Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani yang lebih bertanggung jawab. Sebagai konsekuensinya, standar pertanian yang menyeluruh dinilai penting untuk era modern.
Baca juga artikel lainnya : Solusi Berkelanjutan Emisi Metana dalam Pertanian
Good Agricultural Practices (GAP) hadir sebagai rangkaian standar yang mendasar untuk memastikan produksi pangan yang aman dalam keseluruhan prosesnya, berkualitas tinggi, dan berkelanjutan. Penerapannya diharapkan membawa manfaat yang signifikan dari hulu ke hilir, bagi produsen, bisnis, konsumen dan tentunya lingkungan.
Table of Contents
ToggleApa yang Dimaksud dengan GAP?
Good Agricultural Practices merupakan sekumpulan standar acuan, aturan, dan sistem untuk memastikan produksi tanaman dan hewan ternak yang aman dan berkelanjutan. Secara global standar mencakup seluruh proses pertanian, mulai dari pemilihan dan pengolahan lahan serta pengairan hingga pasca-panen dan distribusi ini diverifikasi serta disertifikasi oleh pihak ketiga.
Sederhananya, sistem ini dapat diartikan sebagai upaya untuk melakukan praktik pertanian yang baik dan menjamin praktik tersebut telah diterapkan.
Tujuan utama sistem terverifikasi ini adalah mengurangi risiko kontaminasi mikroba, meningkatkan kualitas, keamanan, dan keberlanjutan produk pertanian. Implementasinya turut berkontribusi pada pembangunan nasional, memperbaiki kualitas hidup produsen dan ekonomi lokal.
Di Indonesia, praktik ini sudah diterapkan semenjak tahun 2003 pada komoditas sayuran. Pada tahun 2022, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Hortikultura Kementerian Pertanian meluncurkan pedoman terbaru dengan penerapan melalui Sekolah Lapang.
Empat Pilar Utama GAP
Pada berbagai proyek, FAO secara aktif mempromosikan prinsip-prinsip dasar Good Agricultural Practices dalam bentuk empat pilar utama yang perlu dipenuhi setiap produsen untuk memastikan kualitas produk yang tinggi.
1. Kelayakan Ekonomi (Economic Viability)
Bertujuan menjaga keberlangsungan usaha tani dan berkontribusi pada mata pencaharian berkelanjutan, yaitu keuntungan dari pengelolaan lahan produktif.
2. Stabilitas Lingkungan (Environmental Stability)
Mempertahankan dan meningkatkan basis sumber daya alam, termasuk pengelolaan limbah, penggunaan air dan energi yang efisien, serta kepatuhan terhadap regulasi perlindungan spesies.
3. Penerimaan Sosial (Social Acceptability)
Memenuhi tuntutan budaya dan sosial masyarakat, meliputi perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja pertanian, serta pelatihan yang memadai.
4. Keamanan dan Kualitas Pangan (Food Safety and Quality)
Memproduksi pangan yang cukup, aman, dan bergizi secara efisien, dengan fokus pada pengurangan risiko kontaminasi mulai dari lapangan.
Mengapa Pertanian Modern Membutuhkan Good Agricultural Practices
Kesadaran dan keinginan konsumen lokal maupun global untuk mengkonsumsi produk yang lebih berkualitas serta aman untuk kesehatan, lingkungan, kualitas hidup keseluruhan. Praktik ini juga dinilai esensial untuk mendorong praktik sustainability yang lebih optimal.
1. Bagi Petani dan Produsen
Praktik pertanian dengan standar yang lebih menyeluruhan memaksimalkan hasil panen, mengoptimalkan produk dan menambah nilai jual sehingga dapat mengakses pasar baru dengan lebih mudah. Kondisi turut berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja dan keluarga petani, serta memberikan kontrol produksi dan potensi pendapatan lebih tinggi.
2. Bagi Konsumen
Sistem Good Agricultural Practices diharapkan mampu memandu petani menghasilkan produk pangan secara aman dan diproduksi dengan lebih bertanggung jawab. Dengan begitu, kualitas dan nutrisi pangan yang sampai pada konsumen lebih baik menjamin keamanan, kualitas, dan nutrisi pangan yang lebih baik.
3. Bagi Lingkungan
Praktik pertanian yang terstandar dan terverifikasi ini membantu mencegah kontaminasi air dan tanah, mendorong pengelolaan agro-kimia rasional juga efisiensi air/energi, sehingga meminimalisasi dampak negatif bagi lingkungan dan mendukung konservasi keanekaragaman hayati.
4. Bagi Perusahaan (Klien B2B) dan Wholesaler
GAP membantu mencegah penarikan produk (recall) yang merugikan produsen akibat kualitas yang kurang sesuai atau buruk dan secara otomatis membangun kepercayaan konsumen. Penerapannya turut menciptakan keunggulan kompetitif bagi produk dan memungkinkan produsen mengembangkan kontrol produksi di rantai pasok.
5. Bagi Kesejahteraan Hewan
Good Agricultural Practices menekankan pula pentingnya praktik perawatan hewan yang memadai, mulai dari lingkungan tumbuh hingga pemberian pakan yang sesuai. Praktik ini berpengaruh pada penyebaran dan kontrol penyakit yang akan berdampak pada hasil akhir produk.
Bagaimana GAP Diterapkan dan Disertifikasi?
Penerapan Good Agricultural Practice secara mendasar melibatkan standar dan praktik di setiap langkah pertanian, dari pemilihan plot, pengujian kualitas air, manajemen hama yang proaktif, pencatatan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang tercatat dan terstruktur, hingga sanitasi lapangan serta fasilitas dan peralatan pekerja.
Dalam implementasinya, produsen perlu memperhatikan elemen kunci seperti penilaian risiko, pencegahan masalah, komitmen keamanan pangan, dan pelatihan wajib karyawan.
Meskipun bersifat sukarela, pemerintah Indonesia turut mengupayakan kegiatan sertifikasi GAP melalui Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), Prima 1-3, dan SNI IndoGAP dengan tahapan asesmen, permohonan sertifikasi, audit di lapangan, dan penerbitan sertifikat.
Investasi Bisnis untuk Keberlanjutan
Good Agricultural Practices adalah fondasi esensial bagi pertanian modern dalam memastikan produk yang aman, berkualitas, dan diproduksi secara bertanggung jawab. Praktik ini juga merupakan investasi dalam keberlanjutan jangka panjang dan kesejahteraan semua pihak dalam rantai pasok.
Di samping menerapkan GAP bagi bisnis, Anda juga dapat memanfaatkan solusi terintegrasi yang efisien untuk membantu bisnis mencapai tujuan keberlanjutan dan ESG, termasuk pengelolaan jejak karbon. Jadwalkan Demo Gratis dengan Satuplatform segera.
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…