Kosmetik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Berbagai jenis produk kosmetik mulai dari skincare, makeup, hingga produk perawatan tubuh, semua dirancang untuk meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri. Namun, di balik kilau industri kecantikan, tersembunyi fakta bahwa tidak sedikit produk kosmetik mengandung bahan kimia yang berkontribusi signifikan terhadap pencemaran lingkungan.
Baca juga artikel lainnya : 5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG
Industri kosmetik merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Untuk itu, dampak lingkungan yang diberikan juga secara kontinyu terus bertambah. Artikel ini akan mengulas lima kandungan produk kosmetik yang paling berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan, serta dampaknya yang serius terhadap ekosistem. Mari simak!
Table of Contents
ToggleKandungan Mikroplastik (Microbeads) pada Kosmetik
Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm yang banyak digunakan dalam produk eksfoliasi seperti sabun wajah, scrub tubuh, dan pasta gigi. Bahan mikroplastik memberikan efek “scrubbing” atau pengelupasan pada kulit. Namun setelah dibilas, mikroplastik langsung masuk ke saluran pembuangan dan akhirnya mencemari laut karena ukurannya terlalu kecil untuk disaring dalam sistem pengolahan air limbah.
Dampak lingkungan dari mikroplastik sangat serius terutama bagi makhluk hidup di laut dan mikroorganisme. Mikroplastik menyerap polutan lain seperti logam berat dan pestisida, menjadikannya sangat beracun ketika masuk ke tubuh makhluk laut. Organisme laut seperti plankton, ikan kecil, dan burung laut sering mengira mikroplastik sebagai makanan, yang menyebabkan penyumbatan usus, kelaparan, dan kematian.
Kandungan Oxybenzone dan Octinoxate (Filter UV Sintetis) pada Kosmetik
Kandungan dari produk kosmetik yang juga perlu diwaspadai dampaknya terhadap lingkungan adalah oxybenzone dan octinoxate. Dua bahan kimia ini merupakan jenis bahan aktif yang umum digunakan dalam tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV). Sedikit disadari bahwa kedua bahan ini berkontribusi pada kerusakan terumbu karang. Ketika seseorang menggunakan tabir surya lalu berenang di laut, bahan-bahan ini larut dan masuk ke ekosistem laut.
Apabila terumbu karang terpapar oxybenzone, maka memicu stres oksidatif pada karang, mengganggu reproduksi, pertumbuhan, dan kemampuan karang untuk bertahan hidup. Filter UV ini juga bersifat hormon aktif (endocrine disruptor), yang artinya mampu mempengaruhi sistem reproduksi ikan dan hewan laut lainnya. Dalam jangka panjang, apabila bahan kimia ini terakumulasi, maka akan memicu terbentuknya sedimen laut karena bahan tersebut sulit terurai, sehingga bertahan lama dan berdampak jangka panjang terhadap lingkungan laut.
Kandungan Paraben pada Kosmetik
Paraben adalah pengawet sintetis yang digunakan dalam berbagai produk kosmetik seperti pelembab, deodoran, dan shampoo. Beberapa jenis paraben yang umum termasuk methylparaben, propylparaben, dan butylparaben. Di samping manfaatnya bagi dunia kosmetik yang efektif dalam mencegah pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan produk, paraben memiliki sifat sebagai zat pengganggu hormon (endocrine disruptor).
Ke dalam lingkungan, paraben masuk melalui air limbah rumah tangga. Karena sulit terurai secara alami, senyawa ini terakumulasi dalam sistem perairan. Dampaknya, hormon pada ikan dan organisme air lainnya terganggu, sehingga menimbulkan gangguan reproduksi dan perkembangan. Beberapa produsen kosmetik kini menawarkan produk bebas paraben (“paraben-free”), yang mungkin dapat menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Kandungan Silikon (Dimethicone dan Cyclopentasiloxane) pada Kosmetik
Silikon adalah bahan kimia yang perlu diwaspadai dampak lingkungannya. Bahan sintetis berbasis silikon memang memberikan efek halus dan lembut pada kulit atau rambut. Digunakan dalam produk seperti primer makeup, conditioner, dan lotion, silikon juga menciptakan lapisan pelindung yang tahan air. Namun, silikon tidak mudah terurai di lingkungan.
Jenis silikon seperti cyclopentasiloxane (D5) sangat volatil dan bersifat bioakumulatif. Ketika dibuang ke saluran air, senyawa ini dapat menumpuk dalam jaringan ikan dan hewan air lainnya, mengganggu fungsi hormonal dan menyebabkan gangguan reproduksi, dan apabila mengendap di tanah dan sedimen, akan memperburuk kualitas ekosistem.
Kandungan Triclosan pada Kosmetik
Bahan kimia kosmetik berikutnya yang menyumbang pencemaran adalah triclosan. Pada dasarnya, untuk produk kosmetik triclosan merupakan bahan antibakteri dan antijamur yang digunakan dalam sabun antibakteri, pasta gigi, dan deodoran. Meski efektif membunuh mikroba jika digunakan sebagai kosmetik, namun triclosan termasuk senyawa yang sangat persisten dan sulit diuraikan di lingkungan.
Risiko dari triclosan terhadap lingkungan apabila terlepas ke laut adalah mengganggu metabolisme dan reproduksi alga, ikan, dan amfibi. Paparan triclosan yang berlebihan juga dapat memicu evolusi mikroorganisme yang lebih resisten terhadap antibiotik, membahayakan kesehatan manusia dan hewan.
Pada akhirnya, kesadaran akan dampak lingkungan dari kosmetik harus menjadi bagian dari keputusan konsumen dan juga produsen. Bagi konsumen, penting untuk lebih cermat membaca label produk kosmetik yang akan dibeli. Hindari produk dengan kandungan mikroplastik, oxybenzone, paraben, dan bahan berbahaya lainnya. Jika memungkinkan, konsumen juga dapat mencari produk dengan label seperti “reef-safe”, “paraben-free”, atau bersertifikasi “ECOCERT” atau “COSMOS”.
Sementara untuk para produsen dan perusahaan kosmetik, perlu untuk lebih mengintegrasikan aspek lingkungan berkelanjutan pada produk kosmetik yang diproduksi. Hal ini dapat dilakukan melalui inovasi produk untuk mendorong industri kosmetik dapat bertransformasi menjadi lebih hijau, berkelanjutan, dan ramah bagi bumi.
Untuk perusahaan atau industri kosmetik yang ingin lebih berkomitmen untuk menerapkan produksi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sangat mungkin untuk dapat dicapai, terutama saat ini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang!
Similar Article
Perkembangan Laporan Keberlanjutan di Indonesia: Pilar Strategis Menuju Industri Hijau
Isu perubahan iklim mendorong perubahan paradigma global di kalangan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha untuk mengadopsi praktik sustainability. Pergeseran ini…
Mengubah Strategi Pengelolaan Karbon Menjadi Laporan Keberlanjutan yang Berdampak
Meningkatnya kesadaran global terhadap isu perubahan lingkungan dan evolusi legislatif mendorong perusahaan untuk mengintegrasikan strategi pengelolaan karbon sebagai langkah awal…
Eksekusi Dekarbonisasi dengan Strategi Pengelolaan Karbon Secara Portofolio
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya sustainability, munculnya teknologi energi terbarukan, dan dampak perubahan iklim menjadikan dekarbonisasi sebagai langkah strategis yang tak…
Membangun Bisnis Berkelanjutan dengan Penerapan Strategi Pengelolaan Karbon
Evolusi bisnis menuju sustainability bukan lagi sekadar pilihan, melainkan mengarah pada kepatuhan strategis untuk pertumbuhan jangka panjang dan daya saing…
Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform
Sumber energi biomassa berperan penting sebagai alternatif energi terbarukan dalam upaya dekarbonisasi global dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.…
Solusi Manajemen Rantai Pasok Tangguh di Era Krisis Energi
Benarkah krisis energi mengancam ketahanan manajemen rantai pasok modern? Sebuah studi di sektor Ekonomi Energi menunjukkan bahwa gejolak geopolitik dan…