10

Inovasi Maggot BSF dalam Pengelolaan Sampah Makanan

Siapa sangka seekor maggot (BSF) atau larva dapat menjadi sebuah inovasi yang amat bermanfaat dalam membantu mengelola sampah organik secara lebih bertanggung jawab? Sampah organik merupakan salah satu isu dalam pengelolaan sampah sebab jumlahnya yang sangat tinggi. Tidak hanya mengolah sampah organik menjadi kompos, opsi ramah lingkungan lain yang bisa digunakan yaitu dengan memanfaatkan BSF. Baca Juga: Pengelolaan Sampah Organik Sisa Makanan di Restoran Maggot tersebut berasal dari serangga bernama Black Soldier Flies atau BSF, salah satu jenis lalat berukuran besar yang keberadaannya kian populer sebagai solusi dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Lebih daripada itu, kehadiran maggot BSF juga memberikan keuntungan yang beragam bagi manusia juga lingkungan. Sudahkah kamu mengenal lalat BSF dengan baik? Mari kita simak penjelasan di bawah ini. Peran BSF dalam Mengolah Sampah Organik Black Soldier Flies atau yang akan kita sebut BSF adalah tipe lalat yang lebih besar dari lalat biasa dan dikenal akan kemampuannya mengkonsumsi dan mengurangi sampah organik.  Maggot atau larva BSF merupakan pelahap yang sangat handal karena bisa mengkonsumsi dan menguraikan sampah organik sampai dengan dua kali berat tubuhnya. Setiap satu kilogram maggot BSF mampu mengkonsumsi 10 kilogram sampah organik dalam satu hari. Dengan kemampuan makan yang kuat itu, BSF sangat efisien sebagai solusi dalam mengurai limbah organik seperti sisa makanan, limbah sayur, dll. Sebuah langkah yang ramah lingkungan dalam mendukung pengurangan sampah organik di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Manfaat Melimpah dari BSF Manfaat dari maggot BSF lebih dari sekadar itu, keuntungan lainnya termasuk: Siklus Hidup Maggot BSF Black Soldier Flies diketahui memiliki siklus hidup yang cukup singkat, yakni selama 45 sampai dengan 50 hari per individunya. Dilansir dari Walungan, tahapan hidup BSF terdiri dari telur, larva, pra-pupa, pupa, dan lalat dewasa. Berikut penjelasannya. Fase awal BSF adalah menjadi sebuah telur. BSF betina biasanya dapat menghasilkan 400-800 telur dalam satu kali berkembang biak. Fase ini berlangsung sekitar tiga sampai empat hari lamanya. Butiran-butiran telur BSF ini kemudian akan menetas dan berubah menjadi larva kecil berbentuk bulat memanjang. Fase larva akan berjalan dengan waktu yang cukup lama, sekitar 25 sampai 30 hari dalam siklus hidup BSF. Di fase inilah BSF berperan besar dalam mengolah sampah organik di mana larva fase larva akan secara produktif mengkonsumsi sampah organik dalam jumlah besar. Selama satu bulan itu, satu kilogram larva mampu mengkonsumsi sekitar 300 kilogram sampah organik. Setelah makan banyak di fase larva, BSF kemudian akan puasa dan berhenti makan serta tubuhnya pun akan perlahan mulai berubah warna menjadi kusam dan menghitam. Di fase ini peternak maggot akan memisahkan antara larva dan sampah organik, larva akan dipakai untuk berbagai keperluan sementara sampah organik akan dibuat kompos serta media pupuk yang disebut Kasgot (Bekas Maggot). Fase ini berlangsung pada usia BSF 40 sampai 45 hari. Fase ini merupakan masa peralihan antara bentuk larva dan lalat dewasa. Secara perlahan, bagian atas kulit larva yang sudah mengeras akan terbuka bagian atasnya lalu muncul individu baru berbentuk lalat dewasa. Terjadi pada usia di atas 45 hari. BSF yang menjadi lalat dewasa berarti telah mencapai fase puncak. Lalat dewasa akan dikawinkan untuk kemudian berkembang biak. Lalat jantan biasanya akan mati setelah berhasil kawin dan lalat betina akan mati setelah menghasilkan telur. BSF tidak menyebarkan penyakit seperti lalat rumah pada umumnya, tidak menggigit, dan justru membantu kita menangani sampah organik dengan cara yang lebih baik daripada membuangnya langsung ke tempat sampah. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara bisnis yang tidak melibatkan sustainability ke dalam aktivitas bisnis mereka berpotensi semakin ditinggalkan oleh konsumen juga investor. Tren Konsumen yang Peduli Keberlanjutan Pernyataan di atas bukanlah omong kosong belaka. Hal ini selaras dan sesuai dengan hasil Survei Suara Konsumen 2024 yang diterbitkan PwC pada 15 Mei 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 80 persen konsumen,… Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara yang lebih efektif. Sampai saat ini, metode pengelolaan sampah yang paling populer di Indonesia ialah metode konvensional di mana sistem kumpul-angkut-buang menjadi yang paling umum digunakan. Masyarakat sudah sangat terbiasa untuk hanya membuang sampah tanpa dipilah, kemudian sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan sistem tersebut, sayangnya penumpukan sampah tidak dapat terhindarkan. TPA seringkali mengalami overload atau kelebihan kapasitas karena sampah masuk setiap hari dengan kuantitas yang sangat besar. Melihat hal tersebut, dibutuhkan inovasi dalam pengelolaan… Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara Pemerintah Indonesia bersiap untuk melakukan langkah besar dalam upaya mencapai netralitas karbon atau Carbon Neutral pada 2060 dengan menerapkan pensiun dini terhadap beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Rencana untuk mengakhiri …

8

Musim Dingin Disebut Bisa Jadi Lebih Hangat, Ini Penyebabnya!

Perubahan iklim memberikan pengaruhnya terhadap banyak hal di muka bumi, salah satunya dapat membuat musim dingin menjadi lebih hangat daripada yang seharusnya. Di belahan bumi yang lain, musim dingin menjadi salah satu waktu favorit bagi banyak orang untuk melakukan aktivitas tertentu yang biasanya tidak dapat dilaksanakan di luar waktu tersebut. Akan tetapi, manusia serta makhluk hidup lain nampaknya perlu menghadapi kenyataan baru tentang musim dingin yang menghangat. Baca Juga: Pemanasan Global dan Suhu Dingin Ekstrem: Memahami Keterkaitannya Berdasarkan laman Climate Copernicus EU, pada Januari 2025 suhu rata-rata udara di permukaan bumi adalah 13,23 derajat Celcius. Ini merupakan bulan Januari terhangat yang pernah tercatat secara global. Suhu tersebut lebih tinggi 0,79 derajat Celcius dibandingkan rata-rata bulan Januari selama periode 1991-2020. Sementara itu, suhu rata-rata di daratan Eropa pada bulan Januari 2025 tercatat berada di angka 1,80 derajat Celcius. Lebih tinggi 2,51 derajat Celcius dibandingkan suhu rata-rata bulan Januari selama periode yang sama dan menjadikannya suhu terhangat kedua setelah Januari 2020, yakni lebih tinggi 2,64 derajat Celcius di atas rata-rata. Kenaikan sebesar itu menunjukkan adanya tren pemanasan yang signifikan. Ini adalah bukti konkret bahwa perubahan iklim sedang berlangsung yang membuat bulan-bulan musim dingin jadi lebih hangat. Secara ilmiah dan menurut penelitian, ada beberapa alasan mengapa suhu udara pada musim dingin belakangan ini justru menghangat. Berikut adalah pembahasannya: 1. Perubahan Iklim (Climate Change) Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim berperan penting dalam meningkatkan suhu selama musim dingin berlangsung. Karena suhu global rata-rata meningkat, bahkan di luar musim dingin yang termasuk musim panas sekalipun, atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak panas dari yang sebelumnya. Emisi karbon yang meningkat dari aktivitas manusia menyebabkan suhu udara menjadi tidak normal pada musim dingin belakangan ini. Anomali suhu udara rata-rata menunjukkan tanda anomali positif, terhitung untuk bulan Januari selama periode 1991-2020, sebagaimana dikutip dari sistem data iklim Copernicus, sebuah lembaga iklim di Uni Eropa. NASA juga menyebut bahwa pemanasan global saat ini terjadi pada laju yang belum pernah terjadi dalam 10.000 tahun terakhir. Data dari satelit dan instrumen lainnya menunjukkan bahwa suhu global meningkat pesat akibat aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil. 2. Fenomena Cuaca seperti El Niño El Niño merupakan fenomena alam yang terjadi di Samudra Pasifik, di mana suhu permukaan laut menjadi lebih hangat dari normal. Kondisi ini bisa mengubah pola cuaca global. NOAA melaporkan bahwa fenomena El Niño, yang ditandai dengan pemanasan permukaan laut di Samudra Pasifik, dapat menyebabkan musim dingin yang lebih hangat dan basah di beberapa wilayah. Contohnya musim dingin pada 2023–2024 di Amerika Serikat, menjadi yang terhangat dalam sejarah dengan suhu rata-rata 5,4°F di atas normal. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kombinasi El Niño dan perubahan iklim jangka panjang. 3. Arus Laut dan Perubahan Pola Atmosfer Arus laut seperti Gulf Stream (arus laut hangat) dan perubahan sirkulasi atmosfer seperti polar vortex yang melemah, bisa menyebabkan udara dingin yang biasanya menetap di kutub berpindah lebih lambat atau tidak turun jauh ke selatan. Hal tersebut membuat banyak daerah mengalami musim dingin yang lebih hangat. Kondisi ini terjadi karena adanya peningkatan gas rumah kaca di atmosfer yang juga dapat mengubah pola sirkulasi angin, yang dapat memengaruhi distribusi panas dan kelembapan.  4. Pengaruh Urbanisasi Di kota-kota besar, fenomena yang disebut efek pulau panas perkotaan (urban heat island) membuat suhu lokal lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan.  Ini bisa membuat musim dingin di kota terasa lebih hangat dari rata-rata historisnya. Fenomena urban heat island yang terjadi selama musim dingin dapat membantu mengurangi efek cuaca dingin ekstrem di kota, karena panas buangan dan material bangunan yang menyimpan panas. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara bisnis yang tidak melibatkan sustainability ke dalam aktivitas bisnis mereka berpotensi semakin ditinggalkan oleh konsumen juga investor. Tren Konsumen yang Peduli Keberlanjutan Pernyataan di atas bukanlah omong kosong belaka. Hal ini selaras dan sesuai dengan hasil Survei Suara Konsumen 2024 yang diterbitkan PwC pada 15 Mei 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 80 persen konsumen,… Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara yang lebih efektif. Sampai saat ini, metode pengelolaan sampah yang paling populer di Indonesia ialah metode konvensional di mana sistem kumpul-angkut-buang menjadi yang paling umum digunakan. Masyarakat sudah sangat terbiasa untuk hanya membuang sampah tanpa dipilah, kemudian sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan sistem tersebut, sayangnya penumpukan sampah tidak dapat terhindarkan. TPA seringkali mengalami overload atau kelebihan kapasitas karena sampah masuk setiap hari dengan kuantitas yang sangat besar. Melihat hal tersebut, dibutuhkan inovasi dalam pengelolaan… Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara Pemerintah Indonesia …

5

Intip Upaya Finlandia dalam Mencapai Netralitas Karbon 2035

Target Finlandia Mencapai Netralitas Karbon Salah satu Negara Nordik yakni Finlandia, menjadi satu-satunya negara yang bertekad mencapai target netral karbon pada tahun 2035. Angka itu terbilang sangat cepat dibandingkan negara lain di dunia yang target netral karbonnya yakni tahun 2050. Selain negara Bhutan, Uruguay, dan Suriname yang sudah terlebih dulu netral karbon, target Finlandia untuk mewujudkan netral karbon 2035 merupakan target yang ambisius. Akan tetapi, negara ini disebut sudah berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai hal tersebut. Baca Juga: Apa yang Menjadikan Finlandia Sukses Mewujudkan Sustainability? Melansir situs World Economic Forum, Finlandia dikatakan telah masuk ke dalam posisi yang aman untuk dapat memenuhi beberapa target netralitas karbon paling ambisius di dunia.  Apabila rencana ini berjalan tepat sasaran nantinya, ini akan menjadikan Finlandia sebagai pemimpin dunia dalam upaya netralitas karbon. Diketahui bahwa negara dengan populasi 5,5 juta jiwa ini memiliki beberapa kebijakan utama untuk mencapai Carbon Neutral 2035, meliputi: Saat ini saja, hampir 90 persen listrik di Finlandia sudah berasal dari sumber rendah karbon. Ditopang oleh sumber terbarukan seperti energi nuklir, angin, bioenergi, dan hidro. Bauran energi hijau semakin mengambil porsi yang besar dalam mendukung kebutuhan energi nasional. Lalu bagaimana upaya Finlandia mencapai target Carbon Neutral 2035? 1. Percepatan Transisi Menuju Energi Bersih Finlandia Pemerintah Finlandia diketahui tengah melakukan percepatan transisi dari bahan bakar fosil menuju sumber terbarukan yang rendah emisi. Selain mengandalkan nuklir dalam dalam bauran energi harian, Finlandia juga berupaya keras untuk meningkatkan kapasitas tenaga angin dan tenaga surya untuk mendukung pasokan kebutuhan energi dan listrik di negara tersebut. Energi angin akan menjadi bagian besar dari pertumbuhan Finlandia dalam pembangkitan listrik terbarukan. Negara itu juga akan mengembangkan peran pertanian lepas pantai berskala besar pertamanya. Kapasitas tenaga angin di Finlandia sudah tumbuh sebesar 75% pada tahun 2022 saja, menurut International Energy Agency (IEA) sebagaimana dilansir dari WEF. Kemudian, untuk semakin mengoptimalkan upaya yang ada, pemerintah Finlandia juga turut menyediakan bantuan investasi sampai dengan €44 juta kepada 12 proyek teknologi energi hijau. Hal ini dilakukan guna mempercepat transisi ke solusi yang lebih bersih, dengan lebih cepat dan lebih komprehensif. Sampai dengan saat ini, lebih dari €200 miliar dana diinvestasikan pemerintah setempat untuk semakin mengembangkan proyek-proyek terkait yang mendukung transisi energi bersih. 2. Dekarbonisasi Sektor Transportasi di Finlandia Untuk mendukung dekarbonisasi di sektor transportasi, Finlandia merancang rencana untuk hanya menjual kendaraan tanpa emisi pada tahun 2035. Desain perkotaan dan bangunan dibuat fokus pada efisiensi energi dan kualitas hidup. Mendorong masyarakatnya untuk memanfaatkan transportasi umum yang tersedia juga memaksimalkan penggunaan sepeda dan mobil listrik. Transportasi barang juga turut diperhatikan sebab bagian ini menyumbang 42 persen konsumsi bahan bakar di jalan raya. Sebagai solusi, pemerintah Finlandia tengah melihat prosep hidrogen dan bahan bakar berbasis hidrogen sebagai solusi dekarbonisasi yang lebih baik bagi transportasi barang. 3. Pemangkasan Emisi Sektor Konstruksi dan Bangunan di Finlandia Finlandia akan membatasi jejak karbon proyek konstruksi berdasarkan undang-undang tentang bangunan, yang mulai berlaku pada awal tahun 2025.  Undang-undang tersebut juga menambahkan persyaratan ekonomi sirkular, dengan penghitungan bahan yang dibutuhkan pada bangunan baru dan bangunan yang akan dibongkar. Kemudian, Finlandia juga tengah mempertimbangkan langkah-langkah untuk menggunakan lebih banyak kayu dalam konstruksi, alih-alih material yang menghasilkan banyak karbon seperti beton.  Akan tetapi, pohon tidak akan asal ditebang, melainkan akan diterapkan prinsip pengelolaan hutan lestari dengan setiap pohon yang ditebang akan ditanam kembali. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  Kota Accra diketahui merupakan ibu kota sekaligus kota terbesar dan terpadat di Ghana yang menjadi rumah bagi sekitar 1,97 juta jiwa penduduk.  Kota Accra dikenal memiliki panorama alam yang indah, pantai-pantai yang berkilauan, serta bangunan-bangunan monumental yang menambah nilai… Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara …

3

Apa yang Menjadikan Finlandia Sukses Mewujudkan Sustainability?

Lebih dari sekadar memenuhi standar sebagai negara maju, negara-negara di dunia kini nampaknya mulai saling berlomba untuk dapat turut menjadi pemimpin dalam inisiatif berkelanjutan. Di antara banyaknya negara di berbagai belahan bumi, empat negara Nordik disebut selalu menempati daftar teratas sebagai negara paling berkelanjutan di dunia, melansir Big Thinks. Salah satunya sukses diwujudkan oleh Finlandia yang baru-baru ini resmi menutup PLTU batu bara terakhirnya pada April lalu. Baca Juga: 100% Energi Hijau, Finlandia Tak Lagi Pakai PLTU Batu Bara Diketahui bahwa Finlandia telah mengakhiri pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara terakhirnya, Salmisari, pada 1 April 2025. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah Finlandia untuk berhenti menggunakan batu bara dan beralih ke energi terbarukan dalam produksi listrik pada tahun 2029.  Faktanya, langkah ini ternyata berjalan lebih cepat daripada waktu yang telah disepakati. Perusahaan energi Helen sebagai pemasok energi menyebut bahwa penutupan ini adalah langkah yang besar bagi Finlandia untuk membatasi emisi sekaligus menurunkan tarif bagi bagi masyarakat. Selain itu, Finlandia juga dikenal dengan fokusnya terhadap bioenergi dan smart energy. Hampir 90% listrik Finlandia sudah berasal dari sumber rendah karbon, terdiri dari energi nuklir, angin, bioenergi, dan hidro. Energi angin pun terus berkembang, terutama di pesisir barat negara itu. Negara ini juga menetapkan target netral karbon yang hendak dicapai pada tahun 2035, menjadi salah satu yang tercepat di antara negara lainnya yang kebanyakan menargetkan netral karbon 2050. Dengan banyaknya capaian keberlanjutan yang berhasil diraih Finlandia, apa hal yang menjadikannya sukses? 1. Komitmen Jangka Panjang dan Konsistensi Pemerintah Dikutip dari Business Finland, pemerintah Finlandia telah banyak menetapkan target ambisius perihal keberlanjutan untuk mendorong mereka bersiap menghadapi tantangan iklim di masa mendatang. Contohnya seperti target netral karbon 2035 yang menjadi target tercepat di antara sebagian besar negara Eropa lainnya. Bahkan, di beberapa kota di Finlandia target yang diharapkan jauh lebih tinggi, menjadi wilayah netral karbon pada tahun 2030. Ini mungkin terjadi karena pemerintah Finlandia membuat target lingkungan jangka panjang, yang secara konsisten dipantau dan bukan hanya target politik jangka pendek. Untuk mewujudkannya, pemerintah setempat turut melibatkan semua sektor (energi, industri, transportasi, pertanian) dan elemen (masyarakat, pelaku usaha) yang wajib menaati program hijau yang dibuat. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat ini berperan penting mempercepat pencapaian. 2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Sangat Baik Bisa dibilang bahwa sumber daya alam yang bersifat terbarukan merupakan aktor penting yang berperan mewujudkan target keberlanjutan. Untuk dapat menjalankan target tersebut, diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik melalui pengetahuan yang mumpuni sehingga perannya dapat berjalan dengan maksimal. Diketahui Finlandia memiliki wilayah hutan yang sangat luas dengan sekitar 75 persen dari total wilayah negara ini adalah area hutan. Suatu keuntungan ini mereka manfaatkan dengan mengelolanya secara tepat agar tetap lestari. Finlandia sangat berusaha mencegah terjadinya deforestasi, penebangan pohon jika diperlukan dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab, setiap pohon yang ditebang, ditanam kembali, hutan dikelola untuk tetap menyerap karbon dan melindungi keanekaragaman hayati. 3. Investasi Besar-besaran dalam Energi Bersih Pemerintah Finlandia sangat mendukung upaya percepatan transisi energi ke solusi yang lebih bersih guna mewujudkan beragam target keberlanjutan yang direncanakan. Untuk itu, Finlandia melalui Kementerian Urusan Ekonomi dan Ketenagakerjaannya memberikan banyak bantuan investasi kepada berbagai proyek energi bersih, yang salah satunya baru-baru ini dilakukan. Dilansir dari lama Bioenergy News, bantuan investasi sebesar €44.546.484 diberikan pemerintah Finlandia kepada 12 proyek di bawah Rencana Pemulihan dan Ketahanan (RRP) nasional. Investasi yang didukung dalam teknologi energi baru menyangkut produksi biogas dan listrik tenaga surya. Diharapkan dapat mempercepat transisi dengan optimal dan lebih komprehensif. 4. Inovasi dan Teknologi Hijau Finlandia dikenal sebagai negara yang cepat mengadopsi teknologi untuk efisiensi energi dan pelestarian alam. Diketahui ada beragam proyek terkait energi bersih dan upaya keberlanjutan yang melibatkan teknologi dari pihak-pihak swasta yang didukung maksimal oleh pemerintah sehingga dapat berjalan dengan layak. Startup dan perusahaan tersebut memiliki fokus dan spesialisasi yang luas, seperti halnya  pada clean technology, energi baru, solusi daur ulang, dan pengelolaan limbah. Tercatat, ada lebih dari €200 miliar dialokasikan pemerintah Finlandia untuk mendukung dan mengembangkan proyek transisi energi bersih di negara tersebut. 5. Pendidikan Lingkungan Sejak Dini Kesadaran lingkungan nyatanya bukan hanya sebuah kampanye dari pemerintah, tetapi juga menjadi program penting yang perlu diintegrasikan ke kurikulum nasional. Sejak dini sekali, anak-anak di Finlandia telah diajarkan soal lingkungan dan keberlanjutan. Bahkan, program pembelajaran tentang perubahan iklim menjadi salah satu bagian di beberapa sekolah di sana.  Dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat, anak-anak di sana akan dapat mengetahui bahwa perubahan iklim dan kondisi lingkungan merupakan isu yang penting. Mendorong mereka untuk mencari solusi dalam mengatasinya. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  …

2

5 Tanda Terjadinya Eutrofikasi di Perairan

Eutrofikasi menjadi satu dari sekian rupa masalah pencemaran di wilayah perairan yang menjadi ancaman dan menimbulkan bahaya bagi ekosistem lingkungan.  Global Institute for Water Security, University of Saskatchewan mendefinisikan eutrofikasi sebagai sebuah proses kompleks yang diakibatkan oleh kelebihan muatan nutrisi dalam air, utamanya adalah nitrogen dan fosfor, yang merangsang pertumbuhan berlebih alga dan tanaman lainnya di dalam air. Baca Juga: Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Pengkayaan nutrisi yang menyebabkan blooming algae ini erat kaitannya dengan peristiwa hipoksia dan anoksia di mana muncul “zona mati” akibat berkurangnya kadar oksigen dalam air. Kondisi ini tentunya dapat mengancam kehidupan bawah air dan membuat habitatnya hilang. Eutrofikasi dapat mempengaruhi ekosistem air seperti danau, sungai, waduk, dan laut, yang dapat dideteksi melalui pengamatan dan identifikasi terhadap perubahan fisik, kimia, dan biologis yang khas. Lalu apa saja tanda atau bukti yang menunjukkan suatu perairan terdampak eutrofikasi? Berikut adalah penjelasannya. 1. Badan Air Mengalami Perubahan Warna Terjadinya perubahan pada warna air sungai, danau, atau badan air lainnya menjadi salah satu tanda adanya indikasi eutrofik yang terjadi. Meningkatnya pertumbuhan alga di dalam air yang disebabkan oleh meningkatnya kadar nutrisi dapat menyebabkan warna air berubah tampak hijau, biru-kehijauan, cokelat, atau bahkan merah. Konsentrasi tinggi partikel organik dari alga dan bahan pengurai lainnya mempengaruhi penyerapan dan penyebaran cahaya, yang selanjutnya mengubah warna air dan mengurangi kejernihannya. 2. Wilayah Perairan Mengeluarkan Bau Tidak Sedap Eutrofikasi umumnya disebabkan oleh limbah yang berasal dari aktivitas manusia, utamanya adalah limbah yang mengandung zat atau unsur kimia pencemar. Dengan semakin banyaknya kadar zat kimia yang masuk ke dalam air, maka endapan atau kontaminasi zat tersebut bisa menjadi cukup serius mencemari perairan. Akibatnya, air bisa berbau busuk bahkan seperti telur busuk atau amonia.  Terjadinya proses penguraian bahan organik di dasar danau, terutama saat kadar oksigen rendah juga dapat menyebabkan air berbau tidak sedap. Ketika kadar oksigen dalam air rendah, bakteri di dasar danau akan menguraikan limbah organik seperti tumbuhan mati, bangkai ikan, dan sampah, yang dari proses ini dapat menghasilkan gas hidrogen sulfida (H2S). 3. Munculnya Lapisan Busa atau Lendir di Permukaan Sungai yang berlendir dan berbusa biasanya merupakan indikasi adanya pencemaran limbah, baik limbah domestik maupun industri. Limbah organik seperti minyak goreng, deterjen, dan sisa makanan, saat bercampur dengan air dan mengalami turbulensi, dapat menghasilkan busa. Selain itu, limbah industri yang mengandung zat kimia tertentu juga dapat menyebabkan busa yang biasanya bahkan dibarengi dengan timbulnya bau menyengat. 4. Gangguan pada Tumbuhan Air Eutrofikasi biasanya menunjukkan gangguan berupa tumbuhnya tanaman air yang berlebihan, seperti eceng gondok atau teratai, yang menutupi permukaan air.  Di sisi lainnya, kurangnya cahaya karena alga berlebih juga dapat membuat tanaman lainnya mati. Situasi ini dapat merugikan kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. 5. Kematian Massal Ikan dan Fauna Air Lainnya Zona mati di dalam air dari terjadinya eutrofikasi disebabkan oleh kurangnya kadar oksigen, disebut juga dengan hipoksia dan anoksia. Kondisi ini dapat menyebabkan stresor sistem yang dahsyat yang menyebabkan matinya ikan-ikan, menghalangi sinar matahari, menurunkan kualitas air, mengkontaminasi pasokan air, dan menyebabkan pengasaman laut. Apabila kualitas air menurun, sumbernya bisa jadi karena cahaya tidak dapat menembus ke dalam atau karena zat kimia yang mencemari perairan. Kondisi ini juga disebabkan oleh karena beberapa alga (terutama Cyanobacteria) menghasilkan toksin berbahaya. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara bisnis yang tidak melibatkan sustainability ke dalam aktivitas bisnis mereka berpotensi semakin ditinggalkan oleh konsumen juga investor. Tren Konsumen yang Peduli Keberlanjutan Pernyataan di atas bukanlah omong kosong belaka. Hal ini selaras dan sesuai dengan hasil Survei Suara Konsumen 2024 yang diterbitkan PwC pada 15 Mei 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 80 persen konsumen,… Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara yang lebih efektif. Sampai saat ini, metode pengelolaan sampah yang paling populer di Indonesia ialah metode konvensional di mana sistem kumpul-angkut-buang menjadi yang paling umum digunakan. Masyarakat sudah sangat terbiasa untuk hanya membuang sampah tanpa dipilah, kemudian sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan sistem tersebut, sayangnya penumpukan sampah tidak dapat terhindarkan. TPA seringkali mengalami overload atau kelebihan kapasitas karena sampah masuk setiap hari dengan kuantitas yang sangat besar. Melihat hal tersebut, dibutuhkan inovasi dalam pengelolaan… Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara Pemerintah Indonesia bersiap untuk melakukan langkah besar dalam upaya mencapai netralitas karbon atau Carbon Neutral pada 2060 dengan menerapkan pensiun dini terhadap beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Rencana untuk mengakhiri operasional pembangkit listrik tersebut tertuang dalam hasil kajian yang dilaksanakan Institute for Essential Services Reform (IESR) dengan University of Maryland, sebagaimana dilansir …

1

100% Energi Hijau, Finlandia Tak Lagi Pakai PLTU Batu Bara

Finlandia telah resmi mengakhiri penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara terakhirnya dan beralih ke energi hijau untuk memasok kebutuhan energi seluruh negeri. Penghentian PLTU batubara terakhir di negara ini dilakukan tepat pada 1 April 2025 lalu dan menjadi bagian dari upaya untuk memangkas emisi dan biaya bagi konsumen, sebagaimana dilansir Tempo. Perusahaan energi Helen dan Vantaan Energia sebagai pemasok energi menyebut bahwa kapasitas produksi listrik dan pemanas bermodalkan energi terbarukan di Finlandia, seperti tenaga angin dan tenaga surya, telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan begitu, langkah ini menandai percepatan untuk mengakhiri penggunaan batu bara dalam produksi energi di Finlandia, empat tahun lebih cepat dari yang sebelumnya telah disepakati melalui undang-undang yaitu mulai tahun 2029. Baca Juga: Gerakan Energi Bersih di Dunia, Ayo Ikut Andil! PLTU Batu Bara di Finlandia ‘Tak Lagi Diminati’ Penghentian operasional PLTU Salmisari itu dilakukan bukan tanpa alasan. Hal ini sebab keberadaannya sudah mulai tergantikan oleh energi terbarukan. Diketahui bahwa Finlandia telah memulai rencana pelarangan penggunaan batu bara dalam produksi listrik dan pemanas sejak tahun 2010 lalu. Ide ini diinisiasi sebagai langkah penting dalam mengurangi emisi bahan bakar fosil. Selama berjalannya waktu, penggunaan batu bara dalam produksi energi di sana pun terus menyusut selama 15 tahun. Pada tahun 2015 saja, hanya sekitar delapan persen dari energi yang dikonsumsi di dalam negeri dihasilkan oleh batu bara. Selebihnya didukung oleh sumber terbarukan. Penutupan pembangkit listrik ini juga menjadi bagian dari upaya Finlandia mewujudkan transisi energi yang lebih luas. Inisiatifnya yakni untuk sepenuhnya beralih dari bahan bakar fosil ke sumber aliternatif terbarukan yang lebih bersih, ramah lingkungan, dan rendah karbon. Pemanfaatan Energi Terbarukan atau Hijau sebagai Pengganti Bahan Bakar Fossil Oleh karena batu bara tidak lagi digunakan, bahan bakar fosil hasil impor ini kemudian akan digantikan dengan solusi yang lebih bersih yang dapat mengurangi emisi karbon. Konsumen pun dapat memperoleh keuntungan berupa biaya yang lebih rendah, seperti dikutip dari Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Finlandia, melansir lama Xinhua Net. Kemudian, untuk menggantikan produksi tahunan sebesar 175 Megawatt (MW) dan 300 MW panas oleh pabrik Salmisari yang sedang dihentikan, Perusahaan energi Helen akan menggunakan listrik, panas buang, dan pompa panas serta terus membakar pelet dan serpihan kayu. Rencananya, dalam jangka panjang, diharapkan akan terwujud sepenuhnya untuk menghilangkan semua pembakaran di Finlandia pada tahun 2040, dikutip dari Tempo. Transisi Energi Hijau di Finlandia Transisi energi di Finlandia bisa dibilang merupakan upaya yang sangat besar yang dilakukan negara untuk dapat beralih sepenuhnya dari bahan bakar fosil ke energi bersih. Finlandia diketahui berencana membangun ekonomi netral karbon dan menghentikan penggunaan energi fosil secepat mungkin, sambil menjaga ketahanan energi nasional. Berbagai ide dan metode dipersiapkan untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Beberapa target besar Finlandia dalam melaksanakan transisi energi di antaranya mencakup pencapaian netral karbon pada 2035, menghentikan penggunaan batu bara pada tahun 2029, menaikkan porsi energi terbarukan hingga lebih dari 50 persen dalam bauran energi nasional sebelum 2030, serta meningkatkan produksi energi angin dan bioenergi secara besar-besaran. Finlandia adalah contoh negara kecil tapi ambisius dalam transisi energi hijau. Dilakukan melalui investasi besar di tenaga angin, bioenergi, energi nuklir, ditambah kebijakan serius untuk menghentikan batu bara dan mengurangi emisi hingga 0 pada 2035 Satuplatform Mendukung Transisi Energi Hijau Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara bisnis yang tidak melibatkan sustainability ke dalam aktivitas bisnis mereka berpotensi semakin ditinggalkan oleh konsumen juga investor. Tren Konsumen yang Peduli Keberlanjutan Pernyataan di atas bukanlah omong kosong belaka. Hal ini selaras dan sesuai dengan hasil Survei Suara Konsumen 2024 yang diterbitkan PwC pada 15 Mei 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 80 persen konsumen,… Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara yang lebih efektif. Sampai saat ini, metode pengelolaan sampah yang paling populer di Indonesia ialah metode konvensional di mana sistem kumpul-angkut-buang menjadi yang paling umum digunakan. Masyarakat sudah sangat terbiasa untuk hanya membuang sampah tanpa dipilah, kemudian sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan sistem tersebut, sayangnya penumpukan sampah tidak dapat terhindarkan. TPA seringkali mengalami overload atau kelebihan kapasitas karena sampah masuk setiap hari dengan kuantitas yang sangat besar. Melihat hal tersebut, dibutuhkan inovasi dalam pengelolaan… Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara Pemerintah Indonesia bersiap untuk melakukan langkah besar dalam upaya mencapai netralitas karbon atau Carbon Neutral pada 2060 dengan menerapkan pensiun dini terhadap beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Rencana untuk mengakhiri operasional pembangkit listrik tersebut tertuang dalam hasil kajian yang dilaksanakan Institute for Essential Services Reform (IESR) dengan University of Maryland, sebagaimana dilansir dari laman Kontan. Setidaknya ada …

1

Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air

Ekosistem air tidak terlepas dari ancaman pencemaran polutan berbahaya yang salah satunya dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi di wilayah perairan. Pengertian eutrofikasi merupakan proses meningkatnya kadar nutrisi di badan air seperti danau, sungai, rawa, waduk, hingga laut, sehingga membuat pertumbuhan alga (blooming) di ekosistem terdampak tidak terkendali. Peningkatan nutrisi yang di antaranya terdiri dari nitrogen dan fosfor serta berbagai unsur hara juga dapat menyebabkan perairan memiliki kadar oksigen yang rendah. Peristiwa ini disebut juga dengan hipoksia. Baca Juga: Peran Lahan Basah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Apa Penyebab Terjadinya Eutrofikasi? Terdapat banyak alasan yang dapat menyebabkan separuh atau seluruh badan air mengalami peristiwa eutrofikasi. Unsur atau zat kimia penyebab eutrofikasi salah satunya dapat berasal dari limbah domestik seperti produk-produk sisa limbah rumah tangga yang bocor dan masuk ke lingkungan.  Deterjen sebagai produk yang umum digunakan dalam kegiatan mencuci serta limbah kotoran manusia, mengandung unsur yang berperan mempercepat terjadinya eutrofikasi. Kemudian, aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk pestisida, sisa-sisa pakan ternak, serta senyawa dalam praktik industrial, dapat turut meningkatkan eutrofikasi apabila terbawa aliran air, bocor, dan masuk mengkontaminasi sumber perairan sekitar. Seberapa Besar Eutrofikasi Mempengaruhi Ekosistem Air Dunia? Faktanya, hampir sebagian besar ekosistem perairan di berbagai belahan bumi telah mengalami pencemaran eutrofik dengan intensitas tinggi. Melansir laman Global Institute for Water Security, data satelit menunjukkan bahwa eutrofikasi mempengaruhi banyak danau dan waduk di dunia dengan presentase yakni, 54 persen di Asia, 53 persen di Eropa, 48 persen di Amerika Utara, 41 persen di Amerika Selatan, dan 28 persen di Afrika. Salah satu tampilan satelit memperlihatkan adanya perburukan kondisi danau yang terjadi di Tiongkok di mana sekitar 62 persen wilayah perairan di 67 danau utama negara tersebut telah menjadi sangat eutrofik, di mulai sejak akhir 1980-an. Di Indonesia sendiri, kasus eutrofikasi telah banyak ditemukan dan mengakibatkan habitat di area tersebut terganggu. Dikutip dari laman RRI, persoalan ini salah satunya mengancam tiga danau di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu Danau Jempang, Danau Semayang, dan Danau Melintang. Hasil pengukuran dari peneliti menjumpai bahwa danau tersebut ditumbuhi alga, gulma, serta eceng gondok yang ekstrim. Seluruhnya hampir memenuhi dan menutupi permukaan danau. Apa Dampak dari Terjadinya Eutrofikasi? Eutrofikasi bisa dibilang membuat air menjadi “terlalu subur” karena polusi nutrisi yang berlebihan, yang pada akhirnya malah merusak kehidupan di dalam air. Selain dapat menimbulkan ledakan alga dan membuat air berubah hijau pekat atau coklat, eutrofikasi juga menjadi penyebab dari terjadinya kematian massal organisme air. Kandungan oksigen di badan air yang rendah merupakan ancaman yang bisa menyebabkan ikan mati dan menghabiskan habitat di dalamnya. Kondisi tersebut juga dapat membunuh makhluk hidup lain di dalamnya sehingga menggang ekosistem. Sayangnya, eutrofikasi, pertumbuhan alga yang ekstrim, serta kematian massal ikan masih menjadi salah satu isu yang merugikan Indonesia setiap tahunnya. Untuk itu dibutuhkan inisiatif dan upaya penanggulangan untuk dapat mencegah peristiwa ini terjadi kembali dan merusak lingkungan. Salah satu yang penting ialah dengan memperbaiki pengolahan air limbah, memastikan air limbah domestik dan industri difiltrasi sebelum berakhi ke aliran pembuangan. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk mengedarkan air minum dalam kemasan plastik dengan volume di bawah satu liter. Larangan ini tidak hanya diperuntukkan bagi produsen besar, berlaku juga untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang menjual… Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Sustainability atau Keberlanjutan bukan hanya sekadar tren musiman di era sekarang ini, melainkan telah menjadi suatu kewajiban yang dapat mendorong kemajuan dan perkembangan bisnis secara signifikan. Tren global menunjukkan bahwa masa depan bisnis adalah dengan menjadi lebih bertanggung jawab, baik secara sosial dan lingkungan. Sementara bisnis yang tidak melibatkan sustainability ke dalam aktivitas bisnis mereka berpotensi semakin ditinggalkan oleh konsumen juga investor. Tren Konsumen yang Peduli Keberlanjutan Pernyataan di atas bukanlah omong kosong belaka. Hal ini selaras dan sesuai dengan hasil Survei Suara Konsumen 2024 yang diterbitkan PwC pada 15 Mei 2024 lalu. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 80 persen konsumen,… Berbagai Inovasi dalam Pengelolaan Sampah yang Bisa Dimanfaatkan Indonesia bisa dibilang masih sangat memerlukan berbagai inovasi dan kemajuan dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membantu sampah ditangani dengan cara yang lebih efektif. Sampai saat ini, metode pengelolaan sampah yang paling populer di Indonesia ialah metode konvensional di mana sistem kumpul-angkut-buang menjadi yang paling umum digunakan. Masyarakat sudah sangat terbiasa untuk hanya membuang sampah tanpa dipilah, kemudian sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan sistem tersebut, sayangnya penumpukan sampah tidak dapat terhindarkan. TPA seringkali mengalami overload atau kelebihan kapasitas karena sampah masuk setiap hari dengan kuantitas yang sangat besar. Melihat hal tersebut, dibutuhkan inovasi dalam pengelolaan… Indonesia Siap Pensiunkan Dini PLTU Batu Bara Pemerintah Indonesia bersiap untuk melakukan langkah besar dalam upaya mencapai netralitas karbon atau Carbon Neutral pada 2060 dengan menerapkan pensiun dini terhadap beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Rencana untuk mengakhiri operasional pembangkit listrik tersebut tertuang dalam hasil kajian yang dilaksanakan Institute for Essential Services Reform (IESR) dengan University of Maryland, sebagaimana dilansir dari laman Kontan. Setidaknya ada 12 PLTU batu bara yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang memungkinkan untuk diakhiri dan akan segera ditutup dalam waktu dekat. Tujuan Melaksanakan Pensiun Dini PLTU Batu Bara Bisa dibilang bahwa rencana menerapkan pensiun terhadap PLTU batu bara di… Daftar …

3

Business Adaptation Amid Environmental Challenges

In today’s rapidly changing world, businesses are being confronted with a new kind of disruption, one that stems not from market competition or digital innovation, but from the environment itself. From extreme weather events and resource scarcity to stricter environmental regulations and shifting consumer expectations, environmental challenges are reshaping the business landscape. Businesses must not only survive amid mounting environmental pressures. They must adapt, transform, and lead. This article explores how companies across industries can strategically respond to environmental challenges while maintaining growth, relevance, and competitive advantage. Read More: Digital Transformation to Support Environmental Sustainability Understanding the Environmental Business Imperative Environmental issues are no longer peripheral, they are central to business continuity and value creation. The impacts of climate change, pollution, deforestation, and biodiversity loss are affecting supply chains, increasing operational risks, and shifting stakeholder expectations. Today’s consumers are more informed and environmentally conscious. Investors are demanding sustainability metrics alongside financial performance. Regulators are tightening environmental laws. Against this backdrop, businesses must recognize that environmental risk is business risk, and ignoring it is not an option. Redesigning Operations with Sustainability in Mind One of the first steps toward environmental adaptation is rethinking how business operations affect the planet. This includes; reducing resource consumption (water, energy, raw materials), minimizing waste and emissions, implementing circular economy practices such as recycling, reuse, and product redesign, also digitizing processes to improve efficiency and track environmental impact For example, global furniture retailer IKEA has embraced sustainable materials and renewable energy across its supply chain. Logistics giants like DHL are optimizing delivery routes to cut emissions. These operational shifts reduce environmental harm and often improve cost-efficiency and brand reputation. Building Resilient, Low-Impact Supply Chains Environmental challenges such as droughts, floods, and wildfires are disrupting global supply chains. Businesses must build resilient and low-impact supply chains that can withstand environmental shocks and regulatory scrutiny. These strategies include; mapping environmental risks across the supply chain, diversifying suppliers to reduce dependency on high-risk regions, partnering with local or sustainable producers, also auditing suppliers’ environmental practices. For instance, companies like Nestlé and Patagonia are working directly with farmers and raw material producers to ensure sustainable sourcing, while promoting environmental stewardship and community development. Innovation Through Green Products and Services Adaptation is not just about minimizing impact, but it is also about creating value through environmentally responsible offerings. Businesses are rethinking product design, packaging, and delivery to meet consumer demand for sustainable alternatives. Examples of this innovation could be fashion brands who are producing clothes from recycled fabrics or biodegradable materials, or tech companies designing energy-efficient electronics, or automotive firms investing in electric and hybrid vehicle lines. This green innovation not only satisfies environmental standards but opens access to new, eco-conscious customer segments. It positions businesses as leaders in the sustainable marketplace of the future. Measuring and Reporting Environmental Performance To adapt effectively, businesses need to track and report their environmental impact with the same precision as financial metrics. Frameworks like ESG (Environmental, Social, Governance), GRI (Global Reporting Initiative), and CDP (Carbon Disclosure Project) have become standard tools for transparency and accountability. Key steps to measure and report the companies’ environmental performance includes; setting measurable environmental goals (e.g., carbon neutrality, zero waste), regularly auditing environmental performance, publishing sustainability reports, and also disclosing climate-related risks in line with TCFD guidelines.  Transparent reporting enhances credibility with investors, customers, and regulators—and drives continuous improvement within the organization. After all, we know that environmental challenges will continue to intensify in the coming decades. But within every challenge lies opportunity; opportunity to innovate, to lead, and to build a better business and a better world. By redesigning operations, engaging stakeholders, embracing sustainability, and integrating environmental thinking into strategy, businesses can not only weather the storm but they can fuel a cleaner, smarter, and more resilient future. The businesses that succeed tomorrow will be those that adapt today. The future belongs to those who lead, not just with profits, but with purpose. Especially for industries and companies in Indonesia looking to prepare for and adapt to environmental challenges, Satuplatform.com is now here to support your corporate sustainability initiatives. As an all-in-one solution, Satuplatform.com offers a wide range of services and consultancy tailored for businesses across various industry sectors. Try the FREE DEMO now! Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  Kota Accra diketahui merupakan ibu kota sekaligus kota terbesar dan terpadat di Ghana yang menjadi rumah bagi sekitar 1,97 juta jiwa penduduk.  Kota Accra dikenal memiliki panorama alam yang indah, pantai-pantai yang berkilauan, serta bangunan-bangunan monumental yang menambah nilai… Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk …

1

Benarkah Konsumsi Daging Berlebihan Dapat Membahayakan Lingkungan?

Konsumsi daging merupakan kebutuhan bagi setiap orang dalam hal memenuhi asupan protein, di samping sumber protein lainnya. Daging telah menjadi bahan makanan yang penting dari pola makan di banyak negara, termasuk Indonesia. Terutama pada beberapa perayaan tertentu, biasanya kebutuhan masyarakat untuk konsumsi daging menjadi meningkat. Namun, di balik kenikmatan sepiring daging, ada konsekuensi lingkungan yang serius. Benarkah konsumsi daging berlebihan dapat membahayakan lingkungan? Mari kita telaah alasannya lebih dalam. Baca Juga: Peran Lahan Basah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Jejak Karbon Industri Peternakan Sektor peternakan merupakan salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca global. Menurut laporan The Food and Agriculture Organization (FAO), produksi hewan ternak bertanggung jawab atas sekitar 14,5% dari total emisi gas rumah kaca buatan manusia. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor transportasi global. Gas utama yang dihasilkan dari peternakan adalah gas metana (CH4) yang berasal dari fermentasi pencernaan hewan ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Metana memiliki potensi pemanasan global yang 28 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2) dalam periode 100 tahun. Selain itu, proses pengelolaan pupuk kandang dan degradasi lahan juga melepaskan nitrous oxide (N2O), gas rumah kaca lain yang jauh lebih kuat dari CO2. Sehingga, industri peternakan memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan. Deforestasi Lahan Hal berikutnya yang menjadikan industri peternakan berdampak terhadap lingkungan adalah karena aktivitas pembukaan lahan atau deforestasi untuk peternakan dalam skala besar. Lahan yang luas dibutuhkan baik untuk menggembalakan ternak maupun untuk menanam pakan seperti jagung dan kedelai. Akibatnya, banyak hutan alami ditebang untuk membuka lahan pertanian dan padang rumput. Contoh nyata terjadi di Amazon, di mana deforestasi sebagian besar didorong oleh perluasan lahan peternakan. Menebang hutan tropis tidak hanya melepaskan karbon yang tersimpan dalam pepohonan, tetapi juga menghancurkan habitat alami, mengancam keanekaragaman hayati, dan mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon di masa depan. Jika tren konsumsi daging berlebihan terus berlanjut, kebutuhan akan lahan baru akan meningkat, memperparah kerusakan ekosistem hutan di berbagai belahan dunia. Konsumsi Air Dalam Jumlah Besar Produksi daging juga sangat boros air. Untuk menghasilkan satu kilogram daging sapi, menghabiskan sumber daya air yang tidak sedikit. Ini mencakup air minum bagi hewan, air untuk menumbuhkan pakan, serta kebutuhan proses lainnya. Artinya, konsumsi daging yang tinggi secara langsung berkontribusi pada tekanan terhadap sumber daya air tawar, yang sudah langka di banyak wilayah dunia. Dalam konteks perubahan iklim dan peningkatan risiko kekeringan, pola konsumsi makanan yang hemat air menjadi semakin penting untuk dipromosikan. Polusi Lingkungan Di samping dampaknya terhadap sumber daya air, industri peternakan juga berdampak pada pembentukan polusi lingkungan. Peternakan intensif menghasilkan limbah dalam jumlah besar, seperti kotoran hewan, sisa pakan, dan bahan kimia dari obat-obatan hewan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini bisa mencemari air tanah, sungai, dan danau, menyebabkan eutrofikasi (ledakan alga) yang merusak ekosistem akuatik. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk dalam budidaya pakan ternak juga berkontribusi terhadap degradasi tanah dan pencemaran lingkungan. Bau dari peternakan besar juga menciptakan masalah kualitas udara lokal, mengurangi kenyamanan hidup masyarakat sekitar, dan bahkan dapat berdampak pada kesehatan pernapasan. Konsumsi Daging secara Ramah Lingkungan Meskipun dampaknya serius, bukan berarti semua konsumsi daging harus dihentikan. Pendekatan yang lebih realistis dan berkelanjutan adalah dengan mengadopsi pola makan yang lebih fleksibel, di mana pada beberapa saat, konsumsi daging dapat dikurangi dan diimbangi dengan lebih banyak konsumsi tanaman. Selain itu, memilih daging yang diproduksi secara berkelanjutan, seperti daging dari peternakan organik atau padang rumput yang dikelola baik, juga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan. Peternakan organik cenderung lebih memperhatikan kesejahteraan hewan, penggunaan lahan, dan pengelolaan limbah. Inovasi lain seperti daging nabati (plant-based meat) dan daging hasil kultur laboratorium (lab-grown meat) juga dapat menjadi alternatif. Produk-produk ini menawarkan alternatif yang jauh lebih rendah jejak karbon dan penggunaan sumber daya dibandingkan daging konvensional. Gerakan Global dan Kesadaran Kolektif Menyadari dampak lingkungan dari industri peternakan, kini mulai banyak organisasi lingkungan, ilmuwan, dan aktivis yang mendorong perubahan pola makan global untuk mengurangi konsumsi daging. Kampanye seperti “Meatless Monday” atau “Green Monday” digaungkan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak konsumsi daging terhadap lingkungan dan kesehatan. Beberapa negara juga mulai memasukkan strategi pengurangan konsumsi daging dalam kebijakan perubahan iklim mereka. Misalnya, laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2019 merekomendasikan pengurangan konsumsi produk hewani sebagai salah satu langkah mitigasi iklim yang efektif. Konsumsi Daging yang Bijak untuk Masa Depan Bumi Konsumsi daging berlebihan memang membahayakan lingkungan. Kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca, deforestasi, konsumsi air, hingga polusi menimbulkan dampak yang tidak bisa diabaikan. Dengan mengadopsi pola makan yang lebih seimbang, memilih sumber daging berkelanjutan, serta membuka diri terhadap alternatif berbasis tanaman, kita dapat membantu mengurangi tekanan terhadap planet ini. Sementara untuk perusahaan atau industri peternakan dan pengolahan daging, dapat lebih berkomitmen untuk menerapkan produksi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sangat mungkin untuk dapat dicapai, terutama saat ini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  Kota Accra diketahui merupakan ibu …

6

The Sustainable Movement of Welfare States

As the impacts of climate change grow harder to ignore, countries around the world are rethinking how they care for both people and the planet. Including the countries that belong to the welfare state. Today, sustainability is becoming a key part of social welfare, recognizing that true well-being cannot exist without a healthy environment. From clean energy initiatives to green urban planning, welfare states are weaving environmental care into the very fabric of their social systems. The article will explore more about the welfare state in the sustainable environment agenda.  Read More: How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future What is a Welfare State? A welfare state is a country where the government plays an active role in ensuring the economic and social well-being of its citizens. It provides essential services such as free or affordable healthcare, education, financial assistance for the unemployed or elderly, and public housing. The primary goal of a welfare state is to reduce poverty, promote equality, and protect people from life’s major risks.  Famous examples include Sweden, Norway, Denmark, and Germany, where strong economies are balanced with extensive social support systems. Over time, the concept has evolved, and today, welfare states are not only focusing on human welfare but also on the welfare of the planet. This is leading to the rise of a new movement, which is the sustainable welfare state. From Traditional Welfare to Green Welfare Historically, welfare states focused on protecting citizens from hardships like illness, unemployment, and poverty. Systems were set up to ensure that no one would fall through the cracks. However, in recent years, a major shift has occurred.  Governments and businesses realize that social protection alone is not enough if the planet itself is at risk. A sustainable welfare state now looks beyond immediate economic needs and focuses on environmental stability, social equity, and responsible governance. This green transition is necessary because environmental degradation can directly impact social welfare. For example, climate change can lead to more frequent natural disasters, affecting homes, jobs, and public health. Therefore, investing in renewable energy, green infrastructure, and sustainable agriculture becomes part of the modern social protection framework. The Business Side of Sustainability In this transition, businesses play a crucial role. Today, companies are expected to align with Environmental, Social, and Governance (ESG) principles, contributing positively to society and the environment. In welfare states, the government often partners with private enterprises to drive sustainable innovation. Public-private partnerships are increasingly common, funding clean energy projects, sustainable housing, and green transportation systems. Moreover, companies that embrace sustainability often gain access to incentives such as tax breaks, subsidies, or government contracts. This not only promotes corporate responsibility but also stimulates economic growth in a green direction. Forward-thinking businesses recognize that sustainability is not a cost; it is an investment in long-term resilience and competitiveness. For example, Sweden as a welfare state, is having an ambition to become fossil-free. About thirteen different industry sectors in Sweden have committed themselves in action plans to become fossil free within the government’s initiative “Fossil Free Sweden”. This shows that the business side is also driving the transition in Sweden. Policy Innovations  Like the example of Fossil Free Sweden, it is clear that the policy is crucial in driving sustainability in welfare states. Several welfare states are leading the charge through progressive policy reforms. Scandinavian countries like Sweden, Denmark, and Norway have integrated sustainability into nearly every aspect of governance. They enforce strict environmental regulations while offering robust social services. Besides Sweden’s “Fossil-Free Welfare” initiative aims to eliminate fossil fuel dependency across its welfare system, another welfare state has also their own progressive policy towards sustainability. Denmark’s ambitious climate law in 2020, through Demark’s Climmate Act,  commits the country to reduce greenhouse gas emissions by 70% by 2030 compared to 1990 levels. In Norway, the government commit a low-emission society through Norwegian Climate Act since 2017. Norwegian government also highly supportive of international initiatives to address global challenges in climate and nature crisis, such as under the Paris Agreement and the Convention on Biological Diversity. Challenges Ahead Despite the progress, the sustainable movement of welfare states is not without challenges. Transitioning to a sustainable economy requires significant upfront investment. Green technologies, infrastructure modernization, and workforce retraining programs can be costly. Furthermore, there is a risk of social inequality during the transition. If sustainability measures are implemented without considering the needs of lower-income populations, the burden can fall unfairly on the most vulnerable. For example, taxes on carbon emissions can increase the cost of living if not carefully managed. Therefore, policymakers must ensure that the green transition is just and inclusive. Measures such as subsidies for low-income households, affordable public transport, and retraining programs for workers displaced from carbon-intensive industries are essential components of a fair transition. The Role of Education and Innovation Education also plays a critical role in sustaining this movement. Welfare states are investing heavily in green education, programs that teach students about climate science, renewable energy, sustainable agriculture, and ethical business practices. Innovation hubs and research institutions are supported by government funding to develop cutting-edge sustainable technologies. From energy-efficient building materials to circular economy models, new ideas are driving real-world solutions. Involving citizens in the innovation process is equally important. Many welfare states encourage public participation through citizen assemblies, sustainability forums, and local climate initiatives. This strengthens democracy and ensures that sustainability policies are shaped by the people, for the people. Building Resilient and Sustainable Communities At the community level, welfare states are focusing on creating resilient cities and towns. Smart city initiatives that integrate renewable energy, green spaces, efficient public transport, and sustainable waste management are flourishing. For example, Copenhagen’s commitment to becoming the world’s first carbon-neutral capital by 2025 demonstrates how urban areas can lead by example. Cities are the engines of economic and social activity, and making them sustainable benefits everyone—from businesses to families to governments. Additionally, rural areas are not left behind. Programs supporting organic farming, sustainable forestry, …