Sebutan Indonesia kaya kelestarian alam seharusnya patut disyukuri sebab akan ada banyak manfaat dari alam yang bisa dieksplorasi untuk perkembangan negara juga masyarakat. Indonesia kaya juga salah satunya menyasar pada lahan gambut yang luas dan terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI), Indonesia merupakan negara dengan lahan gambut terbesar keempat di dunia. Dengan luas tersebut, ekosistem gambut tropis di Indonesia menyimpan karbon mencapai 46 GT (giga ton) jumlahnya. Jika dikelola dengan benar, lahan gambut dapat bermanfaat untuk pertanian dan kehutanan, menjaga keanekaragaman hayati, serta penyerap karbon yang sangat handal (restorasi).
Akan tetapi, kondisi ekosistem lahan gambut di Indonesia tidak sepenuhnya baik. Beberapa bagian lahan gambut di sebaran wilayah yang berbeda mengalami kerusakan, seperti kekeringan bahkan hilang akibat pembukaan lahan. Meski begitu, saat ini Indonesia diketahui tengah gencar melakukan upaya restorasi lahan gambut untuk memulihkan dan melindunginya dari ancaman.
Baca Juga: Potensi Jejak Karbon dari Degradasi Lahan Gambut
Berikut ini adalah beberapa fakta terkait upaya restorasi gambut di Indonesia, berdasarkan laporan berjudul Nasib Restorasi Gambut Indonesia oleh Pantau Gambut Indonesia yang dapat diunduh di sini:
Table of Contents
Toggle1. Gambut diklaim pulih oleh pemerintah sesuai renstra
Dalam laporan disampaikan bahwa hasil rekapitulasi Pantau Gambut terhadap capaian kinerja restorasi hingga akhir 2019 menunjukkan bahwa jutaan area gambut telah diklaim pulih oleh pemerintah sesuai rencana strategis (renstra) periode 5 tahun yang telah disusun.
KLHK memiliki target pemulihan gambut sebesar 5% atau sekitar 1,2 juta hektar dari total luas KHG yang sudah ditentukan di Indonesia selama periode 2015-2019. Menurut KLHK, pemulihan ekosistem gambut telah melebih target sehingga dianggap tercapai.
Begitu juga dengan Badan Restorasi Gambut (BRG), sebagai mitra kerja sama pemulihan ekosistem gambut KLHK, yang memiliki target restorasi sebesar 2,6 juta hektar pada 104 KHG prioritas di 7 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Papua) selama periode 2016-2020.
Melalui kegiatan 3R (rewetting, revegetation dan revitalization) BRG menyebut bahwa hingga akhir 2019 mengklaim telah berhasil merestorasi 87% area gambut non-konsesi atau sekitar 778.181 hektar.
Meskipun kedua instansi sudah mengklaim capaian yang dimaksud, belum ada informasi rinci yang menjelaskan bagaimana menakar keberhasilan atas kegiatan restorasi yang telah dilakukan.
2. Api Melanda Selama Periode Pemulihan Gambut
Dalam periode pemulihan yang diklaim berhasil dilaksanakan, masih dijumpai kebakaran di atas lahan gambut yang menurut Pantau Gambut mengindikasikan bahwa restorasi gambut masih belum sepenuhnya efektif.
Kebakaran di lahan gambut patut diwaspadai karena jauh lebih sulit dipadamkan jika dibandingkan lahan mineral. Hal ini disebabkan komposisi bahan organik di bawah lapisan gambut yang mengering sehingga api sulit dipadamkan meskipun di permukaan sudah berhasil dikendalikan.
3. Kebakaran Gambut Terdeteksi di Area Luar Konsesi
Masih berdasarkan laporan yang sama, dijumpai area mana pada lahan gambut yang terdampak kebakaran.
Hasil analisa Pantau Gambut menemukan bahwa dari total area non konsesi yang terbakar, 36 persen atau sekitar 127,2 ribu Ha kebakaran berada pada radius 1 km dari batas terluar konsesi. Hasil lainnya, 69 persen area gambut di luar izin konsesi terbakar selama Januari sampai Desember 2019.
Belum dapat dipastikan keterhubungan antara kebakaran di area tersebut dengan aktivitas yang dilakukan masyarakat. Namun demikian, tetap menimbulkan tanda tanya besar mengenai efektivitas dari pendampingan organisasi Masyarakat Peduli Api yang wajib dilakukan oleh perusahaan dan kegiatan restorasi yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini.
Tentang Satuplatform
Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.
Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat:
- Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien
- Menghitung & Mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi
- Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional
Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!
Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.
Similar Article
Bagaimana Peran Perang dan Militer sebagai Kontributor Jejak Karbon Global
Konflik dan perang menciptakan kontributor jejak karbon baru dengan dampak signifikan dan sayangnya, sebagian besar tidak dihitung. Emisi ini jarang…
Why Product Lifespan Is the Next Frontier for Sustainable Business
Embracing product longevity and extending product lifespan emerges as a current and indispensable strategic priority for cultivating sustainable business growth…
Green Building sebagai Cara Mengurangi Jejak Karbon, Ini yang Perlu Dilakukan!
Di tengah isu perubahan iklim yang semakin mendesak, bisnis dan masyarakat global mulai sadar pentingnya pembangunan yang lebih ramah lingkungan.…
Unveiling the Environmental Impact of Children’s Toys Industry
The global toy industry plays a significant role in early childhood development, creativity, and education. Toys bring joy, imagination, and…
ESG as Sustainability Initiatives for Modern Industry
In today’s world, sustainability is no longer just a “nice-to-have”, but it’s a must. With rising concerns about climate change,…
ESG Strategies for Business Growth in Developing Countries
In today’s fast-changing world, businesses are no longer only measured by profits. Companies are now expected to be responsible for…