3 Masalah Lingkungan yang Dapat Menghambat Daur Karbon dan Oksigen
Daur Karbon Siklus karbon atau daur karbon merupakan salah satu proses alami di alam yang sangat pentingnya fungsinya bagi kondisi kehidupan di bumi. Baca juga artikel lainnya : Memahami Daur Karbon, Definisi, Contoh Proses, dan Manfaatnya Daur karbon menjadi suatu siklus biogeokimia di mana karbon ditukar antara atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan geosfer, atau kemudian disimpan di reservoir sebagai cadangan yang kaya manfaat. Terjadinya daur karbon berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan atmosfer, tetapi berbagai gangguan yang terjadi di alam, baik karena faktor alami maupun akibat aktivitas manusia, dapat menghambat proses daur karbon dan oksigen. Apa saja masalah lingkungan yang dapat menghambat proses daur karbon karbon? Mari kita bahas! 1. Masalah Daur Karbon dari Deforestasi atau Penggundulan Hutan Habisnya lahan hutan dan tutupan pohon akibat pembukaan lahan maupun deforestasi menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat daur karbon. Padahal, hutan memainkan peran penting dalam menyerap dan mempertahankan emisi gas rumah kaca berlebih yang ada di dalam atmosfer. Pohon dan tumbuhan dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer melalui proses fotosintesis, membantu memerangi perubahan iklim. Dilansir dari World Research Institute, berdasarkan penelitian oleh Nature Climate Change, hutan di dunia mampu menyerap karbon dioksida (CO2) hampir dua kali lebih banyak daripada yang dihasilkannya antara 2001 dan 2019. Dengan kata lain, hutan merupakan penyerap karbon handal yang mampu menyerap bersih 7,6 miliar metrik ton CO2 per tahun. Angka yang 1,5 kali lebih banyak dari yang dipancarkan Amerika Serikat setiap tahunnya. Jika hutan ditebang tanpa reboisasi, maka jumlah karbon yang diserap berkurang. Akibatnya, akan ada lebih banyak karbon yang tertahan di atmosfer daripada yang seharusnya ada sehingga dapat meningkatkan efek rumah kaca dan mempengaruhi kondisi perubahan iklim. 2. Masalah Daur Karbon Kerusakan Ekosistem Lahan Basah dan Gambut Rusaknya ekosistem lahan basah dan gambut dapat terjadi karena beragam faktor. Sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia seperti alih fungsi lahan serta faktor alam berupa kebakaran akibat musim kemarau berkepanjangan dan bencana alam. Di Indonesia sendiri, tercatat terdapat 95 persen dari dari 289 titik sampel gambut non-konsesi di area restorasi pemerintah yang pernah terbakar (burned area) dan kehilangan tutupan pohon (Tree Cover Loss/TCL), telah berubah menjadi perkebunan jenis tanaman lahan kering dan semak belukar, sebagaimana dikutip dari situs Pantau Gambut. Padahal, lahan basah dan gambut yang lestari juga subur merupakan penyerap dan reservoir karbon yang hebat. Yayasan Konservasi Alam Nusantara menyebut bahwa gambut memiliki kapasitas penyimpanan karbon 10 sampai 13 kali lebih besar dibanding ekosistem lain. Gambut dan lahan basah juga diketahui telah menyimpan jutaan karbon selama ribuan tahun. Jika dikeringkan atau dibakar untuk perkebunan, karbon yang tersimpan dilepaskan ke atmosfer, mempercepat perubahan iklim. 3. Pengelolaan Limbah yang Buruk Menghambat Daur Karbon Tumpukan ribuan sampah di ruang terbuka seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa disadari merupakan masalah yang dapat menghambat daur karbon dan oksigen. Sampah organik yang membusuk dapat melepaskan sejumlah besar gas metana (CH4) yang punya sifat lebih kuat daripada CO2 sebagai gas rumah kaca. Jika sampah tidak dikelola dengan baik, karbon yang tersimpan dalam bahan organik bisa dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk gas berbahaya. Kondisi ini, selain dapat menghambat daur karbon juga meningkatkan terjadinya pemanasan global karena metana berlebih yang terperangkap dan sulit diserap kembali dari atmosfer. Daur karbon bisa terhambat karena aktivitas manusia yang mempercepat pelepasan karbon tanpa diimbangi dengan penyerapannya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran serta tindakan seperti penghijauan, energi terbarukan, pengelolaan limbah yang baik, dan konservasi lahan basah untuk dapat membantu menjaga keseimbangan siklus karbon. Tentang Satuplatfrom Satuplatform dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan, yang mana kami hadir sebagai all-in-one climate management solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi mengenai karbon dan ESG bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi. Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia. YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi. Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa …
Read more “3 Masalah Lingkungan yang Dapat Menghambat Daur Karbon dan Oksigen”