Table of Contents
ToggleDeforestasi
Mencegah deforestasi adalah sebuah urgensi yang penting dilakukan sebab deforestasi telah menjadi salah satu masalah lingkungan paling serius yang dihadapi dunia saat ini. Diperkirakan bahwa sekitar 10 juta hektar lahan hutan ditebang setiap tahunnya, mengancam seluruh wilayah hutan di seluruh dunia.
Baca Juga: Deforestasi: Apa itu, Penyebab, Dampak, dan Pencegahan
Deforestasi mengubah fungsi hutan sebagai penyerap karbon menjadi sumber karbon. Berdasarkan data oleh Climate Council, antara tahun 2015 dan 2019, hilangnya hutan tropis global menghasilkan 10 miliar ton karbon dioksida. Hampir 10 persen jumlahnya dari emisi CO2 manusia tahunan.

Proses penebangan atau perusakan hutan memiliki dampak yang luas dan merugikan bagi ekosistem, iklim, dan kehidupan manusia, salah satunya ialah masyarakat adat yang sering kali menjadi kelompok paling terdampak. Padahal, banyak ahli menyebut bahwa masyarakat adat memainkan peran penting dalam melestarikan lingkungan.
Masyarakat Adat sebagai Penjaga Ekosistem dalam Mencegah Deforestasi
Masyarakat ada biasanya bermukim di wilayah pedalaman dengan berbagai jenis lingkungan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam. Selama ribuan tahun, mereka menggantungkan hidup pada vegetasi yang tersedia alami sambil menjaga lingkungan, melindungi tanah mereka, dan menghormati keanekaragaman hayati setempat.
Sebagai manusia yang paling dekat dengan alam, masyarakat adat memiliki hubungan yang mendalam dan saling menguntungkan dengan lingkungan mereka. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem lokal dan praktik-praktik yang berkelanjutan. Praktik tradisional dan pengetahuan ekologi mereka merupakan aset berharga dalam upaya global untuk melestarikan lingkungan dan memerangi perubahan iklim.
Dalam hal pertanian, masyarakat adat menerapkan sistem rotasi lahan untuk mencegah kelelahan tanah dan menjaga kesuburannya. Mereka menghindari bahan kimia berbahaya dengan memilih pupuk organik sebagai opsi penyubur tanaman yang ramah lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam juga dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan alam. Mereka mengumpulkan hasil hutan seperti buah-buahan dan obat-obatan tanpa merusak pohon, serta menghindari overfishing untuk memastikan kelestarian populasi ikan.
Baca Juga: 5 Daerah di Indonesia dengan Deforestasi Terparah Tahun 2023
Masyarakat Adat dan Perlindungan Hutan untuk Mencegah Deforestasi
PBB memperkirakan bahwa ada sekitar 476 juta masyarakat adat saat ini dan tersebar luas di 90 negara. Hampir 50 persen daratan dunia ditempati, dimiliki, juga dikelola oleh masyarakat adat dan komunitas lokal, dengan sekitar 40 persen wilayah di antaranya berstatus kawasan yang dilindungi.
Meskipun jumlah masyarakat adat hanya mencakup 5 persen populasi dunia, namun pada kenyataannya mereka melindungi 80 persen dari keanekaragaman hayati yang tersisa di Bumi. Salah satunya sebagaimana yang dilakukan Alianza Ceibo, organisasi nirlaba yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat adat yang tinggal di wilayah Amazon Ekuador.
Alianza Ceibo dibentuk untuk melindungi hutan hujan Amazon dan budaya masyarakat adat dari ancaman seperti deforestasi, eksploitasi sumber daya alam, dan perubahan iklim. Selain melindungi lingkungan, organisasi ini juga fokus pada pelestarian budaya dan tradisi masyarakat adat yang hidup di wilayah tersebut.
Hutan hujan Amazon dikenal menjadi salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di bumi dan sebagai penghasil lebih dari 20 persen oksigen dunia. Hadirnya Alianza Ceibo, membantu mengurangi laju deforestasi di wilayah Amazon Ekuador dan melindungi ribuan hektar hutan hujan.
Tantangan yang Dihadapi Masyarakat Adat dalam Menjaga Hutan dari Deforestasi
Meskipun peran masyarakat adat sangat penting, mereka sering kali menghadapi tantangan besar. Masyarakat adat sering kali mengalami diskriminasi dan gangguan, dilansir dari World Economic Forum, menurut laporan PBB.
Tidak hanya itu, perubahan kebijakan, tekanan ekonomi, dan konflik lahan juga mengancam cara hidup tradisional mereka dan kemampuan mereka untuk melindungi hutan. World Wild Life juga menemukan bahwa ancaman penggundulan hutan, perluasan lahan pertanian, hingga perburuan dan perdagangan satwa menjadi tantangan yang semakin banyak terjadi saat ini.
Belum lagi dengan penyalahgunaan hak-hak masyarakat adat atas tanah adat. Konflik antara masyarakat adat dengan pemerintah atau perusahaan, terutama terkait klaim atas tanah dan sumber daya alam, menimbulkan kerentanan terjadinya kehilangan hak.
Similar Article
Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan
Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan…
YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025
Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan…
Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian
Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin…
Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah
Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin…
Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan?
Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam membangun fasilitas…
Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment
As environmental concerns continue to escalate, Generation Z (Gen Z) has emerged as a driving force in the movement toward…