sampingan fotosintesis, mikroorganisme laut memasukkan karbon ke dalam molekul penyusunnya, dengan dua hasil penting, yakni karbon dimasukkan ke dalam jaringan makanan dan molekul oksigen dilepaskan sebagai produk sampingan ke dalam lautan, dan akhirnya ke atmosfer. Bakteri Kemolitotrof menjadi contohnya di mana menggunakan karbon anorganik dan mengubahnya menjadi bentuk organik yang bisa dimanfaatkan makhluk hidup lain. Bakteri Simbiotik & Non-Simbiotik juga membantu mengikat karbon dan nitrogen dari atmosfer untuk mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. 4. Mikroorganisme Pemakan Karbon Mikroorganisme yang mengkonsumsi karbon meliputi bakteri, jamur, dan mikroba mutan. Mikroorganisme ini berperan dalam siklus karbon dan membantu memerangi perubahan iklim. Dilansir dari Kompas, seorang ahli mikrobiologi dan mantan researcher di Harvard Wyss Institute bersama rekannya menemukan sebuah mikroba mutan yang dijuluki Chonkus yang disebut dapat membantu memerangi perubahan iklim. Mikroba yang termasuk ke dalam cyanobacteria ini memiliki sifat penting salah satunya dapat berfotosintesis dan memakan karbon.  Cyanobacteria ini disebut memiliki peran penting dalam ekosistem laut sebagai bakteri fotosintesis yang berperan dalam rantai makanan laut di seluruh dunia dan dapat tumbuh di lingkungan yang tidak mendukung. Itulah beberapa mikroorganisme yang berperan menyeimbangkan daur karbon dan mencegah penumpukan emisi karbon di atmosfer, menghambat terjadinya perubahan iklim. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is …

7

Memahami Daur Karbon, Definisi, Contoh Proses, dan Manfaatnya

Fungsi Daur Karbon Daur Karbon – Tidak dapat dipungkiri bahwa karbon merupakan elemen dasar yang penting untuk mendukung berjalannya proses biologis dan ekosistem di muka bumi.  Karbon berperan membentuk molekul yang dibutuhkan makhluk hidup serta menjadi senyawa yang selalu berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan berbagai proses alam. Mulai dari tumbuhan hingga manusia, seluruhnya bergantung pada karbon untuk bertahan hidup. Karbon juga membantu menjaga suhu Bumi tetap stabil dengan menahan panas matahari melalui peran karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Baca Juga: 5 Alasan Penting Terjadinya Daur Karbon Tanpa karbon dioksida, bumi akan menjadi terlalu dingin dan tidak layak huni. Meski begitu, kelebihan CO2 dari aktivitas manusia justru dapat menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global. Karbon bergerak dalam siklus alami yang dikenal sebagai Siklus Karbon atau Daur Karbon. Melibatkan atmosfer, biosfer (makhluk hidup), hidrosfer (air), dan geosfer (tanah dan batuan). Sudahkah kamu memahami tentang siklus karbon atau daur karbon? Mari kita bahas bersama dalam penjelasan di bawah ini! Apa Itu Daur Karbon? Sebagaimana dilansir dari situs Lindungi Hutan, siklus karbon atau daur karbon didefinisikan sebagai suatu siklus biogeokimia terjadinya pertukaran karbon antara atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan geosfer, dengan biosfer, atmosfer, lautan, dan sedimen menjadi tempat penyimpanan atau reservoir. Siklus biogeokimia sendiri ialah perputaran energi yang kompleks yang terjadi di lingkungan. Siklus ini dapat berlangsung di dalam tubuh organisme (biotik) dan lingkungan daratan maupun lautan (abiotik). Sebagian besar karbon di bumi tersimpan dalam bebatuan dan sedimen. Kemudian, sisanya berada di lautan, atmosfer, dan organisme hidup dan terus bergerak sesuai dengan aliran yang tetap. Terjadinya pertukaran atau daur karbon dapat membantu menjaga keseimbangan atmosfer. Pada dasarnya, bumi tidak pernah kehilangan sama sekali karbon kecuali disimpan di reservoir yang berperan sebagai penyerap karbon. Bagaimana Contoh Proses Daur Karbon? Terdapat berbagai cara terjadinya proses daur karbon di bumi, di antaranya proses fotosintesis, aktivitas respirasi, penggunaan transportasi, dan proses dekomposisi. Proses fotosintesis menjadi awal mula daur karbon dimulai. Kegiatan ini biasanya melibatkan organisme dengan zat hijau seperti tumbuhan, alga, fitoplankton, hingga bakteri. Tumbuhan yang melakukan fotosintesis akan mengubah air dan karbon dioksida menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan cahaya matahari. Selanjutnya glukosa digunakan sebagai sumber energi bagi tanaman dan oksigen dilepas untuk digunakan bernapas bagi organisme.   Respirasi disebut juga aktivitas bernapas merupakan kegiatan yang rutin dilakukan makhluk hidup melibatkan pertukaran gas antar mereka dengan lingkungan. Selain untuk bertahan hidup, respirasi juga berguna untuk menghancurkan atau memecah senyawa organik menjadi karbon dioksida dan air serta energi. Aktivitas pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida di atmosfer. Karbon yang terdapat di atmosfer nantinya akan diserap lagi melalui proses fotosintesis yang menjadi tahap awal dari daur karbon. Akan tetapi, proses ini akan lebih sukar atau sulit dilakukan jika ada lebih banyak karbon di atmosfer daripada yang dapat diserap. Apa Manfaat dari Proses Daur Karbon? Proses daur karbon menjaga atmosfer tetap seimbang dan membantu membentuk iklim yang sehat. Oleh karena karbon dioksida berperan dalam menentukan hangatnya bumi, maka terlalu sedikit CO2 bisa membuat bumi membeku. Sebaliknya, karbon dioksida yang terlalu banyak dapat menjadikan suhu bumi lebih panas yang mengarah pada terjadinya perubahan iklim. Oleh karena itu, pemanfaatan karbon dalam energi dan industri harus dikontrol agar tidak merusak lingkungan. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform!   Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making an impactful difference. Sustainable and Ethical Spending Gen Z is reshaping consumer behavior by prioritizing sustainability… Kerjasama Bilateral Indonesia untuk Dukung Keberlanjutan Lingkungan Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, Indonesia telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dengan negara-negara mitra guna mempercepat transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan hutan dan energi terbarukan hingga pengurangan emisi karbon serta pendanaan hijau. Artikel ini akan membahas berbagai bentuk kerjasama bilateral Indonesia dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dengan data dan analisis terkini. Program REDD+ dengan …

12

Mobil Listrik vs Mobil Bensin, Siapa Lebih Ramah Lingkungan?

Beralihnya penggunaan dari mobil konvensional bertenaga bensin ke mobil listrik (electric vehicle) oleh masyarakat telah ramai terjadi dalam beberapa tahun ke belakang. Di Indonesia sendiri, populasi mobil bertenaga listrik terus meningkat setiap tahunnya, terutama di dua tahun terakhir. Menurut data dari Listrik Indonesia, penggunaan mobil listrik masih berada di angka 1.473 unit saja.  Akan tetapi, jumlah orang yang menggunakan mobil listrik kemudian terus meningkat menjadi 41.743 unit pada 2022 dan meroket sampai dengan 133.225 unit pada pertengahan 2024. Baca Juga: Transportasi Berkelanjutan sebagai Fasilitas Kendaraan Umum Selain karena tawaran penjualan mobil listrik sangat menarik ditambah fiturnya yang juga semakin beragam, para konsumen mobil listrik mengungkap bahwa biayanya lebih irit karena tidak lagi perlu mengisi bensin. Lalu, di antara mobil listrik dan mobil bensin siapa ya yang lebih ramah lingkungan? Jejak Karbon Proses Pembakaran Bahan Bakar Dilansir dari DW, mobil bensin dan kendaraan listrik punya catatan jejak karbon yang berbeda secara signifikan. Karena masih mengandalkan bahan bakar fosil, mobil bensin mungkin dapat menyebabkan eksploitasi minyak bumi untuk mendukung operasionalnya. Mobil bensin juga melepaskan CO2 dan polutan lain, termasuk NO yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan berdampak buruk terhadap kesehatan. Mobil berbahan bakar fosil memungkinkan untuk mengeluarkan 48 ton karbon dioksida (CO2), di mana jumlahnya lebih banyak 40 persen daripada kendaraan listrik sebab tidak ada proses pembakaran dalam mengoperasikan kendaraan ini. Oleh karena mobil listrik menghasilkan nol emisi saat digunakan, artinya tidak menghasilkan gas buang yang menyebabkan polusi udara. Ini adalah suatu kelebihan di antara keduanya. Pengisian Daya Menghasilkan Emisi Tidak Langsung Mobil listrik dikenal tidak menghasilkan jejak karbon selama digunakan dan pengoperasiannya lebih bersih karena mengandalkan listrik. Akan tetapi, dampak lingkungan dari penggunaan mobil listrik masih tidak dapat dihindari, terutama dari hal pengisian dayanya. Menghadirkan mobil listrik dalam kehidupan berarti menambah satu lagi beban yang perlu ditanggung pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan. Jika listrik berasal dari bahan bakar fosil, pengisian daya kendaraan listrik menyebabkan emisi tidak langsung. Akan lebih baik jika jika listrik untuk mengisi daya electric vehicle berasal dari sumber hijau atau energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin. Menjadikannya lebih ramah lingkungan dan hemat biaya operasional. Butuh Dukungan Infrastruktur yang Memadai Jika kita sudah sering melihat dan bisa menemukan stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU di berbagai lokasi tanpa kerepotan, sayangnya stasiun pengisian daya mobil listrik masih sangatlah terbatas. Di luar kota besar, belum bisa terjamin bahwa kita bisa menemukan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di banyak titik. Terlebih SPKLU yang memiliki fitur pengisian cepat (fast charging).  Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi infrastruktur yang memungkinkan dibangunnya lebih banyak stasiun pengisian daya agar lebih praktis bagi pengguna. Mobil listrik bisa dibilang lebih minim polusi udara dan hemat biaya operasional, cocok untuk yang ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon.  Meskipun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jangan lupa mempertimbangkan penggunaan transportasi umum sebagai pilihan moda transportasi yang lebih ramah lingkungan lainnya! Anda juga bisa memulai langkah lainnya dengan menerapkan konsep sustainability management dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi? Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama …

8

Tertinggi di Dunia, Kenali Sumber Emisi Karbon di China

Tiongkok atau yang dikenal juga dengan nama resmi Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah satu negara yang berada di posisi lima besar sebagai penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Worldometer, Tiongkok pada tahun 2022 melepaskan sekitar 12.667,428 juta ton emisi karbon per tahun ke atmosfer, menjadikannya bertanggung jawab atas 33.26 persen dari total emisi global. Dalam beberapa dekade terakhir, Tiongkok memiliki emisi kumulatif yang cukup besar karena menjadi negara industri utama. Ada beragam faktor yang menyebabkan tingginya emisi karbon di China. Baca Juga: 3 Negara Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia Mari kita bahas secara mendetail! 1. Ketergantungan pada Batu Bara penyebab Emisi Karbon Sampai saat ini, China diketahui masih sangat bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utama. Menurut data dari The International Energy Agency (IEA), Tiongkok merupakan produsen, importir, sekaligus konsumen batu bara terbesar di dunia yang tercatat mengalami pertumbuhan penggunaan batu bara untuk listrik dan non-listrik sebesar 8 persen dan 2,5 persen. Setelah dilanda kemerosotan energi dan kinerja ekonomi selama tahun 2022, permintaan listrik di Tiongkok bangkit kembali pada tahun 2023 dengan pertumbuhan sebesar 7 persen. Hasilnya, terjadi peningkatan konsumsi batu bara Tiongkok sebesar 276 Mt, mencapai total 4.883 Mt pada tahun 2023. Kebutuhan batu bara yang tinggi ini diperlukan untuk mendukung sekitar 60 persen pembangkit listrik tenaga batu bara guna ‘menghidupkan’ seluruh negeri. Ini jugalah yang menjadi salah satu penyebab utama emisi karbon. 2. Tingginya Industri Manufaktur yang Meningkatkan Emisi Karbon Industri manufaktur bisa dibilang merupakan pondasi yang penting untuk menopang ekonomi Tiongkok dan memainkan peran yang krusial bagi ekonomi global. Tiongkok dikenal sebagai “pabrik dunia” yang memproduksi berbagai barang untuk ekspor ke seluruh dunia. Menurut China Briefing, Tiongkok bahkan menyumbang sekitar 30 persen dari nilai tambah manufaktur global, yang memperkuat posisinya sebagai pusat manufaktur dunia. Salah satunya adalah sektor industri seperti baja, semen, dan tekstil yang umumnya memerlukan banyak energi. Pada tahun 2022 saja, sektor industri menyumbang sekitar 49 persen emisi karbon. Hal ini tidak dapat dihindari dari menghasilkan emisi karbon sehingga dapat meningkatkan emisi karbon negara. 3. Pertumbuhan Transportasi dan Kendaraan Bermotor Penyebab Emisi Karbon Sektor transportasi di Tiongkok bertanggung jawab atas 7 persen emisi karbon tahunan negara tersebut selama tahun 2022.  Sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia, mobilisasi kendaraan menjadi hal yang sulit dicegah. Meningkatnya jumlah penduduk juga turut berdampak terhadap meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi yang bertambah pesat. Belum lagi ditambah dengan kondisi Tiongkok yang memiliki salah satu pasar mobil terbesar di dunia, yang juga berkontribusi pada tingginya emisi dari sektor transportasi. 4. Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi Percepatan urbanisasi di China menyebabkan lonjakan konsumsi energi untuk transportasi, perumahan, dan infrastruktur. National Library of Medicine menyebut bahwa tingkat urbanisasi Tiongkok meningkat dari 17,9% menjadi 60,6% antara tahun 1978 dan 2019, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 1%. Pembangunan ekonomi dan lingkungan tentu dapat berdampak terhadap meningkatnya emisi karbon. Konstruksi besar-besaran menggunakan beton dan baja, yang menghasilkan banyak karbon dioksida. Meski menjadi penyumbang emisi terbesar, China juga berupaya mengurangi emisi karbon melalui beberapa strategi. Beberapa di antaranya adalah: Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan …

9

3 Negara Penghasil Emisi Karbon Terbesar di Dunia

Indonesia saat ini masih menjadi salah satu kontributor emisi karbon atau gas rumah kaca (CO2) terbesar di dunia. Menurut data Statistical Review of World Energy 2024 oleh Energy Institute, di tahun 2023 Indonesia menempati urutan keenam dalam jajaran 10 negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai 704,4 juta metrik ton CO2e, meningkat 13.14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di atas Indonesia ada negara Jepang yang menempati urutan kelima penghasil emisi karbon terbesar di dunia, dengan jumlah emisi sekitar 1.012,8 juta metrik ton CO2e. Diikuti Rusia di urutan keempat dengan jumlah emisi 1.614,7 juta metrik ton CO2e. Baca Juga: 3 Negara dengan Emisi Karbon Terendah di Dunia Lalu, siapa top three atau tiga teratas negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia? Mari simak pembahasan di bawah ini! 1. Tiongkok: 11.218 juta metrik ton CO2e Republik Rakyat Tiongkok telah sejak beberapa tahun ke belakang konsisten berada di urutan pertama sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca tahunan terbesar di dunia. Data menunjukkan bahwa emisi CO2 di Tiongkok adalah sebesar 11.218 juta metrik ton CO2e pada 2023. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 12.667 juta metrik ton. Sumber emisi karbon di Tiongkok berasal dari sektor listrik, industri, transportasi, dan bangunan. Didominasi emisi dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Dilansir dari Carbon Brief, pada tahun 2006 Tiongkok menyalip Amerika Serikat dalam urutan negara yang menyumbang emisi GRK terbesar di dunia. Warganya pun kini memiliki jejak karbon jauh di atas rata-rata global. Meski begitu, emisi kumulatif dan per kapitanya masih sekitar setengah lebih rendah dari Amerika Serikat saat ini. Artinya, Amerika Serikat masih merupakan negara yang memiliki jejak karbon historis yang lebih besar dan warga AS rata-rata lebih banyak menghasilkan karbon dibanding warga Tiongkok. 2. Amerika Serikat: 4.639 juta metrik ton CO2e Negara adidaya Amerika Serikat adalah negara berikutnya yang melepaskan emisi gas rumah kaca terbesar ke atmosfer.  Pada tahun 2023, jumlah emisi GRK yang dihasilkan negara tersebut mencapai 4.629 juta metrik ton CO2e. Jumlah ini menurun nilainya jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada di angka 4.853 juta ton. Di Amerika Serikat, sumber utama emisi GRK umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi. Sektor lain yang turut berkontribusi menyumbang emisi ialah industri, komersial dan perumahan, serta pertanian. Amerika Serikat diketahui bertanggung jawab atas sekitar 15 persen emisi global. Negara dengan julukan Negeri Paman Sam ini juga masih bertanggung jawab atas emisi karbon kumulatif lebih besar karena sudah menjadi negara industri lebih lama. 3. India: 2.595 juta metrik ton CO2e Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, India, melengkapi urutan tiga teratas dalam daftar negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.  Data Statistical Review of World Energy 2024 mencatat, di tahun 2023, India melepaskan sebanyak 2.595 juta metrik ton CO2 ke atmosfer, meningkat hampir 1 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Dilansir dari Earthorg, emisi karbon India diproyeksikan meningkat hingga 50 persen pada tahun 2030. Hal ini mungkin terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan akan listrik dan transportasi.  Sama seperti negara lainnya, sebagian besar emisi CO2 di India berasal dari sektor energi seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik juga bahan bakar kendaraan dan mesin. Lalu, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda mulai menerapkan konsep sustainability manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi?  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.    Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima …

5

Ketahui Fakta Terkait Upaya Restorasi Gambut di Indonesia

Sebutan Indonesia kaya kelestarian alam seharusnya patut disyukuri sebab akan ada banyak manfaat dari alam yang bisa dieksplorasi untuk perkembangan negara juga masyarakat. Indonesia kaya juga salah satunya menyasar pada lahan gambut yang luas dan terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI), Indonesia merupakan negara dengan lahan gambut terbesar keempat di dunia. Dengan luas tersebut, ekosistem gambut tropis di Indonesia menyimpan karbon mencapai 46 GT (giga ton) jumlahnya. Jika dikelola dengan benar, lahan gambut dapat bermanfaat untuk pertanian dan kehutanan, menjaga keanekaragaman hayati, serta penyerap karbon yang sangat handal (restorasi). Akan tetapi, kondisi ekosistem lahan gambut di Indonesia tidak sepenuhnya baik. Beberapa bagian lahan gambut di sebaran wilayah yang berbeda mengalami kerusakan, seperti kekeringan bahkan hilang akibat pembukaan lahan. Meski begitu, saat ini Indonesia diketahui tengah gencar melakukan upaya restorasi lahan gambut untuk memulihkan dan melindunginya dari ancaman.  Baca Juga: Potensi Jejak Karbon dari Degradasi Lahan Gambut  Berikut ini adalah beberapa fakta terkait upaya restorasi gambut di Indonesia, berdasarkan laporan berjudul Nasib Restorasi Gambut Indonesia oleh Pantau Gambut Indonesia yang dapat diunduh di sini: 1. Gambut diklaim pulih oleh pemerintah sesuai renstra Dalam laporan disampaikan bahwa hasil rekapitulasi Pantau Gambut terhadap capaian kinerja restorasi hingga akhir 2019 menunjukkan bahwa jutaan area gambut telah diklaim pulih oleh pemerintah sesuai rencana strategis (renstra) periode 5 tahun yang telah disusun.  KLHK memiliki target pemulihan gambut sebesar 5% atau sekitar 1,2 juta hektar dari total luas KHG yang sudah ditentukan di Indonesia selama periode 2015-2019. Menurut KLHK, pemulihan ekosistem gambut telah melebih target sehingga dianggap tercapai. Begitu juga dengan Badan Restorasi Gambut (BRG), sebagai mitra kerja sama pemulihan ekosistem gambut KLHK, yang memiliki target restorasi sebesar 2,6 juta hektar pada 104 KHG prioritas di 7 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Papua) selama periode 2016-2020. Melalui kegiatan 3R (rewetting, revegetation dan revitalization) BRG menyebut bahwa hingga akhir 2019 mengklaim telah berhasil merestorasi 87% area gambut non-konsesi atau sekitar 778.181 hektar. Meskipun kedua instansi sudah mengklaim capaian yang dimaksud, belum ada informasi rinci yang menjelaskan bagaimana menakar keberhasilan atas kegiatan restorasi yang telah dilakukan. 2. Api Melanda Selama Periode Pemulihan Gambut Dalam periode pemulihan yang diklaim berhasil dilaksanakan, masih dijumpai kebakaran di atas lahan gambut yang menurut Pantau Gambut mengindikasikan bahwa restorasi gambut masih belum sepenuhnya efektif. Kebakaran di lahan gambut patut diwaspadai karena jauh lebih sulit dipadamkan jika dibandingkan lahan mineral. Hal ini disebabkan komposisi bahan organik di bawah lapisan gambut yang mengering sehingga api sulit dipadamkan meskipun di permukaan sudah berhasil dikendalikan. 3. Kebakaran Gambut Terdeteksi di Area Luar Konsesi Masih berdasarkan laporan yang sama, dijumpai area mana pada lahan gambut yang terdampak kebakaran. Hasil analisa Pantau Gambut menemukan bahwa dari total area non konsesi yang terbakar, 36 persen atau sekitar 127,2 ribu Ha kebakaran berada pada radius 1 km dari batas terluar konsesi. Hasil lainnya, 69 persen area gambut di luar izin konsesi terbakar selama Januari sampai Desember 2019. Belum dapat dipastikan keterhubungan antara kebakaran di area tersebut dengan aktivitas yang dilakukan masyarakat. Namun demikian, tetap menimbulkan  tanda tanya besar mengenai efektivitas dari  pendampingan organisasi Masyarakat Peduli Api yang wajib dilakukan oleh perusahaan dan kegiatan restorasi yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor …

6

Begini Simulasi Perhitungan Pajak Karbon di Swedia

Pajak karbon atau carbon tax merupakan salah satu inisiatif yang diusulkan untuk dapat mendorong industri dan masyarakat mengurangi produksi emisi karbon mereka. Sejumlah negara di dunia telah menerapkan pajak karbon sebagai kewajiban yang perlu dipatuhi warganya. Salah satu negara yaitu Swedia bahkan telah memberlakukan pajak karbon terhadap pelaku industri di negaranya sejak tahun 1991. Swedia dikenal memiliki salah satu tarif pajak karbon tertinggi di dunia. Namun, hasil dan dampaknya cukup signifikan terhadap perekonomian juga tingkat pengurangan emisi gas rumah kaca yang diharapkan untuk mewujudkan target net zero emission. Baca Juga: Melihat Implementasi Pajak Karbon di Berbagai Negara Lalu bagaimana sebenarnya perhitungan pajak karbon dilakukan? Elemen Perhitungan Pajak Karbon Pada dasarnya, perhitungan pajak karbon bergantung pada beberapa faktor, diantaranya seperti: Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pajak Karbon Dilansir dari Center for Climate and Energy Solutions, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi besaran pajak karbon. Contoh Simulasi Perhitungan Pajak Karbon di Swedia Misalkan: Maka perhitungan pajak karbonnya adalah sebagai berikut: Pengurangan dari carbon offset (5.000 ton) : 5.000 × 126 = €630.000 Pajak setelah offset: 5.670.000 − 630.000 = €5.040.000 Jadi,setelah perhitungan dengan insentif dan offset, pajak karbon yang harus dibayar perusahaan ini adalah €5.040.000 per tahun. Perhitungan pajak karbon dilakukan dengan rumus dasar, tetapi ada banyak variabel lain yang bisa mengurangi atau mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan. Semua ini tergantung peraturan di setiap negara. Pajak karbon pada dasarnya dirancang untuk mendorong pengurangan emisi dan transisi ke energi bersih.  Perusahaan yang mampu mengurangi emisi melalui inovasi dan investasi dalam teknologi hijau dapat mengurangi beban pajak mereka secara signifikan. Namun, Anda juga bisa mulai menerapkan hal serupa melalui perencanaan konsep sustainability management dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi? Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.    Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making …

6

Aspek Penting dalam Menerapkan Inisiatif Industri Hijau

Industri hijau merupakan bentuk pelaksanaan industri yang dalam prosesnya operasional dan produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan (Kementerian Perindustrian RI). Sektor industri yang melaksanakan konsep ini umumnya sangat peduli terhadap praktik ramah lingkungan. Dalam hal tersebut termasuk di antaranya menghindari pemborosan energi dan air, menerapkan efisiensi sumber daya, serta meminimalkan jejak karbon dan limbah industri yang bisa mencemari lingkungan. Hadirnya industri hijau tentu perlu diapresiasi sebab salah satunya dapat mendorong pengurangan emisi karbon secara nasional dan mewujudkan dekarbonisasi. Terdapat beberapa aspek yang perlu diketahui dalam menerapkan industri hijau. Baca Juga: Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya 1. Efisiensi Sumber Daya dan Energi untuk Industri Hijau Industri hijau berarti mendorong perusahaan beroperasi dengan cara yang aman dan baik bagi alam, termasuk tidak menghamburkan sumber daya dan energi. Dalam aspek yang pertama, efisiensi sumber daya dan energi termasuk beralih ke penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, atau biomassa. Secara perlahan meninggalkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan memanfaatkannya dengan lebih bijak. Kemudian, di dalam kantor perusahaan dapat mendorong efisiensi energi dengan menggunakan peralatan hemat energi dan sistem otomatisasi, serta mengoptimalkan penggunaan air dan menerapkan daur ulang grey water. 2. Pengurangan Emisi dan Limbah untuk Industri Hijau Produksi limbah tentu tidak dapat dihindari, namun perusahaan dapat menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam pengolahan limbah untuk mencegahnya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah juga lingkungan. Perusahaan dapat menggunakan proses produksi yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi potensi limbah sejak awal. Kemudian, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan circular economy dalam pengelolaan limbah. Serta melakukan dekarbonisasi dengan mengurangi emisi karbon melalui transisi ke energi rendah karbon. 3. Bahan Baku Ramah Lingkungan untuk Industri Hijau Penggunaan bahan baku ramah lingkungan adalah salah satu hal yang penting dalam menjalani industri hijau. Bahan baku ramah lingkungan penting karena dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Industri dapat menggunakan material berkelanjutan berupa bahan yang dapat diperbarui atau didaur ulang dan kemudian mengganti bahan kimia beracun dengan alternatif yang lebih aman demi kelestarian lingkungan dan ekosistem sekitar. Dalam aspek ini, desain produk berkelanjutan juga penting untuk membuat produk yang tahan lama, mudah didaur ulang, dan pastinya hemat energi. Coba untuk menggunakan kemasan yang lebih sedikit atau berbahan biodegradable sebagai pilihannya. 4. Kepatuhan Aturan dan Regulasi untuk Industri Hijau Saat ini, sudah banyak sekali aturan dan regulasi yang mengatur tentang standar keberlanjutan. Contohnya seperti mengikuti standar emisi karbon, pembuangan limbah, dan polusi udara yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga internasional seperti Paris Agreement dan regulasi nasional. Mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku menunjukkan komitmen perusahaan untuk menghindari pelanggaran serta mengurangi dampak lingkungan dari operasional mereka. Dengan memastikan kepatuhan regulasi, perusahaan bisa menghindari risiko hukum, menjaga reputasi, dan bahkan mendapatkan insentif dari kebijakan lingkungan yang mendukung industri hijau. 5. Keterlibatan Stakeholder dan Sosial untuk Industri Hijau Melibatkan stakeholder dan komunitas atau masyarakat setempat dalam inisiatif keberlanjutan dapat menunjukkan betapa seriusnya industri dalam mengimpelementasikan hal ini.  Perusahaan bisa membantu meningkatkan kesadaran pekerja tentang industri hijau dengan menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan SDM bagi masyarakat internal perusahaan maupun di luar industri. Kemudian, bermitra dengan komunitas, pemerintah, dan organisasi lingkungan serta berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di masyarakat. Lalu, apakah Anda telah mulai menerapkan konsep sustainability management ke dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi?  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di …

15

5 Rekomendasi Tempat Wisata Edukasi Alam

Di tengah kepedulian terhadap lingkungan, tempat wisata yang bertema alam semakin populer di kalangan masyarakat. Tempat-tempat ini tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memberikan pengalaman belajar atau edukasi yang mendalam tentang konservasi, ekosistem, dan keanekaragaman hayati.  Baca Juga: Aksi Cinta Alam dari Para Pendaki Gunung Artikel ini akan membahas lima rekomendasi tempat wisata edukasi alam yang menggabungkan aspek pembelajaran dan pelestarian lingkungan. Simak ulasannya berikut! 1. Edukasi Alam Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh dan Sumatera Utara Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting di Indonesia, dikenal sebagai habitat orangutan Sumatera yang terancam punah. Luas taman nasional ini mencapai 7.927 km² dan menjadi rumah bagi lebih dari 130 spesies mamalia, 325 spesies burung, dan 190 spesies reptil dan amfibi. Kegiatan edukatif di taman nasional ini meliputi tur pengamatan satwa liar, program penanaman pohon, dan pelatihan konservasi. Pengunjung dapat belajar langsung tentang ekosistem hutan hujan tropis dan upaya pelestariannya. Wisata edukasi di Taman Nasional Gunung Leuser memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan konservasi satwa langka. 2. Edukasi Alam Kebun Raya Bogor, Jawa Barat Kebun Raya Bogor adalah pusat penelitian botani tertua di Asia Tenggara dan menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik. Kebun ini memiliki koleksi lebih dari 15.000 spesies tanaman, termasuk tanaman langka dan endemik. Setiap tahunnya, lebih dari 1 juta pengunjung datang untuk menikmati dan belajar di kebun raya ini. Program edukasi di Kebun Raya Bogor mencakup tur tematik, workshop botani, dan pameran tanaman. Pengunjung dapat memahami peran penting tanaman dalam menjaga ekosistem dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan fasilitas lengkap dan koleksi tanaman yang kaya, Kebun Raya Bogor menawarkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermanfaat. 3. Edukasi Alam Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur Taman Nasional Komodo terkenal sebagai habitat asli komodo, reptil purba yang hanya ada di Indonesia. Taman ini mencakup area seluas 1.733 km² dan dihuni oleh sekitar 5.700 ekor komodo. Setiap tahun, taman ini dikunjungi oleh lebih dari 100.000 wisatawan domestik dan mancanegara. Program wisata edukasi mencakup tur pengamatan komodo, penjelajahan pulau, dan sesi edukasi tentang konservasi satwa. Pengunjung juga dapat belajar tentang ekosistem laut yang kaya di sekitarnya. Taman Nasional Komodo mengajarkan pentingnya konservasi satwa endemik dan menjaga ekosistem yang rapuh. 4. Edukasi Alam Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk di Jakarta Utara menawarkan wisata edukasi tentang ekosistem mangrove dan manfaatnya bagi lingkungan. Kawasan ini mencakup lahan seluas 99,82 hektar dengan berbagai jenis pohon mangrove. Setiap bulan, taman ini menerima lebih dari 10.000 pengunjung. Kegiatan edukatif meliputi penanaman mangrove, tur ekosistem, dan pelatihan tentang peran mangrove dalam mencegah abrasi dan perubahan iklim. Wisata edukasi di sini memberikan pemahaman langsung tentang peran vital mangrove dalam melindungi garis pantai dan keanekaragaman hayati. 5. Edukasi Alam Bali Bird Park, Bali Bali Bird Park adalah destinasi wisata edukasi yang menghadirkan pengalaman interaktif dengan berbagai jenis burung dari Indonesia dan seluruh dunia. Taman ini memiliki lebih dari 1.000 burung dari 250 spesies, dengan pengunjung tahunan mencapai 300.000 orang. Program edukasi mencakup pertunjukan burung, tur taman, dan sesi interaktif untuk mempelajari perilaku serta habitat burung. Pengunjung juga dapat memahami upaya pelestarian burung langka. Bali Bird Park memberikan wawasan tentang pentingnya perlindungan spesies burung dan habitatnya, serta mengedukasi masyarakat tentang keanekaragaman hayati. Tempat-tempat wisata edukasi alam di atas menawarkan kombinasi antara keindahan alam dan pembelajaran yang bermanfaat. Destinasi ini tidak hanya mendukung pelestarian alam tetapi juga memberikan manfaat ekonomi. Investasi dan partisipasi dalam wisata edukasi alam akan menjadi kunci untuk menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih luas di masa depan.Seiring dengan hal tersebut, perusahaan dan industri juga dapat menjadikan tempat wisata alam sebagai sasaran inisiatif lingkungan.  Terutama untuk pelaku bisnis dan industri, saat ini, telah hadir Satuplatform.com yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform.com menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making an impactful difference. Sustainable and Ethical Spending Gen Z is reshaping consumer behavior by prioritizing sustainability… Kerjasama Bilateral Indonesia untuk Dukung Keberlanjutan Lingkungan Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, Indonesia telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dengan negara-negara mitra guna mempercepat transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari …

16

Carbon Market: A New Way for Sustainable Future

The carbon market has emerged as a pivotal mechanism in addressing climate change while offering new avenues for economic growth. By enabling the trading of carbon credits, it provides businesses with financial incentives to reduce greenhouse gas (GHG) emissions. Read More: Carbon Markets Trend Among ASEAN Countries According to the World Bank’s State and Trends of Carbon Pricing 2023 report, the global carbon market generated over $95 billion in revenue, underscoring its significant economic potential. This article explores how the carbon market fosters a sustainable future by discussing its role, benefits, challenges, and prospects from both environmental and business perspectives. What is Carbon Market? According to The United Nations Development Programme (UNDP) Carbon markets are trading systems in which carbon credits are sold and bought. To hold a carbon market, it can be operated through two main mechanisms, namely compliance markets and voluntary markets. For the compliance market, these are regulated by mandatory national, regional, or international carbon reduction regimes. For example, the European Union Emissions Trading System (EU ETS) remains the largest compliance carbon market globally, covering more than 40% of the EU’s greenhouse gas emissions. For the voluntary market, companies and individuals purchase carbon offsets on a voluntary basis to compensate for their emissions. The voluntary carbon market (VCM) reached a valuation of $2 billion in 2023 and is projected to grow to $50 billion by 2030, according to McKinsey & Company. Environmental Benefits The carbon market has several benefits, and mainly its benefit on the environment. In this case, the carbon market plays a vital role in achieving global climate targets. By assigning economic value to carbon emissions, it incentivizes the adoption of sustainable practices.  Revenue from carbon credits often funds the promotion of renewable energy projects. For example, India’s renewable energy sector received $3 billion in carbon finance between 2015 and 2022, leading to the installation of over 10 GW of clean energy capacity. The environmental benefits of carbon markets demonstrate their potential in aligning corporate goals with broader climate action objectives. Economic Benefits  Not only its benefit on the environment, the carbon market also offers substantial economic advantages for companies. Instead of investing heavily in new technology to reduce emissions, companies can purchase carbon credits. This flexibility lowers the overall cost of meeting emission reduction targets. For example, Shell reported savings of up to $100 million annually by leveraging carbon trading in its global operations. Beside it, companies investing in carbon reduction projects can sell surplus carbon credits, creating additional revenue streams. Especially now financial institutions are increasingly offering favorable terms to companies with robust carbon management strategies. These economic incentives position the carbon market as a critical tool for sustainable business growth, aligning profitability with environmental stewardship. Challenges of Carbon Market Despite its benefits on the environment and economic aspect, the carbon market faces several challenges that need to be addressed. Such as market integrity and transparency to price volatility. In relation to market integrity and transparency, concerns over the credibility of certain carbon offset projects have arisen. The Voluntary Carbon Markets Integrity Initiative (VCMI) emphasizes the need for robust verification standards to prevent greenwashing. Along with this, the price volatility in carbon credit are subject to fluctuations. For example, EU ETS prices ranged from €5 per ton in 2017 to over €100 per ton in 2023. Such volatility can impact long-term planning for businesses. Addressing these challenges is essential to maximize the carbon market’s effectiveness in promoting sustainable practices. The Future of the Carbon Market Looking ahead, the carbon market is poised for significant expansion and evolution. One of the opportunities of the carbon market lies in blockchain technology. Digital carbon market on blockchain technology is being explored to enhance transparency and traceability in carbon trading. Companies like Toucan Protocol are pioneering blockchain-based carbon credits. In relation to corporate initiatives, the carbon market has a potential to support the corporate net-zero strategies. A growing number of corporations are committing to net-zero emissions. According to Net Zero Tracker, over 1,500 companies globally had set net-zero targets by the end of 2023, with carbon markets playing a key role in their strategies. Countries in Africa, Latin America, and Southeast Asia are developing carbon markets. For instance, Indonesia launched its carbon exchange in 2023, potentially becoming a major player in the Asia-Pacific region. The carbon market represents a transformative approach to achieving a sustainable future. By combining environmental responsibility with economic incentives, it creates a win-win scenario for businesses and the planet. With the global carbon market projected to grow exponentially its role in driving sustainable development cannot be overstated. Especially for business, now we have Satuplatform.com as all-in-one solution who provides you with carbon consultancy. Try our FREE DEMO now! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, …