Istilah tobat ekologis menjadi pembahasan populer pasca calon wakil presiden nomor urut 01, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menyebutkannya dalam sesi debat cawapres beberapa waktu lalu. Baca Juga: Greenhushing: Pengertian, Dampak, dan Cara Menghindarinya
Dalam pernyataannya, Cak Imin menyampaikan bahwa tobat ekologis perlu dilakukan sebab bencana ekologis sedang marak terjadi saat ini. Kerusakan lingkungan perlu dihentikan dan masyarakat diharapkan dapat hidup secara berkelanjutan.
Namun, apa itu tobat ekologis? Apa hubungannya terhadap keberlanjutan alam?
Tobat Ekologis
Table of Contents
ToggleApa Itu Tobat Ekologis?
Tobat ekologis atau pertobatan ekologis (ecological conversion) merupakan istilah populer oleh Paus Fransiskus yang secara khusus dimuat dalam Ensiklik Laudato Si. Istilah ini dimaksudkan pertobatan yang diimplementasikan dengan tindakan mencintai lingkungan hidup.
Dikutip dari Kompas, pada poin ke-217 Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus menyerukan “tobat ekologis” sebagai pertobatan pribadi di tengah kondisi krisis ekologis. Tobat ekologis disebutnya sebagai salah satu langkah mengembangkan tindakan umat dalam mengatasi masalah-masalah duniawi sebagai persembahan kepada tuhan.
Konsep “tobat ekologis” mencerminkan upaya individu atau kelompok untuk memahami dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta bergerak menuju perilaku yang lebih berkelanjutan. Salah satunya sebagai upaya mengatasi krisis akibat perubahan iklim. Baca Juga: Kenapa CEO Perlu Jadikan Greenwashing dan Greenhushing jadi Isu Prioritas?
Langkah Menerapkan Tobat Ekologis
Sebagai upaya melestarikan lingkungan, pertobatan ekolohis tidak cukup dilakukan secara individual. Gotong royong dan kontribusi beramai-ramai dapat menjadikan upaya ini terlaksana secara maksimal.
Seperti yang disebutkan pada paragraf ke-219 Ensiklik Laudato Si’, pertama-tama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan semangat perlindungan yang murah hati dan penuh kelembutan bagi manusia dan ciptaan-ciptaan lain yang kondisinya rentan.
Tidak lupa juga untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga juga merawat lingkungan melalui penerapan kehidupan yang ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif suatu tindakan terhadap alam sekitar.
Contoh Penerapan Tobat Ekologis?
Cak Imin dalam paparannya menyampaikan bahwa pembangunan mendatang di Indonesia mesti memerhatikan aspek lingkungan dan keseimbangan ekosistem masing-masing daerah.
Secara khusus, ia menyoroti ihwal hilirasis nikel yang dalam beberapa tahun ke belakang sudah dijalankan pemerintah. Menurutnya, aktivitas ini belum dilakukan dengan berorientasi pada lingkungan.
Contoh lain penerapan tobat ekologis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memprioritaskan penggunaan transportasi umum dan berkelanjutan, melakukan penghematan energi, beralih ke sumber energi terbarukan, bijak dalam mengolah sumber daya alam, hingga berpartisipasi dalam mempromosikan kesadaran lingkungan.
Dengan kesadaran dan komitmen, setiap individu dapat berkontribusi pada pembentukan dunia yang lebih berkelanjutan dan seimbang secara ekologis.
Your All-in-One Sustainability Platform
Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting.
Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat:
- Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien
- Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi
- Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional
Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…