Gaung tentang pentingnya pengembangan dan adopsi konsep industri hijau (green industry) tidak pernah lepas dalam pembahasan terkait isu perubahan iklim di kancah global, maupun dalam negeri. Industri menjadi pemain kunci dalam transisi menuju ekonomi hijau.
Komitmen global terhadap dekarbonisasi mendorong perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan nilai ekonomi melalui upaya dekarbonisasi yang lebih terakselerasi dan sistematis. Dalam konteks ini, ekonomi karbon menjadi peluang strategis baru yaitu mengubah emisi karbon menjadi aset bernilai finansial melalui mekanisme seperti kredit karbon dan verifikasi emisi.
Baca Juga: Kredit Karbon, Solusi Perusahaan Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan
Table of Contents
ToggleKeterkaitan Antara Industri Hijau dan Strategi Emisi Karbon
Konsep utama green industry terbagi dalam tiga aspek yang mencakup efisiensi energi, minimasi limbah, dan penggunaan bahan baku ramah lingkungan.
Salah satu langkah kunci dalam transisi menuju green industry untuk mewujudkan sustainable economy adalah penerapan strategi pengelolaan karbon. Perubahan kondisi secara global yang mencakup masalah perubahan iklim dan dampaknya mengubah status pengelolaan karbon dari sekadar indikator kepatuhan lingkungan menjadi cerminan reputasi perusahaan dan daya saing pasar.
Pengelolaan emisi karbon yang terukur dan terdokumentasi secara transparan di dunia industri saat ini juga memberi akses pada pasar ekonomi hijau serta insentif berbasis performa yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. Aspek-aspek tersebut merupakan matriks strategis sebuah perusahaan di masa mendatang.
Ekonomi Karbon: Mengubah Reduksi Emisi menjadi Nilai Finansial
Kesadaran akan pengaruh emisi karbon pada keseluruhan aspek dasar kehidupan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) mendorong regulator untuk mengidentifikasi risiko dan peluang yang tersedia untuk mengurangi dan mengatasi dampak jejak karbon.
Salah satu peluang yang menjadi fokus Pemerintah Indonesia dalam upaya ini adalah melalui implementasi pasar karbon, yang juga dikenal dengan carbon market atau carbon trading.
Konsep pasar karbon memungkinkan perusahaan, emiten, atau organisasi untuk menjual “kredit karbon” yang berasal dari aktivitas reduksi emisi yang diverifikasi. Skema penjualan kredit karbon ini terbagi menjadi pasar karbon wajib (compliance market) dan sukarela (voluntary market).
Perusahaan dapat mengklaim insentif atau menjual kredit karbon hasil dari proyek pengurangan emisi. Praktik ini berlaku di berbagai sektor seperti carbon capture and storage (CCS), kendaraan listrik, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah.
Pada tahun 2023 lalu, Pemerintah Indonesia sudah memperkenalkan pasar karbon nasional, yaitu IDXCarbon. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen terhadap National Determined Contribution (NDC) dan upaya percepatan adopsi green industry sebagai pendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Secara garis besar, carbon market memfasilitasi perusahaan dan bisnis mendapatkan keuntungan tambahan dengan berkontribusi pada menurunkan jejak karbon yang terstruktur dan terverifikasi. Keuntungan yang paling utama adalah terbukanya potensi pendapatan baru dan pengakuan sebagai pelaku industri hijau yang progresif.
Tantangan Implementasi & Solusi Praktis
Meskipun sustainability sudah menjadi sebuah keharusan yang bersifat strategis dan kebutuhan yang mendesak untuk kelangsungan bisnis, tetapi dalam kenyataannya, masih banyak perusahaan menghadapi hambatan dalam implementasi strategi pengelolaan karbon yang efektif.
- Secara internal, perusahaan hadapi kendala utama yang berpusat pada data emisi yang tidak akurat, tidak terdokumentasi, atau tidak terverifikasi.
- Ketidakpastian metode penghitungan dan pelaporan membuat strategi menjadi tidak efektif.
- Minimnya sumber daya untuk membangun sistem pemantauan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) yang kredibel.
International Climate Initiative mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH telah membangun sistem MRV nasional. Sistem ini memastikan bahwa pengelolaan karbon dapat diaudit, transparan, dan sesuai regulasi dan menjadi kerangka penting untuk integrasi sektor swasta ke pasar karbon.
Carbon Economy Service Memaksimalkan Strategi Pengelolaan Karbon untuk Daya Saing Unggul
Sebagai bentuk komitmen dan dukungan terhadap upaya pencapaian green industry and economy di Indonesia, Satuplatform menghadirkan layanan Carbon Economy Service dengan berbagai fitur berikut.
- Dashboard Carbon & ESG berbasis data: memberi pandangan menyeluruh terhadap emisi perusahaan dan rantai pasok.
- Pengukuran emisi: secara akurat, terstandarisasi, dan dapat disesuaikan untuk semua sektor industri.
- Pemantauan real-time & otomatisasi pelaporan: mengurangi beban manual dan kesalahan input.
- Akses gratis & konsultasi teknis: memudahkan perusahaan mengintegrasikan pelaporan karbon dalam operasi.
Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat menyusun strategi dekarbonisasi berbasis data serta menyajikan mengungkapkan strategi pengelolaan karbon yang transparan dan kredibel.
Laporan emisi karbon yang kredibel akan memudahkan perusahaan untuk memperkuat posisi di mata investor, rekan bisnis, regulator, maupun konsumen. Lebih dari itu, transparansi dalam pelaporan juga mengurangi risiko reputasi dan meningkatkan daya tarik terhadap pembiayaan hijau dan akses ke insentif berbasis ESG.
Tentang Satuplatform
Dengan sistem verifikasi yang andal dan pemanfaatan pasar karbon, perusahaan dapat memonetisasi reduksi emisi dan menjadi bagian dari transformasi menuju industri hijau untuk ketahanan jangka panjang.
Satuplatform hadir dengan tim berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis dan siap membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi sustainability yang tepat. Hubungi Satuplatform untuk mendapatkan FREE DEMO segera!
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…