Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Biomassa Masih Minim di Indonesia?
ESDM mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energi biomassa yang sangat besar, bahkan diprediksi mampu menghasilkan listrik setara 60 GW jika dimanfaatkan secara optimal dari limbah pertanian dan kehutanan seperti serbuk kayu dan kelapa sawit. Namun, hingga kini adopsi biomassa sebagai sumber energi terbarukan masih tertinggal dibandingkan dengan tenaga surya dan air. Di tengah urgensi transisi energi dan tekanan global untuk menurunkan emisi, stagnasi ini menimbulkan pertanyaan: mengapa energi biomassa belum menjadi primadona dalam bauran energi nasional? Baca Juga: Optimasi Potensi Sumber Energi Biomassa dengan Carbon & ESG Management Satuplatform Apa Itu Energi Biomassa dan Apa Saja Ragamnya? Energi biomassa berasal dari bahan organik seperti limbah pertanian, residu kehutanan, limbah industri, dan kotoran hewan yang dapat dibakar langsung atau dikonversi menjadi bioenergi seperti biogas, bioetanol, dan biodiesel. Jenis-jenis utama biomassa meliputi: Secara global, sumber energi biomassa telah digunakan secara luas semenjak zaman lampau. Melalui berbagai jenis proses kimia pemanfaatan biomassa yang terintegrasi dengan sistem energi modern sangat mungkin dilakukan. Swedia telah mengoptimalkan sumber energi biomassa dari hutan negara untuk pemanasan, listrik, dan biofuel. Sedangkan Jerman memanfaatkan biofuel untuk sebagai bahan bakar transportasi, dan biogas untuk alat pemanas dan penghasil listrik. Minimnya Pemanfaatan Limbah Kayu Indonesia memiliki potensi biomassa yang sangat menjanjikan, dengan estimasi pasokan biomassa mencapai 146 juta ton/tahun. Pada tahun 2023, ESDM menyebut bahwa pemanfaatan campuran limbah pertanian dan kehutanan (biomass co-firing) di 42 lokasi di Indonesia dapat menghasilkan 2.740 GWh energi ramah lingkungan dan mengonsumsi 2,2 juta ton biomassa. Tidak hanya itu saja, provinsi seperti Kalimantan Timur telah mengidentifikasi potensi besar biomassa dari kayu, limbah kelapa sawit, dan residu pertanian di Indonesia. Temuan ini menunjukkan peluang besar bagi industri pengolahan limbah dan energi untuk menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah untuk memberdayakan sumber energi biomassa dalam memenuhi kebutuhan pasokan listrik regional maupun nasional. Tantangan dan Hambatan Adopsi Energi Biomassa Pemanfaatan potensi energi biomassa di Indonesia masih minim akibat sejumlah tantangan yang dihadapi industri maupun regulator. 1. Kebijakan dan regulasi yang belum matang Kerangka regulasi yang belum stabil membuat skema insentif dan regulasi harga pembelian listrik dari biomassa belum menarik investor. 2. Keterbatasan infrastruktur dan teknologi Kurangnya fasilitas pengolahan limbah menjadi energi serta minimnya teknologi konversi biomassa modern menghambat skala implementasi. 3. Keekonomian dan pasar Harga keekonomian biomassa seringkali kalah saing dengan batu bara atau solar bersubsidi. Selain itu, belum ada mekanisme jangka panjang seperti PPA (Power Purchase Agreement) yang menguntungkan bagi produsen energi biomassa. 4. Distribusi pasokan Pasokan biomassa tersebar dan bergantung pada musim serta aktivitas industri menyulitkan kestabilan pasokan bagi pembangkit. Studi Kasus Singkat Di tengah berbagai tantangan dan keterbatasan, sejumlah daerah di Indonesia telah berkomitmen memanfaatkan sumber energi biomassa untuk kebutuhan pasokan listrik lokal 1. Ekosistem Biomassa Tasikmalaya Di Tasikmalaya, Jawa Barat (30 September 2024), PLN melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia memperluas program pemanfaatan biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Program ini bertujuan mendorong transisi energi sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dengan memanfaatkan tanaman indigofera di lahan kritis. Melalui pendekatan pertanian terpadu dan partisipasi kelompok tani, indigofera dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan bakar co-firing biomassa. Program ini diluncurkan secara resmi pada 26 September 2024 dan telah memberdayakan lebih dari 400 warga dengan proyeksi nilai ekonomi Rp30 miliar per tahun. 2. PLTBm di Provinsi Kalimantan Barat Di Desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) pertama di provinsi tersebut sekaligus yang pertama oleh swasta di daratan Kalimantan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kapasitas pasokan listrik dan mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik di daerah yang belum teraliri, yang masih mencakup sekitar 24% wilayah Kalbar. PLTBm ini mulai beroperasi pada April 2018 dan menghasilkan listrik hingga 10 MW yang disalurkan ke jaringan PLN melalui sistem jaringan Khatulistiwa. Listrik dihasilkan dari pembakaran limbah pertanian seperti cangkang sawit dan sabut kelapa, menggunakan sistem serupa PLTU namun dengan energi terbarukan yang bersumber dari biomassa. Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Biomassa Perlu Dipercepat Di Indonesia? Energi biomassa di Indonesia tidak kekurangan potensi tetapi terkendala pada aspek regulasi, infrastruktur, dan keekonomian. Agar biomassa tidak menjadi potensi yang terus tertunda, diperlukan pendekatan strategis yang meliputi: Dengan sinergi pemanfaatan, perangkat, dan regulasi yang tepat, biomassa dapat menjadi komponen penting dalam pencapaian target dekarbonisasi Indonesia dan mendukung ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan.Kelola strategi dekarbonisasi bisnis Anda dengan lebih terarah bersama Satuplatform. Coba FREE DEMO kami segera untuk merasakan kemudahannya. Similar Article Adaptasi Bisnis di Era Krisis Energi Pasokan bahan bakar menjadi semakin terbatas, dengan harga yang melambung tinggi, merupakan salah satu bukti bahwa dunia sedang mengalami krisis energi. Kondisi krisis energi yang saat ini tengah melanda berbagai belahan dunia bukan hanya berdampak pada sektor energi itu sendiri, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap keberlanjutan operasional dunia usaha. Baca juga artikel lainnya : Masa Depan Bisnis Adalah Bertanggung Jawab, Benarkah? Ketergantungan pada bahan bakar fosil, fluktuasi harga energi, hingga ketidakpastian geopolitik membuat banyak perusahaan menghadapi tantangan serius dalam menjaga efisiensi biaya dan stabilitas pasokan. Untuk itu, adaptasi strategis menjadi suatu keharusan, terutama dalam konteks transisi menuju ekonomi rendah… The Environmental Impact of Silicones in Beauty Industry In an era when sustainability has become a defining trend across industries, the beauty sector does not want to be left-behind. From biodegradable packaging to cruelty-free testing and vegan formulas, brands are racing to meet the growing consumer demand for environmentally responsible products. However, beneath the glossy labels and eco-marketing lies a lesser-known contradiction, that some beauty materials like synthetic silicones are presenting as a new environmental challenge. This article will explore the environmental cost of silicones in the beauty industry. Read other articles : Business Adaptation Amid Environmental Challenges Why Silicones in Beauty Products? Silicones are a group of… Unveiling the Environmental Footprint of Vaping Culture Over the past decade, vaping has been marketed as a cleaner alternative to traditional smoking. The trend of e-cigarettes and vape pens have gained favor among younger generations, tech-savvy consumers, and even smokers seeking harm reduction. However, beneath the cloud of flavored vapor lies a less publicized reality. It is about a growing environmental footprint that poses critical challenges to sustainability, waste management, and corporate responsibility. Read other articles : The Environmental …
Read more “Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Biomassa Masih Minim di Indonesia?”