Potensi Jejak Karbon dari Degradasi Lahan Gambut 

Potensi Lahan Gambut

Lahan gambut merupakan salah satu vegetasi daratan yang punya peran penting menyimpan karbon dalam jumlah besar. Kemampuannya diyakini lebih andal dari yang dapat dilakukan hutan.

potensi lahan gambut

Sebagai reservoir alami, gambut beserta lahan berhutan lain, lautan, juga tanaman bakau atau mangrove, membantu menyerap dan menyimpan emisi karbon melalui mekanisme fisik dan biologis untuk mengurangi jumlah karbon di atmosfer. 

Lahan ini mampu menyimpan sampai dengan 30 persen karbon tanah dunia meskipun keberadaannya hanya mencakup 3-5 persen dari total wilayah permukaan bumi. Nilainya dua kali lipat lebih banyak dibandingkan seluruh hutan di belahan dunia manapun. Melihat fungsinya yang begitu penting, pelestarian lahan gambut tentu perlu dilakukan untuk dapat memaksimalkan perannya sebagai pengendali iklim global.

Akan tetapi, lahan basah dengan kemampuannya yang luar biasa ini rentan terhadap pembangunan manusia dan perubahan iklim. Gambut disebut terus terancam dan menghilang dalam beberapa tahun terakhir. Apa yang terjadi?

Persebaran Lahan Gambut di Seluruh Dunia

Baca juga artikel lainnya : Lahan Gambut sebagai Penyerap Karbon: Solusi Atasi Perubahan Iklim

Persebaran lahan gambut tidak merata di seluruh dunia dengan total keseluruhannya adalah sekitar 4,23 juta kilometer persegi. Dominasi lahan gambut berada di benua Asia sebanyak 38,4 persen, lalu diikuti Amerika Utara yang sebagian besar Kanada dan Alaska yakni 31,6 persen, Eropa 12,5 persen, Amerika Selatan 11,5 persen, Afrika 4,4 persen, dan sebagian kecil di wilayah Australia dan Oseania.

Lahan ini umumnya tumbuh di daerah tropis yang lembab. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan gambut terbesar di dunia setelah Brazil. Simpanan karbon dalam gambut tropis Indonesia mencapai 46 gigaton.

Sayangnya, dari sekitar 60 persen dominasi gambut di seluruh lahan basah dunia, 7 persen diantaranya telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Pemanfaatan tanpa perhitungan ini menimbulkan ancaman yang membahayakan dari lahan gambut terhadap bumi.

Ancaman Kerusakan dan Hilangnya Lahan Gambut

Meskipun hadir dengan manfaat yang sangat besar, bahkan di luar konteks iklim, gambut seringkali disalahgunakan dan dieksploitasi berlebihan.

Program Lingkungan PBB (UNEP) menyebut bahwa sekitar 15 persen lahan gambut dunia telah dikeringkan. Lahan ini menghadapi berbagai ancaman yang serius, yang tidak hanya mengancam lingkungan tetapi juga berpotensi memperburuk perubahan iklim.

Pemanfaatan gambut secara tidak berkelanjutan seringkali dilakukan untuk dapat mendukung aktivitas manusia. Konversi gambut menjadi lahan pertanian biasanya membuat gambut perlu dikeringkan. Belum lagi dengan pembangunan infrastruktur serta penggundulan hutan di wilayah gambut yang mengurangi kemampuannya dalam menyimpan air. Karena lahan gambut yang kering sangat rentan terhadap kebakaran, akibatnya karbon yang tersimpan di dalam tanah gambut terlepas ke atmosfer. Meningkatkan emisi gas rumah kaca.

Dampak Degradasi dan Pembukaan Lahan Gambut Besar-Besaran

Dampak pembukaan, degradasi, hingga hilangnya gambut merupakan suatu hal yang sangat serius.

Aktivitas pengeringan dan pembangunan manusia terhadap lahan tersebut dapat membuatnya berubah dari semula tempat penampungan karbon menjadi sumber karbon. Hal tersebut, membuat gambut melepaskan sejumlah besar karbon dari tanah ke atmosfer. 

Dilansir dari UNEP, emisi karbon dioksida dari lahan gambut yang dikeringkan dan dibakar setara dengan 10 persen dari seluruh emisi bahan bakar fosil tahunan. Kondisi ini akan memperburuk krisis iklim, menimbulkan pencemaran, serta mengancam keberlangsungan hidup setiap organisme di bumi, manusia salah satunya.

Sebagai masyarakat bertanggung jawab, kita bisa turut berkontribusi mendorong pelestarian gambut dengan menghindari produk yang berasal dari praktik pertanian yang merusak lahan gambut. 

Hal utama lainnya adalah dengan mengurangi konsumsi energi, beralih ke energi terbarukan, dan mempraktikkan gaya hidup rendah karbon. Kegiatan ini dapat berlaku juga bagi pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan. Caranya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik.

Aktivitas yang dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform!

Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk Carbon Management, ESG Management, Carbon Accounting, Supplier Sustainability Management, hingga Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. 

Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat:

  1. Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien
  2. Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi
  3. Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional

Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.

—-

Referensi:

Carbon savior or carbon bomb? The complicated story of Earth’s peat bogs

The essential carbon service provided by northern peatlands

Mengenal Lahan Gambut dan Manfaatnya bagi Lingkungan

Where can peatlands be found?

Similar Article