Water, Sanitation & Hygiene

Water Sustainability sebagai Aspek Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Water sustainability atau keberlanjutan air merupakan salah satu aspek krusial dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada tujuan ke-6, yaitu “memastikan akses air bersih dan sanitasi bagi semua”.  Air merupakan sumber daya fundamental yang mendukung kehidupan, kesehatan, serta pertumbuhan ekonomi. Namun, dengan meningkatnya populasi dan perubahan iklim, tantangan dalam pengelolaan sumber daya air semakin kompleks. Menurut laporan UNESCO, lebih dari 2 miliar orang di dunia mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih, dan krisis air diperkirakan akan semakin memburuk jika tidak ada langkah mitigasi yang tepat. Oleh karena itu, penerapan strategi keberlanjutan air sangat penting bagi lingkungan dan sektor bisnis guna memastikan ketersediaan air di masa depan. Tantangan Keberlanjutan Air di Dunia Tantangan utama dalam keberlanjutan air meliputi polusi, eksploitasi berlebihan, serta perubahan iklim yang mempengaruhi siklus hidrologi. Menurut World Resources Institute (WRI), sekitar 25% populasi dunia menghadapi kelangkaan air ekstrem. Polusi air akibat limbah industri dan domestik juga memperburuk kondisi sumber daya air, di mana hanya 56% limbah domestik yang diolah dengan aman secara global.  Di samping itu, perubahan iklim juga berdampak besar pada ketidakpastian ketersediaan air, dengan peningkatan frekuensi kekeringan dan banjir yang mengancam ekosistem serta mata pencaharian masyarakat. Strategi Bisnis dalam Mendukung Keberlanjutan Air BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA : MENGAPA SUPPLIER SUSTAINABILITY REPORT MANAGEMENT PENTING BAGI KEBERLANJUTAN BISNIS? Dalam dunia bisnis, keberlanjutan air tidak hanya menjadi tanggung jawab sosial bagi perusahaan dan industri, tetapi juga merupakan faktor strategis dalam operasional dan efisiensi biaya.  Banyak perusahaan mulai mengadopsi praktik water stewardship untuk mengelola sumber daya air dengan lebih efektif. Contohnya, Coca-Cola telah mengembalikan 100% air yang digunakan dalam produksi mereka melalui program konservasi air. Perusahaan juga dapat menerapkan teknologi hemat air seperti sistem daur ulang dan efisiensi penggunaan air dalam rantai produksi mereka.  Menyusun Kebijakan dalam Pengelolaan Air Pemerintah memiliki peran penting dalam memastikan kebijakan yang mendukung keberlanjutan air. Regulasi yang ketat terhadap limbah industri, insentif bagi perusahaan yang menerapkan teknologi hemat air, serta investasi dalam infrastruktur air bersih adalah langkah-langkah yang dapat memperbaiki situasi.  Sebagai contoh, Uni Eropa telah menerapkan Water Framework Directive yang bertujuan untuk mencapai kualitas air yang lebih baik pada tahun 2027. Di Indonesia, program revitalisasi sungai dan pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi bagian dari strategi nasional dalam menghadapi tantangan air bersih. Inovasi Teknologi untuk Keberlanjutan Air Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin masif, pada keberlanjutan air teknologi juga memainkan peran kunci yang krusial. Beberapa inovasi yang sedang berkembang termasuk desalinasi air laut, penggunaan sensor IoT untuk pemantauan konsumsi air, serta teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien.  Menurut laporan Global Water Intelligence, pasar teknologi pengolahan air diperkirakan akan tumbuh sebesar 6% per tahun hingga 2030. Salah satu contoh inovasi adalah penggunaan membran filtrasi nanoteknologi yang dapat menyaring kontaminan mikroplastik dan logam berat dari air limbah industri. Kesadaran untuk Konservasi Air Selain peran pemerintah dan bisnis, masyarakat juga memiliki kontribusi besar dalam mendukung keberlanjutan air. Kampanye kesadaran lingkungan, pendidikan tentang pentingnya konservasi air, serta kebiasaan sederhana seperti mengurangi pemborosan air di rumah dapat memberikan dampak signifikan.  Menurut Environmental Protection Agency (EPA), jika setiap rumah tangga di AS menghemat 10% konsumsi air, maka lebih dari 1 triliun galon air dapat diselamatkan setiap tahunnya. Oleh karena itu, meningkatkan keterlibatan publik dalam praktik konservasi air menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada akhirnya, kesatuan strategi yang meliputi implementasi kebijakan yang tepat, adopsi teknologi inovatif, serta peningkatan kesadaran publik menjadi faktor kunci dalam menjaga sumber daya air bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, upaya bersama sangat diperlukan untuk memastikan bahwa air tetap tersedia sebagai sumber daya yang berkelanjutan dan dapat dinikmati oleh semua pihak. Khusus untuk industri dan pelaku bisnis, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Implementasi Ekonomi Sirkular pada Bisnis, Apa Saja Contohnya? Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar yang juga dikenal sebagai circular economy nampaknya telah menjadi suatu inisiatif hijau dalam upaya mendukung kelestarian lingkungan. Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim yang dirasakan manusia, dibutuhkan sebuah sistem berkelanjutan yang memungkinkan manusia mengolah sumber daya dengan cara yang aman bagi alam. Sistem yang berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”. Ekonomi sirkular didefinisikan sebagai sistem ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, dilakukan dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan memperpanjang umur produk serta material. Prinsip utama dari ekonomi sirkular ialah untuk menghindari pemborosan sumber daya dari… Pengertian Ekonomi Sirkular, Manfaat dan Contohnya Prinsip Ekonomi Sirkular merupakan salah satu contoh inisiatif keberlanjutan untuk mendukung manusia menciptakan lingkungan yang sehat dan layak huni.  Dengan kondisi lingkungan saat ini, penting bagi kita untuk menerapkan konsep sistem ekonomi yang tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya, namun juga menjadikannya efektif dan berkelanjutan. Berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”, ekonomi sirkular mendorong individu untuk memaksimalkan sumber daya dengan cara yang paling aman bagi lingkungan. Lalu, apa itu prinsip atau konsep ekonomi sirkular dan apa manfaatnya bagi kehidupan di bumi? Mari kita bahas pada penjelasan di bawah! Apa Itu Ekonomi Sirkular? Ekonomi sirkular dikenal juga dengan… Lebih dari Separuh Daratan di Bumi Terancam Kering Permanen, Ketahui Bahayanya! Lebih dari setengah wilayah daratan di bumi disebut terancam dilanda kekeringan permanen dalam jangka waktu puluhan tahun mendatang, menurut laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penelitian tersebut dikemukakan dalam sebuah laporan berjudul The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections, yang dirilis oleh United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) di Riyadh, Arab Saudi, 9 Desember 2024 lalu. Apa yang terjadi sebenarnya? Tiga per Empat Daratan Bumi Alami Kekeringan   Dilansir dari laman kompas.com, selama 30 tahun terakhir sekitar 77,6 persen daratan di bumi mengalami kondisi yang sangat kering, melebihi… How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability …

green energy

5 Cara Dukung Penerapan Green Energy

Transisi menuju energi hijau atau green energy menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Kemudian pada akhirnya bermuara pada penanggulangan perubahan iklim. Energi hijau mencakup sumber daya yang terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, yang memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi jangka panjang.  Menurut laporan International Energy Agency (IEA), investasi dalam energi terbarukan meningkat sebesar 12% pada tahun 2022, menunjukkan tren positif dalam penerapannya. Artikel ini akan membahas lima cara untuk mendukung penerapan green energy dari perspektif individu, bisnis, dan pemerintah. Mengadopsi Energi Terbarukan  Salah satu langkah paling sederhana dalam mendukung energi hijau adalah dengan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsumen dapat beralih ke energi surya dengan memasang panel surya di rumah atau memilih penyedia listrik yang menawarkan opsi energi terbarukan. BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA : CARA MENGHITUNG JEJAK KARBON DARI PROSES PRODUKSI INDUSTRI Studi dari National Renewable Energy Laboratory (NREL) menemukan bahwa penggunaan panel surya dapat mengurangi tagihan listrik rumah tangga hingga 40% dalam jangka panjang. Sehingga, mengganti peralatan rumah tangga dengan perangkat yang lebih efisien energi dapat membantu mengurangi konsumsi listrik secara signifikan. Efisiensi Energi di Sektor Industri Sektor industri merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Oleh karena itu, bisnis dapat berperan besar dalam mendukung energi hijau dengan mengoptimalkan efisiensi energi dalam operasional mereka.  Menurut laporan McKinsey & Company, penerapan teknologi hemat energi di industri manufaktur dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%. Perusahaan dapat menginvestasikan dana dalam teknologi produksi yang lebih ramah lingkungan, mengadopsi pencahayaan LED, serta memanfaatkan sistem manajemen energi berbasis kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi. Kebijakan Publik untuk Energi Hijau Kebijakan pemerintah memiliki peran krusial dalam percepatan transisi energi hijau. Negara-negara yang memiliki insentif untuk energi terbarukan, seperti subsidi untuk pembangkit listrik tenaga surya dan angin, telah menunjukkan pertumbuhan yang lebih pesat dalam adopsi energi hijau. Contohnya, Uni Eropa telah menetapkan target untuk mencapai 45% energi terbarukan dalam konsumsi energinya pada tahun 2030.  Dengan menyusun kebijakan publik yang terarah bagi perusahaan yang berinvestasi dalam energi hijau serta memberlakukan regulasi ketat terhadap emisi karbon, pemerintah dapat mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Infrastruktur Energi Hijau Investasi dalam infrastruktur energi hijau sangat penting untuk memastikan keberlanjutan transisi energi. Pengembangan jaringan listrik pintar (smart grid) dapat meningkatkan efisiensi distribusi energi terbarukan dan mengurangi pemborosan. Selain itu, teknologi penyimpanan energi seperti baterai lithium-ion yang digunakan dalam kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga surya juga memainkan peran penting dalam mempercepat adopsi energi hijau.  Infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik dan fasilitas daur ulang baterai, juga perlu dikembangkan untuk menciptakan ekosistem energi hijau yang lebih berkelanjutan. Infrastruktur produksi hidrogen hijau juga harus diperhatikan, termasuk pengembangan elektroliser yang lebih efisien serta sistem distribusi hidrogen yang aman dan terjangkau. Hidrogen hijau memiliki potensi besar sebagai sumber energi bersih untuk industri berat dan transportasi jarak jauh, seperti kapal dan pesawat.  Edukasi tentang Energi Hijau Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya energi hijau menjadi faktor utama dalam percepatan transisi energi berkelanjutan. Kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, dan program lingkungan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat energi hijau.  Survei oleh Pew Research Center mengungkapkan bahwa 74% masyarakat global mendukung pengembangan energi terbarukan sebagai prioritas utama dalam kebijakan energi negara mereka. Dengan meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat, adopsi energi hijau dapat berkembang lebih luas dan cepat. Dukungan terhadap energi hijau bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri, tetapi juga individu dan komunitas. Dengan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, energi hijau dapat menjadi solusi utama dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Khusus untuk industri dan pelaku bisnis, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article 5 Negara yang Terancam Tenggelam akibat Pemanasan Global Pemanasan global nampaknya tidak lagi bisa dianggap sepele sebab pengaruhnya saat ini sudah semakin mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan makhluk hidup lainnya. Meningkatnya frekuensi suhu rata-rata global menyebabkan udara semakin panas dan kering yang berdampak pada luruhnya es di antartika. Kondisi ini bisa membuat permukaan air laut naik semakin tinggi, mengancam keberadaan beberapa negara. Pada dasarnya, pemanasan global dapat memberikan ancaman terhadap seluruh makhluk hidup di muka bumi. Namun, dampaknya bisa jadi berbeda-beda, terutama bagi negara-negara kepulauan dengan ketinggian daratan rendah. Melansir berbagai sumber, terdapat beberapa negara yang disebut akan menghadapi ancaman serius dari naiknya permukaan air laut akibat pemanasan… Budaya Bersepeda di Belanda yang Sukses Kurangi Emisi Karbon Belanda dikenal sebagai negara dengan budaya bersepeda yang sangat kuat. Budaya bersepeda di negeri ini sepertinya telah menjadi sebuah keunikan sekaligus kebanggan bagi pemerintah dan warga setempat untuk memukau dunia. Pasalnya, Sepeda bukan lagi sekadar alat transportasi di sana, tetapi juga bagian dari gaya hidup masyarakat. Tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, budaya sepeda di sini juga membantu negara menciptakan lingkungan yang sehat dengan emisi karbon yang rendah. Mengenal Budaya Bersepeda di Belanda Belanda bisa dibilang juga sebagai surganya para pesepeda. Sebab, dibandingkan jumlah kendaraan bermotor, ada lebih banyak lalu lalang sepeda di beberapa kota di Belanda. Diperkirakan terdapat lebih dari… Waspada Produksi Jejak Karbon dari Limbah Rumah Tangga Tidak dapat dipungkiri bahwa produksi limbah telah menjadi dampak dari kegiatan sehari-hari manusia yang tak terhindarkan, dapat bersumber dari aktivitas industri juga rumah tangga. Limbah rumah tangga didefinisikan sebagai bahan sisa, sampah, atau buangan yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di rumah, seperti sisa makanan, barang padat, cairan bekas pakai, dan lain sebagainya. Sama seperti pada umumnya, limbah rumah tangga dapat dikategorikan ke dalam limbah organik, anorganik, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dalam penanganannya, dibutuhkan metode yang tepat sebab pengolahan limbah yang salah dapat berkontribusi terhadap peningkatan jejak karbon harian rumah tangga. Pengolahan limbah tidak bertanggung jawab tidak hanya… Peran Lahan Basah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Lahan basah merupakan salah satu ekosistem bumi yang punya peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, salah satunya mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Lahan basah adalah sebuah ekosistem yang tergenang air secara permanen atau musiman, mencakup rawa, paya, dan daerah pesisir yang berair. Lahan ini dapat berupa …

Paris deal Epic fail on a planetary scale

Ditinggalkan Amerika Serikat, Apa Itu Perjanjian Paris?

Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald J. Trump, yang baru saja resmi dilantik telah memulai kegiatannya sebagai pemimpin negara dengan mengumumkan berbagai keputusan yang cukup menarik perhatian dunia internasional. Salah satu keputusan yang dibuatnya ialah dengan menandatangani executive orders tentang penarikan diri AS dari Perjanjian Paris atau Paris Agreement.  Dikutip dari Tempo, perjanjian ini dianggap tidak adil dan berat sebelah, sehingga memberikan beban yang tidak sepadan bagi Amerika Serikat. Meski terdengar sebagai keputusan yang mengagetkan, ini bukan lah langkah baru melainkan sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh AS pada 2020 lalu. Trump yang saat itu menjabat sebagai presiden dalam masa jabatannya yang pertama juga pernah turut melakukan hal serupa. Meski sempat keluar, AS kemudian kembali bergabung dalam perjanjian iklim internasional ini melalui keputusan Joe Biden sebagai presiden di periode selanjutnya. Lalu, apa itu Perjanjian Paris atau Paris Agreement dan mengapa hal itu penting bagi negara-negara? Mari kita bahas selengkapnya dalam penjelasan di bawah. Baca juga artike lainnya : Dampak dari Kepergian Amerika Serikat dari Paris Agreement, Apa yang Bisa Terjadi? Memahami Apa Itu Perjanjian Paris Dikutip dari White Case, Perjanjian Paris atau Paris Agreement merupakan kesepakatan internasional yang diadopsi pada tahun 2015 untuk mengatasi perubahan iklim.  Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk menahan laju kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan membatasi kenaikannya hingga 1,5 derajat Celcius. Ditandatangani oleh negara-negara yang menjadi Pihak pada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Sampai dengan keputusan keluarnya AS dari perjanjian ini kemarin, setidaknya terdapat hampir seluruh negara di dunia tergabung ke dalam Paris Agreement (195 negara). Iran, Libya, dan Yaman menjadi pihak negara di luar kesepakatan. Tujuan Penandatanganan Perjanjian Paris Paris Agreement atau Perjanjian Paris dibuat dengan dilatarbelakangi oleh kondisi pertimbangan keadaan darurat global dan perubahan iklim yang melampaui batas negara, sebagaimana dilansir dari laman resmi un.org. Tujuan penting dari perjanjian ini adalah untuk membatasi kenaikan suhu global jauh di bawah 2 derajat Celcius dibandingkan era pra-industri, dengan upaya lebih lanjut untuk menahan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius. Lebih dari itu, terdapat beberapa maksud lainnya yang hendak dicapai dari ditandatanganinya kesepekatan internasional ini. Seluruh negara peserta harus menetapkan target pengurangan emisi melalui Nationally Determined Contributions (NDCs) negaranya masing-masing dan memperbaruinya setiap 5 tahun. Mendorong negara-negara, terutama yang rentan, untuk memperkuat ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut. Memberikan peluang perbaikan melalui komitmen negara maju untuk menyediakan pendanaan iklim minimal $100 miliar per tahun untuk membantu negara berkembang dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Prinsip Utama dalam Perjanjian Paris Pada dasarnya, tidak ada sanksi jika negara tidak memenuhi target yang mereka rancang. Setiap negara juga dapat menentukan sendiri target dan langkah yang akan mereka ambil dan mengumumkannya melalui Nationally Determined Contributions (NDCs). Meski begitu, tetap ada mekanisme transparansi untuk mengawasi dan mendorong kepatuhan. Sistem pemantauan dan evaluasi target terhadap negara-negara peserta pun dilakukan secara berkala untuk kemudian dinilai ulang keefektifan dari target tersebut.  Dengan hadirnya kesepakatan ini, negara maju diharapkan bisa berkontribusi lebih besar karena mereka bertanggung jawab atas sebagian besar emisi sejarah. Tantangan dalam Implementasi Perjanjian Paris Meskipun telah hampir 10 tahun berjalan, implementasi Perjanjian Paris masih menemui berbagai tantangan. Hal itu mulai dari kurangnya komitmen dan kepatuhan, sampai dengan sulitnya melepaskan ketergantungan pada energi fosil. Dengan tidak adanya sanksi yang diberikan, hal ini bisa dimanfaatkan negara-negara untuk tidak memenuhi target NDC mereka atau bahkan meningkatkan emisinya.  Belum lagi dengan komitmen investasi $100 miliar per tahun yang masih sulit tercapai. Negara berkembang sebagai target penerima pun masih kesulitan mengakses pendanaan ini.  Di lain sisi, dunia sampai saat ini nampaknya masih kesulitan untuk perlahan melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil. Banyak negara masih bergantung pada batu bara, minyak, dan gas alam, sehingga sulit mencapai dekarbonisasi total. Meski begitu, Perjanjian Paris adalah langkah penting dalam aksi global melawan perubahan iklim, yang diharapkan dapat menemukan keberhasilannya kelak. Semua ini bergantung pada komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi, meningkatkan adaptasi, dan mendukung pendanaan bagi negara berkembang. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this situation, the Blue Economy emerges. The term “Blue Economy” refers to an economic approach that promotes the sustainable use of ocean resources. It has gained momentum in Indonesia as businesses align with Sustainable Development Goal 14 (Life Below… E-commerce Initiative Towards Sustainable Environment In today’s business, e-commerce plays a significant role in driving sales, expanding market reach, and enhancing customer convenience by providing seamless online shopping experiences across various digital platforms. However, the rapid expansion of e-commerce has also …

flag 4647242 1280

Dampak dari Kepergian Amerika Serikat dari Paris Agreement, Apa yang Bisa Terjadi?

Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari Paris Agreement. Sebagaimana kita ketahui, Amerika Serikat belum lama ini resmi mengesahkan Donald J. Trump sebagai presiden baru AS yang menandai dimulainya kepemimpinan Trump atas negara tersebut selama empat tahun mendatang. Baru sebentar menjabat, Presiden Amerika Serikat ke-47 Donald Trump telah banyak memberikan kejutan dari berbagai keputusan yang dilakukannya. Salah satunya adalah keputusannya atas AS untuk ‘pergi’ dari Perjanjian Paris atau Paris Agreement. Baca juga artikel lainnya : Ditinggalkan Amerika Serikat, Apa Itu Perjanjian Paris? Paris Agreement merupakan kesepakatan internasional yang diadopsi pada tahun 2015 untuk mengatasi perubahan iklim. Tujuan utamanya ialah menahan laju kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan membatasi kenaikannya hingga 1,5 derajat Celcius. Sejauh ini, hanya ada tiga negara di dunia yang tidak termasuk ke dalam Perjanjian Paris, di antaranya Iran, Libya, dan Yaman. Keluarnya AS dari Paris Agreement menjadikannya negara keempat yang bergabung ke dalam pihak di luar perjanjian iklim global ini. Alasan Dibalik Keluarnya AS dari Paris Agreement Keputusan Donald Trump untuk menarik negaranya dari perjanjian ini nampaknya bukanlah sebuah langkah tiba-tiba. Dilansir dari Tempo, tujuan dari langkah ini adalah bagian dari upaya Trump untuk mewujudkan slogan “Make America Affordable and Energy Dominant Again”. Bagian dari kebijakan energi yang diusung oleh pemerintahan Donald Trump di masa jabatan sekarang. Dua Kali Tinggalkan Paris Agreement Faktanya, kepergian AS dari Paris Agreement kali ini merupakan kali keduanya setelah sempat dilakukan pada tahun 2020 lalu. Pada saat itu, Presiden Donald Trump yang menempati masa jabatan pertamanya pada tahun 2017, mengumumkan penarikan diri AS dari perjanjian tersebut, tidak lama setelah ia resmi dilantik. Pengumuman itu dilakukan tepatnya pada bulan Juni 2017. Akan tetapi, proses keluarnya AS dari Paris Agreement tidaklah mudah. Berdasarkan aturan dari PBB, keputusan Trump itu baru bisa resmi dilaksanakan pada bulan November 2020. Penundaan keluarnya AS dari perjanjian ini memakan waktu yang cukup lama sebab rumitnya aturan terkait antisipasi gejolak politik akibat perubahan kepemimpinan. Dilansir dari BBC, Trump menganggap Perjanjian Paris tidak adil dan berat sebelah, upaya yang kontradiksi dengan misinya tentang mewujudkan ‘America First’. Dampak Penarikan Diri AS dari Paris Agreement Langkah AS untuk menarik diri dari Perjanjian Paris tentu menimbulkan respon yang signifikan dan tidak bisa dianggap sepele. Ketika AS menarik diri dari Perjanjian Paris pada tahun 2020, muncuk dampak yang terasa di berbagai aspek, baik secara global maupun domestik. 1. Dampak Global 1. Bentuk Kemunduran dalam Upaya Global Melawan Perubahan Iklim Sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia, mundur AS dari perjanjian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa target menekan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius akan semakin sulit tercapai. 2. Dampak pada Diplomasi Iklim Internasional AS berpotensi kehilangan pengaruhnya dalam diskusi kebijakan iklim global, mengingat negara ini adalah salah satu yang punya pengaruh besar secara global. 3. Mengurangi Komitmen Negara Lain Mundurnya AS juga memungkinkan negara lain kehilangan motivasi untuk memenuhi target mereka. Beberapa negara berkembang atau produsen bahan bakar fosil bisa menggunakan kondisi ini sebagai alasan untuk tidak memperkuat aksi iklim mereka. 2. Dampak Domestik 1. Kemunduran Kebijakan Iklim Nasional Banyak regulasi lingkungan di AS menjadi lebih longgar, seperti aturan tentang emisi kendaraan dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Ini juga berdampak pada investasi dalam energi terbarukan yang berpotensi kekurangan dukungan kebijakan federal. 2. Dampak Ekonomi dan Inovasi Sektor energi terbarukan di AS sempat mengalami ketidakpastian, padahal energi bersih menjadi sektor dengan pertumbuhan tinggi. Investor dan perusahaan multinasional tetap mempertahankan komitmen mereka terhadap keberlanjutan meskipun kebijakan pemerintah tidak mendukung. Mundurnya AS untuk kedua kalinya saat ini tentunya dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak yang sama atau lebih besar dibandingkan yang pernah terjadi. Memperlambat momentum global dalam menangani perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon. Meski begitu, industri Anda tetap bisa mulai menerapkan konsep sustainability manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi dengan cara sendiri.  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this situation, the Blue Economy emerges. The term “Blue Economy” refers to an economic approach that promotes the sustainable use of ocean resources. It has gained momentum in Indonesia as businesses align with Sustainable Development Goal 14 (Life Below… E-commerce Initiative Towards Sustainable Environment In today’s business, e-commerce plays a significant role in driving sales, expanding market reach, and enhancing customer convenience by providing seamless online shopping experiences across various digital platforms. However, the rapid expansion of e-commerce has also raised significant environmental concerns. It includes carbon emissions from logistics, excessive packaging waste, and …

food loss

Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan

Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi secara global hilang sebelum mencapai pasar. Sementara itu, jika food waste turut diperhitungkan, sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia tidak pernah dikonsumsi.  Di negara berkembang, food loss sering terjadi akibat infrastruktur yang kurang memadai, seperti penyimpanan yang buruk dan sistem distribusi yang tidak efisien. Di sisi lain, di negara maju, food loss lebih banyak disebabkan oleh standar kualitas dan estetika yang tinggi yang membuat produk pangan tidak lolos ke pasar. Dampak Food Loss terhadap Iklim Food loss memiliki hubungan langsung dengan emisi gas rumah kaca. Setiap makanan yang hilang atau terbuang mewakili sumber daya yang telah digunakan dalam produksinya, termasuk air, lahan, energi, dan tenaga kerja. Berikut adalah beberapa cara bagaimana food loss berkontribusi terhadap perubahan iklim: Emisi Karbon dari Produksi dan Transportasi : Setiap tahap produksi pangan, mulai dari pertanian hingga distribusi, membutuhkan energi. Proses ini sering kali menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Saat makanan terbuang, semua energi yang telah digunakan menjadi sia-sia dan meninggalkan jejak karbon yang besar. Metana dari Limbah Pangan : Saat makanan yang terbuang membusuk di tempat pembuangan sampah, ia menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dalam menahan panas dibandingkan CO2. FAO memperkirakan bahwa food loss dan waste secara kolektif menyumbang sekitar 8-10% dari total emisi gas rumah kaca global. Deforestasi dan Penggunaan Lahan yang Tidak Efektif : Permintaan pangan yang tinggi menyebabkan pembukaan lahan hutan untuk pertanian dan peternakan. Jika sebagian besar dari hasil panen akhirnya hilang atau terbuang, maka eksploitasi sumber daya tersebut menjadi tidak efisien. Hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyerap karbon berkurang secara signifikan akibat perluasan lahan pertanian. Dampak terhadap Lingkungan Selain berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, food loss juga menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, di antaranya: Pemborosan Air: Produksi makanan membutuhkan air dalam jumlah besar. Misalnya, satu kilogram daging sapi membutuhkan sekitar 15.000 liter air untuk diproduksi. Jika makanan ini terbuang, berarti air yang telah digunakan juga terbuang sia-sia. Degradasi Tanah: Tanah yang digunakan untuk menanam pangan yang akhirnya terbuang mengalami tekanan tanpa manfaat nyata. Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan juga dapat merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang. Pencemaran dari Limbah Organik: Sisa makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah, menghasilkan senyawa beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan ekosistem sekitar. Solusi untuk Mengurangi Food Loss Mengatasi food loss memerlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi food loss meliputi: Peningkatan Infrastruktur Penyimpanan dan Transportasi : Investasi dalam penyimpanan dingin dan teknologi pascapanen dapat membantu menjaga kesegaran produk dan mengurangi kehilangan di tahap awal rantai pasok. Optimasi Rantai Pasok dan Distribusi : Mengembangkan sistem logistik yang lebih efisien dapat memastikan makanan mencapai konsumen dengan lebih cepat dan dalam kondisi yang baik. Edukasi dan Kebijakan yang Mendukung : Regulasi yang mendorong pemanfaatan pangan yang tidak lolos standar estetika serta program donasi makanan bagi yang membutuhkan dapat membantu mengurangi food loss secara signifikan. Food loss bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga isu lingkungan dan perubahan iklim. Setiap makanan yang hilang berarti sumber daya yang digunakan dalam produksinya ikut terbuang sia-sia.  Dengan meningkatnya kesadaran dan implementasi solusi yang tepat, food loss dapat ditekan, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, menjaga kelestarian lingkungan, dan memastikan ketahanan pangan global. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung dan mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies …

YONO

YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025

Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren minimalisme yang menekankan pengurangan jumlah barang secara drastis, YONO lebih fleksibel dan praktis. Prinsip utama YONO adalah memiliki satu barang yang multifungsi dan berkualitas tinggi daripada memiliki banyak barang dengan fungsi serupa. Misalnya, dalam dunia fashion, tren YONO mendorong individu untuk memiliki satu jaket serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, dibandingkan membeli beberapa jaket dengan fungsi berbeda. Dalam dunia teknologi, banyak Gen Z yang lebih memilih satu perangkat yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan, seperti smartphone dengan fitur komprehensif dibandingkan membeli beberapa gadget dengan fungsi berbeda. YONO dalam Kehidupan Sehari-hari Fashion dan Gaya Hidup Konsep kapsul wardrobe semakin diminati dengan koleksi pakaian yang terbatas namun serbaguna. Sepatu multifungsi yang bisa dipakai untuk olahraga dan aktivitas sehari-hari menjadi pilihan utama. Aksesori minimalis namun berkualitas tinggi menjadi tren, seperti satu jam tangan klasik yang cocok untuk berbagai acara. Teknologi dan Gadget Perangkat multifungsi seperti smartphone dengan fitur kamera berkualitas tinggi menggantikan kebutuhan akan kamera profesional. Laptop dengan spesifikasi lengkap semakin populer dibandingkan memiliki perangkat tambahan seperti tablet atau PC desktop. Tren wearable device yang menggabungkan berbagai fungsi dalam satu perangkat, seperti jam tangan pintar dengan fitur kesehatan, komunikasi, dan hiburan. Konsumsi dan Keberlanjutan Pengurangan pembelian barang konsumsi yang tidak esensial, seperti memiliki satu botol minum berkualitas tinggi daripada membeli botol plastik sekali pakai. Pemilihan produk ramah lingkungan dan tahan lama untuk mengurangi limbah. Tren penggunaan kendaraan listrik pribadi yang lebih efisien dibandingkan memiliki beberapa kendaraan untuk kebutuhan berbeda. Mengapa YONO Populer di Kalangan Gen Z? Efisiensi dan Praktis Gen Z cenderung mencari cara hidup yang lebih sederhana namun tetap fungsional. Dengan prinsip YONO, mereka dapat menghemat waktu, uang, dan ruang tanpa mengorbankan gaya atau kebutuhan sehari-hari. Kesadaran Lingkungan Isu perubahan iklim semakin menjadi perhatian utama, dan YONO menjadi solusi yang mendukung gaya hidup berkelanjutan. Dengan mengurangi konsumsi berlebihan, limbah yang dihasilkan juga berkurang. Teknologi yang Mendukung Kemajuan teknologi memungkinkan perangkat multifungsi yang semakin canggih, sehingga mendukung penerapan gaya hidup YONO. Kini, satu perangkat bisa menggantikan berbagai alat sekaligus. Ekonomi dan Finansial Dengan meningkatnya kesadaran finansial di kalangan Gen Z, YONO membantu mereka mengelola keuangan lebih baik dengan membeli produk berkualitas tinggi yang lebih awet dibandingkan membeli banyak barang murah dengan masa pakai pendek. YONO bukan sekadar tren sesaat, tetapi sebuah pergeseran gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai efisiensi, keberlanjutan, dan kesadaran finansial. Dengan mengadopsi prinsip You Only Need One, Gen Z menunjukkan bahwa memiliki lebih sedikit bukan berarti kurang, tetapi justru lebih berarti dalam menciptakan hidup yang lebih sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.  Apakah tren ini akan bertahan lama? Melihat bagaimana nilai-nilai ini semakin mengakar dalam gaya hidup modern, kemungkinan besar YONO akan terus berkembang di masa depan. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung dan mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam …

5

Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah

Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy (WTE) yang memungkinkan mereka mengkonversi sampah menjadi energi listrik dan panas.  Menurut data dari Swedish Environmental Protection Agency, sekitar 50% dari sampah domestik Swedia diolah melalui sistem WTE, sementara sisanya didaur ulang atau dikomposkan. Sistem ini memastikan hampir tidak ada limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal yang menjadi menarik adalah, Swedia justru mengimpor sampah dari negara lain. Fenomena ini bukan hanya mencerminkan inovasi dalam pengelolaan sampah tetapi juga memiliki dampak ekonomi dan lingkungan yang signifikan. Mengapa Swedia Mengimpor Sampah? Swedia memiliki salah satu sistem pengelolaan limbah terbaik di dunia, dengan hampir 99% dari total sampah domestik berhasil didaur ulang atau diubah menjadi energi. Salah satu alasan utama Swedia mengimpor sampah adalah karena negara ini tidak memiliki cukup sampah domestik untuk memenuhi kapasitas pembangkit listrik berbasis limbah. Sekitar 1,5 juta ton sampah diimpor setiap tahunnya dari berbagai negara Eropa, termasuk Norwegia, Inggris, dan Jerman. Alasan lainnya adalah efisiensi ekonomi. Negara-negara yang membayar Swedia untuk mengelola limbah mereka sebenarnya menghemat biaya pengelolaan sampah sendiri, sementara Swedia mendapatkan sumber energi tambahan untuk menggerakkan rumah tangga dan industri. Menurut data dari Swedish Waste Management Association (Avfall Sverige), sekitar 20% dari energi yang dihasilkan berasal dari pembakaran limbah impor. Dampak Lingkungan  Meskipun sistem WTE memberikan manfaat besar, ada beberapa tantangan lingkungan yang perlu diperhatikan. Proses pembakaran sampah menghasilkan emisi karbon dioksida (CO₂), meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Namun, Swedia telah menerapkan teknologi penyaringan gas buang canggih untuk mengurangi emisi dan dampak polusi udara. Selain itu, sistem WTE Swedia membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Sekitar 20% dari kebutuhan pemanas distrik di Swedia berasal dari energi yang dihasilkan melalui pembakaran sampah, menggantikan penggunaan batu bara dan minyak bumi yang lebih berpolusi. Dampak Ekonomi  Impor sampah bukan hanya solusi lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang signifikan. Menurut laporan dari Avfall Sverige, industri pengelolaan sampah di Swedia menghasilkan lebih dari €1 miliar per tahun, dengan sebagian besar pendapatan berasal dari biaya yang dibayarkan oleh negara lain untuk pengelolaan limbah mereka. Selain itu, bisnis berbasis energi dari sampah menciptakan ribuan lapangan kerja di sektor energi terbarukan dan manajemen limbah. Diperkirakan sekitar 10.000 orang bekerja di industri ini, mencakup berbagai bidang mulai dari teknologi pemrosesan limbah hingga pengembangan energi bersih. Belajar dari Waste To Energy Swedia Keberhasilan Swedia dalam mengelola sampah juga menarik perhatian banyak negara lain yang ingin meniru sistem mereka. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan teknologi lingkungan untuk mengekspor solusi pengelolaan limbah ke pasar global. Swedia telah menjadi pemimpin dalam ekspor teknologi daur ulang dan energi bersih, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara ini. Negara-negara lain dapat menerapkan pendekatan berbasis ekonomi sirkular dan teknologi energi terbarukan. Dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan, model Swedia dapat menjadi inspirasi bagi banyak negara untuk mengadopsi solusi serupa guna mencapai keberlanjutan global. Dalam hal ini, perusahaan dan bisnis juga dapat ikut andil mengambil peran untuk mengoptimalkan keberlanjutan global. Terutama untuk pelaku bisnis dan industri, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan …

6

Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan?

Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air dan tata kota berbasis ekologi. Proyek ini mencakup sistem drainase berkelanjutan dan solusi untuk mengurangi risiko banjir. Berdasarkan laporan Kementerian PUPR, proyek ini telah menurunkan risiko banjir di beberapa wilayah Jakarta sebesar 25% dalam lima tahun terakhir. Baca juga artikel lainnya : Mobil Listrik vs Mobil Bensin, Siapa Lebih Ramah Lingkungan? 2. Penggunaan Transportasi Berkelanjutan untuk Kota Ramah Lingkungan Salah satu aspek penting dalam kerjasama sister-city adalah pengembangan transportasi yang lebih ramah lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, memang transportasi adalah penyumbang emisi karbon terbesar di suatu negara, sehingga ini penting menjadi perhatian khusus. Beberapa kota, seperti Surabaya yang menjalin hubungan dengan Kitakyushu, Jepang, telah mengadopsi sistem transportasi publik berbasis energi bersih, seperti bus listrik dan jalur sepeda. Surabaya terus menambah unit bus listrik dalam dua tahun terakhir, yang diperkirakan mengurangi emisi karbon sebesar 12.000 ton per tahun. 3. Manajemen Limbah dan Daur Ulang Mewujudkan Kota Ramah Lingkungan Kota-kota yang memiliki hubungan sister-city juga saling bertukar pengalaman dalam manajemen limbah. Contohnya, hubungan antara Bandung dan Braunschweig di Jerman telah menghasilkan inisiatif pengelolaan sampah yang lebih efisien, seperti program daur ulang berbasis masyarakat dan pengolahan limbah organik menjadi energi terbarukan. Contoh lainnya bisa dilihat di Jepang, Tokyo yang bermitra Sister-City dengan San Francisco telah mengembangkan sistem pengelolaan sampah berbasis teknologi yang memungkinkan pemisahan dan pemanfaatan ulang material hingga 80% dari total limbah. 4. Penggunaan Energi Terbarukan Banyak sister-city mengembangkan proyek bersama dalam penggunaan energi terbarukan. Misalnya, kemitraan antara Bali dan Stockholm yang fokus pada implementasi energi surya dan teknologi bangunan hemat energi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta menekan emisi karbon. Stockholm membantu Bali dalam pemasangan 1.000 unit panel surya di kawasan wisata, yang mengurangi konsumsi listrik berbasis batu bara sebesar 15%. 5. Ruang Terbuka Hijau sebagai Penerapan Kota Ramah Lingkungan Sister-city juga berkontribusi dalam program penghijauan kota dengan berbagi strategi dalam menciptakan ruang terbuka hijau. Kota Bogor dan Okayama di Jepang, misalnya, telah mengembangkan proyek penghijauan di area perkotaan dengan konsep taman kota yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas. Pemerintah Bogor melaporkan bahwa program ini telah meningkatkan luas ruang terbuka hijau dari 18% menjadi 25% dalam tujuh tahun terakhir. Contoh lainnya adalah seperti di Amerika Serikat, hubungan antara New York dan London telah menghasilkan kebijakan urban forestry, yang menargetkan penanaman sejuta pohon dalam satu dekade untuk mengurangi efek urban heat island. Kerjasama sister-city memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan pertukaran teknologi, pengalaman, dan kebijakan, kota-kota dapat mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih hijau. Data dan pengalaman menunjukkan bahwa kolaborasi ini dapat menghasilkan dampak signifikan dalam berbagai aspek, mulai dari infrastruktur hijau hingga transportasi berkelanjutan dan manajemen limbah. Dalam hal ini, perusahaan dan bisnis juga dapat ikut andil mengambil peran untuk mengoptimalkan kota yang ramah lingkungan. Terutama untuk pelaku bisnis dan industri, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara …

5

Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment

As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making an impactful difference. Sustainable and Ethical Spending Gen Z is reshaping consumer behavior by prioritizing sustainability in their purchasing decisions. Research titled “The State of Consumer Spending: Gen Z Shoppers Demand Sustainable Retail” indicates that 73% of Gen Z consumers are willing to pay more for sustainable products, surpassing Millennials at 66% and Gen X at 50%. Brands that align with eco-conscious values, such as Patagonia, Allbirds, and Beyond Meat, have experienced significant growth fueled by Gen Z support.  The mindfulness of choosing sustainable shopping also lies in the fashion industry, fast fashion brands are losing traction as younger consumers opt for sustainable alternatives like second-hand shopping and upcycled clothing. This generation is also embracing minimalist lifestyles, actively reducing waste through conscious consumption, reusing, and repurposing products, further solidifying sustainability as a mainstream practice.. Digital Awareness Campaigns Social media has become a crucial tool for Gen Z in spreading environmental awareness and mobilizing collective action. Platforms such as Instagram, TikTok, and Twitter are being leveraged to advocate for policy changes and responsible corporate behavior.  Hashtag movements like #FridaysForFuture, inspired by Greta Thunberg, and #StopFastFashion have amassed millions of engagements, highlighting Gen Z’s commitment to climate activism. Viral challenges such as the #TrashTag challenge encouraged people worldwide to clean up littered areas and share their efforts online, demonstrating how digital activism translates into real-world impact. Furthermore, influencers and content creators play a pivotal role in educating their followers about climate change and sustainable practices, further amplifying awareness and driving behavioral change. Green Entrepreneurship Many Gen Z entrepreneurs are channeling their passion for sustainability into business ventures that offer eco-friendly solutions. With the green economy projected to reach $10.3 trillion by 2030, Gen Z is at the forefront of this transformation, driving innovation in various industries.  Nowadays, some young innovators have launched startups focused on biodegradable packaging, ethical beauty products, and zero-waste solutions, proving that sustainability can be both profitable and impactful. They play a significant role in helping young entrepreneurs secure funding for environmentally focused ventures, making sustainability-driven businesses more accessible than ever. Political and Institutional Advocacy Beyond personal choices and business ventures, Gen Z is actively engaging in political advocacy to influence environmental policies at both national and global levels. Youth-led climate strikes, including the global #FridaysforFuture movement, have mobilized millions of young people to demand urgent climate action from governments.  Many Gen Z activists are also participating in policy lobbying, working directly with lawmakers to push for stricter environmental regulations and greater corporate accountability. These efforts reflect Gen Z’s determination to ensure that environmental responsibility extends beyond individual actions and into broader systemic change. Corporate Sustainable Careers Gen Z is not only reshaping consumer behavior but also influencing corporate sustainability practices and redefining the future workplace. Companies with strong Environmental, Social, and Governance (ESG) policies are more likely to attract and retain Gen Z employees, as sustainability is increasingly becoming a priority in career choices. Many young professionals are pursuing careers in renewable energy, sustainable finance, and corporate social responsibility, aligning their work with their values.  In conclusion, Gen Z ability to integrate technology, social influence, and business acumen into climate action is paving the way for a greener and more sustainable future. As their purchasing power and professional influence continue to grow, Gen Z’s role in addressing environmental challenges will become even more significant.  With the fact that Gen Z now are joining the corporate and business, it will be beneficial to use Satuplatform as all-in-one climate management solutions who provides you with carbon consultancy. Try our FREE DEMO now! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan …

5

Kerjasama Bilateral Indonesia untuk Dukung Keberlanjutan Lingkungan

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, Indonesia telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dengan negara-negara mitra guna mempercepat transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan hutan dan energi terbarukan hingga pengurangan emisi karbon serta pendanaan hijau. Artikel ini akan membahas berbagai bentuk kerjasama bilateral Indonesia dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dengan data dan analisis terkini. Kerja sama Bilateral Program REDD+ dengan Norwegia Indonesia dan Norwegia telah menjalin kerjasama bilateral dalam program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) sejak 2010. Melalui skema ini, Norwegia berkomitmen memberikan insentif keuangan kepada Indonesia berdasarkan pencapaian dalam pengurangan deforestasi. Seperti pada tahun 2021, Indonesia menerima US$56 juta dari Norwegia sebagai pembayaran berbasis hasil atas keberhasilannya menurunkan emisi karbon dari deforestasi. Program REDD+ telah berkontribusi pada pengurangan deforestasi hingga 75% di beberapa wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra. Di samping itu, skema ini mendukung inisiatif restorasi ekosistem gambut dan hutan mangrove yang berperan penting dalam menyerap karbon. Kerja sama Bilateral Transisi Energi Bersih dengan Jepang Baca juga artikel lainnya : Apa itu Laporan Keberlanjutan? Berikut Pengertian dan Contohnya Jepang merupakan salah satu mitra utama Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi. Melalui program seperti Asia Energy Transition Initiative (AETI), Jepang membantu Indonesia dalam meningkatkan investasi pada sektor energi hijau. Pemerintah Jepang memberikan dukungan finansial untuk proyek energi terbarukan di Indonesia, termasuk tenaga surya dan angin. Selain itu, kolaborasi dalam Joint Crediting Mechanism (JCM) memungkinkan transfer teknologi ramah lingkungan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor industri dan transportasi. Ekonomi Sirkular dan Pengurangan Sampah Plastik dengan UE Uni Eropa (UE) telah berkontribusi secara signifikan dalam mendorong implementasi ekonomi sirkular di Indonesia, terutama dalam pengelolaan limbah plastik dan pencemaran laut. Sebagai mitra Indonesia, Uni Eropa memberikan dukungan finansial untuk program pengurangan sampah plastik di beberapa kota besar di Indonesia. Melalui inisiatif EU SWITCH-Asia, Indonesia mendapatkan dukungan teknis dalam meningkatkan sistem daur ulang dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kemitraan ini juga berfokus pada penguatan kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR), yang mewajibkan produsen bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah produk mereka. Pembiayaan Hijau dari USAID Amerika Serikat dan Indonesia memiliki kemitraan bilateral yang kuat. Salah satunya adalah dalam sektor pembiayaan hijau melalui skema investasi yang mendukung proyek ramah lingkungan. Amerika, melalui U.S. Agency for International Development (USAID) bukan hanya memberikan dukungan finansial, namun juga memberikan bantuan teknis untuk mengembangkan green bond dan sustainability-linked loans yang mendukung proyek-proyek infrastruktur hijau. Infrastruktur Berkelanjutan dengan China China telah menjadi salah satu mitra strategis Indonesia dalam membangun infrastruktur yang lebih ramah lingkungan. Melalui kerangka kerja Belt and Road Initiative (BRI), banyak proyek infrastruktur hijau telah dikembangkan di Indonesia. Kolaborasi ini juga mencakup pembangunan sistem transportasi berkelanjutan, seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi. Selain itu, China membantu Indonesia dalam penelitian dan implementasi teknologi carbon capture and storage (CCS) guna mengurangi emisi dari industri berat. Kerjasama bilateral memainkan peran penting dalam mempercepat upaya Indonesia menuju keberlanjutan lingkungan. Dukungan dari negara mitra tidak hanya berupa pendanaan, tetapi juga transfer teknologi, peningkatan kapasitas, serta penguatan kebijakan. Dengan terus mengembangkan dan mengoptimalkan berbagai bentuk kemitraan ini, Indonesia dapat mempercepat pencapaian target Net-Zero Emission dan memperkuat posisinya dalam pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia. Terutama untuk pelaku bisnis dan industri di Indonesia, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi …