6

Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan?

Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air dan tata kota berbasis ekologi. Proyek ini mencakup sistem drainase berkelanjutan dan solusi untuk mengurangi risiko banjir. Berdasarkan laporan Kementerian PUPR, proyek ini telah menurunkan risiko banjir di beberapa wilayah Jakarta sebesar 25% dalam lima tahun terakhir. Baca juga artikel lainnya : Mobil Listrik vs Mobil Bensin, Siapa Lebih Ramah Lingkungan? 2. Penggunaan Transportasi Berkelanjutan untuk Kota Ramah Lingkungan Salah satu aspek penting dalam kerjasama sister-city adalah pengembangan transportasi yang lebih ramah lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, memang transportasi adalah penyumbang emisi karbon terbesar di suatu negara, sehingga ini penting menjadi perhatian khusus. Beberapa kota, seperti Surabaya yang menjalin hubungan dengan Kitakyushu, Jepang, telah mengadopsi sistem transportasi publik berbasis energi bersih, seperti bus listrik dan jalur sepeda. Surabaya terus menambah unit bus listrik dalam dua tahun terakhir, yang diperkirakan mengurangi emisi karbon sebesar 12.000 ton per tahun. 3. Manajemen Limbah dan Daur Ulang Mewujudkan Kota Ramah Lingkungan Kota-kota yang memiliki hubungan sister-city juga saling bertukar pengalaman dalam manajemen limbah. Contohnya, hubungan antara Bandung dan Braunschweig di Jerman telah menghasilkan inisiatif pengelolaan sampah yang lebih efisien, seperti program daur ulang berbasis masyarakat dan pengolahan limbah organik menjadi energi terbarukan. Contoh lainnya bisa dilihat di Jepang, Tokyo yang bermitra Sister-City dengan San Francisco telah mengembangkan sistem pengelolaan sampah berbasis teknologi yang memungkinkan pemisahan dan pemanfaatan ulang material hingga 80% dari total limbah. 4. Penggunaan Energi Terbarukan Banyak sister-city mengembangkan proyek bersama dalam penggunaan energi terbarukan. Misalnya, kemitraan antara Bali dan Stockholm yang fokus pada implementasi energi surya dan teknologi bangunan hemat energi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta menekan emisi karbon. Stockholm membantu Bali dalam pemasangan 1.000 unit panel surya di kawasan wisata, yang mengurangi konsumsi listrik berbasis batu bara sebesar 15%. 5. Ruang Terbuka Hijau sebagai Penerapan Kota Ramah Lingkungan Sister-city juga berkontribusi dalam program penghijauan kota dengan berbagi strategi dalam menciptakan ruang terbuka hijau. Kota Bogor dan Okayama di Jepang, misalnya, telah mengembangkan proyek penghijauan di area perkotaan dengan konsep taman kota yang ramah lingkungan dan berbasis komunitas. Pemerintah Bogor melaporkan bahwa program ini telah meningkatkan luas ruang terbuka hijau dari 18% menjadi 25% dalam tujuh tahun terakhir. Contoh lainnya adalah seperti di Amerika Serikat, hubungan antara New York dan London telah menghasilkan kebijakan urban forestry, yang menargetkan penanaman sejuta pohon dalam satu dekade untuk mengurangi efek urban heat island. Kerjasama sister-city memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan pertukaran teknologi, pengalaman, dan kebijakan, kota-kota dapat mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih hijau. Data dan pengalaman menunjukkan bahwa kolaborasi ini dapat menghasilkan dampak signifikan dalam berbagai aspek, mulai dari infrastruktur hijau hingga transportasi berkelanjutan dan manajemen limbah. Dalam hal ini, perusahaan dan bisnis juga dapat ikut andil mengambil peran untuk mengoptimalkan kota yang ramah lingkungan. Terutama untuk pelaku bisnis dan industri, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara …

5

Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment

As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making an impactful difference. Sustainable and Ethical Spending Gen Z is reshaping consumer behavior by prioritizing sustainability in their purchasing decisions. Research titled “The State of Consumer Spending: Gen Z Shoppers Demand Sustainable Retail” indicates that 73% of Gen Z consumers are willing to pay more for sustainable products, surpassing Millennials at 66% and Gen X at 50%. Brands that align with eco-conscious values, such as Patagonia, Allbirds, and Beyond Meat, have experienced significant growth fueled by Gen Z support.  The mindfulness of choosing sustainable shopping also lies in the fashion industry, fast fashion brands are losing traction as younger consumers opt for sustainable alternatives like second-hand shopping and upcycled clothing. This generation is also embracing minimalist lifestyles, actively reducing waste through conscious consumption, reusing, and repurposing products, further solidifying sustainability as a mainstream practice.. Digital Awareness Campaigns Social media has become a crucial tool for Gen Z in spreading environmental awareness and mobilizing collective action. Platforms such as Instagram, TikTok, and Twitter are being leveraged to advocate for policy changes and responsible corporate behavior.  Hashtag movements like #FridaysForFuture, inspired by Greta Thunberg, and #StopFastFashion have amassed millions of engagements, highlighting Gen Z’s commitment to climate activism. Viral challenges such as the #TrashTag challenge encouraged people worldwide to clean up littered areas and share their efforts online, demonstrating how digital activism translates into real-world impact. Furthermore, influencers and content creators play a pivotal role in educating their followers about climate change and sustainable practices, further amplifying awareness and driving behavioral change. Green Entrepreneurship Many Gen Z entrepreneurs are channeling their passion for sustainability into business ventures that offer eco-friendly solutions. With the green economy projected to reach $10.3 trillion by 2030, Gen Z is at the forefront of this transformation, driving innovation in various industries.  Nowadays, some young innovators have launched startups focused on biodegradable packaging, ethical beauty products, and zero-waste solutions, proving that sustainability can be both profitable and impactful. They play a significant role in helping young entrepreneurs secure funding for environmentally focused ventures, making sustainability-driven businesses more accessible than ever. Political and Institutional Advocacy Beyond personal choices and business ventures, Gen Z is actively engaging in political advocacy to influence environmental policies at both national and global levels. Youth-led climate strikes, including the global #FridaysforFuture movement, have mobilized millions of young people to demand urgent climate action from governments.  Many Gen Z activists are also participating in policy lobbying, working directly with lawmakers to push for stricter environmental regulations and greater corporate accountability. These efforts reflect Gen Z’s determination to ensure that environmental responsibility extends beyond individual actions and into broader systemic change. Corporate Sustainable Careers Gen Z is not only reshaping consumer behavior but also influencing corporate sustainability practices and redefining the future workplace. Companies with strong Environmental, Social, and Governance (ESG) policies are more likely to attract and retain Gen Z employees, as sustainability is increasingly becoming a priority in career choices. Many young professionals are pursuing careers in renewable energy, sustainable finance, and corporate social responsibility, aligning their work with their values.  In conclusion, Gen Z ability to integrate technology, social influence, and business acumen into climate action is paving the way for a greener and more sustainable future. As their purchasing power and professional influence continue to grow, Gen Z’s role in addressing environmental challenges will become even more significant.  With the fact that Gen Z now are joining the corporate and business, it will be beneficial to use Satuplatform as all-in-one climate management solutions who provides you with carbon consultancy. Try our FREE DEMO now! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan …

5

Kerjasama Bilateral Indonesia untuk Dukung Keberlanjutan Lingkungan

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, Indonesia telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dengan negara-negara mitra guna mempercepat transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan hutan dan energi terbarukan hingga pengurangan emisi karbon serta pendanaan hijau. Artikel ini akan membahas berbagai bentuk kerjasama bilateral Indonesia dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dengan data dan analisis terkini. Kerja sama Bilateral Program REDD+ dengan Norwegia Indonesia dan Norwegia telah menjalin kerjasama bilateral dalam program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) sejak 2010. Melalui skema ini, Norwegia berkomitmen memberikan insentif keuangan kepada Indonesia berdasarkan pencapaian dalam pengurangan deforestasi. Seperti pada tahun 2021, Indonesia menerima US$56 juta dari Norwegia sebagai pembayaran berbasis hasil atas keberhasilannya menurunkan emisi karbon dari deforestasi. Program REDD+ telah berkontribusi pada pengurangan deforestasi hingga 75% di beberapa wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra. Di samping itu, skema ini mendukung inisiatif restorasi ekosistem gambut dan hutan mangrove yang berperan penting dalam menyerap karbon. Kerja sama Bilateral Transisi Energi Bersih dengan Jepang Baca juga artikel lainnya : Apa itu Laporan Keberlanjutan? Berikut Pengertian dan Contohnya Jepang merupakan salah satu mitra utama Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi. Melalui program seperti Asia Energy Transition Initiative (AETI), Jepang membantu Indonesia dalam meningkatkan investasi pada sektor energi hijau. Pemerintah Jepang memberikan dukungan finansial untuk proyek energi terbarukan di Indonesia, termasuk tenaga surya dan angin. Selain itu, kolaborasi dalam Joint Crediting Mechanism (JCM) memungkinkan transfer teknologi ramah lingkungan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor industri dan transportasi. Ekonomi Sirkular dan Pengurangan Sampah Plastik dengan UE Uni Eropa (UE) telah berkontribusi secara signifikan dalam mendorong implementasi ekonomi sirkular di Indonesia, terutama dalam pengelolaan limbah plastik dan pencemaran laut. Sebagai mitra Indonesia, Uni Eropa memberikan dukungan finansial untuk program pengurangan sampah plastik di beberapa kota besar di Indonesia. Melalui inisiatif EU SWITCH-Asia, Indonesia mendapatkan dukungan teknis dalam meningkatkan sistem daur ulang dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kemitraan ini juga berfokus pada penguatan kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR), yang mewajibkan produsen bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah produk mereka. Pembiayaan Hijau dari USAID Amerika Serikat dan Indonesia memiliki kemitraan bilateral yang kuat. Salah satunya adalah dalam sektor pembiayaan hijau melalui skema investasi yang mendukung proyek ramah lingkungan. Amerika, melalui U.S. Agency for International Development (USAID) bukan hanya memberikan dukungan finansial, namun juga memberikan bantuan teknis untuk mengembangkan green bond dan sustainability-linked loans yang mendukung proyek-proyek infrastruktur hijau. Infrastruktur Berkelanjutan dengan China China telah menjadi salah satu mitra strategis Indonesia dalam membangun infrastruktur yang lebih ramah lingkungan. Melalui kerangka kerja Belt and Road Initiative (BRI), banyak proyek infrastruktur hijau telah dikembangkan di Indonesia. Kolaborasi ini juga mencakup pembangunan sistem transportasi berkelanjutan, seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi. Selain itu, China membantu Indonesia dalam penelitian dan implementasi teknologi carbon capture and storage (CCS) guna mengurangi emisi dari industri berat. Kerjasama bilateral memainkan peran penting dalam mempercepat upaya Indonesia menuju keberlanjutan lingkungan. Dukungan dari negara mitra tidak hanya berupa pendanaan, tetapi juga transfer teknologi, peningkatan kapasitas, serta penguatan kebijakan. Dengan terus mengembangkan dan mengoptimalkan berbagai bentuk kemitraan ini, Indonesia dapat mempercepat pencapaian target Net-Zero Emission dan memperkuat posisinya dalam pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia. Terutama untuk pelaku bisnis dan industri di Indonesia, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi …

12

Mobil Listrik vs Mobil Bensin, Siapa Lebih Ramah Lingkungan?

Beralihnya penggunaan dari mobil konvensional bertenaga bensin ke mobil listrik (electric vehicle) oleh masyarakat telah ramai terjadi dalam beberapa tahun ke belakang. Di Indonesia sendiri, populasi mobil bertenaga listrik terus meningkat setiap tahunnya, terutama di dua tahun terakhir. Menurut data dari Listrik Indonesia, penggunaan mobil listrik masih berada di angka 1.473 unit saja.  Akan tetapi, jumlah orang yang menggunakan mobil listrik kemudian terus meningkat menjadi 41.743 unit pada 2022 dan meroket sampai dengan 133.225 unit pada pertengahan 2024. Baca Juga: Transportasi Berkelanjutan sebagai Fasilitas Kendaraan Umum Selain karena tawaran penjualan mobil listrik sangat menarik ditambah fiturnya yang juga semakin beragam, para konsumen mobil listrik mengungkap bahwa biayanya lebih irit karena tidak lagi perlu mengisi bensin. Lalu, di antara mobil listrik dan mobil bensin siapa ya yang lebih ramah lingkungan? Jejak Karbon Proses Pembakaran Bahan Bakar Dilansir dari DW, mobil bensin dan kendaraan listrik punya catatan jejak karbon yang berbeda secara signifikan. Karena masih mengandalkan bahan bakar fosil, mobil bensin mungkin dapat menyebabkan eksploitasi minyak bumi untuk mendukung operasionalnya. Mobil bensin juga melepaskan CO2 dan polutan lain, termasuk NO yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan berdampak buruk terhadap kesehatan. Mobil berbahan bakar fosil memungkinkan untuk mengeluarkan 48 ton karbon dioksida (CO2), di mana jumlahnya lebih banyak 40 persen daripada kendaraan listrik sebab tidak ada proses pembakaran dalam mengoperasikan kendaraan ini. Oleh karena mobil listrik menghasilkan nol emisi saat digunakan, artinya tidak menghasilkan gas buang yang menyebabkan polusi udara. Ini adalah suatu kelebihan di antara keduanya. Pengisian Daya Menghasilkan Emisi Tidak Langsung Mobil listrik dikenal tidak menghasilkan jejak karbon selama digunakan dan pengoperasiannya lebih bersih karena mengandalkan listrik. Akan tetapi, dampak lingkungan dari penggunaan mobil listrik masih tidak dapat dihindari, terutama dari hal pengisian dayanya. Menghadirkan mobil listrik dalam kehidupan berarti menambah satu lagi beban yang perlu ditanggung pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan. Jika listrik berasal dari bahan bakar fosil, pengisian daya kendaraan listrik menyebabkan emisi tidak langsung. Akan lebih baik jika jika listrik untuk mengisi daya electric vehicle berasal dari sumber hijau atau energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin. Menjadikannya lebih ramah lingkungan dan hemat biaya operasional. Butuh Dukungan Infrastruktur yang Memadai Jika kita sudah sering melihat dan bisa menemukan stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU di berbagai lokasi tanpa kerepotan, sayangnya stasiun pengisian daya mobil listrik masih sangatlah terbatas. Di luar kota besar, belum bisa terjamin bahwa kita bisa menemukan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di banyak titik. Terlebih SPKLU yang memiliki fitur pengisian cepat (fast charging).  Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi infrastruktur yang memungkinkan dibangunnya lebih banyak stasiun pengisian daya agar lebih praktis bagi pengguna. Mobil listrik bisa dibilang lebih minim polusi udara dan hemat biaya operasional, cocok untuk yang ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon.  Meskipun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jangan lupa mempertimbangkan penggunaan transportasi umum sebagai pilihan moda transportasi yang lebih ramah lingkungan lainnya! Anda juga bisa memulai langkah lainnya dengan menerapkan konsep sustainability management dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi? Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama …

5

Ketahui Fakta Terkait Upaya Restorasi Gambut di Indonesia

Sebutan Indonesia kaya kelestarian alam seharusnya patut disyukuri sebab akan ada banyak manfaat dari alam yang bisa dieksplorasi untuk perkembangan negara juga masyarakat. Indonesia kaya juga salah satunya menyasar pada lahan gambut yang luas dan terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI), Indonesia merupakan negara dengan lahan gambut terbesar keempat di dunia. Dengan luas tersebut, ekosistem gambut tropis di Indonesia menyimpan karbon mencapai 46 GT (giga ton) jumlahnya. Jika dikelola dengan benar, lahan gambut dapat bermanfaat untuk pertanian dan kehutanan, menjaga keanekaragaman hayati, serta penyerap karbon yang sangat handal (restorasi). Akan tetapi, kondisi ekosistem lahan gambut di Indonesia tidak sepenuhnya baik. Beberapa bagian lahan gambut di sebaran wilayah yang berbeda mengalami kerusakan, seperti kekeringan bahkan hilang akibat pembukaan lahan. Meski begitu, saat ini Indonesia diketahui tengah gencar melakukan upaya restorasi lahan gambut untuk memulihkan dan melindunginya dari ancaman.  Baca Juga: Potensi Jejak Karbon dari Degradasi Lahan Gambut  Berikut ini adalah beberapa fakta terkait upaya restorasi gambut di Indonesia, berdasarkan laporan berjudul Nasib Restorasi Gambut Indonesia oleh Pantau Gambut Indonesia yang dapat diunduh di sini: 1. Gambut diklaim pulih oleh pemerintah sesuai renstra Dalam laporan disampaikan bahwa hasil rekapitulasi Pantau Gambut terhadap capaian kinerja restorasi hingga akhir 2019 menunjukkan bahwa jutaan area gambut telah diklaim pulih oleh pemerintah sesuai rencana strategis (renstra) periode 5 tahun yang telah disusun.  KLHK memiliki target pemulihan gambut sebesar 5% atau sekitar 1,2 juta hektar dari total luas KHG yang sudah ditentukan di Indonesia selama periode 2015-2019. Menurut KLHK, pemulihan ekosistem gambut telah melebih target sehingga dianggap tercapai. Begitu juga dengan Badan Restorasi Gambut (BRG), sebagai mitra kerja sama pemulihan ekosistem gambut KLHK, yang memiliki target restorasi sebesar 2,6 juta hektar pada 104 KHG prioritas di 7 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Papua) selama periode 2016-2020. Melalui kegiatan 3R (rewetting, revegetation dan revitalization) BRG menyebut bahwa hingga akhir 2019 mengklaim telah berhasil merestorasi 87% area gambut non-konsesi atau sekitar 778.181 hektar. Meskipun kedua instansi sudah mengklaim capaian yang dimaksud, belum ada informasi rinci yang menjelaskan bagaimana menakar keberhasilan atas kegiatan restorasi yang telah dilakukan. 2. Api Melanda Selama Periode Pemulihan Gambut Dalam periode pemulihan yang diklaim berhasil dilaksanakan, masih dijumpai kebakaran di atas lahan gambut yang menurut Pantau Gambut mengindikasikan bahwa restorasi gambut masih belum sepenuhnya efektif. Kebakaran di lahan gambut patut diwaspadai karena jauh lebih sulit dipadamkan jika dibandingkan lahan mineral. Hal ini disebabkan komposisi bahan organik di bawah lapisan gambut yang mengering sehingga api sulit dipadamkan meskipun di permukaan sudah berhasil dikendalikan. 3. Kebakaran Gambut Terdeteksi di Area Luar Konsesi Masih berdasarkan laporan yang sama, dijumpai area mana pada lahan gambut yang terdampak kebakaran. Hasil analisa Pantau Gambut menemukan bahwa dari total area non konsesi yang terbakar, 36 persen atau sekitar 127,2 ribu Ha kebakaran berada pada radius 1 km dari batas terluar konsesi. Hasil lainnya, 69 persen area gambut di luar izin konsesi terbakar selama Januari sampai Desember 2019. Belum dapat dipastikan keterhubungan antara kebakaran di area tersebut dengan aktivitas yang dilakukan masyarakat. Namun demikian, tetap menimbulkan  tanda tanya besar mengenai efektivitas dari  pendampingan organisasi Masyarakat Peduli Api yang wajib dilakukan oleh perusahaan dan kegiatan restorasi yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor …

6

Aspek Penting dalam Menerapkan Inisiatif Industri Hijau

Industri hijau merupakan bentuk pelaksanaan industri yang dalam prosesnya operasional dan produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan (Kementerian Perindustrian RI). Sektor industri yang melaksanakan konsep ini umumnya sangat peduli terhadap praktik ramah lingkungan. Dalam hal tersebut termasuk di antaranya menghindari pemborosan energi dan air, menerapkan efisiensi sumber daya, serta meminimalkan jejak karbon dan limbah industri yang bisa mencemari lingkungan. Hadirnya industri hijau tentu perlu diapresiasi sebab salah satunya dapat mendorong pengurangan emisi karbon secara nasional dan mewujudkan dekarbonisasi. Terdapat beberapa aspek yang perlu diketahui dalam menerapkan industri hijau. Baca Juga: Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya 1. Efisiensi Sumber Daya dan Energi untuk Industri Hijau Industri hijau berarti mendorong perusahaan beroperasi dengan cara yang aman dan baik bagi alam, termasuk tidak menghamburkan sumber daya dan energi. Dalam aspek yang pertama, efisiensi sumber daya dan energi termasuk beralih ke penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, atau biomassa. Secara perlahan meninggalkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan memanfaatkannya dengan lebih bijak. Kemudian, di dalam kantor perusahaan dapat mendorong efisiensi energi dengan menggunakan peralatan hemat energi dan sistem otomatisasi, serta mengoptimalkan penggunaan air dan menerapkan daur ulang grey water. 2. Pengurangan Emisi dan Limbah untuk Industri Hijau Produksi limbah tentu tidak dapat dihindari, namun perusahaan dapat menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam pengolahan limbah untuk mencegahnya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah juga lingkungan. Perusahaan dapat menggunakan proses produksi yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi potensi limbah sejak awal. Kemudian, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan circular economy dalam pengelolaan limbah. Serta melakukan dekarbonisasi dengan mengurangi emisi karbon melalui transisi ke energi rendah karbon. 3. Bahan Baku Ramah Lingkungan untuk Industri Hijau Penggunaan bahan baku ramah lingkungan adalah salah satu hal yang penting dalam menjalani industri hijau. Bahan baku ramah lingkungan penting karena dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Industri dapat menggunakan material berkelanjutan berupa bahan yang dapat diperbarui atau didaur ulang dan kemudian mengganti bahan kimia beracun dengan alternatif yang lebih aman demi kelestarian lingkungan dan ekosistem sekitar. Dalam aspek ini, desain produk berkelanjutan juga penting untuk membuat produk yang tahan lama, mudah didaur ulang, dan pastinya hemat energi. Coba untuk menggunakan kemasan yang lebih sedikit atau berbahan biodegradable sebagai pilihannya. 4. Kepatuhan Aturan dan Regulasi untuk Industri Hijau Saat ini, sudah banyak sekali aturan dan regulasi yang mengatur tentang standar keberlanjutan. Contohnya seperti mengikuti standar emisi karbon, pembuangan limbah, dan polusi udara yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga internasional seperti Paris Agreement dan regulasi nasional. Mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku menunjukkan komitmen perusahaan untuk menghindari pelanggaran serta mengurangi dampak lingkungan dari operasional mereka. Dengan memastikan kepatuhan regulasi, perusahaan bisa menghindari risiko hukum, menjaga reputasi, dan bahkan mendapatkan insentif dari kebijakan lingkungan yang mendukung industri hijau. 5. Keterlibatan Stakeholder dan Sosial untuk Industri Hijau Melibatkan stakeholder dan komunitas atau masyarakat setempat dalam inisiatif keberlanjutan dapat menunjukkan betapa seriusnya industri dalam mengimpelementasikan hal ini.  Perusahaan bisa membantu meningkatkan kesadaran pekerja tentang industri hijau dengan menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan SDM bagi masyarakat internal perusahaan maupun di luar industri. Kemudian, bermitra dengan komunitas, pemerintah, dan organisasi lingkungan serta berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di masyarakat. Lalu, apakah Anda telah mulai menerapkan konsep sustainability management ke dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi?  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di …

15

5 Rekomendasi Tempat Wisata Edukasi Alam

Di tengah kepedulian terhadap lingkungan, tempat wisata yang bertema alam semakin populer di kalangan masyarakat. Tempat-tempat ini tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memberikan pengalaman belajar atau edukasi yang mendalam tentang konservasi, ekosistem, dan keanekaragaman hayati.  Baca Juga: Aksi Cinta Alam dari Para Pendaki Gunung Artikel ini akan membahas lima rekomendasi tempat wisata edukasi alam yang menggabungkan aspek pembelajaran dan pelestarian lingkungan. Simak ulasannya berikut! 1. Edukasi Alam Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh dan Sumatera Utara Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting di Indonesia, dikenal sebagai habitat orangutan Sumatera yang terancam punah. Luas taman nasional ini mencapai 7.927 km² dan menjadi rumah bagi lebih dari 130 spesies mamalia, 325 spesies burung, dan 190 spesies reptil dan amfibi. Kegiatan edukatif di taman nasional ini meliputi tur pengamatan satwa liar, program penanaman pohon, dan pelatihan konservasi. Pengunjung dapat belajar langsung tentang ekosistem hutan hujan tropis dan upaya pelestariannya. Wisata edukasi di Taman Nasional Gunung Leuser memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam dan konservasi satwa langka. 2. Edukasi Alam Kebun Raya Bogor, Jawa Barat Kebun Raya Bogor adalah pusat penelitian botani tertua di Asia Tenggara dan menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik. Kebun ini memiliki koleksi lebih dari 15.000 spesies tanaman, termasuk tanaman langka dan endemik. Setiap tahunnya, lebih dari 1 juta pengunjung datang untuk menikmati dan belajar di kebun raya ini. Program edukasi di Kebun Raya Bogor mencakup tur tematik, workshop botani, dan pameran tanaman. Pengunjung dapat memahami peran penting tanaman dalam menjaga ekosistem dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Dengan fasilitas lengkap dan koleksi tanaman yang kaya, Kebun Raya Bogor menawarkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermanfaat. 3. Edukasi Alam Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur Taman Nasional Komodo terkenal sebagai habitat asli komodo, reptil purba yang hanya ada di Indonesia. Taman ini mencakup area seluas 1.733 km² dan dihuni oleh sekitar 5.700 ekor komodo. Setiap tahun, taman ini dikunjungi oleh lebih dari 100.000 wisatawan domestik dan mancanegara. Program wisata edukasi mencakup tur pengamatan komodo, penjelajahan pulau, dan sesi edukasi tentang konservasi satwa. Pengunjung juga dapat belajar tentang ekosistem laut yang kaya di sekitarnya. Taman Nasional Komodo mengajarkan pentingnya konservasi satwa endemik dan menjaga ekosistem yang rapuh. 4. Edukasi Alam Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk di Jakarta Utara menawarkan wisata edukasi tentang ekosistem mangrove dan manfaatnya bagi lingkungan. Kawasan ini mencakup lahan seluas 99,82 hektar dengan berbagai jenis pohon mangrove. Setiap bulan, taman ini menerima lebih dari 10.000 pengunjung. Kegiatan edukatif meliputi penanaman mangrove, tur ekosistem, dan pelatihan tentang peran mangrove dalam mencegah abrasi dan perubahan iklim. Wisata edukasi di sini memberikan pemahaman langsung tentang peran vital mangrove dalam melindungi garis pantai dan keanekaragaman hayati. 5. Edukasi Alam Bali Bird Park, Bali Bali Bird Park adalah destinasi wisata edukasi yang menghadirkan pengalaman interaktif dengan berbagai jenis burung dari Indonesia dan seluruh dunia. Taman ini memiliki lebih dari 1.000 burung dari 250 spesies, dengan pengunjung tahunan mencapai 300.000 orang. Program edukasi mencakup pertunjukan burung, tur taman, dan sesi interaktif untuk mempelajari perilaku serta habitat burung. Pengunjung juga dapat memahami upaya pelestarian burung langka. Bali Bird Park memberikan wawasan tentang pentingnya perlindungan spesies burung dan habitatnya, serta mengedukasi masyarakat tentang keanekaragaman hayati. Tempat-tempat wisata edukasi alam di atas menawarkan kombinasi antara keindahan alam dan pembelajaran yang bermanfaat. Destinasi ini tidak hanya mendukung pelestarian alam tetapi juga memberikan manfaat ekonomi. Investasi dan partisipasi dalam wisata edukasi alam akan menjadi kunci untuk menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih luas di masa depan.Seiring dengan hal tersebut, perusahaan dan industri juga dapat menjadikan tempat wisata alam sebagai sasaran inisiatif lingkungan.  Terutama untuk pelaku bisnis dan industri, saat ini, telah hadir Satuplatform.com yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform.com menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Ramah Lingkungan Melalui kerjasama sister-city, banyak kota mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Misalnya, Jakarta yang bermitra dengan Rotterdam dalam pengelolaan air… Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward sustainability. Characterized by their digital savviness, social consciousness, and commitment to change, Gen Z is leveraging innovation, activism, and business strategies to foster a more sustainable future.  Read other articles : Carbon Market: A New Way for Sustainable Future Gen Z initiatives span from personal lifestyle changes to large-scale advocacy and corporate engagement. This article explores five key areas where Gen Z is making an impactful difference. Sustainable and Ethical Spending Gen Z is reshaping consumer behavior by prioritizing sustainability… Kerjasama Bilateral Indonesia untuk Dukung Keberlanjutan Lingkungan Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, Indonesia telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dengan negara-negara mitra guna mempercepat transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Kerjasama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari …

8

Cloud Computing VS On-Premise, Siapa Lebih Ramah Lingkungan?

Layanan cloud computing atau on-premise merupakan dua pilihan infrastruktur TI (teknologi informasi) yang seringkali dibandingkan dalam hal pengelolaan data perusahaan. Keduanya sama-sama populer. Menawarkan beragam fitur dan manfaat yang bisa membantu industri melakukan transformasi digital melalui langkah migrasi sistem terdahulu ke teknologi terkini yang lebih modern. Baca Juga: Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon Digital? Dalam konteks keberlanjutan dan industri hijau, perbandingan antara cloud computing dan on-premise sering dibahas dari aspek efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon. Lalu, siapa di antara cloud computing vs. on-premise yang lebih ramah lingkungan? Memahami Cloud Computing Dilansir dari Herza Digital Indonesia, cloud computing atau komputasi awan merupakan suatu perangkat teknologi komputer yang dapat mengubah internet menjadi data center.  Layanan infrastruktur cloud computing dapat berupa database storage, server, jaringan, hingga software yang disediakan pihak ketiga dengan berbasis internet. Cloud computing merupakan layanan yang memungkinkan siapapun mengakses data dan informasi secara praktis serta remote di ‘awan’ – sebuah ruang virtual di internet yang dapat diakses menggunakan sambungan internet. Beberapa contoh layanan ini yang banyak digunakan seperti Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).  Fungsi Cloud Computing Layanan ini memberikan beragam kemudahan bagi pengguna dalam mengakses data yang disimpan di internet. Komputasi awan juga memungkinkan pengguna membayar apa yang mereka gunakan dengan fungsinya meliputi layanan: Dengan adanya komputasi awan, pengguna dapat meminimalisir risiko terjadinya kehilangan data dan meningkatkan keamanan privasi informasi perusahaan. Karakteristik Cloud Computing Menurut situs Cloud Computing Indonesia, setidaknya terdapat lima ciri khas dasar yang membuat sebuah layanan bisa disebut komputasi awan. Kelima karakteristik tersebut di antaranya: 1. On-demand Self Service Akses mandiri, kemudahan bagi pengguna, pengadaan sumber daya yang cepat dan efisien, otomatisasi, hingga kontrol penuh oleh pengguna dalam mengakses layanan ini merupakan beberapa kriteria yang perlu dipenuhi untuk menciptakan layanan ini. 2. Broad Network Access Cloud computing harus bisa diakses melalui berbagai jenis perangkat dengan bantuan konektivitas jaringan dengan protokol komunikasi yang standar namun tetap aman. 3. Resources Pooling Layanan cloud computing mengubah internet menjadi pusat data. Pusat data tersebut perlu memiliki skalabilitas yang baik dengan pengunaan sumber daya yang efisien yang memudahkan pengguna. 4. Rapid Elasticity Komputasi awan perlu mampu secara cepat dan otomatis menyesuaikan kapasitasnya dengan perubahan permintaan dari pengguna. 5. Measured Service Layanan ini perlu memiliki kemampuan untuk mengukur dan memantau penggunaan sumber daya komputasi secara menyeluruh, melibatkan fungsi pemantauan, kontrol dan juga pelaporan. Memahami On-Premise Jika Cloud Computing melibatkan pihak ketiga di luar perusahaan, on-premise memerlukan peran inhouse sebagai tim khusus yang menangani layanan ini. Dikutip dari Linknet, on-premise adalah sebuah server yang digunakan dan dikelola oleh perusahaan melalui infrastruktur IT buatan sendiri sebagai pusat sumber daya, penyimpanan data, dan sebagainya. On-premise menjadi sistem yang dirancang dan diterapkan oleh perusahaan itu sendiri, didukung sumber daya manusia internal perusahaan dan biasanya akan lebih mudah mengontrol apa saja yang terjadi di dalam server mereka. Fungsi On-Premise Dari segi layanan, cloud computing dan on-premise tidaklah jauh berbeda. Namun, sesuai kondisinya on-premise menyediakan model penyimpanan dan pengelolaan softwate secara lokal di dalam fasilitas perusahaan. Karakteristik On-Premise Sistem TI on-premise biasanya dirancang dan diterapkan sendiri oleh perusahaan, mulai dari server, developer, design, sampai dengan perawatan rutin setelahnya. On-premise bisa dibilang adalah sepenuhnya milik perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, server on-promise dapat memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk mengontrol, mengatur akses, sampai dengan menentukan beragam kebutuhan yang ingin diimplementasikan sesuai hak perusahaan. Beberapa industri, seperti keuangan atau kesehatan, umumnya lebih memilih on-premises karena mereka memiliki persyaratan keamanan yang ketat. Cloud Computing vs. On-Premise dalam Hal Keberlanjutan Dalam konteks keberlanjutan dan ramah lingkungan, perbandingan cloud computing vs. on-premises sering dibahas dari aspek efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon. Menurut berbagai sumber, cloud computing dinilai lebih hemat energi karena penyedia layanan cloud menggunakan pusat data skala besar yang dioptimalkan untuk efisiensi daya dan pendinginan. Sementara on-premises cenderung kurang efisien karena server sering berjalan dengan kapasitas tidak maksimal tetapi tetap mengonsumsi daya besar. Kemudian pusat data lokal (on-premises) biasanya masih bergantung pada listrik berbasis bahan bakar fosil, sehingga jejak karbonnya lebih tinggi. Berbeda dengan penyedia layanan cloud yang mungkin beberapa di antaranya telah berkomitmen menggunakan energi terbarukan dalam operasionalnya. Cloud juga memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan kapasitas komputasi sesuai kebutuhan sehingga tidak ada pemborosan sumber daya. Di lain sisi, on-premises sering memiliki kapasitas tetap, yang bisa menyebabkan pemborosan daya jika tidak digunakan secara maksimal. Dari paparan di atas, cloud computing cenderung lebih ramah lingkungan dibandingkan on-premises, terutama jika menggunakan layanan cloud yang berbasis energi hijau. Namun, keputusan tetap bergantung pada kebutuhan spesifik perusahaan, regulasi, dan kebijakan keberlanjutan yang diadopsi. Anda tetap bisa berkomitmen pada keberlanjutan melalui berbagai cara seperti melakukan pencatatan jejak karbon dan menetapkan target pengurangannya melalui metode lain yang bermanfaat. Temukan metodenya dan jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung & mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… …

5

Aksi Cinta Alam dari Para Pendaki Gunung

Aktivitas mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan alam yang menyenangkan sekaligus memacu adrenaline. Namun terkadang, sering kali ditemui sampah yang ditinggalkan dari para pendaki gunung dan menjadi beban bagi lingkungan. Dari kondisi ini, mulai bermunculan aksi peduli lingkungan dari para pendaki gunung untuk menjaga kelestarian alam. Mari simak beberapa aksi cinta alam dari para pendaki gunung yang menginspirasi, berikut ini! 7 Jurnalis Palu di Gunung Nokilalaki Aksi cinta alam yang dilakukan para pendaki gunung menjadi salah satu bentuk nyata kepedulian dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Tidak dapat dipungkiri, alam yang lestari memang perlu dijaga sampai ke generasi mendatang. Hal inilah yang dilakukan oleh tujuh jurnalis di Palu, yakni Amar Sakti (Mercusuar), Abdul Faiz M Sengka (Metrosulawesi), Mitha Mainansi (Metro TV), Mohammad Arief (Truestory.id), Rian Saputra (TVRI), Yardin Hasan (Ketua AJI Palu) melalui kegiatan membersihkan gunung Nokilalaki. Baca juga artikel lainnya : Contoh Inovasi Pengelolaan Sampah di Indonesia Mereka awalnya berencana menaklukkan puncak Gunung Nokilalaki pada 28-30 April 2023, tetapi menemukan pemandangan memilukan berupa sampah berserakan di shelter II dan III. Dengan plastik sampah seadanya, mereka segera membersihkan jejak kotor yang ditinggalkan pendaki sebelumnya. Dari aksi tersebut, terkumpul sekitar tiga kilogram sampah plastik, termasuk bungkus makanan, botol plastik, hingga sepatu dan sandal rusak. Pembersihan Sampah Gunung oleh Kemenko PMK Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada tahun 2024 menggelar aksi membersihkan gunung di Gunung Prau dan Kawasan Wisata Alam Dieng. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini berhasil mengumpulkan 934 kg sampah. Berbagai pihak dilibatkan dalam kegiatan ini, termasuk instansi pemerintah, komunitas peduli lingkungan, dan mitra swasta. Aksi ini merupakan gerakan nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kegiatan ini mencakup pembersihan di jalur pendakian Gunung Prau, Sunrise Camp, Sunset Area, serta kawasan wisata Sikidang dan Candi Arjuna.  Dari kegiatan ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas serta mendorong pemerintah daerah untuk mengadopsi kebijakan perlindungan lingkungan yang lebih ketat. Sementara itu, Koordinator Aksi Nyata Revolusi Mental Bersih Gunung Prau, Panca Yudha Dirgantara, mengungkapkan bahwa masih ditemukan sampah “purba” dari tahun 2003 dan 2005, menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran pendaki akan kelestarian alam.  Kepedulian Lingkungan Waradipa Unilak Organisasi Kemahasiswaan Waradipa Unilak dari Universitas Lancang Kuning juga memiliki kegiatan kebersihan lingkungan di Gunung Talang, Solok, Sumatra Barat. Mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan ini mendaki Gunung Talang setinggi 2.567 MDPL sekaligus melakukan aksi konservasi dengan membersihkan sampah di jalur pendakian. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan di kawasan alam.  Kegiatan kepedulian lingkungan Waradipa Unilak mendapat dukungan penuh dari Wakil Rektor III Unilak, Dr. Bagio Kadaryanto, yang mengapresiasi inisiatif Waradipa Unilak dalam menggabungkan pendakian dengan aksi sosial. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh edukasi bagi mahasiswa dan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Aksi Bersih-Bersih Gunung Forkompala Kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan juga dilakukan oleh Forum Komunitas Pecinta Alam (Forkompala) dengan aksi bersih-bersih di Gunung Butak pada Juni 2023. Kegiatan ini melibatkan sekitar 147 pendaki dari 25 komunitas, termasuk enam anggota Difabel Pecinta Alam (Difpala) yang memiliki disabilitas netra dan mental. Aksi bersih-bersih gunung ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap sampah yang berserakan akibat ulah pendaki yang tidak bertanggung jawab, terutama di kawasan sabana yang menjadi habitat bunga edelweiss yang langka dan dilindungi.  Anggota Forkompala dari Komunitas Suro Badog, menegaskan bahwa aksi ini bertujuan untuk pelestarian alam dan akan dilakukan secara berkala. Selain membersihkan jalur pendakian dari Pos I hingga puncak, mereka juga merenovasi mushola di Pos I dengan dana yang berasal dari iuran para pendaki. Ia berharap para pendaki tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga ikut menjaganya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Keberlanjutan Lingkungan Penting dalam Mendukung Kehidupan  Setelah menyimak beberapa aksi cinta alam dari para pendaki gunung di atas, dapat disadari bahwa membersihkan sampah di gunung bukan hanya tentang menjaga keindahan alam, tetapi juga merupakan investasi dalam keberlanjutan ekosistem yang mendukung kehidupan.  Sampah plastik dan bahan non-organik lainnya dapat mencemari tanah serta sumber air yang menjadi penopang bagi ekosistem dan masyarakat sekitar. Jika dibiarkan, pencemaran ini dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan merusak daya dukung alam. Gunung yang bersih akan menjaga keanekaragaman hayati, menciptakan udara yang lebih sehat, serta memastikan kelangsungan ekosistem yang menjadi aset berharga bagi generasi mendatang. Selain aspek lingkungan, kebersihan gunung juga berdampak pada sektor ekonomi dan bisnis ekowisata. Destinasi alam yang terjaga kelestariannya memiliki daya tarik lebih tinggi bagi wisatawan, menciptakan peluang bisnis yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal hingga produk-produk berbasis konservasi. Dengan menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, ekowisata yang bertanggung jawab dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi tanpa merusak lingkungan, memastikan bahwa alam tetap menjadi aset berharga yang memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak. Bisnis dan industri juga dapat ikut serta dalam mendukung kelestarian alam dan ekosistem di daerah gunung. Terutama saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas yang lebih ramah lingkungan. Konsep sister-city tidak hanya bertujuan mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga menjadi platform untuk berbagi solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan perkotaan seperti polusi udara, pengelolaan limbah, dan efisiensi energi.  Artikel ini akan membahas lima aspek utama dari kerjasama sister-city dalam mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. 1. Implementasi Teknologi Hijau dalam Infrastruktur Perkotaan untuk Kota …

1

Bahaya! Polusi Udara Bisa Kurangi Harapan Hidup Masyarakat Indonesia

Polusi Udara – Memiliki kehidupan layak yang didukung dengan jiwa raga serta lingkungan yang sehat tentu merupakan hidup yang didambakan setiap orang. Baca juga artikel lainnya : Ancaman Polusi Udara dalam Ruangan yang Sering Diabaikan Namun, apa jadinya jika kita hidup dengan menghirup udara bercampur polusi setiap hari? Tentu sangat berbahaya dan dapat berdampak bagi kesehatan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Aktivitas luar ruangan menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat Indonesia. Setiap harinya, sekitar 281 juta warga Indonesia bepergian melewati ruang terbuka yang tanpa disadari beberapa di antaranya menghirup udara yang mungkin tercemar. Pencemaran udara merupakan satu dari sekian bentuk kerusakan lingkungan yang menyebabkan penurunan kualitas udara akibat masuknya partikel berbahaya ke dalam udara. Kondisi ini membuat udara di suatu wilayah tidak layak konsumsi karena dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Polusi Udara di Indonesia Indonesia hingga sekarang merupakan salah satu negara di dunia yang masih berusaha mengatasi masalah pencemaran polusi udara. Menurut laporan dari World Air Quality Report IQAir tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara.  Kemudian, Laporan Indeks Kualitas Udara Kehidupan AQLI tahun 2023 juga memasukkan Indonesia ke dalam enam negara paling berkontribusi terhadap polusi udara global. Lima negara lainnya yakni China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria. IQAir juga menemukan bahwa konsentrasi PM2,5 di Indonesia mencapai rata-rata 37,1 μg per meter kubik. Angka tersebut meningkat 20 persen dibandingkan pantauan tahun 2022. Di wilayah Jakarta Laporan IQAir menjelaskan, sebagian besar polutan udara di Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, kebakaran hutan, serta pembukaan lahan di Sumatera dan Kalimantan.  Seiring dengan terjadinya musim kemarau, kondisi ini bisa jadi meningkat sebab curah hujan rendah, udara menjadi lebih kering, yang ditambah dengan tiupan angin yang kencang. Polusi udara yang tinggi sangatlah berbahaya bagi lingkungan juga kesehatan. Selain dapat menimbulkan berbagai penyakit, khususnya infeksi pernapasan, menghirup udara juga berpengaruh terhadap harapan hidup masyarakat. Polusi Udara Berdampak terhadap Usia Harapan Hidup Kita sering mendengar bahwa menghirup udara yang kotor dapat berbahaya bagi saluran pernafasan dan membahayakan kesehatan. Lebih dari itu, polusi udara nyatanya dapat berdampak pada usia harapan hidup masyarakat. Dilansir dari BBC, menurut laporan AQLI, orang-orang dapat kehilangan satu hingga lebih dari enam tahun Usia Harapan Hidup (UHH) mereka karena udara yang mereka hirup. Riset lainnya juga menemukan bahwa seseorang yang terpapar polutan halus dalam udara sebanyak 10 μg/m3 (PM 2,5) dapat kehilangan UHH mereka sampai dengan 0,98 tahun.  Material product STA 5[/caption]   Badan Riset Ilmiah dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyebut bahwa akibat polusi udara, penduduk Indonesia diperkirakan akan kehilangan 2,5 tahun UHH mereka. Ini juga menjadi dampak yang timbul dari terjadinya infeksi pernapasan. Polusi Udara Menimbulkan Masalah Kesehatan Pencemaran udara sangat merugikan lingkungan dan masyarakat serta turut merusak kualitas hidup. Menghirup udara yang buruk dan tidak sehat bisa menimbulkan berbagai masalah iritasi bahkan infeksi, seperti mata kering, mata merah, gangguan pernafasan, asma, sesak napas, batuk, hingga pneumonia. Zat-zat berbahaya dalam udara tercemar juga bisa menyebabkan penyakit pada jantung dan paru-paru. Tentunya kita perlu sebisa mungkin menghindari kondisi ini dengan senantiasa menjaga diri menggunakan masker dan menerapkan pola hidup sehat. Sambil menjaga diri, mari kita turut serta mengurangi potensi polusi udara dengan tidak membakar sampah di ruang terbuka, memanfaatkan transportasi umum ketika bepergian, juga mengurangi jejak karbon di lingkungan. Polusi udara dan kerusakan lingkungan yang terus meningkat mempengaruhi kualitas hidup kita. Satuplatform hadir sebagai penyedia solusi all in one dalam carbon & ESG management, membantu perusahaan dalam mengelola emisi karbon, menciptakan kebijakan lingkungan yang bertanggung jawab, dan merancang strategi bisnis berkelanjutan untuk masa depan yang lebih sehat. Dengan Satuplatform, Anda bisa mengambil langkah nyata dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Dapatkan Akses FREE DEMO khusus dan bersama-sama kita dapat menciptakan dunia yang lebih bersih, sehat, dan penuh harapan! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, …