Sustainable Aviation Fuel – Kemajuan teknologi, salah satunya di bidang transportasi, memberikan kemudahan bagi manusia dalam hal mobilisasi. Tidak hanya itu, inovasi pada sektor transportasi juga diperlukan untuk menjadikannya ramah lingkungan. Baca Juga: Inovasi Berkelanjutan untuk Emisi Karbon Sektor Penerbangan
Meningkatnya kesadaran akan isu pemanasan global mendorong banyak pihak untuk berpartisipasi dalam menciptakan inisiatif hijau di berbagai hal. Sustainable Aviation Fuel adalah salah satu contohnya.
Bahan bakar aviasi berkelanjutan tersebut dianggap mampu menjadi solusi bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan karena bersumber dari bahan non-minyak bumi, termasuk minyak nabati, limbah biomassa, minyak kotoran, atau gas sintetis yang dihasilkan dari proses kimia atau termokimia.
Table of Contents
ToggleEmisi di Sektor Penerbangan tanpa Sustainable Aviation Fuel
Sama seperti jenis transportasi lainnya, sektor penerbangan masih menjadi penyumbang total emisi gas rumah kaca di dunia. Baca Juga: Emisi Karbon dari Industri Penerbangan
Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), penerbangan disebut menyumbang lebih dari 2% emisi gas rumah kaca dunia serta 12% emisi dari total emisi di bidang transportasi. Angka ini diperkirakan akan terus tumbuh dan meningkat lebih cepat dalam beberapa dekade terakhir dibandingkan emisi yang disumbang kendaraan di darat juga laut.
Polutan yang dihasilkan oleh mesin-mesin pesawat udara atau exhaust gas pollution, seperti emisi karbon, oksida sulfur, uap air, jejak kondensasi, dan lainnya dapat memberikan pengaruh terhadap pemanasan global.
Dampak Emisi dari Kegiatan Penerbangan
Berdasarkan jurnal teknologi lingkungan berjudul Profil Emisi Gas Buang dari Pesawat Udara tahun 2015, emisi hasil pembuangan pesawat udara dapat merusak lapisan ozon lebih parah dari CFC. Avtur, sebagai bahan bakar utama pesawat terbang, dinilai berperan besar dalam menghasilkan CO2 yang efektif menyerap panas dan berdampak pada global warming.
Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi yang lebih berkelanjutan di sektor penerbangan untuk menjadikan operasionalnya lebih ramah lingkungan dan aman bagi alam.
Hadirnya Inovasi Sustainable Aviation Fuel
Sebagai bagian dari langkah mengurangi emisi gas rumah kaca (dekarbonisasi), beberapa tahun ke belakang maskapai penerbangan di seluruh dunia sudah mulai memanfaatkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar jet fosil.
SAF terbuat dari salah satu jenis biofuel –limbah dari tumbuhan atau hewan dan residu– serta memiliki potensi mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80% dibandingkan bahan bakar jet konvensional. SAF sudah banyak digunakan oleh maskapai penerbangan berbagai negara, bahkan oleh lebih dari 360.000 penerbangan komersial di AS dan Eropa.
Oleh karena sudah digunakan secara luas, SAF secara penuh telah sesuai dengan standar bahan bakar penerbangan dan tersertifikasi berdasarkan spesifikasi ASTM D7566. Kompatibel dengan mesin pesawat tanpa perlu adanya modifikasi tambahan.
Manfaat Sustainable Aviation Fuel
Tidak hanya mendukung dekarbonisasi, SAF juga punya manfaat lain bagi penerbangan udara, diantaranya.
- Berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 94% dari sebuah pesawat udara
- Bersifat fleksibel karena memungkinkan dihasilkannya banyak produk dari berbagai bahan baku dan teknologi produksi.
- Mengurangi dampak lingkungan melalui daur ulang emisi CO2.
Dengan terus berkembangnya teknologi dan dukungan dari industri dan pemerintah, SAF diharapkan akan menjadi bagian integral dari masa depan penerbangan yang lebih berkelanjutan.
Penggunaan Sustainable Aviation Fuel
Di wilayah Asia, ada banyak negara dan maskapai penerbangan yang telah memanfaatkan SAF dalam kegiatan penerbangan.
Informasi dari Strait Times menyebut bahwa Singapura berencana mewajibkan semua penerbangan yang berangkat dari negara tersebut untuk menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) mulai tahun 2026. Hal ini dilakukan seiring dengan bergabungnya negara tersebut dalam upaya industri penerbangan global untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Hal yang sama juga berupaya dilakukan oleh negara Asia lainnya, salah satunya Malaysia. Dimulai dengan menetapkan mandat pencampuran SAF yang dimulai dengan 1 persen, menurut Peta Jalan Transisi Energi Nasional yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun 2023. Malaysia menargetkan mandat campuran SAF sebesar 47 persen pada tahun 2050.
Industri dan entitas penghasil emisi juga dapat berkontribusi dalam upaya mitigasi ancaman lingkungan dan perubahan iklim dengan melakukan pengukuran emisi yang dihasilkan dan menciptakan solusi dari data-data tersebut. Miliki pencatatan dan pelacakan yang layak dan komprehensif dengan memanfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform. Dapatkan DEMO GRATIS nya di sini!
Similar Article
Bisnis Modern Harus Lakukan Perhitungan Karbon? Sepenting Apa, Ya?
Perubahan iklim adalah tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk bisnis. Dalam konteks ini, perhitungan karbon atau carbon accounting menjadi…
Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon
Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran…
Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget
Mengenal Digital Footprint Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk…
Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award
Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang…
A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024
Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership…
Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan
Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023…