Beberapa waktu lalu, media sosial ramai membahas soal rencana pembabatan hutan Papua melalui tagar “All Eyes On Papua”. Hutan seluas 36 ribu hektar, yang berada di kawasan Papua Selatan dan Papua Barat Daya, rencananya perlu dibabat guna membuka perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut pun mengundang penolakan dari masyarakat adat setempat, warganet, dan pihak lainnya.

Masyarakat adat Suku Awyu dan Suku Moi menolak konversi hutan sebab wilayah tersebut merupakan bagian dari hutan adat yang merupakan sumber penghidupan yang penting dan utama bagi mereka. Pembabatan hutan akan menyebabkan hilangnya berbagai sumber daya dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Berdampak juga bagi banyak hal.
Dikutip dari situs KPSHK, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik dari masalah ini. Di antaranya ialah kepemilikan tradisional, kepentingan pembangunan daerah, perbedaan persepsi, keterbatasan informasi, keterlibatan pemerintah, partisipasi masyarakat, serta adanya pembatasan hukum.
Baca Juga: Upaya Indonesia Atasi Krisis Iklim
Melihat jauh ke belakang, KPSHK menjelaskan bahwa isu yang sama pernah juga terjadi sebelumnya yaitu terkait konflik lahan dan perizinan masyarakat. Proyek pembukaan perkebunan sawit yang dilakukan di hutan Papua sebelumnya, tidak menyertakan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Negosiasi dan persetujuan dari masyarakat lokal pun tidak dilakukan, sehingga masyarakat adat khawatir akan hak-hak mereka dan potensi terjadinya deforestasi besar-besaran.
Jika dilihat secara seksama, tindakan pembabatan hutan Papua dapat menimbulkan berbagai ancaman yang serius terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati, dan masyarakat lokal. Lalu, apa saja ancaman yang bisa timbul dari dilakukannya pembabatan habis hutan di Papua?
Table of Contents
Toggle1. Pembabatan Hutan Menyebabkan Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Ini merupakan ancaman terbesar yang bisa terjadi dari tindakan pembabatan hutan. Hutan Papua telah sejak lama diketahui sebagai rumah bagi banyak spesies endemik. Merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Pembabatan hutan dapat menyebabkan kepunahan spesies seperti burung cenderawasih, kaswari, dan berbagai anggrek langka. Penggundulan hutan juga dapat menghancurkan habitat alami bagi berbagai flora dan fauna, mengganggu ekosistem yang sudah ada.
Dikutip dari EcoNusa, menurut Hendra K. Maury seorang ahli Ekologi dari Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, alih fungsi lahan besar-besaran akan menghilangkan sumber daya hayati yang sangat penting dan hal tersebut bersifat irreversible. Spesies yang terlanjur punah akan hilang selamanya.
2. Pembabatan Hutan Menimbulkan Kerusakan Ekosistem
Pembabatan hutan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis, mangrove, dan rawa, yang berfungsi penting bagi kelestarian lingkungan. Tanah pun dapat rentan terhadap erosi akibat penahannya yaitu pepohonan hilang, berpengaruh terhadap lahan pertanian dan sumber daya air.
AMDAL yang memiliki fungsi strategi dalam upaya pencegahan dan pengendalian kerusakan lingkungan umumnya diperlukan dalam proyek di atas. AMDAL akan memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa proyek pembabatan hutan dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan sosial, serta mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk melindungi ekosistem dan masyarakat sekitar.
Meskipun begitu, pembabatan hutan atau deforestasi tetap akan menimbulkan kerugian yang tidak bisa dihindari.
3. Pembabatan Hutan Berdampak Terhadap Masyarakat Adat
Kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi serta habitat spesies tentu berdampak terhadap komunitas adat yang tinggal di daerah tersebut yang telah secara turun temurun bergantung pada hutan sebagai sumber penghidupan mereka.
Masyarakat adat yang bergantung pada hutan untuk makanan, obat-obatan, dan bahan bangunan akan kehilangan sumber daya penting. Pembabatan hutan juga dapat mengancam tradisi dan pengetahuan lokal yang berkaitan dengan hutan. Berpotensi mengikis identitas budaya masyarakat adat.
4. Pembabatan Hutan Meningkatkan Perubahan Iklim
Hutan Papua dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia. Menurut Greenpeace Indonesia, hutan Papua merupakan wilayah yang penting bagi Indonesia juga dunia dalam upaya melawan perubahan iklim.
Keberadaan hutan berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Penggundulan hutan melepaskan karbon yang tersimpan dalam vegetasi, berkontribusi pada perubahan iklim global. Tempo menyebut bahwa pembabatan hutan seluas itu dapat melepaskan emisi sampai dengan 25 juta ton CO2 dan berdampak secara global.
Tidak hanya itu, pembabatan hutan juga dapat mengganggu siklus hidrologi, mempengaruhi pola curah hujan dan meningkatkan risiko banjir dan kekeringan.
5. Kerusakan Ekonomi Jangka Panjang
Papua sejak lama mengalami permasalahan kemiskinan ekstrem dan ketertinggalan. Jumlahnya bahkan mengalami kenaikan sebanyak 0,21 persen per September 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik.
Salah satunya terjadi di Boven Digoel. Dikutip dari Tempo, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin di sini mencapai 19,80 persen dari total penduduk.
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, akan tetapi, hilangnya sumber daya yang ada di hutan dan terhambatnya kegiatan pertanian dapat berkontribusi terhadap kondisi tersebut.
Similar Article
Memahami Dampak Jejak Karbon Tersembunyi di Balik Jejak Air
Dalam upaya menerapkan strategi keberlanjutan, jejak karbon dan jejak air (water footprint) merupakan dua metrik penting untuk mengukur dampak ekologis.…
Good Agricultural Practices (GAP): Fondasi Pertanian Modern yang Aman dan Berkelanjutan
Isu terkait ketahanan pangan kian menyita perhatian masyarakat global. Konsumen makin memperhatikan kualitas dan keamanan produk pertanian hingga praktik bertani…
Low GHG Emission, High Impact: Everyday Materials That Could Reshape Green Manufacturing
The shift toward sustainable production practices has spurred growing interest in low-carbon materials that support greener industrial processes. Emerging materials,…
Does “Eco-friendly” Labels Mean Green Product in Green Industry?
Businesses and consumers alike are navigating a flood of products claiming to be “eco-friendly” or “green.” These labels, often used…
Dilema Biomassa: Transisi Energi Berkelanjutan atau Perusakan Lingkungan?
Dalam upaya mencapai target net-zero emission pada 2060, Indonesia mendorong transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.…
Energi Terbarukan di Indonesia: Mengapa Surya dan Hidro Menjadi Pilihan Utama?
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di tengah komitmen untuk mencapai net…