Mikroorganisme dan Perannya dalam Menyeimbangkan Daur Karbon
Daur karbon atau siklus karbon merupakan siklus alami yang penting bagi kelestarian bumi dan keberlangsungan kehidupan di dalamnya. Proses daur karbon digambarkan sebagai aliran dan pertukaran karbon antara atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan geosfer, berguna dalam menjaga keseimbangan atmosfer. Namun, aktivitas manusia yang merusak alam dan menghasilkan emisi karbon berlebih dapat menghambat daur karbon. Baca Juga: 5 Alasan Penting Terjadinya Daur Karbon Oleh karena itu, hadir mikroorganisme yang memiliki peran penting dalam menyeimbangkan daur karbon dengan membantu proses dekomposisi, fotosintesis, fermentasi, dan fiksasi karbon. Berikut adalah beberapa jenis mikroorganisme di muka bumi yang berperan dalam keseimbangan karbon. 1. Mikroorganisme Pengurai (Dekomposer) Dekomposer atau mikroorganisme pengurai merupakan organisme yang tugasnya membantu dalam proses dekomposisi atau pembusukan materi organik di alam. Dikutip dari Gramedia Blog, dekomposer berperan penting dalam menguraikan materi organik yang tidak terpakai ke bentuk senyawa yang lebih berguna bagi flora dan fauna di alam sekitar. Organisme yang termasuk ke dalam kategori pengurai atau dekomposer meliputi bakteri, jamur, invertebrata, serta metanogen, yakni mikroorganisme yang menghasilkan gas metana (CH4). Metanogen dapat menghasilkan metana dari bahan organik di lingkungan anaerobik (tanpa oksigen), seperti rawa dan pencernaan hewan. Kemudian, organisme seperti bakteri dan jamur, contohnya adalah Bacillus, Pseudomonas, dan Aspergillus, mampu menguraikan bahan organik mati menjadi karbon dioksida (CO2) dan metana (CH2) melalui dekomposisi. Dengan sifatnya yang unik, jamur dan bakteri dapat berfungsi sebagai penyeimbang dalam ekosistem lingkungan karena menghasilkan gas karbondioksida yang dibutuhkan tumbuhan dalam proses fotosintesis. 2. Mikroorganisme Fotosintetik Mikroorganisme fotosintetik merupakan organisme yang memiliki kemampuan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Dalam hal ini, contoh mikroorganisme fotosintetik adalah alga dan bakteri fotosintetik atau photosynthetic bacteria (PSB). Bakteri fotosintesis termasuk ke dalam bakteri autotrof yang bisa berfotosintesis dengan sendirinya melalui pigmen-pigmen di tubuh yang digunakan untuk menangkap energi matahari sebagai bahan bakar melakukan fotosintesis. Melalui proses fotosintesis, PSB membantu terjadinya proses daur karbon dengan menyerap CO2 dari atmosfer dan menghasilkan oksigen sebagai hasilnya. Bakteri fotosintetik juga memiliki vakuola berisi enzim, berupa Rubisco, yang berguna mempermudah Ribulosa Bi Pospat atau RuBP menangkap karbon dioksida bebas yang ada di udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik. 3. Mikroorganisme Fiksasi Karbon Mikroorganisme fiksasi karbon atau carbon fixation microorganism (CFM) merupakan organisme yang berperan dalam mengubah karbon anorganik menjadi senyawa organik. Proses ini disebut dengan fiksasi karbon Dilansir dari American Society for Microbiology, proses mikroorganisme bekerja melaksanakan fiksasi karbon terjadi ketika karbon dioksida dari atmosfer larut ke dalam lautan, bakteri fotosintetik dan eukariota menyerapnya dan mengubahnya menjadi bentuk yang bermanfaat secara biologis. Melalui proses yang disebut fiksasi karbon, produk sampingan fotosintesis, mikroorganisme laut memasukkan karbon ke dalam molekul penyusunnya, dengan dua hasil penting, yakni karbon dimasukkan ke dalam jaringan makanan dan molekul oksigen dilepaskan sebagai produk sampingan ke dalam lautan, dan akhirnya ke atmosfer. Bakteri Kemolitotrof menjadi contohnya di mana menggunakan karbon anorganik dan mengubahnya menjadi bentuk organik yang bisa dimanfaatkan makhluk hidup lain. Bakteri Simbiotik & Non-Simbiotik juga membantu mengikat karbon dan nitrogen dari atmosfer untuk mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. 4. Mikroorganisme Pemakan Karbon Mikroorganisme yang mengkonsumsi karbon meliputi bakteri, jamur, dan mikroba mutan. Mikroorganisme ini berperan dalam siklus karbon dan membantu memerangi perubahan iklim. Dilansir dari Kompas, seorang ahli mikrobiologi dan mantan researcher di Harvard Wyss Institute bersama rekannya menemukan sebuah mikroba mutan yang dijuluki Chonkus yang disebut dapat membantu memerangi perubahan iklim. Mikroba yang termasuk ke dalam cyanobacteria ini memiliki sifat penting salah satunya dapat berfotosintesis dan memakan karbon. Cyanobacteria ini disebut memiliki peran penting dalam ekosistem laut sebagai bakteri fotosintesis yang berperan dalam rantai makanan laut di seluruh dunia dan dapat tumbuh di lingkungan yang tidak mendukung. Itulah beberapa mikroorganisme yang berperan menyeimbangkan daur karbon dan mencegah penumpukan emisi karbon di atmosfer, menghambat terjadinya perubahan iklim. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi. Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi. Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi. Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future. Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is …
Read more “Mikroorganisme dan Perannya dalam Menyeimbangkan Daur Karbon”