Sekilas Tentang Transisi Energi di Indonesia 

Ide terkait transisi energi mulai menjadi topik yang ramai dibahas setelah kesadaran akan dampak negatif perubahan iklim semakin meningkat di seluruh dunia. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, para ilmuwan menemukan bahwa kegiatan pembakaran bahan bakar fosil terbukti menghasilkan emisi yang jauh lebih besar. 

Peningkatan emisi ini nyatanya berkontribusi pada meningkatnya polusi udara, kerusakan lingkungan, pemanasan global, dan bencana iklim yang sering terjadi belakangan ini. Kekhawatiran akan dampak tersebut pun mendorong upaya yang lebih luas tentang urgensi mengurangi emisi gas rumah kaca. Baca Juga: Transisi Energi: Wawasan bagi Pemangku Kepentingan dan Konsumen Energi di Indonesia 

Apa Itu Transisi Energi?

Dalam konteks energi, “transisi energi” mengacu pada perubahan penggunaan sumber energi dominan dari satu jenis ke jenis yang lain.

Contohnya transisi energi dari minyak bumi ke batu bara yang pernah dilakukan sekitar tahun 1970 sampai 1980-an lalu oleh Amerika Serikat dan Jerman. Harga batu bara yang relatif lebih stabil dan ketersediaannya yang melimpah dibandingkan minyak bumi saat itu menjadikannya alternatif energi yang menarik bagi banyak negara. 

Setelah terjadi puluhan tahun lalu, seruan transisi energi pun mulai kembali terdengar. Seluruh negara, termasuk Indonesia didesak untuk dapat bertransisi dari energi fosil menuju energi terbarukan dengan segera. Baca Juga: Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan Melalui Transformasi Energi 

Mengapa Transisi Energi Perlu Dilakukan?

Dikutip dari buku berjudul “Mulai dari Sini” Memahami Transisi Energi di Indonesia” oleh CASE for Southeast Asia , transisi energi perlu dilakukan dengan dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, misalnya keadaan pasar komoditas energi, kondisi geopolitik, serta dampak penggunaan energi terhadap alam dan lingkungan.

Cove Buku “Mulai dari Sini” Memahami Transisi Energi di Indonesia” oleh CASE for Southeast Asia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, para ilmuwan menemukan bahwa energi fosil berperan sebagai kontributor utama dalam meningkatkan efek rumah kaca dan memperparah pemanasan global. Kondisi ini dapat terus memperburuk perubahan iklim serta mengancam keberlangsungan ekosistem dan makhluk hidup.

Untuk meminimalisasi hal tersebut, dunia didorong untuk mulai beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Berkembangnya teknologi energi terbarukan pun diharapkan dapat memicu minat dan adopsi yang lebih besar dari solusi energi terbarukan.

Transisi menuju energi terbarukan tidak hanya dapat membantu memitigasi dampak perubahan iklim, tetapi juga menghasilkan berbagai peluang yang bermanfaat. Beberapa di antaranya adalah membuka banyak lapangan pekerjaan (green jobs), meningkatkan investasi dalam negeri, serta mendukung ketahanan energi.

Potensi Energi Terbarukan dan Implementasi Transisi Energi di Indonesia

Sejak lama, energi berbasis fosil telah menjadi sumber energi utama yang berperan memasok kebutuhan energi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, tingkat bauran energi didominasi energi fosil mencapai 71% pada 2021.

Meski begitu, Indonesia berkomitmen untuk terus berupaya berkontribusi dalam transisi energi melalui persiapan kebijakan terkait energi baru dan penetapan target nasional. Salah satunya berkomitmen mencapai bauran energi primer nasional dengan kontribusi minimal 23% dari sumber energi baru dan terbarukan pada tahun 2025, dan kemudian meningkat menjadi 31% pada tahun 2050.

Lalu bagaimana dengan potensi energi terbarukan yang tersedia?

Berdasarkan kajian IESR pada tahun 2021, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa besar, yakni sebesar 6.811,3 GW (Giga Watt) sampai 7.879,4 GW, di mana 1 GW dapat menyediakan listrik bagi 750.000 rumah.

Melihat potensi ini, diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat bersama-sama mendukung terlaksananya transisi energi di Indonesia. Bersama-sama kita ciptakan lingkungan dan masa depan yang lebih sejahtera. 

Baca informasi lebih lengkap terkait transisi energi dan potensi energi terbarukan di Indonesia dalam laporan berjudul “Mulai dari Sini” Memahami Transisi Energi di Indonesia” oleh CASE for Southeast Asia yang dapat diunduh dengan mengunjungi tautan di sini.

Industri dan entitas penghasil emisi juga dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi ancaman lingkungan dan perubahan iklim dengan melakukan pengukuran emisi yang dihasilkan dan menciptakan solusi dari data-data tersebut. Miliki pencatatan dan pelacakan yang layak dan komprehensif dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Dapatkan DEMO GRATIS nya di sini!

Similar Article

5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG

Berbagai jenis dan varian dari produk kosmetik yang tersebar luas, menimbulkan potensi sampah kemasan yang menumpuk di landfill. Tidak hanya…