Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi

Emisi Transportasi – Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan.

Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat.

Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak dicemari oleh emisi dari kendaraan. 

Sambil memperingati Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia, berikut ini adalah lima fakta terkait emisi sektor transportasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

1. Transportasi Sumbang 16 Persen Emisi GRK Global 

Dunia tengah berfokus pada upaya mengatasi emisi gas rumah kaca (GRK) yang bersumber dari banyak sektor kegiatan. Emisi kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama dalam hal ini.

Baca juga artikel lainnya : Beralih ke Transportasi Umum untuk Kurangi Emisi

Sektor transportasi bertanggung jawab atas sebagian besar polusi udara di dunia. Dilansir dari data Statista, transportasi darat, udara, dan laut menghasilkan sekitar 8,4 miliar metrik ton setara karbon dioksida (GtCO₂e) pada tahun 2023. Menyumbang sekitar 16 persen dari total emisi GRK global dan menjadikannya sumber emisi terbesar kedua di seluruh dunia.

Sebagai tambahan, emisi GRK global dapat dihasilkan dari berbagai sumber. Didominasi oleh emisi dari kegiatan industri energi, dan diikuti oleh sektor transportasi, konstruksi dan manufaktur, juga pertanian.

Sumber: Our World in Data

2.  Emisi Karbon dari Transportasi Tidak Pernah Berkurang Sejak 1990

Kondisi ini benar adanya. Data dari Statista menjelaskan bahwa secara keseluruhan emisi CO2 yang dihasilkan sektor transportasi justru terus meningkat hampir 80 persen sejak tahun 1990. 

Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di banyak negara, terutama di kawasan perkotaan yang padat, peningkatan emisi transportasi pun tidak terhindarkan. Sebagian besar kendaraan transportasi yang saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil pun telah menyumbang lebih dari 20 persen emisi CO2 global dari pembakaran bahan bakar fosil.

Pembakaran bahan bakar ini menghasilkan karbon dioksida (CO₂), yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global.

3.  Bebas Mobil Belum Tentu Bebas Polusi

Nafas ID mendapati bahwa kegiatan Car Free Day yang dilakukan setiap hari Minggu di Jakarta belum dapat sepenuhnya menciptakan kualitas udara yang lebih baik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari bulan Juni hingga Desember 2022, di rute CFD sekitar Pattimura, kualitas udara selama Car Free Day sebagian besar diklasifikasikan sebagai “Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif.” Kualitas udara dikategorikan “Baik” hanya sekali dalam enam bulan.

4.  Kendaraan Listrik Solusi Mengurangi Emisi Transportasi

Dilansir dari US Environment Protection Agency (US EPA), meskipun aktivitas pengisian daya pada electrical vehical atau EV yang disebut kendaraan listrik dapat menciptakan emisi karbon, namun jejaknya tetap lebih kecil dari emisi yang dihasilkan kendaraan konvensional.

Penelitian mendapati bahwa EV biasanya bertanggung jawab atas tingkat gas rumah kaca yang lebih rendah daripada mobil dengan bensin. Terlebih jika sumber energi listriknta berasal dari sumber terbarukan seperti angin dan matahari.

Kendaraan listrik (EV) adalah solusi potensial untuk mengurangi emisi transportasi. EV tidak menghasilkan emisi langsung dari kendaraan, meskipun mereka masih tergantung pada sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya baterai mereka.

5.  Zat Berbahaya dari Emisi Kendaraan Merugikan Kesehatan

Kendaraan konvensional umumnya masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti bensin dan diesel. Pembakaran bahan bakar ini dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mengandung banyak partikel berbahaya.

Zat-zat yang terkandung dalam emisi kendaraan mencakup partikel seperti  nitrogen oksida, gas organik non-metana, karbon monoksida, partikulat, dan formaldehida. Seluruhnya, dianggap tidak baik untuk kesehatan, menyebabkan kesulitan bernapas bagi sebagian orang, memicu penyakit paru-paru seperti asma, emfisema, dan bronkitis kronis, yang dapat menyebabkan kematian.

Berkontribusi Mengurangi Emisi Transportasi

Mengurangi emisi kendaraan adalah langkah penting dalam upaya melawan perubahan iklim dan mengurangi polusi udara.

Beberapa langkah yang dapat kita lakukan saat ini untuk turut serta ialah dengan memperbanyak penggunaan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga menekan emisi karbon. Termasuk juga beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi kendaraan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik, seperti mesin hybrid atau teknologi start-stop, dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon. Kebijakan seperti pajak emisi, zona rendah emisi, atau insentif bagi kendaraan rendah emisi untuk mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi.

Similar Article