Ancaman krisis energi yang kian meningkat, mendorong berbagai negara untuk segera beradaptasi dan mencari solusi mengatasi isu ini. Selain menghindari konsumsi energi fosil berlebih, pemanfaatan energi terbarukan juga menjadi pilihan sebagai opsi energi alternatif yang berkelanjutan. Salah satu jenis energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan ialah energi surya. Baca Juga: Energi Terbarukan untuk Atasi Krisis Bahan Bakar Fosil
Energi surya diyakini memiliki potensi yang besar untuk dipertimbangkan penggunaannya. Sebuah sumber energi bersih yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga bersifat tidak terbatas.
Saat ini, energi surya semakin berkembang pesat dan banyak di terapkan oleh banyak negara di seluruh dunia. Bahkan, China sebagai salah satu negara yang memanfaatkan tenaga surya, telah memiliki lebih dari 1000 MW pembangkit listrik tenaga surya pada 2020. Baca Juga: Untung Rugi Teknologi Energi Bersih

Lalu, negara mana saja kah yang memiliki sistem tenaga surya paling mumpuni di dunia?
Table of Contents
Toggle1. Energi Surya di Tiongkok
Dikutip dari Reuters, berdasarkan data yang dirilis Badan Energi Nasional setempat, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya yang terpasang di Tiongkok telah meningkat hingga 55,2% pada tahun 2023.
Hingga April 2023, diperkirakan telah tersedia PLTS dengan kapasitas tenaga surya sebesar 430 GW di negara tersebut yang mampu menopang kebutuhan akan energi listrik bagi warganya. Meningkat pesat dalam satu dekade terakhir dan menjadikan Tiongkok sebagai produsen energi surya terbesar di dunia.
Kemajuan proyek tenaga surya yang dilakukan Tiongkok ini pun tidak hanya selaras dengan target pemerintah terkait komitmen atas transisi menuju energi terbarukan, namun juga mendukung tercapainya upaya netralitas karbon yang direncanakan terwujud pada 2060.
Tiongkok disebut berada pada jalur yang tepat dalam upaya mencapai tujuan dan target keberlanjutan yang mereka rancang.
2. Energi Surya Terbesar Kedua yaitu Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi negara kedua di dunia yang memiliki kapasitas energi surya terbesar, yakni dengan angka 141,8 GW.
Angka tersebut meningkat tajam dari yang hanya sebesar 0,34 GW pada 2008. Dengan kemajuan tersebut, saat ini sekitar 3% kebutuhan listrik di AS berhasil ditopang oleh keberadaan pembangkit listrik tenaga surya.
Dikutip dari Ornate Solar, pemerintah Amerika Serikat disebut akan terus mendorong peralihan energi ke tenaga surya. Sejalan dengan tujuan mereka untuk mencapai 100% energi bersih pada tahun 2025, di mana tenaga surya akan didorong untuk memenuhi 40% kebutuhan listrik di sana.
3. Jepang dalam Penerapan Energi Surya
Negara tirai bambu Jepang, per 2023 menjadi negara ketiga sebagai produsen energi surya terbesar, dengan kapasitas kumulatif yakni 84,9 GW.
Ketersediaan tenaga surya di sana bahkan telah berhasil memenuhi hampir 10% kebutuhan listrik setempat. Meningkat dari angka awal yang hanya 0,3% pada tahun 2010.
Pemerintah Jepang saat ini disebut terus berupaya menambah kapasitas tenaga surya sebesar 20 GW dalam 8 tahun ke depan, untuk dapat mencapai target 108 GW pada tahun 2030. Untuk itu, pemerintah Jepang juga berencana memasang panel surya di lebih dari 50% gedung pemerintah pusat dan kota untuk dapat mencapai target tersebut.
Pemanfaatan energi surya merupakan sebuah inovasi yang patut untuk dipertimbangkan dalam upaya transisi menuju sistem energi berkelanjutan serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang terbatas.
Energi surya juga dapat menjadi opsi dalam mendukung tercapainya pengurangan emisi gas rumah kaca dan mencegah terjadinya krisis iklim yang lebih buruk. Industri dan entitas penghasil emisi juga dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi ancaman lingkungan dan perubahan iklim dengan melakukan pengukuran emisi yang dihasilkan dan menciptakan solusi dari data-data tersebut. Miliki pencatatan dan pelacakan yang layak dan komprehensif dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Dapatkan DEMO GRATIS nya di sini!
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…