2

Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan

Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai strategis dalam konteks bisnis dan keberlanjutan lingkungan.  Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan ditumbuhi tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam. Menurut undang undang (UU) nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, RTH di wilayah kota paling sedikit adalah 30 persen dari luas wilayah kota. Di kawasan perkotaan, RTH bisa berbentuk taman kota, hutan kota, jalur hijau, hingga kebun komunitas.  Mari simak, sebetulnya apa saja manfaat RTH untuk wilayah perkotaan! Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Daya Saing Kota Manfaat utama dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah terletak dari fungsi ekologisnya, yaitu dapat berperan sebagai paru-paru kota. Pepohonan dan tanaman hijau berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Kehadiran RTH membantu menurunkan suhu udara, menyerap air hujan untuk mencegah banjir, serta meredam kebisingan. Semua ini meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang secara tidak langsung juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja di wilayah tersebut. Baca juga artikel lainnya : Aspek Penting dalam Menerapkan Inisiatif Industri Hijau Dari sisi bisnis, kota dengan kualitas lingkungan yang baik akan lebih menarik bagi investor. Perusahaan global kini semakin memperhatikan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance) sebelum berinvestasi. Kota yang memiliki RTH memadai seringkali dinilai lebih progresif dan berkelanjutan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah tersebut akan lebih ‘stand out’. Mempertimbangkan aspek RTH bagi bisnis telah menjadi hal yang penting, seperti contohnya kawasan BSD City Green Office Park sebagai perkantoran hijau pertama Indonesia yang terletak di area seluas 25 hektar. Meningkatkan Nilai Properti Keberadaan RTH juga memberikan manfaat untuk meningkatkan nilai properti. Faktanya, properti yang berdekatan dengan taman kota atau jalur hijau memiliki nilai jual dan sewa yang lebih tinggi dibandingkan properti yang jauh dari elemen hijau. Ini membuka peluang investasi properti yang lebih menguntungkan, terutama di sektor perumahan dan komersial. Bagi pengembang properti, penyediaan RTH bukan hanya kewajiban regulatif, tetapi juga strategi nilai tambah. Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar proyek akan menarik lebih banyak konsumen dengan preferensi hidup sehat dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat brand perusahaan sebagai pelaku bisnis yang peduli pada keberlanjutan. Meningkatkan Kesehatan dan Produktivitas Masyarakat  RTH menyediakan ruang untuk aktivitas fisik, rekreasi, dan relaksasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kota yang sibuk dan padat. Akses terhadap ruang hijau terbukti menurunkan tingkat stres, meningkatkan kesehatan mental, dan mendorong gaya hidup aktif. Dalam konteks bisnis, ini berarti peningkatan produktivitas karyawan. Banyak perusahaan kini mulai melihat pentingnya desain lingkungan kerja yang terintegrasi dengan elemen hijau, seperti taman kantor, rooftop garden, atau bahkan hutan mini di lingkungan industri. Hal ini mencerminkan kesadaran bahwa kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan berjalan beriringan. Mitigasi Risiko Iklim Manfaat berikutnya dari ruang terbuka hijau adalah berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim di perkotaan. RTH membantu menyerap karbon, meredam gelombang panas, serta meningkatkan resapan air tanah. Dalam jangka panjang, ini menurunkan risiko bencana seperti banjir dan kekeringan, yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi besar. Kota-kota yang berinvestasi dalam infrastruktur hijau memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap dampak krisis iklim. Ini penting dalam strategi keberlanjutan bisnis jangka panjang, terutama bagi sektor yang sangat bergantung pada stabilitas lingkungan seperti agribisnis, pariwisata, dan manufaktur. Mendorong Inovasi dan Kolaborasi Multisektor RTH membuka peluang kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Inisiatif taman adopsi, urban farming berbasis komunitas, dan sponsor taman kota oleh perusahaan swasta adalah beberapa contoh model kemitraan yang produktif. Inovasi dalam pengelolaan RTH juga bisa didorong melalui teknologi, seperti penggunaan sensor IoT untuk memantau kelembaban tanah atau sistem irigasi pintar. Hal ini membuka pasar baru bagi startup teknologi lingkungan, menciptakan peluang ekonomi sekaligus menjawab kebutuhan kota berkelanjutan. RTH sebagai Aset Bisnis dan Lingkungan Melihat berbagai manfaat tersebut, jelas bahwa ruang terbuka hijau bukan sekadar elemen estetika kota, melainkan aset strategis yang berkontribusi pada keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Di tengah meningkatnya kesadaran terhadap perubahan iklim dan kesehatan urban, keberadaan RTH menjadi indikator penting dalam menilai kualitas tata kota dan daya saing ekonomi sebuah wilayah. Seiring dengan keberadaan RTH, untuk perusahaan yang ingin mengambil langkah inisiatif untuk komitmen keberlanjutan lingkungan, kini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini berlangsung selama 24 hari lamanya dan baru berhasil dipadamkan secara total pada Jumat, 31 Januari 2025. Tragedi kebakaran tersebut terjadi begitu parah, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi infrastruktur dan masyarakat, serta mempengaruhi aktivitas di sana. Sebuah sumber bahkan menyebut bahwa Eaton Fire atau Kebakaran Eaton menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California. … Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai …

2

Indonesia’s Company Partnership to Tackle Climate Change Issues

As the world grapples with the accelerating impacts of climate change, the role of the private sector in building climate resilience is becoming more vital than ever. Since Indonesia is a country blessed with rich natural resources but highly vulnerable to environmental risks, corporate partnerships are emerging as a strategic front line in the fight against climate change.  Read other article : Climate Change: An Unseen-Real Challenge Today, businesses realize that climate inaction brings significant risks, including operational disruptions, increased costs from resource scarcity, and reputational damage. In Indonesia, these realizations are shaping how companies design their corporate strategies—by aligning profit with purpose, including the partnership. Several Indonesian companies have taken pioneering steps to partner with national and international stakeholders in advancing climate solutions. Below are a few notable examples: Unilever Indonesia: Partnering for a Circular Economy Unilever Indonesia has long integrated sustainability into its core operations. Through partnerships with the Indonesian government, NGOs like Yayasan Greeneration Indonesia, and tech startups, the company has launched programs focused on waste reduction, plastic circularity, and carbon-neutral production. In its campaign to develop a circular plastic economy, Unilever collaborates with waste banks, local communities, and recycling firms to recover and repurpose post-consumer plastics. The company also pledged to achieve net-zero emissions across its value chain by 2039, making it one of the most ambitious corporate climate agendas in Southeast Asia. Pertamina: Greening the Energy Sector As Indonesia’s largest energy company, Pertamina plays a pivotal role in the transition toward cleaner energy. In recent years, it has formed partnerships with global renewable energy providers, universities, and government agencies to develop biofuel, geothermal, and solar energy projects. Pertamina’s collaboration with the Ministry of Energy and Mineral Resources supports the government’s target of achieving 23% renewable energy in the national energy mix by 2025. The company also signed joint ventures with international players to invest in green hydrogen and battery technologies. Indofood: Sustainable Agriculture  As one of Southeast Asia’s largest food manufacturers, Indofood has faced growing pressure to address its environmental footprint, especially related to agriculture and palm oil sourcing. To address this, Indofood has partnered with IDH – The Sustainable Trade Initiative, certification bodies like RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), and local farming cooperatives to promote climate-smart agriculture practices. These partnerships focus on reducing deforestation, improving soil health, and empowering smallholder farmers through sustainable training and resource access. Indofood’s program not only contributes to GHG reductions but also enhances rural community resilience—demonstrating how climate action and social inclusion go hand in hand. Telkom Indonesia: Driving Digital Climate Solutions Telkom Indonesia, the country’s largest telecommunications company, is leveraging its digital infrastructure to advance environmental initiatives. Through its innovation arm, Telkom has partnered with environmental tech startups and academic researchers to develop data-driven platforms for climate monitoring, energy efficiency, and smart city planning. One flagship initiative is a partnership with the Ministry of Environment and Forestry to develop an IoT-based forest fire detection system, helping prevent large-scale carbon emissions caused by land and peat fires. Telkom also collaborates with local governments to integrate green ICT solutions in urban development, showcasing how digital transformation can enable climate resilience. Ciputra Group: Building Climate-Resilient Cities In the real estate sector, Ciputra Group is leading the way in sustainable urban development. In collaboration with the Green Building Council Indonesia, UN-Habitat, and regional governments, Ciputra has integrated green design principles into its township projects, such as CitraRaya Tangerang and CitraGarden City Jakarta. These developments incorporate green infrastructure, water-sensitive urban design, and integrated public transport systems to lower emissions and enhance urban resilience. The group also supports community climate education programs and collaborates with local SMEs to develop eco-business zones, proving that sustainability can be embedded in both property development and community empowerment. Absolutely! Here’s a section showcasing Wardah Cosmetics’ efforts and partnerships to address climate change: Wardah Cosmetics: Green Innovation and Collaboration As a leading halal beauty brand in Indonesia, Wardah Cosmetics has embraced the responsibility of aligning its growth with sustainability. Recognizing the environmental challenges posed by the cosmetics industry, Wardah is forming impactful partnerships to help mitigate climate change and promote climate resilience. A cornerstone of Wardah’s sustainability journey is its collaboration with academic institutions and green chemistry researchers to develop eco-friendly product formulations. By partnering with universities such as Institut Teknologi Bandung (ITB) and research centers, Wardah is investing in innovations that minimize the use of environmentally harmful chemicals and reduce carbon footprints in raw material processing. Wardah also works with environmental NGOs like Ecoxyztem and Waste4Change to improve packaging sustainability. Together, they have launched initiatives to transition to biodegradable packaging, support refill stations, and engage consumers in responsible waste disposal education. These efforts are part of Wardah’s broader commitment to a circular economy and reduced single-use plastic dependency in the beauty sector. For companies looking to take the initiative and commit to sustainability in addressing climate change, Satuplatform is now available to support your environmental efforts. As an all-in-one solution, Satuplatform offers a wide range of services and consultations tailored for businesses across various industries. Try the  FREE DEMO  today and take the first step toward a greener future! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak …

2

Menggunakan Parfum Semprot Berlebihan Ternyata Membahayakan Lingkungan!

Parfum merupakan salah satu produk yang penting dan digunakan sehari-hari oleh sebagian banyak orang. Baik untuk menunjang penampilan profesional maupun meningkatkan rasa percaya diri. Aroma yang ditimbulkan dari semprotan parfum sedikit disadari ternyata dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Terutama jika penggunaan parfum semprot tersebut digunakan secara berlebihan.  Di balik aroma yang menyegarkan, terdapat kandungan kimia dan proses produksi yang menyimpan potensi bahaya bagi udara, tanah, bahkan pada pemanasan global. Artikel ini mengulas lebih lanjut mengenai dampak lingkungan dari penggunaan parfum semprot berlebihan, serta solusi dan pendekatan bisnis berkelanjutan untuk mengatasinya. Kandungan Kimia Parfum Untuk dapat menyadari dampak bahaya parfum semprot, pertama-tama penting untuk memahami terlebih dahulu apa saja bahan-bahan dari parfum tersebut. Parfum yang diproduksi secara luas, umumnya mengandung bahan kimia sintetis yang tidak sepenuhnya ramah lingkungan. Banyak dari bahan kimia ini berasal dari petrokimia, yang tidak hanya membutuhkan sumber daya besar untuk diproduksi tetapi juga berkontribusi terhadap polusi. Parfum semprot (aerosol) pada umumnya memiliki berbagai kandungan bahan kimia seperti volatile organic compounds (VOCs), pelarut (solvent), propelan (biasanya berupa gas butana, isobutana, dan propana), serta berbagai senyawa sintetis untuk memberikan aroma. VOCs merupakan senyawa organik yang mudah menguap dan berkontribusi terhadap pembentukan ozon troposfer, yaitu polutan utama dalam kabut asap (smog). Selain itu, senyawa kimia dalam parfum yang disemprotkan dapat bereaksi di udara dengan nitrogen oksida (NOx). Proses ini akan meningkatkan pemanasan global dari atmosfer dalam skala mikro, terutama di kawasan perkotaan yang padat. Dampak lingkungan tidak hanya terbatas pada udara. Senyawa kimia yang mengendap di permukaan tanah atau larut dalam air limbah rumah tangga dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme tanah dan mencemari badan air. Proses Produksi Parfum Kemudian, penting untuk melihat bagaimana proses produksi parfum dilakukan. Pembuatan parfum melibatkan penggunaan energi dan air yang cukup besar, dan tidak semua perusahaan memprioritaskan keberlanjutan.  Penggunaan energi tersebut seringkali membebani sumber daya lokal dan berkontribusi terhadap degradasi lingkungan. Banyak perusahaan wewangian mulai beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan, tetapi hasilnya beragam. Beberapa perusahaan masih perlu menempuh jalan panjang untuk dapat lebih berkelanjutan secara lingkungan. Kemasan dan Limbah Parfum Seiring dengan proses produksinya, kemasan parfum menjadi perhatian khusus. Banyak botol parfum terbuat dari kaca, yang dapat didaur ulang, tetapi banyak yang masih dibuat dalam kemasan plastik yang jarang didaur ulang dan hanya berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).  Bagaimana orang-orang menggunakan dan membuang kemasan parfum mempengaruhi lingkungan. Menggunakan parfum secara berlebihan dapat menyebabkan pembelian yang lebih sering, yang meningkatkan produksi dan limbah kemasan. Selain itu, pembuangan yang tidak tepat dapat menjadi masalah. Ketika parfum dibuang, bahan kimia yang dikandungnya dapat meresap ke dalam tanah dan sistem air. Kontaminasi ini dapat membahayakan satwa liar dan mengganggu ekosistem. Hal ini menjadi concern tersendiri, termasuk bagaimana parfum semprot juga menyumbang kontribusi terhadap sejumlah sampah yang masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan. Baca juga artikel lainnya : Waspada Produksi Jejak Karbon dari Limbah Rumah Tangga Aerosol dan Jejak Karbon Aerosol dalam parfum semprot, yang merupakan partikel padat atau cair yang tersuspensi di dalam gas, secara signifikan memiliki dampak terhadap jejak karbon. Meskipun tampak kecil dan ringan, satu kaleng parfum semprot menyumbang emisi karbon yang tidak sedikit. Proses produksi, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan akhir, semuanya menyumbang pada total jejak karbon produk tersebut. Dalam konteks keberlanjutan, penting bagi konsumen dan produsen untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan parfum dalam bentuk roll-on, stik, atau pump spray tanpa gas propelan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Di sisi lain, produsen dapat memilih bahan baku yang bersumber secara berkelanjutan, menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang, serta mengadopsi energi terbarukan dalam proses produksinya. Langkah-langkah kecil ini, jika dilakukan secara kolektif, dapat membantu menekan jejak karbon industri kosmetik dan menjaga kualitas udara di lingkungan kita. Tanggung Jawab Perusahaan dan Konsumen Perusahaan produsen parfum memiliki tanggung jawab besar untuk mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan. Ini mencakup reformulasi kandungan bahan, penggunaan propelan alami, serta pengemasan daur ulang. Beberapa brand telah berinovasi dengan mengeluarkan parfum dalam bentuk non-aerosol seperti parfum padat atau roller, yang memiliki jejak karbon lebih rendah. Di sisi lain, konsumen juga memiliki peran penting. Kesadaran untuk menggunakan parfum secara bijak mengurangi emisi VOC secara signifikan. Bagi perusahaan yang peduli pada keberlanjutan, saat telah hadir Satuplatform sebagai all-in-one solution yang menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini berlangsung selama 24 hari lamanya dan baru berhasil dipadamkan secara total pada Jumat, 31 Januari 2025. Tragedi kebakaran tersebut terjadi begitu parah, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi infrastruktur dan masyarakat, serta mempengaruhi aktivitas di sana. Sebuah sumber bahkan menyebut bahwa Eaton Fire atau Kebakaran Eaton menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California. … Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai strategis dalam konteks bisnis dan keberlanjutan lingkungan.  Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat …

2

Inisiatif Brand Minyak Goreng untuk Keberlanjutan Lingkungan

Industri minyak goreng yang berbahan dasar kelapa sawit, memiliki hubungan erat dengan isu keberlanjutan lingkungan. Ancaman kerusakan lingkungan, limbah, sampai dengan perubahan iklim menjadi diskursus tersendiri yang penting. Seiring meningkatnya kesadaran konsumen dan tuntutan global terhadap praktik ramah lingkungan, berbagai brand minyak goreng di Indonesia mulai mengambil langkah konkret untuk memastikan bahwa produk mereka tidak hanya aman dikonsumsi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai contoh brand minyak goreng yang telah melakukan inisiatif untuk produksi yang lebih memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Minyak Goreng Bimoli Bimoli merupakan salah satu merek minyak goreng ternama yang banyak digunakan di Indonesia. Bimoli diproduksi oleh PT Salim Ivomas Pratama Tbk, yang tergabung dalam Grup Indofood. Perusahaan ini merupakan salah satu pelaku utama dalam industri kelapa sawit di Indonesia yang kini mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebagai bagian dari tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan sosial, PT Salim Ivomas Pratama telah mengadopsi berbagai kebijakan dan inisiatif keberlanjutan untuk memastikan operasionalnya tidak merugikan lingkungan maupun masyarakat sekitar. Salah satu inisiatif utama yang diterapkan adalah kebijakan NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation). Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah pembukaan hutan primer, pengembangan lahan gambut, serta segala bentuk eksploitasi terhadap pekerja dan komunitas lokal. Selain itu, perusahaan juga telah memperoleh Sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) sebagai bentuk kepatuhan terhadap standar keberlanjutan nasional. Dalam hal pemberdayaan, perusahaan membangun kemitraan dengan petani plasma guna meningkatkan produktivitas tanpa perlu melakukan ekspansi lahan. Baca juga artikel lainnya : Benarkah Produksi Minyak Goreng Berdampak Buruk bagi Keberlanjutan Lingkungan? Dari segi produksi minyak goreng, Bimoli telah menerapkan sistem traceability to mill, yaitu sistem pelacakan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik pengolahan. Upaya ini dilakukan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasoknya. Saat ini, perusahaan juga sedang mengembangkan sistem traceability to plantation yang memungkinkan pelacakan hingga ke tingkat perkebunan, guna memperkuat komitmen terhadap praktik pertanian yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Minyak Goreng Tropical Brand minyak goreng berikutnya yang juga telah mengambil inisiatif pada keberlanjutan lingkungan adalah Tropical. Produk minyak goreng dari Wilmar International ini mengadopsi berbagai kebijakan untuk memastikan bahwa seluruh rantai pasoknya berjalan secara bertanggung jawab, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat. Sama halnya seperti brand Bimoli, minyak goreng Tropical dari Wilmar juga telah menerapkan rantai pasok yang 100% sesuai dengan prinsip NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation). Di samping itu, Wilmar juga telah mengambil langkah lebih konkret dengan menyediakan grievance procedure sebagai mekanisme pengaduan terbuka atau sarana bagi pihak-pihak yang ingin melaporkan pelanggaran lingkungan atau sosial. Dari hal ini, Wilmar secara serius ingin agar produksi minyak gorengnya tidak sampai mencederai lingkungan dan masyarakat. Dari segi teknologi, Wilmar telah mengimplementasikan teknologi GIS (Geographic Information System) digunakan untuk memantau tutupan lahan dan mendeteksi risiko deforestasi dari para pemasok. Penggunaan teknologi ini membantu perusahaan dalam mengambil langkah preventif terhadap potensi kerusakan lingkungan. Minyak Goreng Filma Minyak goreng Filma yang diproduksi dari PT SMART Tbk (bagian dari Sinar Mas Agribusiness and Food), juga telah mengambil langkah inisiatif untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. Perusahaan ini mengimplementasikan berbagai kebijakan keberlanjutan yang tertuang dalam GSEP (Golden Agri-Resources Social and Environmental Policy). Kebijakan ini mencakup perlindungan hutan, penerapan praktek agronomi yang ramah lingkungan, serta penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat di sekitar wilayah operasional. Dalam pelaksanaan kebijakan keberlanjutan tersebut, PT SMART Tbk menggunakan pendekatan High Carbon Stock (HCS) untuk menentukan lahan yang layak dikembangkan. Pendekatan ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi kawasan bernilai konservasi tinggi yang harus dijaga dan dilindungi dari pembukaan lahan. Selain itu, perusahaan telah memperoleh sertifikasi dari dua skema keberlanjutan penting, yaitu RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), sebagai bukti komitmen produksi minyak goreng kelapa sawit yang lebih berwawasan berkelanjutan lingkungan. Minyak Goreng Sunco Salah satu brand minyak goreng ternama di Indonesia adalah Sunco. Brand keluaran PT Tunas Baru Lampung Tbk, yang merupakan bagian dari Grup Sungai Budi, kini menunjukkan inisiatif keberlanjutan lingkungan. Sebagai produsen minyak sawit, perusahaan ini berupaya untuk menerapkan praktik operasional yang lebih ‘hijau’, terutama di sektor hilir melalui efisiensi proses produksi dan pengelolaan limbah. Perusahaan ini memanfaatkan limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) untuk menghasilkan biogas, yang kemudian dapat digunakan kembali sebagai sumber energi terbarukan. Komitmen terhadap keberlanjutan ini juga ditunjukkan melalui perolehan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk perkebunan inti milik perusahaan, sebagai bukti kepatuhan terhadap standar nasional dalam pengelolaan lingkungan dan sosial. Perusahaan minyak goreng Sunco juga mengembangkan sistem Closed-Loop Water Recycling yang memungkinkan air limbah dari proses produksi diolah dan digunakan kembali secara berulang. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi air bersih sekaligus menekan jumlah limbah cair yang dibuang ke lingkungan.  Minyak Goreng Sawit Merek 365 Ekolabel Mungkin belum banyak yang mengetahui minyak goreng sawit Merek 365 Ekolable yang diluncurkan oleh SuperIndo. Minyak goreng ini merupakan salah satu produk ramah lingkungan yang didedikasikan oleh perusahaan Superindo (bagian dari grup ritel internasional Ahold Delhaize). Dalam upaya memastikan bahwa produk ini memenuhi standar keberlanjutan, Super Indo mengambil langkah utama dengan mengadopsi penggunaan minyak sawit bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) berbasis skema Mass Balance. Dari skema ini, minyak goreng yang dihasilkan adalah pencampuran antara minyak sawit berkelanjutan dan non-berkelanjutan secara proporsional, namun tetap terverifikasi.  Di samping itu, SuperIndo juga mengimplementasikan sistem Responsible Sourcing, yang mencakup prosedur pemilihan dan pengawasan bahan baku secara etis dan berkelanjutan. Semua upaya ini dilaporkan secara transparan melalui laporan keberlanjutan grup Ahold Delhaize, yang memuat informasi mengenai kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan secara menyeluruh. Dari berbagai brand minyak goreng tersebut, memperlihatkan bahwa industri minyak goreng juga dapat bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan melalui pendekatan yang beragam. Untuk perusahaan yang ingin mengambil langkah inisiatif untuk komitmen keberlanjutan lingkungan, kini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu perhitungan emisi karbon dan membantu menerapkan inisiatif keberlanjutan lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di …

blue carbon

CCS vs Blue Carbon: Mana yang Lebih Efektif untuk Indonesia?

Metode CCS dan Blue Carbon Dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂), Indonesia tengah mengembangkan berbagai strategi, salah satunya melalui teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan pendekatan alami berbasis Blue Carbon. Baca Juga: Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Kedua metode ini memiliki keunggulan masing-masing dalam menekan emisi karbon, tetapi pertanyaannya: mana yang lebih efektif dan berkelanjutan bagi Indonesia? Dan apa sebenarnya CCS dan Blue Carbon ini? Carbon Capture and Storage (CCS) CCS adalah teknologi yang menangkap CO₂ dari sumber emisi industri, seperti pembangkit listrik dan kilang minyak, lalu menyimpannya di bawah tanah agar tidak terlepas ke atmosfer. CCS terdiri dari tiga tahap utama: Penangkapan Karbon – CO₂ diambil dari gas buang industri. Transportasi Karbon – CO₂ yang sudah ditangkap dipindahkan ke lokasi penyimpanan. Penyimpanan Geologis – CO₂ disuntikkan ke dalam formasi batuan yang aman. Blue Carbon Blue Carbon merujuk pada karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut seperti mangrove, padang lamun, dan rawa pesisir. Ekosistem ini mampu menyerap CO₂ dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa serta sedimen laut untuk jangka panjang. Perbandingan CCS dan Blue Carbon 1. Efektivitas dalam Menangkap Karbon CCS: Dapat menangkap hingga 90% CO₂ dari sumber industri, namun hanya efektif untuk sektor tertentu. Blue Carbon: Ekosistem mangrove dan lamun menyerap karbon hingga 10 kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan, dan penyimpanannya bisa bertahan selama ribuan tahun di sedimen laut. 2. Biaya dan Investasi CCS: Membutuhkan investasi besar hingga miliaran dolar untuk infrastruktur, penelitian, dan pemantauan jangka panjang. Blue Carbon: Restorasi mangrove dan lamun jauh lebih murah dan alami, serta bisa memberikan manfaat tambahan bagi keanekaragaman hayati dan ekonomi lokal. 3. Dampak Lingkungan CCS: Berisiko mengalami kebocoran karbon jika penyimpanan geologi tidak dikelola dengan baik. Blue Carbon: Tidak hanya menangkap karbon, tetapi juga melindungi ekosistem pesisir, meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, serta mendukung perikanan dan kehidupan masyarakat pesisir. 4. Keberlanjutan Jangka Panjang CCS: Bergantung pada keberlanjutan industri bahan bakar fosil, yang pada akhirnya harus ditinggalkan untuk mencapai net zero emission. Blue Carbon: Berkontribusi pada restorasi ekosistem alami, yang terus menyerap karbon tanpa ketergantungan pada bahan bakar fosil. Mana yang Lebih Efektif untuk Indonesia CCS atau Blue Carbon? Indonesia memiliki garis pantai yang luas dan ekosistem laut yang kaya, menjadikan Blue Carbon sebagai solusi yang lebih alami, berkelanjutan, dan murah dibandingkan CCS. Namun, CCS tetap dapat berperan dalam menangkap emisi industri yang sulit dihindari. Kombinasi kedua strategi ini bisa menjadi solusi terbaik untuk mencapai target Net Zero Emission 2060. Blue Carbon memiliki keunggulan dalam hal efektivitas karbon, keberlanjutan, dan dampak lingkungan positif. Sementara CCS berguna dalam sektor industri yang tidak dapat segera beralih ke energi bersih, investasi dalam restorasi ekosistem pesisir seharusnya menjadi prioritas utama bagi Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola  emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article CCS vs Blue Carbon: Mana yang Lebih Efektif untuk Indonesia? Metode CCS dan Blue Carbon Dalam upaya mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂), Indonesia tengah mengembangkan berbagai strategi, salah satunya melalui teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan pendekatan alami berbasis Blue Carbon. Baca Juga: Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Kedua metode ini memiliki keunggulan masing-masing dalam menekan emisi karbon, tetapi pertanyaannya: mana yang lebih efektif dan berkelanjutan bagi Indonesia? Dan apa sebenarnya CCS dan Blue Carbon ini? Carbon Capture and Storage (CCS) CCS adalah teknologi yang menangkap CO₂ dari sumber emisi industri, seperti pembangkit listrik dan kilang minyak, lalu menyimpannya di bawah… BRIN Fokus pada Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk Mitigasi Emisi Karbon Perubahan iklim akibat tingginya emisi karbon dioksida (CO₂) menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan emisi karbon yang signifikan, terus mencari solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai sektor industri. Salah satu teknologi yang tengah menjadi fokus utama riset adalah Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakui bahwa teknologi CCUS adalah salah satu strategi utama dalam menekan emisi karbon serta mendukung transisi menuju energi berkelanjutan. Melalui berbagai penelitian dan kerja sama dengan industri, BRIN berupaya mengembangkan serta mengimplementasikan CCUS secara lebih luas… Bakteri Pesisir: Kunci Daur Ulang Karbon untuk Menyelamatkan Bumi Perubahan iklim yang semakin parah akibat meningkatnya emisi karbon dioksida (CO₂) menuntut solusi inovatif dalam mitigasi dampaknya. Salah satu temuan terbaru dalam dunia mikrobiologi menunjukkan bahwa bakteri pesisir memiliki kemampuan luar biasa dalam mendaur ulang karbon, yang berpotensi menjadi kunci dalam penyelamatan lingkungan global.  Berbeda dengan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) berbasis industri, metode alami ini menawarkan pendekatan berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam mengurangi emisi karbon secara alami. Baca Juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Bagaimana Bakteri Pesisir Mampu Mendaur Ulang Karbon? Bakteri pesisir, yang hidup di lingkungan laut dan ekosistem pesisir, memiliki kemampuan unik… Benarkah Produksi Minyak Goreng Berdampak Buruk bagi Keberlanjutan Lingkungan? Minyak goreng merupakan salah satu produk kebutuhan pokok yang penting. Dalam kegiatan memasak sehari-hari, minyak goreng (disebut juga cooking oil) sangat dibutuhkan terutama oleh para pengusaha makanan yang memakai minyak goreng dalam jumlah banyak. Namun, di balik penggunaannya yang tampak sederhana, ternyata terdapat rangkaian proses produksi yang kompleks dan berdampak signifikan terhadap lingkungan.  Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai dampak dari produksi minyak goreng terhadap keberlanjutan lingkungan.  Ancaman Deforestasi dari Produksi Minyak Sebagian besar minyak goreng yang beredar di pasaran berasal dari kelapa sawit. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara penghasil minyak sawit terbesar …

ccus

BRIN Fokus pada Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk Mitigasi Emisi Karbon

Perubahan iklim akibat tingginya emisi karbon dioksida (CO₂) menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan emisi karbon yang signifikan, terus mencari solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai sektor industri. Salah satu teknologi yang tengah menjadi fokus utama riset adalah Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakui bahwa teknologi CCUS adalah salah satu strategi utama dalam menekan emisi karbon serta mendukung transisi menuju energi berkelanjutan. Melalui berbagai penelitian dan kerja sama dengan industri, BRIN berupaya mengembangkan serta mengimplementasikan CCUS secara lebih luas di Indonesia. Baca Juga: Tepatkah Bergantung pada Carbon Capture & Storage untuk Kurangi Emisi Karbon? Apa Itu Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS)? CCUS merupakan teknologi yang dirancang untuk menangkap karbon dioksida dari sumber emisi, seperti pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan pabrik industri, lalu menggunakannya kembali atau menyimpannya di bawah tanah agar tidak dilepaskan ke atmosfer. Teknologi ini terdiri dari tiga proses utama: Carbon Capture (Penangkapan Karbon) Proses menangkap CO₂ dari sumber emisi sebelum dilepaskan ke udara. Dapat dilakukan melalui metode pre-combustion, post-combustion, dan oxy-fuel combustion. Carbon Utilization (Pemanfaatan Karbon) CO₂ yang ditangkap dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai industri, seperti produksi bahan bakar sintetik, pupuk, serta industri makanan dan minuman. Dalam riset terbaru, CO₂ juga digunakan untuk meningkatkan hasil ekstraksi minyak dan gas melalui teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Carbon Storage (Penyimpanan Karbon) CO₂ yang tidak dapat dimanfaatkan kembali disimpan dalam formasi geologi bawah tanah, seperti akuifer saline atau reservoir minyak dan gas yang telah habis. Fokus Riset BRIN dalam Teknologi CCUS Sebagai lembaga riset nasional, BRIN telah menetapkan beberapa fokus utama dalam penelitian dan pengembangan teknologi CCUS di Indonesia: 1. Pengembangan Teknologi Penangkapan Karbon BRIN tengah mengembangkan metode penangkapan karbon yang lebih efisien dan hemat biaya. Beberapa riset yang dilakukan meliputi: Material adsorben berbasis nano untuk meningkatkan efisiensi penyerapan karbon. Penggunaan mikroalga dan bioteknologi sebagai metode alami dalam menangkap dan mengubah karbon dioksida. 2. Pemanfaatan CO₂ untuk Produk Industri Salah satu fokus utama adalah menemukan cara pemanfaatan karbon yang ekonomis, seperti: Konversi CO₂ menjadi metanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar atau bahan baku industri kimia. Pemanfaatan dalam industri semen dan beton untuk mengurangi emisi karbon dalam proses produksi material konstruksi. Produksi biofuel berbasis karbon yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil konvensional. 3. Penyimpanan Karbon di Formasi Geologi BRIN bekerja sama dengan perusahaan energi dan lembaga akademik untuk meneliti potensi penyimpanan karbon di berbagai lokasi di Indonesia. Beberapa penelitian meliputi: Studi reservoir bawah tanah di cekungan sedimen Sumatera dan Kalimantan yang cocok untuk penyimpanan CO₂ jangka panjang. Pengembangan teknologi injeksi CO₂ ke dalam sumur minyak yang telah habis guna meningkatkan produksi minyak dan sekaligus menyimpan karbon secara aman. 4. Kolaborasi dengan Industri dan Pemerintah BRIN tidak hanya berfokus pada penelitian, tetapi juga membangun kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti: Perusahaan energi seperti Pertamina dan PLN dalam uji coba teknologi CCUS di fasilitas pembangkit listrik dan kilang minyak. Universitas dan lembaga riset internasional untuk mempercepat transfer teknologi dan inovasi. Pemerintah melalui regulasi dan insentif guna mendorong penerapan CCUS secara luas di sektor industri. Tantangan dalam Implementasi CCUS di Indonesia Meskipun memiliki potensi besar, penerapan CCUS di Indonesia menghadapi beberapa tantangan: Biaya investasi yang tinggi, terutama dalam infrastruktur penangkapan dan penyimpanan karbon. Kebutuhan regulasi yang lebih jelas, agar industri memiliki kepastian hukum dalam penerapan CCUS. Tantangan teknis dalam penyimpanan karbon, termasuk memastikan keamanan penyimpanan CO₂ dalam jangka panjang. Kurangnya tenaga ahli yang memiliki keterampilan khusus dalam teknologi ini. Peluang dan Masa Depan CCUS di Indonesia Dengan meningkatnya kesadaran terhadap mitigasi perubahan iklim, prospek CCUS di Indonesia semakin cerah. Beberapa faktor yang dapat mendorong pengembangan CCUS di masa depan adalah: Dukungan pemerintah melalui kebijakan net zero emission 2060, yang mendorong penerapan teknologi rendah karbon. Insentif bagi industri, seperti skema pajak karbon dan subsidi untuk proyek CCUS. Pengembangan teknologi lokal, yang dapat menurunkan biaya implementasi dibandingkan dengan teknologi impor. Permintaan pasar global terhadap produk rendah karbon, yang dapat membuka peluang ekspor bagi Indonesia dalam industri hijau. Teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) menjadi salah satu fokus utama riset BRIN dalam upaya mengurangi emisi karbon di Indonesia. Dengan berbagai inovasi dalam penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon, teknologi ini memiliki potensi besar untuk mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.  Namun, tantangan dalam implementasi seperti biaya tinggi dan kebutuhan regulasi masih perlu diatasi. Dengan dukungan kebijakan yang tepat serta kerja sama antara pemerintah, industri, dan akademisi, CCUS dapat menjadi solusi efektif dalam mencapai target net zero emission di Indonesia. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola  emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article BRIN Fokus pada Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk Mitigasi Emisi Karbon Perubahan iklim akibat tingginya emisi karbon dioksida (CO₂) menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan emisi karbon yang signifikan, terus mencari solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai sektor industri. Salah satu teknologi yang tengah menjadi fokus utama riset adalah Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengakui bahwa teknologi CCUS adalah salah satu strategi utama dalam menekan emisi karbon serta mendukung transisi menuju energi berkelanjutan. Melalui berbagai penelitian dan kerja sama dengan industri, BRIN berupaya mengembangkan serta mengimplementasikan CCUS secara lebih luas… Bakteri Pesisir: Kunci Daur Ulang Karbon untuk Menyelamatkan Bumi Perubahan iklim yang semakin parah akibat meningkatnya emisi karbon dioksida (CO₂) menuntut solusi inovatif dalam mitigasi …

bakteri pesisir

Bakteri Pesisir: Kunci Daur Ulang Karbon untuk Menyelamatkan Bumi

Perubahan iklim yang semakin parah akibat meningkatnya emisi karbon dioksida (CO₂) menuntut solusi inovatif dalam mitigasi dampaknya. Salah satu temuan terbaru dalam dunia mikrobiologi menunjukkan bahwa bakteri pesisir memiliki kemampuan luar biasa dalam mendaur ulang karbon, yang berpotensi menjadi kunci dalam penyelamatan lingkungan global.  Berbeda dengan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) berbasis industri, metode alami ini menawarkan pendekatan berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam mengurangi emisi karbon secara alami. Baca Juga: Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Bagaimana Bakteri Pesisir Mampu Mendaur Ulang Karbon? Bakteri pesisir, yang hidup di lingkungan laut dan ekosistem pesisir, memiliki kemampuan unik untuk mengolah karbon dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk yang lebih aman bagi lingkungan. Mekanisme ini terjadi melalui beberapa proses utama: Fotosintesis dan Fiksasi KarbonBeberapa bakteri, seperti Cyanobacteria, mampu melakukan fotosintesis dan menyerap CO₂ dari atmosfer. Mereka mengubah karbon menjadi biomassa yang dapat terakumulasi dalam ekosistem laut. Bio Mineralisasi KarbonBeberapa spesies bakteri laut mampu mengikat karbon dalam bentuk mineral karbonat. Proses ini disebut biomineralisasi, yang membantu mengurangi kadar CO₂ bebas di laut dan atmosfer. Biodegradasi dan Konversi KarbonBakteri heterotrof seperti Proteobacteria mampu mendegradasi bahan organik dan mengubahnya menjadi karbon yang tersimpan dalam sedimen dasar laut, sehingga mengurangi emisi karbon ke atmosfer. Potensi Penerapan dalam Mitigasi Perubahan Iklim Keunggulan bakteri pesisir dalam mendaur ulang karbon membuka peluang besar bagi penerapan teknologi berbasis mikroorganisme dalam mitigasi perubahan iklim. Beberapa potensi aplikasinya antara lain: Bioengineering untuk Penyerapan KarbonDengan teknologi rekayasa genetika, bakteri dapat dimodifikasi untuk meningkatkan efisiensi penyerapan karbon. Ini bisa diterapkan dalam blue carbon ecosystems seperti mangrove, padang lamun, dan rawa pesisir. Restorasi Ekosistem PesisirMeningkatkan populasi bakteri pesisir melalui restorasi ekosistem laut dapat membantu mempercepat proses alami dalam penyimpanan karbon. Pemanfaatan untuk IndustriKarbon yang didaur ulang oleh bakteri bisa dimanfaatkan untuk produksi biofuel atau bioplastik yang lebih ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Meski menjanjikan, penggunaan bakteri dalam mitigasi perubahan iklim masih menghadapi beberapa tantangan, seperti: Ketidakpastian dalam skala industri, karena proses biologis sering kali sulit dikendalikan dalam jumlah besar. Perubahan lingkungan yang cepat, yang dapat mempengaruhi stabilitas populasi bakteri. Dukungan regulasi dan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan penerapan bakteri sebagai solusi daur ulang karbon. Namun, dengan semakin berkembangnya riset dan teknologi, bakteri pesisir dapat menjadi alat alami yang sangat efektif dalam upaya mengurangi emisi karbon serta menjaga keseimbangan lingkungan global. Bakteri pesisir dengan kemampuan uniknya dalam mendaur ulang karbon berpotensi menjadi solusi alami dalam mengatasi krisis iklim. Dengan pendekatan berbasis bioteknologi dan restorasi ekosistem, kita dapat memanfaatkan mikroorganisme ini untuk membantu mengurangi emisi karbon secara berkelanjutan. Diperlukan lebih banyak penelitian dan inovasi agar metode ini dapat diterapkan secara luas dalam upaya penyelamatan bumi dari dampak perubahan iklim. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola  emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini berlangsung selama 24 hari lamanya dan baru berhasil dipadamkan secara total pada Jumat, 31 Januari 2025. Tragedi kebakaran tersebut terjadi begitu parah, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi infrastruktur dan masyarakat, serta mempengaruhi aktivitas di sana. Sebuah sumber bahkan menyebut bahwa Eaton Fire atau Kebakaran Eaton menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California. … Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai strategis dalam konteks bisnis dan keberlanjutan lingkungan.  Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan ditumbuhi tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam. Menurut undang undang (UU) nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, RTH di wilayah kota paling sedikit adalah 30 persen dari luas wilayah kota. Di… Indonesia’s Company Partnership to Tackle Climate Change Issues As the world grapples with the accelerating impacts of climate change, the role of the private sector in building climate resilience is becoming more vital than ever. Since Indonesia is a country blessed with rich natural resources but highly vulnerable to environmental risks, corporate partnerships are emerging as a strategic front line in the fight against climate change.  Read other article : Climate Change: An Unseen-Real Challenge Today, businesses realize that climate inaction brings significant risks, including operational disruptions, increased costs from resource scarcity, and reputational damage. In Indonesia, these realizations are shaping how companies design their corporate strategies—by aligning… Menggunakan Parfum Semprot Berlebihan Ternyata Membahayakan Lingkungan! Parfum merupakan salah satu produk yang penting dan digunakan sehari-hari oleh sebagian banyak …

2

Benarkah Produksi Minyak Goreng Berdampak Buruk bagi Keberlanjutan Lingkungan?

Minyak goreng merupakan salah satu produk kebutuhan pokok yang penting. Dalam kegiatan memasak sehari-hari, minyak goreng (disebut juga cooking oil) sangat dibutuhkan terutama oleh para pengusaha makanan yang memakai minyak goreng dalam jumlah banyak. Namun, di balik penggunaannya yang tampak sederhana, ternyata terdapat rangkaian proses produksi yang kompleks dan berdampak signifikan terhadap lingkungan.  Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai dampak dari produksi minyak goreng terhadap keberlanjutan lingkungan.  Baca juga artikel lainnya : Inisiatif Brand Minyak Goreng untuk Keberlanjutan Lingkungan Ancaman Deforestasi dari Produksi Minyak Sebagian besar minyak goreng yang beredar di pasaran berasal dari kelapa sawit. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, jutaan hektar hutan tropis telah dibuka untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Pembukaan lahan ini seringkali melibatkan aktivitas deforestasi, seperti pembakaran hutan, yang tidak hanya menghancurkan habitat alami berbagai spesies flora dan fauna, tetapi juga melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Dari aktivitas deforestasi tersebut, pada akhirnya menimbulkan dampak langsung pada ekosistem dan keanekaragaman hayati. Banyak spesies seperti orangutan, harimau Sumatera, dan gajah menjadi korban dari ekspansi lahan sawit untuk kebutuhan produksi minyak goreng. Selain itu, deforestasi telah memperburuk perubahan iklim global karena hutan yang sebelumnya berfungsi sebagai penyerap karbon (carbon sink) berubah menjadi sumber emisi. Jejak Karbon dalam Rantai Produksi Minyak Goreng Terhadap isu perubahan iklim, produksi minyak goreng melepaskan emisi gas rumah kaca pada setiap tahap dalam rantai produksinya. Dimulai dari penggunaan pupuk dan pestisida dalam budidaya kelapa sawit, proses pemanenan dan pengangkutan, hingga pengolahan dan distribusi ke pasar, semuanya memerlukan energi dalam jumlah besar, sebagian besar masih bergantung pada bahan bakar fosil. Di pabrik-pabrik minyak goreng contohnya, proses pemurnian minyak juga menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar, yang jika tidak diolah dengan baik dapat mencemari air dan tanah. Selain itu, sebagian besar produk minyak goreng dikemas dalam plastik, menambah beban limbah padat yang sulit terurai dan berkontribusi terhadap problem sampah dan pemanasan global. Ancaman Kerusakan Lahan Kebanyakan perkebunan kelapa sawit biasanya dikelola dengan sistem monokultur, yaitu penanaman satu jenis tanaman secara besar-besaran. Praktik monokultur ini berdampak buruk terhadap struktur tanah dan keseimbangan ekosistem. Tanah menjadi cepat rusak karena tidak mendapatkan asupan unsur hara yang bervariasi, tanah juga menjadi rentan terhadap erosi. Selain itu, sistem monokultur menurunkan ketahanan lingkungan terhadap gangguan eksternal seperti hama dan penyakit. Untuk mengatasi hal ini, petani biasanya meningkatkan penggunaan pestisida dan herbisida, yang pada gilirannya mencemari air dan tanah serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Apabila praktik ini dilakukan dalam jangka panjang, maka dapat mengubah kawasan hutan alami yang kaya akan keanekaragaman hayati menjadi lanskap homogen yang miskin kehidupan. Ketergantungan pada sistem ini menunjukkan bahwa produksi dan kebutuhan akan konsumsi minyak goreng memiliki hubungan langsung dengan perusakan ekosistem secara perlahan tapi pasti. Limbah Minyak Goreng Masalah tidak berhenti setelah minyak goreng selesai diproduksi dan sampai ke tangan konsumen untuk digunakan. Karena, pasca penggunaan minyak goreng, masih terdapat ancaman terhadap lingkungan. Minyak goreng bekas atau jelantah sering kali dibuang sembarangan ke saluran air atau tanah. Praktik ini memiliki dampak lingkungan yang serius. Minyak bekas dapat menyumbat saluran pembuangan, mencemari air tanah, dan merusak habitat perairan jika sampai ke sungai atau laut. Selain itu, minyak jelantah yang terbuang dapat menyebabkan pencemaran mikrobiologis karena menghambat proses degradasi alami dan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Di kota-kota besar, sistem pengolahan limbah tidak selalu dirancang untuk menyaring limbah minyak secara efektif, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas air bersih. Padahal, minyak jelantah sebenarnya masih memiliki potensi untuk didaur ulang menjadi produk lain, seperti biodiesel, sabun, atau lilin. Sayangnya, praktik daur ulang ini masih belum banyak dilakukan karena kurangnya kesadaran baik itu dari para perusahaan produsen minyak sayur maupun dari masyarakat itu sendiri. Menuju Produksi Minyak Goreng yang Berkelanjutan Meskipun fakta-fakta sebelumnya menunjukkan bahwa industri minyak goreng memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, bukan berarti minyak goreng tidak bisa diproduksi secara lebih ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep produksi minyak goreng berkelanjutan mulai mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Mulai dari produsen, konsumen, hingga lembaga sertifikasi internasional. Produksi berkelanjutan dalam konteks ini mencakup sejumlah prinsip seperti tidak membuka hutan primer atau lahan gambut untuk perkebunan, menggunakan praktik pertanian ramah lingkungan, mengelola limbah secara efisien, sampai pada menjamin kesejahteraan pekerja dan masyarakat lokal. Tujuannya adalah menciptakan sistem produksi yang tidak merusak lingkungan dan tetap memberikan nilai ekonomi jangka panjang. Salah satu inisiatif utama dalam mendukung produksi minyak goreng berkelanjutan adalah RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Inisiatif ini menetapkan standar internasional yang harus dipenuhi oleh perusahaan sawit agar bisa menyandang label “berkelanjutan”. Standar ini mencakup perlindungan keanekaragaman hayati, larangan pembakaran lahan, pemetaan karbon, dan keterlibatan masyarakat adat. Mengingat bahwa produksi dan konsumsi minyak goreng perlu untuk memperhatikan aspek keberlanjutan, maka pengimplementasian pendekatan yang lebih sistemik—dari produsen hingga konsumen— diharapkan dapat mengurangi dampak negatif terhadap keberlanjutan lingkungan. Sebab, kebutuhan akan suatu bahan pokok dalam kehidupan seharusnya tidak menjadi ancaman yang menakutkan bagi lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, hal ini mungkin menjadi tantangan tersendiri baik bagi para perusahaan minyak maupun bagi masyarakat. Namun bukan berarti mustahil untuk dapat membangun masa depan produksi minyak yang lebih berkelanjutan. Terutama saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu perhitungan emisi karbon dan membantu menerapkan inisiatif keberlanjutan lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar …

1

Manajemen Sampah Perusahaan sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Salah satu isu lingkungan yang masih banyak ditemukan adalah terkait sampah. Kumpulan sampah yang berakhir di lingkungan berasal dari sumber yang beragam, seperti sampah rumah tangga, sampah komersial, sampah dari aktivitas pertanian dan konstruksi, serta sampah industri.  Sebagai salah satu penyumbang sampah, perusahaan perlu untuk melakukan manajemen sampah yang terkelola secara baik. Hal ini penting karena sampah industri yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, meningkatkan emisi karbon, dan membahayakan ekosistem. Di samping itu, manajemen sampah perusahaan merupakan aspek penting dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai manajemen sampah perusahaan sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, mari simak! SDGs dan Manajemen Sampah Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah 17 tujuan global yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai agenda pembangunan dunia untuk mencapai kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berkelanjutan. Pengelolaan sampah memiliki keterkaitan erat dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs. Terutama dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.  Salah satu poin SDGs yang berkaitan dengan manajemen sampah adalah SDG 12: Responsible Consumption and Production, yang mendorong pengurangan limbah melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular. Dengan menerapkan konsep ini, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mendaur ulang bahan yang masih bernilai, serta mengurangi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Selain itu, pengelolaan sampah yang efektif juga berkontribusi terhadap SDG 13: Climate Action. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan gas rumah kaca seperti metana dari limbah organik yang membusuk di TPA, yang berkontribusi pada pemanasan global. Dengan mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dan meningkatkan pengolahan limbah melalui metode seperti kompos atau daur ulang, dampak negatif terhadap perubahan iklim dapat diminimalkan. Lebih lanjut, masalah sampah juga berdampak langsung pada ekosistem laut dan darat, yang tercermin dalam SDG 14:Life Below Water & SDGs 15: Life on Land. Limbah industri dan plastik yang mencemari perairan dapat mengancam kelangsungan hidup ekosistem laut serta mencemari tanah dan air tanah. Oleh karena itu, pengelolaan limbah perusahaan yang lebih bertanggung jawab, termasuk pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan peningkatan sistem pengolahan limbah industri, menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan secara keseluruhan. Strategi Manajemen Sampah Perusahaan Perusahaan dapat menerapkan berbagai strategi dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Salah satu langkah utama adalah menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R), yaitu mengurangi produksi limbah, menggunakan kembali material yang masih bernilai, serta mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, pengelolaan limbah organik juga menjadi solusi penting, di mana limbah organik dapat diolah menjadi kompos atau diubah menjadi energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Di sisi lain, penggunaan teknologi ramah lingkungan juga dapat membantu perusahaan dalam mengurangi limbah yang dihasilkan. Dengan mengadopsi sistem produksi yang lebih efisien, perusahaan dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. Selain upaya internal, perusahaan juga dapat menjalin kemitraan dengan pihak eksternal, seperti bekerja sama dengan organisasi daur ulang dan komunitas lokal dalam mengelola sampah secara lebih efektif. Dengan strategi ini, perusahaan tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Teknologi Manajemen Sampah Perusahaan Salah satu teknologi yang mungkin dapat diterapkan dalam manajemen sampah perusahaan adalah sistem otomatisasi pengumpulan sampah. Dengan teknologi ini, perusahaan dapat mengoptimalkan proses pengumpulan dan pemilahan sampah secara lebih cepat dan akurat. Penggunaan sensor dan perangkat IoT (Internet of Things) memungkinkan pemantauan tingkat kepenuhan tempat sampah secara real-time, sehingga perusahaan dapat melakukan pengelolaan sampah yang lebih responsif dan efisien. Selain itu, teknologi daur ulang juga memainkan peran penting dalam manajemen sampah perusahaan. Proses daur ulang yang lebih efisien kini didukung dengan perangkat dan mesin yang dapat memproses berbagai jenis limbah, mulai dari plastik, kertas, hingga limbah elektronik. Mesin pemilah otomatis, misalnya, dapat mengidentifikasi dan memisahkan jenis material sampah berdasarkan komposisi dan kualitasnya, sehingga proses daur ulang dapat berjalan dengan lebih lancar dan menghasilkan produk yang dapat digunakan kembali dengan kualitas yang lebih baik. Tak kalah pentingnya, teknologi seperti komposting cepat dan pembangkit energi dari limbah organik memungkinkan perusahaan untuk mengubah limbah organik menjadi produk yang berguna, seperti kompos untuk pertanian atau energi alternatif untuk keperluan industri. Teknologi-teknologi ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga mengubahnya menjadi sumber daya yang bernilai, mendukung prinsip ekonomi sirkular, dan membantu perusahaan dalam memenuhi komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Dampak Positif Manajemen Sampah Perusahaan Tidak dapat dipungkiri, manajemen sampah perusahaan dapat memberikan berbagai dampak positif. Salah satu dampak signifikan adalah mendorong kepatuhan terhadap regulasi yang semakin ketat terkait pengelolaan limbah industri. Perusahaan yang mematuhi peraturan pengelolaan sampah tidak hanya menghindari sanksi hukum, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik bisnis yang bertanggung jawab.  Manajemen sampah yang baik juga dapat memberikan manfaat bagi operasional perusahaan. Dalam jangka panjang, pengelolaan limbah yang lebih efektif dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembuangan dan pengolahan sampah. Dengan mengoptimalkan proses daur ulang dan penggunaan kembali material, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru, yang pada gilirannya mengurangi pengeluaran operasional.  Secara lebih lanjut, perusahaan yang menerapkan manajemen sampah yang baik akan membangun citra yang lebih baik di mata publik, khususnya sebagai entitas yang peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Langkah-langkah ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan, yang pada akhirnya menarik minat konsumen dan investor yang lebih mendukung bisnis ramah lingkungan. Baca juga artikel lainnya : Simak, Bagaimana Implementasi SDGs Dapat Tingkatkan Daya Saing Perusahaan! Tantangan Manajemen Sampah Perusahaan Terlepas dari dampak positif yang signifikan bagi perusahaan, penerapan manajemen sampah perusahaan masih menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kesadaran dan komitmen internal, baik di tingkat manajerial maupun operasional. Banyak perusahaan masih menganggap pengelolaan sampah sebagai beban tambahan, bukan sebagai investasi jangka panjang yang mendukung keberlanjutan.  Selain itu, minimnya infrastruktur dan teknologi pengolahan limbah yang memadai juga menjadi hambatan. Tidak semua perusahaan memiliki akses terhadap teknologi daur ulang yang efisien atau sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan jenis sampah yang mereka hasilkan. Hal ini sering kali menyebabkan limbah yang seharusnya bisa didaur ulang justru langsung berakhir di tempat pembuangan akhir. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan kolaboratif dalam menghadapi tantangan ini, termasuk pelatihan karyawan, investasi pada teknologi ramah …

1

Simak, Bagaimana Implementasi SDGs Dapat Tingkatkan Daya Saing Perusahaan!

SDGs – Di tengah isu lingkungan dan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, kepedulian untuk menjaga bumi sebagai satu-satunya tempat hidup menjadi concern bagi berbagai pihak termasuk perusahaan. Saat ini, perusahaan yang mampu melakukan inisiatif lingkungan secara kontinyu dan berdampak nyata, akan dianggap sebagai perusahaan yang bereputasi baik. Seiring dengan hal tersebut, perusahaan-perusahaan pada umumnya akan mengintegrasikan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) ke dalam operasional bisnisnya. Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini adalah serangkaian tujuan global yang dirancang untuk mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Implementasi SDGs dalam strategi bisnis tidak hanya berkontribusi terhadap keberlanjutan global, tetapi juga meningkatkan daya saing perusahaan. Artikel ini akan membahas lebih lanjut bagaimana implementasi SDGs dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Implementasi SDGs untuk Reputasi Perusahaan yang Berkelanjutan Perusahaan yang menerapkan SDGs dapat meningkatkan reputasi dan citra mereknya. Dengan menunjukkan komitmen terhadap tujuan seperti energi bersih (SDG 7) dan produksi serta konsumsi yang bertanggung jawab (SDG 12), perusahaan dapat menunjukkan diri sebagai representasi bahwa bisnis mampu menyeimbangkan profit dengan tetap memperhatikan kepedulian terhadap lingkungan. Dalam upaya membangun reputasi atau citra positif tersebut, biasanya perusahaan menggalangkan program CSR (Corporate Social Responsibility). Salah satu contoh perusahaan yang melakukan program CSR di bidang lingkungan adalah Danone – Aqua. Melalui inisiatif  “One Planet One Health”, yang berfokus pada konservasi air, pengelolaan limbah plastik, dan penggunaan energi terbarukan. Hingga sampai saat ini, Aqua dikenal sebagai produk air mineral alami pegunungan yang ramah lingkungan. Implementasi SDGs dalam Operasional Berkelanjutan Baca juga artike lainnya : Tips Memaksimalkan Bisnis Berkelanjutan di Era Digital Implementasi SDGs juga dapat membuat perusahaan lebih memiliki daya saing karena perusahaan telah menerapkan operasional bisnis yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Pengelolaan limbah akan dilakukan lebih baik, sehingga tidak merugikan penduduk yang tinggal di area pemukiman sekitar wilayah industri. Penggunaan sumber daya juga akan lebih bijak, diiringi juga dengan pemeliharaan sumber daya lingkungan agar tidak tereksploitasi secara berlebihan.  Misalnya, penerapan energi terbarukan (SDG 7) dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang pada akhirnya menekan biaya energi dalam jangka panjang. Selain itu, pendekatan circular economy dapat mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi produksi. Hal ini akan menjadi daya saing tersendiri bagi perusahaan, sebab belum semua perusahaan dapat secara serius merancang operasional yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Integrasi SDGs untuk Inovasi Produk yang Unggul Perusahaan yang mengintegrasikan prinsip SDGs dalam strategi bisnis mereka cenderung lebih inovatif. Misalnya, dengan fokus pada SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), perusahaan dapat mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan dan efisien. Hal ini tidak hanya membantu memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang, tetapi juga membuka peluang bisnis baru di sektor ekonomi hijau. Salah satu contohnya adalah perusahaan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, yang mampu membuat produk Green Polyethylene, yaitu plastik ramah lingkungan berbasis tebu yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Investasi Berbasis Lingkungan Investor dan lembaga keuangan semakin mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam keputusan investasi mereka. Di tengah kondisi ini, perusahaan yang menerapkan SDGs dapat memperoleh akses lebih mudah ke pendanaan hijau dan investasi berkelanjutan. Misalnya, obligasi hijau (green bonds) dan kredit berbasis keberlanjutan menjadi sumber pendanaan yang menarik bagi perusahaan yang menunjukkan komitmen kuat terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Indonesia Investment Authority (INA) sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) di Indonesia memiliki peran penting dalam mendukung proyek infrastruktur berkelanjutan, energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Di samping itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mendorong penerbitan obligasi hijau oleh perusahaan seperti PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk membiayai proyek berkelanjutan. Dengan meningkatnya tren investasi berbasis lingkungan ini, investor semakin gencar untuk melakukan investasi yang berbasis lingkungan. Perusahaan yang mengimplementasikan SDGs akan menjadi sasaran yang paling dicari.  SDGs dalam Loyalitas dan Produktivitas Karyawan SDGs juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik. Dengan menerapkan kebijakan inklusif dan keberagaman (SDG 8 – Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), perusahaan dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan. Karyawan yang bekerja di perusahaan dengan nilai-nilai keberlanjutan cenderung lebih termotivasi dan produktif, sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Hal ini tentunya akan menjadi daya saing tersendiri bagi perusahaan, terutama di era modern saat kesejahteraan karyawan menjadi hal yang patut diperjuangkan. Dengan demikian, implementasi SDGs dalam strategi bisnis bukan hanya sekadar tren, tetapi juga menjadi kebutuhan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era modern. Perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan akan lebih mudah menarik perhatian investor, pelanggan, dan tenaga kerja berkualitas. Selain itu, inovasi produk dan operasional yang ramah lingkungan dapat meningkatkan efisiensi serta daya saing di pasar global. Tak hanya berdampak pada keuntungan jangka panjang, pendekatan ini juga membantu membangun reputasi perusahaan yang lebih baik. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, perusahaan yang lebih dahulu mengadopsi prinsip SDGs akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan.  Oleh karena itu, kini saatnya bagi perusahaan untuk lebih serius dalam menerapkan prinsip-prinsip SDGs dalam operasional bisnisnya. Dengan langkah konkret dan komitmen yang kuat, dunia usaha dapat berkontribusi pada pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Terutama saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu perhitungan emisi karbon dan membantu menerapkan inisiatif keberlanjutan lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 …