Table of Contents
ToggleMengenal Digital Footprint
Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai.
Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara dengan 3,7% emisi global. Angka tersebut berpotensi meningkat dua kali lipat pada 2025.
Digital vs Konvensional
Meskipun terlihat lebih sustainable karena tidak menggunakan bahan media seperti kertas pada koran yang nantinya akan dibuang, tetapi jejak karbon digital ternyata dipengaruhi oleh manufaktur dan pengiriman perangkat elektronik yang juga bisa menimbulkan polusi udara. Selain itu, sumber jejak karbon juga berasal dari energi fosil.
Namun, terdapat beberapa kondisi yang juga bisa membuat aktivitas digital menjadi lebih ramah lingkungan, salah satunya penyelenggaraan rapat secara daring tentunya selain lebih hemat biaya, juga hemat dengan jejak karbon yang dihasilkan. Selain itu, kegiatan membaca digital juga lebih menghemat jejak karbon jika dibandingkan dengan membeli buku bacaan secara konvensional.
Digital Decluttering
Salah satu upaya untuk mengurangi jejak karbon yakni dengan melakukan Digital Decluttering sebagai upaya membersihkan sampah digital yang terdapat pada gawai kita. Sampah tersebut umumnya berupa data dokumen yang menumpuk, riwayat pencarian di internet, hingga spam email. Dengan menghapus berbagai dokumen digital yang tidak kita perlukan, aktivitas digital dapat berjalan lebih efisien dan berikut langkah sederhana yang bisa dilakukan:
1. Membersihkan Email
Menumpuknya email dapat menghasilkan jejak karbon digital karena email standar biasanya menghasilkan 4 gram CO2e sedangkan email dengan lampiran dapat menghasilkan 50 gram CO2e. Selain itu, berhenti berlangganan newsletter yang sudah tidak diperlukan juga bisa mengurangi jejak karbon digital yang dihasilkan.
2. Pilah dan Hapus Data Digital
Dokumen digital seperti video, foto, riwayat pencarian internet dan dokumen lainnya yang sudah tidak diperlukan jika dibiarkan menumpuk bisa menghasilkan jejak karbon. Karena, data yang kita simpan pada penyimpanan cloud storage disimpan di data center atau pusat data yang membutuhkan energi untuk mengoperasikannya. Jejak karbon dari data center menyumbang 2% emisi global, serta angka ini bisa diperkirakan naik menjadi 3,2% di 2025 hingga 14% di 20240.
Mengurangi jejak karbon digital tentunya dibutuhkan kolaborasi dan tanggung jawab multipihak mulai dari perusahaan teknologi besar, pemerintah, dan individu yang menggunakan internet serta gawai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan langkah sederhana tersebut, harapannya bisa membantu menekan jejak karbon digital yang dihasilkan. Karena di era digital saat ini, setiap klik, unggahan, atau pun streaming meninggalkan jejak karbon digital bagi planet kita. Mari bersama, mewujudkan gaya hidup digital yang berkelanjutan dan lebih bijak bagi masa depan bumi yang lebih hijau.
Referensi Link:
https://greeneration.org/publication/green-info/bersihkan-sampah-digital-dengan-digital-decluttering/
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…