5 Tantangan dalam Menerapkan Dekarbonisasi Sektor Industri

Dekarbonisasi industri merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi produksi emisi karbon atau gas rumah kaca secara bertahap di sektor industri. Kegiatan ini menjadi satu dari beragam solusi yang paling dibutuhkan untuk membatasi peningkatan suhu global.

Dilansir dari ESMAP, sektor industri diketahui bertanggung jawab atas 70 persen emisi CO2 global saat ini. Tiga jenis industri, yakni besi dan baja, mineral non-logam (semen, kaca, kapur), dan industri kimia, menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya.

Angka yang tinggi menunjukkan betapa sektor industri punya andil yang besar dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca. Tanpanya, segala usaha yang diupayakan dapat berjalan sangat lambat.

Belum lagi dengan kemungkinan meningkatnya potensi industrialisasi di berbagai wilayah dan negara. Oleh karena itu, diperlukan adanya peluang untuk membentuk inovasi berkelanjutan, salah satunya di sektor industri, demi mencapai target emisi bersih di masa depan.

2

World Research Institute (WRI) Indonesia juga menyebut bahwa keterlibatan dan partisipasi industri dalam pengurangan emisi adalah hal yang sangat penting.. Mengurangi emisi di sektor industri akan mengubah pola produksi dan mendorong konsumsi berkelanjutan yang baik bagi bumi dan kehidupan di dalamnya.

Saat ini, inisiatif dekarbonisasi industri sudah mulai banyak diterapkan pelaku industri di seluruh dunia. Dibalik peluang dan keuntungannya yang besar, dekarbonisasi industri juga masih mungkin dihadapkan pada berbagai tantangan dalam pengoperasiannya.

Berikut ini adalah beberapa tantangan utama yang mungkin terjadi dalam dekarbonisasi industri dan dapat dijadikan informasi yang penting untuk membantu memaksimalkan prosesnya.

1. Biaya Dekarbonisasi Cukup Mahal

Baca juga artikel lainnya : Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia

Tidak dapat dihindari bahwa biaya penerapan dekarbonisasi industri bisa sangat tinggi sehingga dibutuhkan investasi yang besar untuk mendukung operasionalnya.

Berdasarkan laporan McKinsey terhadap potensi dekarbonisasi empat sektor industri, semen, baja, amonia, dan etilena, diperkirakan dibutuhkan sekitar $21 triliun hingga 2050 untuk mendukung langkah dekarbonisasi seluruhnya.

Biaya tersebut mencakup penggantian bahan bakar fosil ke energi biomassa, penyediaan material atau bahan produksi ke material ramah lingkungan, peningkatan teknologi penangkap karbon, dan masih banyak lainnya.

Segala rencana jangka pendek dan jangka panjang juga memerlukan dukungan biaya yang tidak murah. Oleh karena itu, investasi yang besar dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi baru yang hemat energi dan rendah karbon, yang bisa menjadi hambatan bagi perusahaan dengan anggaran terbatas.

2. Teknologi Pendukung Masih Terbatas

Teknologi rendah karbon adalah instrumen yang penting dalam melancarkan dekarbonisasi industri. Sayangnya, teknologi tersebut belum banyak tersedia dan membutuhkan biaya yang cukup kompetitif.

Seperti teknologi penangkapan karbon yang berfungsi menangkap CO2 dari udara secara langsung, memisahkannya, untuk kemudian disimpan secara permanen di tempat yang aman seperti di bawah tanah.

Teknologi ini dan macam lainnya masih sangat terbatas jumlahnya. Beberapa industri bahkan perlu mengeluarkan upaya yang lebih besar untuk dapat menghadirkannya di perusahaan.

3. Rantai Pasok yang Kompleks

Langkah dekarbonisasi memerlukan perubahan yang signifikan, salah satunya dalam rantai pasok. Hal ini mencakup dari sisi bahan baku, produksi, hingga pengelolaan limbah yang menjadi proses akhir. 

Untuk industri yang memiliki rantai pasok panjang dan kompleks, mencapai netralitas karbon pada semua tahapan produksi dapat menjadi tantangan yang besar. Contohnya, pada kegiatan di sektor manufaktur otomotif.

4. Kurangnya Keahlian dan Sumber Daya

Dekarbonisasi bisa dibilang merupakan inisiatif yang masih cukup awam dan perlu proses try and error bagi sebagian kalangan.

Banyak perusahaan yang kekurangan keahlian khusus dan sumber daya yang mumpuni untuk mewujudkan inisiatif dekarbonisasi.  

Pengetahuan teknis untuk merancang, menerapkan, dan memelihara teknologi rendah karbon tentu diperlukan. Ini bisa menjadi tantangan besar terutama untuk perusahaan kecil.

5. Ketergantungan pada Energi Fosil

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan global akan energi fosil sangatlah tinggi sehingga butuh waktu untuk beralih secara bertahap.

Banyak industri yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Terlebih karena sumber energi terbarukan belum cukup memadai dalam hal ketersediaan dan stabilitas untuk mendukung operasi besar-besaran. 

Pengalihan ke energi terbarukan memerlukan infrastruktur dan investasi baru. Kondisi ini akan memerlukan waktu dan komitmen yang besar untuk dapat terlaksana dengan optimal..

Dibalik berbagai tantangan yang ada, dekarbonisasi industri menghantarkan beragam manfaat ekonomi positif berupa penghematan energi, peningkatan reputasi merek, serta kepatuhan investor dan peraturan yang menyertai mitigasi risiko.

Kebijakan yang tepat, subsidi, dan insentif untuk inovasi energi bersih dapat membantu industri beralih ke jalur yang lebih hijau.

—-

Referensi:

Decarbonizing industry will take time and money—but here’s how to get a head start

The challenges of decarbonization

Similar Article