Upaya Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer (terbentuk secara alami maupun antropogenik) yang menyerap dan memancarkan radiasi inframerah. Berbagai aktivitas manusia, khususnya sejak masa pra-industrialisasi, mendorong bertambahnya emisi GRK di atmosfer. Baca Juga : Mengenal Gas Rumah Kaca

Pemerintah juga berupaya mengurangi emisi GRK sebesar 314-398 juta ton CO2 pada 2030 mendatang. Dalam upaya mengurangi emisi yang dihasilkan gas rumah kaca, terdapat beberapa yang dapat dilakukan seperti berikut ini

Emisi Gas Rumah Kaca - Satuplatform
Emisi Gas Rumah Kaca – Satuplatform

Pengurangan Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Aspermigas menyebut ada dua bentuk energi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) ataupun Bahan Bakar Gas (BBG). Energi listrik sangat dibutuhkan untuk industri dan perumahan. Energi dalam bentuk listrik tersebut juga menggunakan sumber-sumber energi seperti fosil (batubara, minyak bumi, gas bumi), dan non fosil atau Energi Baru dan Terbarukan (EBT) seperi (Air, Geothermal, Angin, Matahari, Nuklir, Biofuel), yang akan didistribusikan melalui jaringan tegangan tinggi.

Sementara, energi BBM/BBG sangat dibutuhkan untuk industri transportasi, rumah tangga, minyak bumi, gas bumi, syntectic fuel, batubara (coal gasification dan coal liquidfaction), Biofuel, Biogas, Hidrogen yang akan didistribusikan melalui pipa/pengangkutan.

Di sektor kelistrikan, Indonesia berupaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) serta harus meningkatkan, di antaranya :

  1. Menurunkan pemakaian batubara (PLTU).
  2. Meningkatkan Pemanfaatan listrik dari PLTS, PLTB, PLTGeotermal, PLTA (Air Terjun dan Air Deras).
  3. BBM untuk transportasi mulai beralih ke penggunaan baterai listrik dan biofuel.

Peningkatan Efisiensi Energi

Efisiensi energi atau first fuel merupakan inti dan tumpuan untuk transisi menuju energi bersih oleh hampir seluruh negara di dunia. Efisiensi energi merupakan sumber daya energi yang melimpah, tidak memerlukan penggunaan bahan bakar, dan murah untuk diekstraksi.

Pemerintah Indonesia mendorong implementasi efisiensi energi dalam memenuhi target reduksi emisi sesuai Nationally Determined Contributions (NDC) dan mencapai Net-Zero Emissions (NZE) di tahun 2060. Baca Juga : Konservasi Energi – Pengertian, Tujuan, dan Langkah untuk Mewujudkannya

Pengembangan Proyek Efisiensi Energi

  1. Pemerintah Indonesia mendorong secara masif implementasi efisiensi energi di sektor lahap energi, bangunan gedung dan industry melalui “Program Kemitraan” untuk Investment Grade Audit (IGA).
  2. Mandat “Manajemen Energi” juga diberlakukan oleh Pemerintah bagi pengguna energi lebih dari 6.000 TOE per tahun. Hal ini akan membuka peluang aktivitas efisiensi energi yang masif di sektor industri lahap energi.
  3. Efisiensi energi di sektor publik salah satunya disokong oleh skema investasi kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Skema ini telah berjalan dengan baik pada program pembangunan penerangan jalan umum (PJU) hemat energi.
  4. Pemerintah terus mengkampanyekan penerapan standar bangunan hijau untuk meningkatkan efisiensi energi, khususnya pada sektor komersial (bangunan gedung).
  5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menginisiasi program “Keuangan Berkelanjutan” untuk mendukung program efisiensi energi. Program OJK ini ditujukan kepada bank dalam negeri untuk menyediakan layanan inovatif green loans untuk kegiatan usaha terkait upaya adaptasi atau mitigasi perubahan iklim, termasuk proyek efisiensi energi.
  6. Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan program “Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan” dalam upaya mendorong efisiensi energi di sektor transportasi.

Pemanfaatan Energi Terbarukan

Energi terbarukan adalah sumber energi yang asalnya dari sumber daya alam dan tidak akan habis. Di Indonesia, pemanfaatan sumber daya terbarukan terus mengalami peningkatkan sejak 2015 silam. Menurut Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa bauran energi terbarukan Indonesia meningkat dari 4,4,% di 2015 menjadi 11,5% di 2020.

Kementerian ESDM menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 15% pada tahun 2021 dan 23% di tahun 2025. Memprediksi potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 417,8 gigawatt (GW).

Potensi energi terbarukan sebagai berikut :

  1. Tenaga Air. Air merupakan salah satu contoh energi terbarukan yang sudah banyak dimanfaatkan untuk menggantikan energi fosil. Energi yang dihasilkan dapat digunakan dan dikonversi menjadi listrik dan dapat diproduksi terus menerus selama 24 jam setiap harinya.
  2. Panas Bumi. Merupakan pemanfaatan panas dari dalam bumi untuk diolah menjadi energi. Panas bumi yang dimiliki oleh bumi diperkirakan sekitar 5,500 celcius. Sementara itu tiga meter teratas permukaan bumi memiliki suhu konstan antara 10-16 celcius sepanjang tahun.
  3. Biomassa. Merupakan contoh energi terbarukan yang asalnya dari organisme seperti tumbuhan, hewan, hingga manusia. Energi alternatif ini biasanya dimanfaatkan untuk bahan bakar.
  4. Cahaya Matahari. Pemanfaatan bisa dilakukan secara langsung dengan membiarkan objek pada radiasi matahari. Cara yang kedua yakni pemanfaatan dengan bantuan panel surya.
  5. Tenaga Angin. Merupakan sumber energi terbarukan yang melimpah dan digunakan sebagai sumber energi dengan bantuan kincir angin. Energi mekanik yang dihasilkan kincir angin dapat digunakan secara langsung atau dikonversi menjadi listrik.

Penggunaan Teknologi Hijau

Teknologi hijau adalah teknik untuk menghasilkan energi dan/atau produk yang tidak mencemari lingkungan hidup. Teknologi hijau bertujuan menghasilkan berbagai produk dan jasa dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan.

Ada 6 prinsip yang diterapkan pada konsep teknologi hijau, yaitu:

  1. Refine, yang berarti menggunakan bahan ramah lingkungan dan melalui proses yang lebih aman dari teknologi sebelumnya.
  2. Reduce, artinya mengurangi jumlah limbah dengan mengoptimalkan penggunaan bahan.
  3. Reuse, artinya menggunakan kembali bahan-bahan yang sudah tak terpakai atau sudah berupa limbah dan diproses dengan cara yang berbeda.
  4. Recycle, yaitu menggunakan kembali bahan atau limbah dan diproses dengan cara yang sama.
  5. Recovery, yang berarti pemanfaatan material tertentu dari limbah untuk diproses demi keperluan lain.
  6. Retrieve energy, yaitu penghematan energi dalam suatu proses produksi.

Contoh Teknologi Hijau

  1. Biopestisida. semua bahan hayati berupa makhluk hidup, seperti hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, atau protozoa, yang dapat digunakan untuk membunuh hama dan penyakit.
  2. Biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri secara anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik. Biogas dapat digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan energi listrik.
  3. Biobag. tas ramah lingkungan yang terbuat dari tepung singkong atau kulit ari jagung dengan polimer sintetik. Biobag menggunakan bahan-bahan yang mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan.
  4. Mobil Listrik.. Mobil listrik ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas berbahaya.

Your All-in-One Sustainability Platform

Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting.

Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat:

  1. Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien
  2. Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi
  3. Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional

Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.

Similar Article

5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG

Berbagai jenis dan varian dari produk kosmetik yang tersebar luas, menimbulkan potensi sampah kemasan yang menumpuk di landfill. Tidak hanya…