5 Hewan yang Paling Terdampak dan Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim

5 Hewan yang Paling Terdampak dan Terancam Punah Akibat Perubahan Iklim

Perubahan iklim tidak hanya menjadi masalah bagi lingkungan juga manusia. Berbagai spesies hewan dan jenis tanaman menjadi makhluk hidup yang dapat turut terdampak akibat perubahan iklim dan terancam punah. Potensi kepunahan terhadap fauna pun disebut akan semakin meningkat apabila suhu bumi semakin tinggi. Berdasarkan laporan Climate Change 2023: Synthesis Report oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), 14 persen spesies salah satunya hewan di ekosistem darat berisiko tinggi untuk terancam punah jika suhu rata-rata bumi naik sampai dengan 1.5 derajat C. Jika suhunya menngkat sampai dengan 3 derajat C, diperkirakan akan ada 29 persen spesies yang terdampak. Baca Juga: 3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang Dampak perubahan iklim terhadap hewan sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada spesies dan ekosistemnya. Perubahan suhu dan pola curah hujan memaksa banyak spesies untuk berpindah ke habitat yang lebih cocok. Pemanasan global juga menyebabkan hilangnya habitat kritis seperti terumbu karang dan hutan hujan tropis. Selain itu, ketika spesies tertentu terpengaruh oleh perubahan iklim, ini dapat mempengaruhi seluruh rantai makanan. Akibat perubahan iklim juga dapat mengganggu waktu reproduksi hewan, menyebabkan ketidaksesuaian antara kelahiran anak dan ketersediaan makanan. Salah satu dampak yang paling dikhawatirkan ialah terjadinya penurunan keanekaragaman hayati akibat kepunahan spesies. Sebab, spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan iklim mungkin menghadapi risiko kepunahan.  Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), perubahan iklim saat ini telah mempengaruhi setidaknya 10,967 spesies sebagaimana tercantum dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah.  Baca Juga: Ancaman Krisis Energi, Bagaimana Kondisinya di Indonesia? Mengacu pada International Fund for Animal Welfare (IFAW), berikut adalah lima spesies yang paling terdampak dan terancam punah akibat perubahan iklim. 1. Hewan Terancam Punah: Penyu Hijau Peningkatan suhu pada pasir pantai dapat membuat penyu hijau (Chelonia mydas) mengalami ketidakseimbangan rasio jenis kelamin selama inkubasi telur di habitat garis pantainya sehingga termasuk hewan terancam punah. Akibatnya, ada lebih banyak betina yang menetas bahkan sampai dengan rasio 99 persen. Menimbulkan ancaman serius terhadap kemampuan reproduksi dan keberlangsungan hidup mereka. 2. Hewan Terancam Punah: Beruang Kutub Beruang kutub (Ursus maritimus) telah lama terdaftar sebagai hewan rentan oleh IUCN karena laut Arktik yang merupakan habitat mereka semakin menghilang sepanjang waktu atau salah satu hewan terancam punah. Perubahan iklim mengurangi ketersediaan es di lautan Arktik. Pencairan es laut mengurangi area berburu mereka dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk menemukan makanan. Keberadaan beruang kutub di darat juga dapat meningkatkan risiko konflik dengan manusia.  3. Hewan Terancam Punah: Lebah Keberadaan lebah sangat penting dalam kegiatan pertanian. Ada lebih dari 250 spesies lebah yang membantu dalam penyerbukan tanaman. Akan tetapi, kenaikan suhu bumi memaksa lebah untuk bermigrasi ke wilayah dengan iklim lebih sejuk. Perubahan pola cuaca juga dapat mengganggu pola makan mereka dan menghancurkan habitat lebah dan merupakan hewan yang terancam punah. 4. Hewan Terancam Punah: Hiu Spesies hiu mengalami kesulitan dalam perburuan dan tingkat kematian embrio yang mengkhawatirkan. IFAW menyebut hal ini dapat terjadi seiring dengan meningkatnya suhu dan kadar keasaman laut di seluruh dunia akibat peningkatan emisi gas rumah kaca. Peningkatan suhu juga memaksa hiu untuk berpindah ke perairan yang lebih dingin. Namun, hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut yang bergantung pada hiu sebagai predator puncak. 5. Hewan Terancam Punah: Gajah Asia Terjadinya perubahan pola cuaca dan meningkatnya suhu rata-rata bumi menyebabkan habitat Gajah Asia (Elephas maximus) terganggu. Kondisi ini juga turut berpotensi menurunkan kapasitas reproduksi spesies yang sudah terancam punah ini. Perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap berbagai spesies hewan di seluruh dunia. Upaya konservasi dan mitigasi perubahan iklim sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati dan keberlangsungan hidup spesies-spesies ini. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Berbagai Keanekaragaman Hayati di Balik Ancaman Pembabatan Hutan Papua “All Eyes On Papua” dan Keanekaragaman Hayati Munculnya tagar “All Eyes On Papua” sebagai upaya penolakan atas isu pembabatan hutan adat Papua yang memiliki beragam keanekaragaman hayati, memunculkan beragam respon dari berbagai pihak. Ramai masyarakat dengan suaranya mendesak pemerintah untuk mulai memikirkan ulang rencana, sebab dikhawatirkan akan banyak dampak yang bisa terjadi dari dijalankannya proyek tersebut. Isu bermula dari rencana pembabatan hutan Papua, tepatnya di Boven Digeol, yang akan dilakukan untuk membangun perkebunan kelapa sawit oleh PT Indo Asiana Lestari. Rencana tersebut kemudian mendapat penolakan keras dari masyarakat adat suku Awyu dari Boven Digoel dan Suku Moi dari Sorong. Baca… 5 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.  Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global. Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer. 1. Hutan Hujan Amazon Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan… 3 Inspirasi Desain Bangunan Gedung Hijau dari Seluruh Dunia Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup di tengah lingkungan yang asri, mendorong berbagai inisiatif dan langkah berkelanjutan dari berbagai pihak demi mendukung terciptanya kondisi tersebut. Bangunan gedung hijau pun menjadi salah satu pilihan yang menawarkan berbagai manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Bangunan dengan konsep hijau, umumnya dibangun dan dioperasikan dengan tujuan yang tidak hanya baik bagi penghuni, namun juga aman bagi alam sekitar. Didukung fitur-fitur yang mendukung efisiensi energi dan sumber daya, terciptanya kualitas udara yang baik, pengelolaan limbah yang efektif, sampai dengan fasilitas untuk gaya hidup ramah lingkungan. Sebab, menurut UN Environment Programme (UNEP), sektor bangunan dan konstruksi… Implementasi Bangunan Gedung Hijau di Wilayah DKI Jakarta Bangunan gedung hijau, atau dikenal juga sebagai bangunan ramah lingkungan, hadir dengan konsep struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya.  Bangunan dengan konsep ini umumnya berdiri dengan pendekatan konstruksi yang mencakup seluruh siklus hidup bangunan. Hal ini termasuk di antaranya penentuan lokasi, desain konstruksi, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi, …

Ancaman yang Bisa Timbul dari Tindakan Pembabatan Hutan Papua

Ancaman yang Bisa Timbul dari Tindakan Pembabatan Hutan Papua

Beberapa waktu lalu, media sosial ramai membahas soal rencana pembabatan hutan Papua melalui tagar “All Eyes On Papua”. Hutan seluas 36 ribu hektar, yang berada di kawasan Papua Selatan dan Papua Barat Daya, rencananya perlu dibabat guna membuka perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut pun mengundang penolakan dari masyarakat adat setempat, warganet, dan pihak lainnya.  Masyarakat adat Suku Awyu dan Suku Moi menolak konversi hutan sebab wilayah tersebut merupakan bagian dari hutan adat yang merupakan sumber penghidupan yang penting dan utama bagi mereka. Pembabatan hutan akan menyebabkan hilangnya berbagai sumber daya dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Berdampak juga bagi banyak hal. Dikutip dari situs KPSHK, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik dari masalah ini. Di antaranya ialah kepemilikan tradisional, kepentingan pembangunan daerah, perbedaan persepsi, keterbatasan informasi, keterlibatan pemerintah, partisipasi masyarakat, serta adanya pembatasan hukum.  Baca Juga: Upaya Indonesia Atasi Krisis Iklim Melihat jauh ke belakang, KPSHK menjelaskan bahwa isu yang sama pernah juga terjadi sebelumnya yaitu terkait konflik lahan dan perizinan masyarakat. Proyek pembukaan perkebunan sawit yang dilakukan di hutan Papua sebelumnya, tidak menyertakan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Negosiasi dan persetujuan dari masyarakat lokal pun tidak dilakukan, sehingga masyarakat adat khawatir akan hak-hak mereka dan potensi terjadinya deforestasi besar-besaran. Jika dilihat secara seksama, tindakan pembabatan hutan Papua dapat menimbulkan berbagai ancaman yang serius terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati, dan masyarakat lokal. Lalu, apa saja ancaman yang bisa timbul dari dilakukannya pembabatan habis hutan di Papua?  1. Pembabatan Hutan Menyebabkan Hilangnya Keanekaragaman Hayati Ini merupakan ancaman terbesar yang bisa terjadi dari tindakan pembabatan hutan. Hutan Papua telah sejak lama diketahui sebagai rumah bagi banyak spesies endemik. Merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.  Pembabatan hutan dapat menyebabkan kepunahan spesies seperti burung cenderawasih, kaswari, dan berbagai anggrek langka. Penggundulan hutan juga dapat menghancurkan habitat alami bagi berbagai flora dan fauna, mengganggu ekosistem yang sudah ada.  Dikutip dari EcoNusa, menurut Hendra K. Maury seorang ahli Ekologi dari Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, alih fungsi lahan besar-besaran akan menghilangkan sumber daya hayati yang sangat penting dan hal tersebut bersifat irreversible. Spesies yang terlanjur punah akan hilang selamanya. 2. Pembabatan Hutan Menimbulkan Kerusakan Ekosistem Pembabatan hutan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis, mangrove, dan rawa, yang berfungsi penting bagi kelestarian lingkungan. Tanah pun dapat rentan terhadap erosi akibat penahannya yaitu pepohonan hilang, berpengaruh terhadap lahan pertanian dan sumber daya air. AMDAL yang memiliki fungsi strategi dalam upaya pencegahan dan pengendalian kerusakan lingkungan umumnya diperlukan dalam proyek di atas. AMDAL akan memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa proyek pembabatan hutan dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan sosial, serta mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk melindungi ekosistem dan masyarakat sekitar. Meskipun begitu, pembabatan hutan atau deforestasi tetap akan menimbulkan kerugian yang tidak bisa dihindari. 3. Pembabatan Hutan Berdampak Terhadap Masyarakat Adat Kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi serta habitat spesies tentu berdampak terhadap komunitas adat yang tinggal di daerah tersebut yang telah secara turun temurun bergantung pada hutan sebagai sumber penghidupan mereka. Masyarakat adat yang bergantung pada hutan untuk makanan, obat-obatan, dan bahan bangunan akan kehilangan sumber daya penting. Pembabatan hutan juga dapat mengancam tradisi dan pengetahuan lokal yang berkaitan dengan hutan. Berpotensi mengikis identitas budaya masyarakat adat. 4. Pembabatan Hutan Meningkatkan Perubahan Iklim Hutan Papua dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia. Menurut Greenpeace Indonesia, hutan Papua merupakan wilayah yang penting bagi Indonesia juga dunia dalam upaya melawan perubahan iklim. Keberadaan hutan berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Penggundulan hutan melepaskan karbon yang tersimpan dalam vegetasi, berkontribusi pada perubahan iklim global. Tempo menyebut bahwa pembabatan hutan seluas itu dapat melepaskan emisi sampai dengan 25 juta ton CO2 dan berdampak secara global. Tidak hanya itu, pembabatan hutan juga dapat mengganggu siklus hidrologi, mempengaruhi pola curah hujan dan meningkatkan risiko banjir dan kekeringan. 5. Kerusakan Ekonomi Jangka Panjang Papua sejak lama mengalami permasalahan kemiskinan ekstrem dan ketertinggalan. Jumlahnya bahkan mengalami kenaikan sebanyak 0,21 persen per September 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik.  Salah satunya terjadi di Boven Digoel. Dikutip dari Tempo, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin di sini mencapai 19,80 persen dari total penduduk.  Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, akan tetapi, hilangnya sumber daya yang ada di hutan dan terhambatnya kegiatan pertanian dapat berkontribusi terhadap kondisi tersebut.    /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Berbagai Keanekaragaman Hayati di Balik Ancaman Pembabatan Hutan Papua “All Eyes On Papua” dan Keanekaragaman Hayati Munculnya tagar “All Eyes On Papua” sebagai upaya penolakan atas isu pembabatan hutan adat Papua yang memiliki beragam keanekaragaman hayati, memunculkan beragam respon dari berbagai pihak. Ramai masyarakat dengan suaranya mendesak pemerintah untuk mulai memikirkan ulang rencana, sebab dikhawatirkan akan banyak dampak yang bisa terjadi dari dijalankannya proyek tersebut. Isu bermula dari rencana pembabatan hutan Papua, tepatnya di Boven Digeol, yang akan dilakukan untuk membangun perkebunan kelapa sawit oleh PT Indo Asiana Lestari. Rencana tersebut kemudian mendapat penolakan keras dari masyarakat adat suku Awyu dari Boven Digoel dan Suku Moi dari Sorong. Baca… 5 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.  Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global. Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer. 1. Hutan Hujan Amazon Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan… 3 Inspirasi Desain Bangunan Gedung Hijau dari Seluruh Dunia Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup di tengah lingkungan yang asri, mendorong berbagai inisiatif dan langkah berkelanjutan dari berbagai pihak demi mendukung terciptanya kondisi tersebut. Bangunan gedung hijau pun menjadi salah satu pilihan yang menawarkan berbagai manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Bangunan dengan konsep hijau, umumnya …

5 Musisi yang Aktif pada Gerakan Lingkungan

5 Musisi yang Aktif pada Gerakan Lingkungan

Menyebarluasnya isu perubahan iklim telah menjadi ancaman yang nyata bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Seiring dengan kondisi ini, inisiatif untuk melakukan gerakan peduli lingkungan juga banyak bermunculan. Mulai dari gerakan yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan dan bisnis, organisasi dan komunitas, sampai dengan para selebriti dan musisi. Baca Juga: 5 Smartphone yang Berinovasi untuk Lebih Ramah Lingkungan Menyadari kekuatan dari daya pengaruh (influence) yang dimiliki oleh para musisi, tidak sedikit dari mereka yang mulai aktif dalam gerakan lingkungan. Mari simak 5 musisi berikut yang secara aktif menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan yang berkelanjutan! Musisi Lingkungan: Coldplay Grup band Coldplay dengan Chris Martin sebagai vokalisnya merupakan salah satu contoh grup musik yang aktif pada gerakan peduli lingkungan. Kepedulian Coldplay terhadap lingkungan ditunjukkan dengan kontribusi aktifnya pada kampanye untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Tidak hanya itu, pada tahun 2019, Chris Martin menyatakan bahwa Coldplay tidak akan mengadakan tur konser sampai mereka benar-benar mampu menggelarnya dengan lebih ramah lingkungan. Selang empat tahun kemudian, di 2023 mereka akhirnya menggelar tur musik di Jakarta dengan membawa inisiatif untuk mengurangi emisi karbon mereka hingga 50% melalui tiga prinsip berkelanjutan; reduce, reinvent, dan restore.  Musisi Lingkungan: Ed Sheeran Ed Sheeran adalah salah satu musisi dunia yang juga memiliki perhatian khusus pada lingkungan. Salah satu bentuk dukungan terhadap keberlanjutan lingkungan adalah pada kampanye “No Single Use Plastic”. Selain itu, Ed Sheeran juga diketahui telah menyumbangkan pendapatan dari konsernya untuk organisasi yang bergerak di bidang lingkungan yaitu London Wildlife Trust. Ed Sheeran mengakui bawa dirinya merasa bertanggungjawab untuk menghijaukan Inggris, karena jejak karbon yang ia hasilkan sebagai warga negara dirasa tidak sedikit.  Musisi Lingkungan: Billie Eilish Musisi muda dan bertalenta, Billie Eilish adalah salah satu musisi yang juga aktif mengadvokasikan isu-isu lingkungan. Salah satu kampanye yang aktif diikutinya adalah “Vote Climate U.S. PAC” yang berfokus pada isu perubahan iklim.  Di samping itu, Billie Eilish juga sempat meraih penghargaan EMA Missions in Music Awards atas pastisipasinya di kampanye hijau. Penghargaan ini diselenggarakan oleh The Environmental Media Association di Los Angeles.  Musisi Lingkungan: Lana Del Rey Musisi berikutnya yang juga menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan adalah Lana Del Rey. Melalui lagu berjudul ‘The Greatest’, Lana Del Rey menceritakan kondisi perubahan iklim di bumi. Liriknya, “L.A.’s in flames, it’s getting hot… Life on Mars ain’t just a song’, menggambarkan betapa mendalamnya perasaan Lana Del Rey melihat kondisi bumi yang semakin panas tersebut.  Musisi Lingkungan: Efek Rumah Kaca Bukan hanya musisi dunia saja, Indonesia juga memiliki musisi yang peduli terhadap lingkungan. Seperti namanya Efek Rumah Kaca (ERK) adalah musisi yang sejak tahun 2009 telah berusaha untuk membangun kesadaran untuk menciptakan lingkungan hijau. Seperti melalui lagu-lagunya yaitub “Debu-Debu Berterbangan”, “Di Udara”, “Belanja Terus Sampai Mati”, dan “Tiba-Tiba Jadi Batu” yang menceritakan mengenai kondisi iklim bumi yang semakin mengkhawatirkan. Baca Juga: 5 Buku Climate Change Tingkatkan Pemahaman Lingkungan Melihat bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh para musisi. Maka, setiap dari kita juga perlu untuk lebih sadar dan memahami bagaimana cara untuk menjaga lingkungan alam. Saat itu, telah hadir layanan All-In-One Solution dari Satuplatform untuk dapat membantu mendukung inisiatif setiap pihak yg peduli pada lingkungan. Coba FREE DEMO ini sekarang juga! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 5 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.  Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global. Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer. 1. Hutan Hujan Amazon Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan… 3 Inspirasi Desain Bangunan Gedung Hijau dari Seluruh Dunia Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup di tengah lingkungan yang asri, mendorong berbagai inisiatif dan langkah berkelanjutan dari berbagai pihak demi mendukung terciptanya kondisi tersebut. Bangunan gedung hijau pun menjadi salah satu pilihan yang menawarkan berbagai manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Bangunan dengan konsep hijau, umumnya dibangun dan dioperasikan dengan tujuan yang tidak hanya baik bagi penghuni, namun juga aman bagi alam sekitar. Didukung fitur-fitur yang mendukung efisiensi energi dan sumber daya, terciptanya kualitas udara yang baik, pengelolaan limbah yang efektif, sampai dengan fasilitas untuk gaya hidup ramah lingkungan. Sebab, menurut UN Environment Programme (UNEP), sektor bangunan dan konstruksi… Implementasi Bangunan Gedung Hijau di Wilayah DKI Jakarta Bangunan gedung hijau, atau dikenal juga sebagai bangunan ramah lingkungan, hadir dengan konsep struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya.  Bangunan dengan konsep ini umumnya berdiri dengan pendekatan konstruksi yang mencakup seluruh siklus hidup bangunan. Hal ini termasuk di antaranya penentuan lokasi, desain konstruksi, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi, sampai dengan pembongkaran. Sebuah bangunan tidak dapat disebut sebagai bangunan hijau atau gedung hijau begitu saja sebelum dapat memastikan kriterianya terpenuhi. Green Building Council Indonesia (GBCI) yang merupakan lembaga yang berwenang menyelenggarakan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia, telah merilis beberapa kriteria untuk menentukan… Bangunan Gedung Hijau: Pengertian, Kriteria, hingga Manfaatnya Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim dan pemanasan global, manusia didorong untuk dapat beraktivitas dengan cara yang paling aman bagi alam. Termasuk dalam konteks pembangunan melalui implementasi bangunan gedung hijau sebagai salah satu upaya berkelanjutan. Bangunan gedung hijau atau green building diyakini memiliki berbagai manfaat secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Dengan desain yang bijak dan penggunaan teknologi ramah lingkungan, bangunan hijau membantu menciptakan lingkungan yang lebih sustainable, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Namun, bagaimana konsep bangunan gedung hijau sebenarnya? Apa Itu Bangunan Gedung Hijau? Bangunan hijau atau gedung hijau merupakan struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak… Waspadai Peningkatan Penyakit Akibat Perubahan Iklim Disadari atau tidak, perubahan iklim telah menjadi isu lingkungan yang berdampak signifikan bagi banyak makhluk hidup di bumi. Keberlangsungan hidup beragam vegetasi dan spesies …

dekarbonisasi1

How Environmental Transparency Benefits Corporate Sustainability

As businesses and industries continue to expand, the environmental repercussions of their operations are also on the rise, posing increasingly difficult challenges to manage. This situation heightens the community’s expectations regarding a company’s role, responsibilities, and commitment to both the community and the environment. The commitment to maintaining the sustainability of the environment nowadays is a big matter. Concerning corporate responsibility, environmental transparency is an important part of the effort to maintain the stability of the ecosystem on Earth. In this article, we will go through environmental transparency and how it gives benefit to corporate sustainability. Understanding environmental transparency Environmental transparency refers to the concept of sharing detailed information and data on their operations beyond what’s legally required and making it available to the entitled parties. It means environmental transparency can be seen as the disclosure of pertinent information during decision-making processes or the divulgence of material facts, such as the impact of production goods activity on the landfill.  Oswald (2010) explains that environmental transparency is valuable information about how the company works and encourages community involvement and company disclosure. Environmental transparency significantly contributes to the sustainability of a firm and is crucial for decision-making strategies.  Read More: Pentingnya Transparansi dalam Laporan ESG dan Keberlanjutan Environmental Transparency to Customer Trust Businesses that embrace transparency have proven to increase their customer trust. In this case, transparency is the fundamental key to capitalizing on a consumer market that today is more focused on sustainability. According to an international study conducted by Unilever, it discovered that one-third of consumers are buying from brands that are seen as sustainable.  Being transparent about the real impact of products or services helps to show potential customers who are trustworthy and helps them to make more informed decisions.  Environmental Transparency for Tighten the Cooperation Besides the benefit to customer trust, being transparent also will help businesses to improve their relationship with clients which will lead the business to capture future improvements for more cooperation and colaboration.  If businesses are open with what they are doing, businesses are more likely to have people engage in a meaningful way. It all comes back to a very simple concept: doing the right thing is the right thing for your business, your employees, your customers and the planet. Environmental Transparency to Support Net Zero One of the important ambitions of environmental discourse is Net Zero. Most companies fail to provide a complete picture of their carbon footprint and environmental impact, thereby slowing progress towards Net Zero. Given the growing concern regarding the so-called “climate emergency”, environmental transparency on climate issues is essential. Companies that transparently demonstrate environmental initiatives and are able to calculate the reduction in the amount of emissions they produce mean that they are present as parties that concretely support Net Zero. Consistency to Environmental Transparency To present as a business that is transparent of its environmental impact requires consistency. Businesses should continuously provide information and data on the impact caused by products, services and businesses. As well as the waste management and emissions it produces.  By being consistent, customers will stay loyal and will open up possible corporations and investors. In supporting the consistency of environmental transparancy of business, now Satuplatform presents an all-in-one solution that gives reliable ESG reports and emission through Sustainabilty Reporting.  Consult now with Satuplatform FREE DEMO!  /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 5 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.  Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global. Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer. 1. Hutan Hujan Amazon Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan… 3 Inspirasi Desain Bangunan Gedung Hijau dari Seluruh Dunia Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup di tengah lingkungan yang asri, mendorong berbagai inisiatif dan langkah berkelanjutan dari berbagai pihak demi mendukung terciptanya kondisi tersebut. Bangunan gedung hijau pun menjadi salah satu pilihan yang menawarkan berbagai manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Bangunan dengan konsep hijau, umumnya dibangun dan dioperasikan dengan tujuan yang tidak hanya baik bagi penghuni, namun juga aman bagi alam sekitar. Didukung fitur-fitur yang mendukung efisiensi energi dan sumber daya, terciptanya kualitas udara yang baik, pengelolaan limbah yang efektif, sampai dengan fasilitas untuk gaya hidup ramah lingkungan. Sebab, menurut UN Environment Programme (UNEP), sektor bangunan dan konstruksi… Implementasi Bangunan Gedung Hijau di Wilayah DKI Jakarta Bangunan gedung hijau, atau dikenal juga sebagai bangunan ramah lingkungan, hadir dengan konsep struktur yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya.  Bangunan dengan konsep ini umumnya berdiri dengan pendekatan konstruksi yang mencakup seluruh siklus hidup bangunan. Hal ini termasuk di antaranya penentuan lokasi, desain konstruksi, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi, sampai dengan pembongkaran. Sebuah bangunan tidak dapat disebut sebagai bangunan hijau atau gedung hijau begitu saja sebelum dapat memastikan kriterianya terpenuhi. Green Building Council Indonesia (GBCI) yang merupakan lembaga yang berwenang menyelenggarakan sertifikasi bangunan hijau di Indonesia, telah merilis beberapa kriteria untuk menentukan… Bangunan Gedung Hijau: Pengertian, Kriteria, hingga Manfaatnya Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim dan pemanasan global, manusia didorong untuk dapat beraktivitas dengan cara yang paling aman bagi alam. Termasuk dalam konteks pembangunan melalui implementasi bangunan gedung hijau sebagai salah satu upaya berkelanjutan. Bangunan gedung hijau atau green building diyakini memiliki berbagai manfaat secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Dengan desain yang bijak dan penggunaan teknologi ramah lingkungan, bangunan hijau membantu menciptakan lingkungan yang lebih sustainable, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Namun, bagaimana konsep bangunan gedung hijau sebenarnya? Apa Itu Bangunan Gedung Hijau? Bangunan hijau atau gedung hijau merupakan struktur yang dirancang, dibangun, …

Environmental Performance Monitoring untuk Pantau Dampak Lingkungan Perusahaan

Strategi Meningkatkan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah konsep yang mencakup berbagai aspek untuk memastikan semua orang, di semua tempat, mendapatkan akses yang memadai dan berkelanjutan terhadap makanan yang bergizi dan aman. Terhindar dari ancaman kelaparan. Baca Juga: Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya Memastikan terlaksananya ketahanan pangan yang baik menjadi hal yang sangat penting bagi suatu negara juga secara global sebab berhubungan langsung pada banyak hal. Beberapa di antaranya ialah faktor kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial-ekonomi. Akan tetapi, dalam beberapa waktu ke belakang, upaya berbagai negara untuk mencapai ketahanan pangan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang kompleks dan saling terkait. Mulai dari pertumbuhan penduduk, degradasi lahan, penyakit tanaman dan hama, pandemi COVID-19, konflik antar negara, hingga perubahan iklim memberi dampak signifikan bagi kestabilan pangan dunia. World Bank menyebut bahwa kerawanan pangan global telah meningkat. Berdasarkan data terbaru dari World Food Programme, terjadi peningkatan terhadap jumlah orang yang menderita kerawanan pangan. Meningkat dari 135 juta orang pada 2019, menjadi 345 juta orang pada bulan Juni 2022 (data menyasar pada 82 negara di dunia). Selain itu, laporan berjudul State of Food Security and Nutrition in the World (SOFI) yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menemukan bahwa sekitar 2,4 miliar orang tidak memiliki akses terhadap makanan yang bergizi, aman, dan cukup. Masalah ini tentu membutuhkan penyelesaian segera, utamanya untuk menghindarkan masyarakat dari potensi kelaparan dam kekurangan gizi. Baca Juga: Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan Oleh karena itu, meningkatkan ketahanan pangan global menjadi sebuah urgensi sekaligus tantangan yang kompleks dan memerlukan pendekatan multidimensional. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah berbagai strategi yang dilakukan banyak pihak dalam memastikan dan meningkatkan ketahanan pangan global. 1.  Memastikan Produksi Pangan Berkelanjutan Menurut Wolrd Economic Forum, salah satu yang perlu dilakukan dalam meningkatkan ketahanan pangan ialah dengan mengamankan musim pertanian di masa mendatang dan menjaga kesuburan tanah.  Di tengah meningkatnya dampak masalah lingkungan dan perubahan iklim, petani perlu untuk mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan, hama, dan penyakit. Juga menerapkan teknologi irigasi yang efisien dan pertanian yang presisi guna memantau dan mengelola lahan pertanian. Selain itu, melakukan diversifikasi tanaman dapat turut membantu mencegah risiko tanaman  terdampak hama dan penyakit, sehingga menjaga ketersediaan hasil pangan. 2.  Mendorong Agroekologi untuk Ketahanan Pangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mendefinisikan agroekologi sebagai sebuah perancangan dan pengelolaan sistem pertanian dan pangan berkelanjutan dengan pendekatan holistik dan terpadu serta menerapkan konsep ekologi dan sosial. Bertujuan meningkatkan siklus alami dan interaksi antara tanaman, hewan, tanah, air, dan iklim, dengan tetap menghormati pengetahuan, budaya, dan kebutuhan lokal petani dan konsumen. Penerapan prinsip dan praktik agroekologi diyakini dapat meningkatkan produksi pangan, mengurangi dampak lingkungan, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memperkuat sistem pangan. Contoh kegiatannya ialah penggunaan pupuk organik, pergiliran tanaman, tumpang sari, agroforestri, dan pengelolaan hama terpadu. 3.  Mengurangi Kehilangan dan Pemborosan Pangan untuk Memenuhi Ketahanan Pangan yang hilang dan terbuang berpengaruh pada kondisi ketahanan pangan. Meningkatkan efisiensi rantai pasokan pangan dari produksi hingga konsumsi dapat membantu mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan. Sampah makanan tidak hanya berkontribusi terhadap kelaparan, namun juga emisi gas rumah kaca, kelangkaan air, dan degradasi lahan. Makanan yang terbuang dan busuk di tempat pembuangan sampah akan menghasilkan metana, gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) dalam jangka waktu 100 tahun. Penerapan praktik, teknologi, dan kebijakan yang lebih baik dapat menghemat sumber daya pangan, uang, dan lingkungan. Dimulai dengan meningkatkan fasilitas penyimpanan dan transportasi, mendorong donasi dan re-distribusi makanan, mengedukasi konsumen dan dunia usaha mengenai penanganan dan pelabelan makanan yang benar, serta mendorong pembuatan kompos dan daur ulang. 3.  Mendukung Petani Skala Kecil dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Sebuah artikel kolaboratif LinkedIn menjelaskan bahwa petani skala kecil sering kali menghadapi banyak tantangan, seperti kurangnya akses terhadap pasar, kredit, input, teknologi, dan layanan penyuluhan. Mereka juga rentan terhadap guncangan iklim, hama, penyakit, dan fluktuasi harga. Oleh karena itu, berinvestasi pada mereka dapat membantu mereka meningkatkan produktivitas, pendapatan, serta kontribusi mereka terhadap keanekaragaman, kualitas, dan kedaulatan. Beberapa di antaranya dengan memberikan dukungan finansial, kredit, pelatihan, hingga penyuluhan terkait praktik pertanian berkelanjutan dan teknologi terbaru. 4.  Meningkatkan Pemahaman Gizi dan Infrastruktur Pertanian untuk Ketahanan Pangan Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan pola makan yang sehat merupakan salah satu langkah yang diperlukan dalam menjaga ketahanan pangan. Sebab hal ini berperan dalam meningkatkan kesadaran dan permintaan akan makanan bergizi dan beragam, serta mempengaruhi perilaku dan kebijakan produsen, pengolah, pengecer, dan regulator makanan. Selain itu, membangun infrastruktur yang baik untuk transportasi dan penyimpanan pangan juga dapat membantu petani mengurangi kehilangan pangan pasca-panen.  Ketahanan pangan adalah fondasi bagi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan manusia. Dengan memastikan ketahanan pangan, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar manusia tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih stabil, sehat, dan produktif. Meningkatkan ketahanan pangan global memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi, ketahanan pangan global dapat ditingkatkan, memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi bagi semua orang. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 5 Titik Paru-Paru Dunia yang Berperan Menyerap Emisi Gas Rumah Kaca Hutan sering disebut sebagai “paru-paru dunia” karena peran vital mereka dalam menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.  Hutan hujan salah satunya, mendukung keanekaragaman terbesar spesies tumbuhan dan hewan. Wilayah ini juga menjadi rumah bagi beragam suku dan kelompok masyarakat adat. Hutan berperan penting dalam membantu mengatur iklim lokal dan melawan pemanasan global. Berikut ini adalah 3 hutan hujan di dunia yang punya peran menyerap emisi gas rumah kaca di atmosfer. 1. Hutan Hujan Amazon Amazon merupakan hutan hujan tropis terbesar dan paling terkenal di dunia dengan luas mencapai 526 juta hektar. Lokasinya terletak di Amerika Selatan dan… 3 Inspirasi Desain Bangunan Gedung Hijau dari Seluruh Dunia Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup di tengah lingkungan yang asri, mendorong berbagai inisiatif dan langkah berkelanjutan dari berbagai pihak demi mendukung terciptanya kondisi tersebut. Bangunan gedung hijau pun menjadi salah satu pilihan yang menawarkan berbagai manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan. Bangunan dengan konsep hijau, umumnya dibangun dan dioperasikan dengan tujuan yang tidak hanya baik bagi penghuni, …

Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya

Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya

Ketahanan pangan merupakan salah satu elemen penting yang wajib diperhatikan sebab berhubungan langsung dengan kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial-ekonomi suatu negara.  Baca Juga: Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan Di Indonesia sendiri, pemenuhan akan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Kondisi pangan yang kritis dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Akan tetapi, mengutip dari Earth.org, dengan terjadinya berbagai kondisi saat ini, salah satunya adalah perubahan iklim, dunia disebut berada di ambang krisis pangan global. Berbagai negara terancam menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan. Menyebabkan kekhawatiran bagi banyak pihak. Baca Juga: 3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang Kira-kira, apa saja ancaman terhadap ketahanan pangan global yang terjadi di masa sekarang? Apa Itu Ketahanan Pangan? Berdasarkan KTT Pangan Dunia tahun 1996, ketahanan pangan dimaksudkan sebagai kondisi di mana ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi pangan untuk hidup aktif dan sehat. Ketahanan pangan melibatkan empat dimensi utama. Dimensi tersebut di antaranya. Ketersediaan pangan secara fisik bertujuan memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini mencakup kemampuan untuk memproduksi pangan, penyimpanan stok, sistem logistik dan distribusi yang efektif, hingga perdagangan sampai akhirnya makanan tersalurkan ke seluruh wilayah, sampai yang terpencil sekalipun.  Akses ekonomi dan fisik terhadap pangan merupakan dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan. World Bank menyebut bahwa kecukupan pasokan pangan pada tingkat nasional dan internasional tidak serta merta menjamin ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga. Oleh karena itu, negara diwajibkan untuk menyiapkan kebijakan yang menjamin kemampuan individu atau rumah tangga untuk membeli makanan yang mencakup di antaranya pendapatan, harga makanan, ketersediaan pasar, transportasi, hingga infrastruktur bagi semua orang.  Dalam hal ini, pemanfaatan pangan dimaksudkan untuk menjamin gizi, keamanan makanan, serta pengetahuan dan praktik dalam mengelola makanan tersebut. World Bank menjelaskan bahwa asupan energi dan nutrisi yang cukup oleh individu apabila dikombinasikan dengan pemanfaatan biologi yang baik dari makanan yang dikonsumsi, dapat menentukan status gizi individu. Stabilitas pangan ialah kemampuan untuk mempertahankan ketersediaan dan akses pangan sepanjang waktu. Tidak terpengaruh gangguan yang signifikan akibat perubahan iklim, konflik, atau faktor ekonomi. Untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan yang baik, keempat dimensi tersebut perlu dipenuhi secara bersamaan. Berfokus pada peningkatan produksi pangan, akses yang adil dan berkelanjutan, pemanfaatan yang sehat dan bergizi, serta stabilitas pasokan yang kokoh. Tantangan Ketahanan Pangan Global Ketahanan pangan adalah fondasi bagi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan manusia. Namun, ketahanan pangan juga dapat menghadapi sejumlah tantangan pada tahap produksi maupun konsumsi. Lima tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan di antaranya: Dikutip dari Global Food Security, merujuk pada Laporan Global Nutrition 2016: From Promise to Impact – Ending Malnutrition by 2030 (IFPRI, 2016), sekitar 795 juta orang menghadapi kelaparan setiap hari dan lebih dari dua miliar orang kekurangan zat gizi mikro (contohnya zat besi, seng, vitamin A). Oleh karena itu, Global Food Security menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam ketahanan pangan sebenarnya ialah memahami bagaimana kita dapat mendesain ulang sistem pangan agar menjadi sehat, berkelanjutan, dan lebih tahan terhadap perubahan iklim. Salah satunya juga untuk membantu memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Perjanjian Paris. Turut Serta dalam Keberlanjutan Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 5 Organisasi Atasi Masalah Sampah di Indonesia Organisasi Sampah – Masalah sampah di Indonesia semakin mendesak untuk diatasi. Data yang dilansir dari Kata Data, volume timbulan sampah nasional 2022 naik drastis sebesar 21,7% dibandingkan 2021.  Volume sampah terbesar disumbangkan dari Jawa Tengah sebanyak 15,39% dari total timbulan sampah nasional. Dari total timbulan sampah nasional pada 2022, sebanyak 62,63% di antaranya sudah terkelola dan sisanya masih belum terkelola. Dari semakin daruratnya masalah sampah di Indonesia, kini mulai banyak organisasi-organisasi dengan visi bantu pulihkan kondisi lingkungan melalui pengelolaan sampah bertanggung jawab yang mulai bermunculan. Baca Juga: 5 Cara Sederhana Mengurangi Jejak Karbon Berbagai organisasi telah berdiri dan berperan aktif… Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya Ketahanan pangan merupakan salah satu elemen penting yang wajib diperhatikan sebab berhubungan langsung dengan kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial-ekonomi suatu negara.  Di Indonesia sendiri, pemenuhan akan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Kondisi pangan yang kritis dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Akan tetapi, mengutip dari Earth.org, dengan terjadinya berbagai kondisi saat ini, salah satunya adalah perubahan iklim, dunia disebut berada di ambang krisis pangan global. Berbagai negara terancam menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan. Menyebabkan kekhawatiran bagi banyak… Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan Sejak beberapa tahun ke belakang, peningkatan dampak perubahan iklim telah banyak terlihat di berbagai wilayah di seluruh dunia. Perubahan iklim memberi dampak yang signifikan bagi banyak hal, termasuk dalam hal ini adalah ketahanan pangan. Dikutip dari Laporan Climate Change And Food Security: Risks And Responses oleh FAO UN, menurut laporan penilaian terbaru yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim terbukti telah menambah dan meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan bagi negara-negara dan populasi yang paling rentan.  IPCC menemukan adanya empat risiko utama yang bisa terjadi akibat perubahan iklim yang mempunyai konsekuensi langsung terhadap ketahanan pangan: Perubahan iklim… 3 Ancaman …

Bagaimana Perubahan Iklim Berdampak Pada Kondisi Perekonomian?

Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Sejak beberapa tahun ke belakang, peningkatan dampak perubahan iklim telah banyak terlihat di berbagai wilayah di seluruh dunia. Perubahan iklim memberi dampak yang signifikan bagi banyak hal, termasuk dalam hal ini adalah ketahanan pangan. Dikutip dari Laporan Climate Change And Food Security: Risks And Responses oleh FAO UN, menurut laporan penilaian terbaru yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim terbukti telah menambah dan meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan bagi negara-negara dan populasi yang paling rentan.  IPCC menemukan adanya empat risiko utama yang bisa terjadi akibat perubahan iklim yang mempunyai konsekuensi langsung terhadap ketahanan pangan: Perubahan iklim juga akan mempunyai dampak yang lebih luas terhadap arus perdagangan, penjualan pangan, dan stabilitas harga. Hal ini dapat menimbulkan risiko baru bagi keberlangsungan hidup manusia. Baca Juga: 3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan Global Berbagai bentuk perubahan cuaca seperti banjir, gelombang panas, kemarau ekstrem, dan peningkatan suhu sebagai akibat dari perubahan iklim, telah banyak mempengaruhi sektor pertanian dan berdampak pada ketahanan pangan.  Pemanasan global mempengaruhi pola cuaca, menyebabkan gelombang panas, hujan deras, dan kekeringan. World Bank menjelaskan bahwa kerawanan pangan global telah meningkat dan sebagian besar disebabkan oleh fenomena iklim. Beberapa dampak utama perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di antaranya: 1. Perubahan Pola Curah Hujan Terhadap Ketahanan Pangan Banjir, kekeringan, dan perubahan dalam pola cuaca dapat mengganggu siklus pertanian dan membuat hasil panen tidak menentu. Kondisi ini juga dapat merusak median tanam juga infrastruktur pertanian sehingga kegiatan pertanian tidak berjalan stabil. 2. Peningkatan Suhu Terhadap Ketahanan Pangan Faktanya, perubahan suhu dapat mempengaruhi musim tanam dan tanaman yang dapat ditanam di suatu wilayah. Suhu tinggi juga berpengaruh pada kondisi tanaman, mengurangi kemampuannya untuk tumbuh. 3. Perubahan Keberadaan Hama dan Penyakit Peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan berkontribusi juga memperluas wilayah penyebaran hama dan penyakit tanaman. Meningkatkan risiko kerusakan tanaman. 4. Penurunan Kualitas Tanah Erosi tanah menjadi suatu hal yang dikhawatirkan dari terjadinya hujan deras dan banjir. Sebab tanah yang terendam air dalam waktu yang lama dapat berkurang kesuburannya. Banjir juga merusak tanaman yang berdampak pada berkurangnya hasil panen. 5. Penurunan Sumber Daya Air Kondisi cuaca ekstrem yang menciptakan kondisi kekeringan berkepanjangan akan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi yang mempengaruhi produksi pangan. 6. Peningkatan Permukaan Air Laut Intrusi air laut atau naiknya permukaan laut ke batas daratan berpotensi mengganggu lahan pertanian di daerah pesisir. Mengurangi kesuburan tanah dan mengganggu produksi pangan. 7. Kerugian Ekonomi Terjadinya gangguan pada produksi pangan akan berdampak pada krisis pangan, kerugian ekonomi bagi petani, serta meningkatkan harga pangan.  8. Keamanan Pangan Iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan pangan yang berpengaruh pada aksesibilitas dan ketersediaan pangan. Sayangnya hal ini biasanya berdampak pada populasi yang rentan, seperti masyarakat miskin atau yang tinggal di daerah terpencil, yang merasakan kenaikan harga dan penurunan ketersediaan pangan. Kondisi Ketahanan Pangan Global Saat Ini Kerawanan pangan global telah meningkat, sebagian besar disebabkan oleh fenomena iklim. Pemanasan global mempengaruhi pola cuaca, menyebabkan gelombang panas, hujan deras, dan kekeringan. Berdasarkan data World Bank, jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut meningkat sekitar 135 juta orang pada tahun 2019 menjadi 345 juta di 82 negara pada Juni 2022. Dipengaruhi juga oleh peristiwa yang terjadi belakangan, seperti konflik antar negara, gangguan rantai pasokan, dan dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang mendorong harga pangan melonjak drastis. Laporan berjudul State of Food Security and Nutrition in the World (SOFI) oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) juga menyebut bahwa sekitar 2,4 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap makanan yang bergizi, aman, dan cukup. Memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan dan masyarakat pedesaan. Namun, pada saat yang sama, cara produksi pangan saat ini juga merupakan salah satu penyebab utama permasalahan ini. World Bank menyebut bahwa sistem pangan turut berkontribusi terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca global. Diperkirakan sepertiga emisi gas rumah kaca di atmosfer, disumbang oleh sistem pangan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antar pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat untuk menghadapi tantangan kerawanan pangan dan membangun sistem pangan yang berkelanjutan dan inklusif untuk semua.  Dibutuhkan juga penerapan langkah-langkah seperti penerapan praktik pertanian berkelanjutan, pengelolaan sumber daya yang efisien, pemanfaatan teknologi pertanian modern, hingga penyediaan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim demi mewujudkan ketahanan pangan yang dinamis. Similar Article 5 Organisasi Atasi Masalah Sampah di Indonesia Organisasi Sampah – Masalah sampah di Indonesia semakin mendesak untuk diatasi. Data yang dilansir dari Kata Data, volume timbulan sampah nasional 2022 naik drastis sebesar 21,7% dibandingkan 2021.  Volume sampah terbesar disumbangkan dari Jawa Tengah sebanyak 15,39% dari total timbulan sampah nasional. Dari total timbulan sampah nasional pada 2022, sebanyak 62,63% di antaranya sudah terkelola dan sisanya masih belum terkelola. Dari semakin daruratnya masalah sampah di Indonesia, kini mulai banyak organisasi-organisasi dengan visi bantu pulihkan kondisi lingkungan melalui pengelolaan sampah bertanggung jawab yang mulai bermunculan. Baca Juga: 5 Cara Sederhana Mengurangi Jejak Karbon Berbagai organisasi telah berdiri dan berperan aktif… Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya Ketahanan pangan merupakan salah satu elemen penting yang wajib diperhatikan sebab berhubungan langsung dengan kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial-ekonomi suatu negara.  Di Indonesia sendiri, pemenuhan akan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Kondisi pangan yang kritis dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Akan tetapi, mengutip dari Earth.org, dengan terjadinya berbagai kondisi saat ini, salah satunya adalah perubahan iklim, dunia disebut berada di ambang krisis pangan global. Berbagai negara terancam menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan. Menyebabkan kekhawatiran bagi banyak… Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan Sejak beberapa tahun ke belakang, peningkatan dampak perubahan iklim telah banyak terlihat di berbagai wilayah di seluruh dunia. Perubahan iklim memberi dampak yang signifikan bagi banyak hal, termasuk dalam hal ini adalah ketahanan pangan. Dikutip dari Laporan Climate Change And Food Security: Risks And Responses oleh FAO UN, menurut laporan penilaian terbaru yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim terbukti telah menambah dan meningkatkan risiko terhadap ketahanan pangan bagi negara-negara dan populasi yang …

3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang

3 Ancaman Terbesar terhadap Ketahanan Pangan Global Di Masa Sekarang

Ketahanan pangan merupakan salah satu elemen penting yang wajib diperhatikan sebab berhubungan langsung dengan kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas sosial-ekonomi suatu negara.  Baca Juga: Ketahanan Pangan: Pengertian dan Tantangannya Di Indonesia sendiri, pemenuhan akan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945. Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Kondisi pangan yang kritis dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Akan tetapi, mengutip dari Earth.org, dengan terjadinya berbagai kondisi saat ini, salah satunya adalah perubahan iklim, dunia disebut berada di ambang krisis pangan global. Berbagai negara terancam menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan. Menyebabkan kekhawatiran bagi banyak pihak. Ketahanan pangan adalah fondasi bagi pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan manusia. Setiap negara perlu untuk menyiapkan diri menghadapi berbagai potensi ancaman yang mungkin terjadi terhadap ketahanan pangan yang umumnya melibatkan berbagai faktor. Earth.org menjelaskan bahwa secara umum, kerawanan pangan bisa terjadi disebabkan oleh guncangan ekonomi, permasalahan lingkungan hidup, serta konflik dan krisis kemanusiaan. Namun, berikut adalah tiga potensi ancaman terhadap ketahanan pangan global yang dapat terjadi di masa sekarang. Baca Juga: Bagaimana Perubahan Iklim Berdampak Pada Ketahanan Pangan Global? 1. Perubahan Iklim dan Masalah Lingkungan Terjadinya krisis iklim memberikan pengaruh dalam perubahan pola cuaca sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan lainnya. Kondisi tersebut dapat berpotensi mengubah dan merusak ekosistem, mengancam keanekaragaman hayati dan menghancurkan hasil panen. Rangkaian peristiwa tersebut berdampak besar pada produksi pangan, karena secara signifikan membatasi kualitas, ketersediaan, dan aksesibilitas sumber daya, serta membahayakan stabilitas sistem pangan di seluruh dunia. Dalam artikelnya, Earth mencantumkan studi baru NASA yang menemukan bahwa tanaman jagung termasuk yang paling terancam akibat peningkatan emisi gas rumah kaca. Hasil panen jagung di seluruh dunia diperkirakan akan menurun sampai dengan 24 persen pada tahun 2030 jika kondisi tersebut tidak segera dibenahi. Hal ini disebut dapat berdampak pula pada beras dan gandum yang pasokannya akan menyusut secara signifikan. Selain itu, banjir, kekeringan, kebakaran hutan juga merupakan bencana yang dapat menimbulkan ancaman terhadap ketahanan pangan. Bencana tersebut dapat merusak lahan pertanian secara signifikan yang berdampak pada rusaknya tanaman dan berkurangnya produksi pangan.  2. Pertambahan Penduduk dan Sistem Pangan Modern Pertumbuhan populasi global meningkatkan permintaan pangan yang dapat memicu tekanan pada sistem produksi pangan.  Diperkirakan bahwa jumlah populasi akan mencapai hampir 10 miliar pada 2050. Semakin banyak manusia berarti dibutuhkan semakin banyak sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan global. Untuk dapat memenuhi permintaan pangan yang tinggi, manusia terus berupaya mengembangkan teknik intensif pertanian yang memungkinkan mereka memproduksi pangan dalam jumlah besar dengan harga yang lebih murah. Sayangnya beberapa dilakukan dengan cara yang kurang tepat. Belum lagi dengan keterbatasan petani di negara berkembang ke teknologi pertanian modern. Selain itu, sekitar dua pertiga emisi dari sistem pangan global berasal dari sektor berbasis lahan, yang terdiri dari pertanian, penggunaan lahan, dan perubahan penggunaan lahan.  Ditambah dengan masalah terkait sampah makanan. Dunia diyakini menciptakan sekitar 1,3 miliar ton atau senilai hampir USD$1 triliun makanan yang terbuang atau hilang setiap tahunnya. Jumlah yang cukup untuk memberi makan 3 miliar orang atau hampir 40% populasi global.  Akan tetapi, sampah makanan berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Ketika makanan terbuang dan akhirnya membusuk di tempat pembuangan sampah, proses pembusukan tersebut menghasilkan metana, gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida (CO2) dalam jangka waktu 100 tahun. Hilangnya sumber daya yang berharga ini menyebabkan perubahan iklim tanpa meningkatkan ketahanan pangan atau nutrisi. Mengurangi jumlah sampah makanan yang berakhir di TPA dapat secara signifikan mengurangi emisi metana. Selain itu, memanfaatkan makanan yang ada dengan lebih efisien dapat mengurangi tekanan pada sistem produksi pangan global. 3. Gangguan pada Rantai Makanan Terdapat banyak cara dan faktor yang bisa menimbulkan bahaya bagi rantai pangan global. Dua peristiwa bencana belakangan ini bisa disebut menjadi faktor utama yang mengganggu ketahanan pangan, yakni pandemi COVID-19 dan terjadinya konflik di Ukraina. Pandemi tidak hanya memicu krisis kesehatan tetapi juga krisis ekonomi. Secara keseluruhan, kejadian kemarin menimbulkan ancaman serius terhadap ketahanan pangan global. Lockdown yang ketat, penutupan bisnis, dan perjalanan hidup memberikan beban pada perekonomian dunia. Dikutip dari Earth.org, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menekankan bahwa dunia berada di kondisi yang memprihatinkan. Diperkirakan 928 juta orang – hampir dua kali lipat jumlah tahun sebelumnya – mengalami masalah pangan parah. ketidakamanan dan kelaparan. Pada saat yang sama, gangguan pada rantai pasokan di negara-negara maju menyebabkan limbah makanan dalam jumlah besar. Kemudian, konflik bersenjata juga menjadi salah satu penyebab utama kelaparan secara global. Beberapa tanaman yang menjadi komoditas di sana mengalami kelangkaan akibat tidak tersedianya kesempatan untuk bertani. Menurut New York Times , sejak invasi Ukraina pada Maret 2022, harga gandum meningkat sebesar 21% dan jelai sebesar 33%. Berdasarkan data World Bank, Outlook Oktober 2023 secara tentatif menunjukkan bahwa puncak prevalensi kerawanan pangan parah secara global mencapai 11,9% secara global pada tahun 2020-2022, dengan hanya sedikit perbaikan dalam jangka pendek menjadi 11,8% (2021-2023) dan 11,6% (2022-2023). Meski begitu, World Bank menyampaikan bahwa pemulihan global dari COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina mulai terjadi, meskipun berjalan lambat.  Ketahanan pangan adalah isu kompleks yang memerlukan pendekatan multidimensi dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas internasional.  Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim …

Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami

Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami

Laut telah menjadi salah satu ekosistem penting di bumi yang memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Lebih dari itu, lautan yang komposisinya menempati lebih dari 70 persen permukaan bumi ini juga berperan penting sebagai penyerap karbon dari atmosfer. Lautan diketahui menyimpan karbon 60 kali lebih banyak dibandingkan atmosfer dan menyerap hampir 30 persen emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan manusia. Dikutip dari Media Indonesia, saat ini diperkirakan ada sekitar 39.000 Gigaton CO2 yang tersimpan di lautan. Baca Juga: Dekarbonisasi untuk Energi Bersih Melihat fungsinya, lautan berperan penting dalam menyerap karbon secara alami. Penyerap karbon terbesar kedua di bumi setelah lapisan batuan. Mengurangi dampak perubahan iklim dan menstabilkan sistem iklim bumi. Akan tetapi, jika melihat kondisi lautan saat ini, apakah kemampuannya masih dapat diandalkan? Proses Penyerapan Karbon Dioksida (CO2) oleh Lautan Dikutip dari CSIRO, sekitar 10 miliar ton emisi karbon dilepaskan ke atmosfer setiap tahunnya. Berkat perannya, lautan kemudian menyerap sekitar 3 miliar ton emisi tersebut dan melarutkannya untuk membantu menjadikan iklim lebih sejuk. Proses penyerapan karbon oleh lautan terjadi di permukaan laut, karbon dioksida diserap langsung dari atmosfer melalui proses difusi dan terlarut ke dalam air laut dengan melibatkan suhu air, salinitas, angin, gelombang dan arus laut.  Kemudian terjadi proses pompa biologis oleh fitoplankton dan pompa fisik oleh yang menyerap CO2 dari permukaan laut ke kedalaman laut. Karbon dioksida atau CO2 tersebut tenggelam ke dasar laut ketika fitoplankton mati atau dimakan oleh organisme lain. Lalu tersimpan dalam sedimen laut. Pada saat yang sama, angin dan gelombang juga turut mencampurkan air permukaan untuk menyeimbangkan konsentrasi karbon dioksida di lapisan atas air. Arus laut menjaga massa air tetap bergerak, memastikan bahwa pengangkatan air laut dari kedalaman ke permukaan (proses upwelling) dan penurunan air permukaan ke kedalaman (proses downwelling), yakni memindahkan air yang kaya CO2 dari permukaan ke kedalaman laut, terus terjadi. Karbon tersimpan dalam sedimen laut ketika organisme seperti karang, moluska, dan beberapa jenis plankton mati. Organisme tersebut menggunakan ion kalsium dan karbonat dari air laut untuk membentuk cangkang dan kerangka untuk membantu menyiapkan tempat bagi karbon. Sebagai reservoir karbon, lautan dan atmosfer berada dalam kondisi pertukaran karbon yang konstan. Lebih dari 150 miliar ton karbon dalam bentuk gas rumah kaca CO2 berpindah bolak-balik antara laut dan atmosfer setiap tahunnya. Pertukaran gas alami antara air laut dan atmosfer dilakukan untuk mencapai keseimbangan tekanan-tekanan parsial di laut dan atmosfer. Akan tetapi, menurut Aksi Iklim PBB, peningkatan emisi gas rumah kaca mempunyai konsekuensi bagi lautan. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan kesehatan laut berupa pemanasan dan pengasaman air laut yang merugikan kehidupan bawah air serta mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon. Dampak Peningkatan Emisi GRK Terhadap Lautan Pengasaman laut menjadi salah satu dampak utama yang terjadi dari meningkatnya emisi gas rumah kaca. Diikuti juga dengan peningkatan suhu air laut, perubahan pola sirkulasi laut yang dapat menciptakan kondisi yang lebih sulit bagi banyak organisme lautan. Dikutip dari National Oceanographic, emisi CO2 yang diserap oleh lautan akan bereaksi untuk membentuk asam karbonat. Jika terjadi secara kontinu, akumulasi jumlah asam ini akan meningkatkan kadar asam serta menurunkan nilai pH air laut. Menyebabkan terjadinya asidifikasi. Terjadinya asidifikasi atau penurunan pH air laut dapat mengganggu keseimbangan kimia laut. Hal ini mempengaruhi organisme laut yang bergantung pada kalsium karbonat untuk membuat cangkang dan tulang pada kerang, terumbu karang, dan beberapa plankton. Degradasi terumbu karang dapat mengurangi habitat penting bagi banyak spesies ikan, mengganggu rantai makanan laut, dan menurunkan keanekaragaman hayati.  Meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada kondisi iklim juga dapat meningkatkan suhu global dan air laut. Efeknya terumbu karang mengalami pemutihan jika suhu air terlalu tinggi dan spesies laut yang sensitif terhadap suhu pun perlu bermigrasi ke perairan yang lebih dingin, mengganggu ekosistem lokal. Pemanasan global turut mempengaruhi pola arus laut yang dapat mengganggu alur distribusi nutrisi dan rantai makanan laut. Juga menyebabkan ekspansi termal air laut dan menyebabkan cairnya gletser dan lapisan es. Meningkatkan permukaan air laut. Kesimpulan Lautan berperan penting dalam menyerap karbon secara alami, membantu mengurangi dampak perubahan iklim dan menstabilkan sistem iklim bumi.  Namun, tantangan seperti asidifikasi laut dan perubahan ekosistem laut menuntut perhatian dan tindakan konservasi yang lebih besar. Bertujuan untuk memastikan lautan tetap sehat dan mampu menjalankan perannya sebagai penyerap karbon. Upaya global untuk mengurangi emisi CO2 dan melindungi ekosistem laut sangat penting dalam mencapai keberlanjutan lingkungan jangka panjang. Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Laut telah menjadi salah satu ekosistem penting di bumi yang memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Lebih dari itu, lautan yang komposisinya menempati lebih dari 70 persen permukaan bumi ini juga berperan penting sebagai penyerap karbon dari atmosfer. Lautan diketahui menyimpan karbon 60 kali lebih banyak dibandingkan atmosfer dan menyerap hampir 30 persen emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan manusia. Dikutip dari Media Indonesia, saat ini diperkirakan ada sekitar 39.000 Gigaton CO2 yang tersimpan di lautan. Melihat fungsinya, lautan berperan penting dalam menyerap karbon secara alami. Penyerap karbon terbesar kedua di bumi setelah lapisan batuan. Mengurangi dampak perubahan iklim dan menstabilkan… 5 Smartphone yang Berinovasi untuk Lebih Ramah Lingkungan Di tengah perkembangan dunia digital yang semakin masif, kepedulian terhadap lingkungan juga tetap perlu diperhatikan. Hal ini tidak lain adalah untuk mendukung tujuan berkelanjutan untuk bumi yang lebih lestari. Di era …

Pencemaran Laut: Penyebab Hingga Dampaknya Bagi Banyak Hal

Pencemaran Laut: Penyebab Hingga Dampaknya Bagi Banyak Hal

Pencemaran atau polusi dapat menyerang berbagai hal di dunia, termasuk utamanya lingkungan dan salah satunya ialah perairan sehingga disebut juga pencemaran laut. Baca Juga: Ketahui Hukuman Bagi Perusahaan Pelaku Pencemaran Lingkungan Pencemaran dapat terjadi apabila terdapat kebocoran, masuknya, atau dimasukkannya zat, komponen, makhluk hidup, dan energi yang bersifat polutan (bahan pencemar) ke dalam lingkungan. Akibatnya, berubah kondisi lingkungan tersebut ke arah tidak sehat sehingga sulit untuk berfungsi dan dimanfaatkan kembali sebagaimana mestinya. Pengertian Pencemaran Laut Sebagaimana penjelasan di atas, pencemaran laut merupakan fenomena tercemarnya lautan (atau badan air lainnya termasuk sungai, danau, dan air tanah) oleh bahan berbahaya seperti bahan kimia, limbah, dan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas air dan mengancam ekosistem juga kesehatan makhluk hidup di dalamnya. Sayangnya, isu pencemaran laut semakin meningkat belakangan ini di seluruh dunia. Sampah-sampah dari daratan terus masuk dan kebocoran bahan-bahan polutan ke lautan pun terus terjadi.  Akibatnya banyak wilayah lautan yang terdampak. Ilmuwan pun menyebut bahwa zona hipoksia (daerah dengan konsentrasi oksigen rendah yang menghambat kehidupan hewan laut) kian meningkat. Luasnya hampir setara dengan luas New Jersey atau sekitar 22.591 kilometer persegi. Baca Juga: Panduan Memulai Kebiasaan Ramah Lingkungan dalam Keseharian Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut Meskipun bukan merupakan wilayah yang sering terjamah manusia, akan tetapi pencemaran laut utamanya terjadi akibat dari aktivitas manusia. 80 persen pencemaran di lautan berasal dari daratan. Kebocoran minyak dari kapal tanker dan pembuangan limbah kapal merupakan salah satu penyebab lautan tercemar. Namun, dikutip dari Conservation.org, tumpahan minyak hanya menyumbang 12 persen limbah minyak yang membahayakan lautan, sisanya bocor dari saluran air dan sungai serta pipa-pipa pembuangan. Kemudian, plastik juga menjadi sebuah bahan polutan yang mencemari lautan dan menjadi masalah yang tengah ramai diperhatikan saat ini. Berdasarkan data dari Condor Ferries, diperkirakan sekitar 5,25 triliun keping sampah plastik mengapung di lautan di seluruh dunia. Dengan 8 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahunnya.  Kondisi tersebut tentu berbahaya sebab jika terus berlanjut, pada tahun 2050 diperkirakan bahwa akan lebih banyak jumlah sampah plastik di laut dibandingkan jumlah populasi ikan.  Selain itu, penyebab pencemaran laut juga disebabkan di antaranya oleh pembuangan limbah industri ilegal, aliran pupuk dan pestisida dari lahan pertanian, limbah domestik dan sampah daratan yang terbawa arus air hingga ke laut, serta limbah tambang yang mengandung logam berat dan bahan kimia berbahaya yang tidak dikelola secara etis dan tepat. Dampak dari Pencemaran Laut Dengan begitu banyaknya polutan yang mencemari lautan, tentu ada dampak yang bisa terjadi dan dihasilkan dari hal tersebut. Pencemaran laut memiliki dampak yang luas dan merugikan bagi ekosistem laut, kesehatan manusia, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan.  Dampak Pencemaran Terhadap Kehidupan Laut Pencemaran laut dapat mengancam berbagai spesies lautan, menyebabkan penurunan populasi bahkan menimbulkan kepunahan. Bahan kimia dan limbah yang mencemari laut pun berkontribusi dalam memutihkan dan membunuh terumbu karang, serta mengganggu perkembangbiakan ikan dan organisme laut yang terdampak. Dampak Pencemaran Laut Terhadap Kesehatan Manusia Seperti mata rantai, kontaminasi polutan terhadap hewan laut juga dapat berdampak pada manusia. Apabila manusia mengonsumsi makanan laut yang terlanjur mengandung bahan-bahan berbahaya, akan dapat menyebabkan keracunan dan mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, kontak langsung terhadap lautan yang tercemar bahan berbahaya dapat menimbulkan beragam penyakit, infeksi kulit, dan alergi. Dampak Pencemaran Laut Terhadap Ekonomi Pencemaran laut sudah tentu dapat merusak keindahan pantai dan ekosistem laut yang menjadi daya tarik wisata. Mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Selain itu, populasi ikan yang menurun akibat pencemaran dapat mengurangi hasil tangkapan dan merugikan nelayan. Berdampak pada pemasukan mereka. Dampak Terhadap Lingkungan Pencemaran laut dapat menyebabkan eutrofikasi serta mengurangi oksigen di air. Jika terjadi zona mati di laut, kehidupan laut pun bisa terancam.  Pencemaran laut juga dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim dengan melepaskan gas rumah kaa dan mengurangi kemampuan laut dalam menyerap CO2.  Sama seperti masalah lingkungan lainnya, pencemaran laut memiliki dampak yang merugikan pada berbagai aspek kehidupan dan lingkungan. Oleh karena itu, kolaborasi tindakan juga kesadaran dari banyak pihak dibutuhkan untuk dapat membantu melindungi ekosistem laut dan menciptakan keberlanjutan sumber daya laut bagi generasi mendatang. Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Pencemaran Laut: Penyebab Hingga Dampaknya Bagi Banyak Hal Pencemaran atau polusi dapat menyerang berbagai hal di dunia, termasuk utamanya lingkungan dan salah satunya ialah perairan sehingga disebut juga pencemaran laut. Pencemaran dapat terjadi apabila terdapat kebocoran, masuknya, atau dimasukkannya zat, komponen, makhluk hidup, dan energi yang bersifat polutan (bahan pencemar) ke dalam lingkungan. Akibatnya, berubah kondisi lingkungan tersebut ke arah tidak sehat sehingga sulit untuk berfungsi dan dimanfaatkan kembali sebagaimana mestinya. Pengertian Pencemaran Laut Sebagaimana penjelasan di atas, pencemaran laut merupakan fenomena tercemarnya lautan (atau badan air lainnya termasuk sungai, danau, dan air tanah) oleh bahan berbahaya seperti bahan kimia, limbah, dan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas air… Bagaimana Perubahan Iklim Berdampak Pada Kondisi Perekonomian? Perubahan iklim nyatanya tidak hanya dapat menimbulkan pengaruh terhadap aspek sosial dan lingkungan, namun juga berpotensi memberikan dampak yang signifikan pada kondisi perekonomian global dan nasional.  Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, ditemukan bahwa perubahan iklim berpotensi menghilangkan nilai ekonomi komoditas beras dan kopi yang merupakan sub sektor tanaman pangan dan perkebunan utama bagi Indonesia. BRIN menyebut bahwa Indonesia bisa kehilangan hingga lebih dari US$2,8 miliar dan US$262 juta per tahun pada produksi …