Bahaya Bakar Sampah Hasilkan Zat Beracun dan Perparah Krisis Iklim

Kegiatan membakar sampah nampaknya masih menjadi salah satu opsi penanganan sampah yang paling banyak dilakukan masyarakat saat ini.

Hal ini didukung oleh hasil survei Lembaga Jakpat tahun 2023 terhadap 2.768 responden masyarakat, sebagaimana dilansir dari Good Stats. Survei dilakukan dengan menggunakan pola multiple answer yang memungkinkan responden memilih lebih dari satu jawaban.

Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 31,1 persen masyarakat memilih untuk membakar sampah sebagai metode penanganan sampah pilihan mereka. Meski begitu, pilihan tertinggi masih jatuh kepada pengangkutan sampah oleh petugas, sebanyak 57,4 persen pemilih.

Ada pun riset yang dilakukan oleh Waste4Change bersama dengan Platform Bicara Udara pada tahun 2023 lalu, menemukan fakta lainnya. 

Pembakaran sampah terbuka di wilayah Jabodetabek disebut menghasilkan emisi karbon sebesar 12.627 Gg/tahun yang hampir setara dengan pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan pada tahun 2021. 

Bahaya dari Aktivitas Bakar Sampah

Membakar sampah tentu bukan suatu kegiatan yang menguntungkan, justru terdapat banyak sekali kerugian yang bisa dihasilkan.

bahaya bakar sampah

Utamanya yaitu asap hasil bakar sampah yang mengandung polutan berbahaya. Dampaknya tidak baik bagi kesehatan manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasil temuan Human Rights Watch terhadap orang-orang yang terpapar asap pembakaran sampah ialah serangkaian masalah kesehatan yang serius.

Baca juga artikel lainnya : Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya?

Mereka yang secara konsisten menghirup asap hasil bakar sampah secara terus menerus cenderung mengalami penyakit saluran pernafasan berupa penyakit paru obstruktif kronik, batuk, iritasi tenggorokan, dan asma. 

 Asap pembakaran sampah umumnya mengandung polutan beracun yang berasal dari pelepasan partikel material tertentu. Mencakup polutan seperti karbon monoksida, formaldehida, arsenik, dioksin, furan, VOC, dan nitrogen serta sulfur dioksida.

Membakar sampah juga dapat mengiritasi kulit. Halodoc menjelaskan bahwa dalam jangka pendek, paparan logam berat hasil pembakaran sampah dapat menyebabkan lesi kulit, sebuah kondisi pertumbuhan jaringan abnormal pada permukaan kulit.

Residu dari kegiatan bakar sampah juga berpotensi mencemari tanah dan sumber air di sekitarnya. Memungkinkan juga mengkontaminasi rantai makanan melalui hewan ternak dan tanaman.

Alasan Masyarakat Membakar Sampah

Meskipun dampak sudah cukup terlihat menakutkan, namun aktivitas pembakaran sampah secara terbuka masih sering dapat kita jumpai.

Alasan yang mungkin mendukung kegiatan ini adalah karena belum tersedianya layanan pengangkutan dan pengelolaan sampah di beberapa wilayah. Beberapa sumber juga menyebut bahwa membakar sampah masih dilakukan karena itu merupakan opsi yang paling mudah dan murah.

Kebiasaan yang turun temurun juga menjadi alasan mengapa membakar sampah belum ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya aturan yang mengatur terkait larangan membakar sampah untuk mencegah masyakarat melakukan hal tersebut.

Kontribusi Pembakaran Sampah terhadap Kondisi Iklim

Pembakaran sampah nyatanya menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca yang berkontribusi langsung pada perubahan iklim.

Proses membakar sampah dapat menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) dalam jumlah besar. Gas-gas ini memiliki efek yang signifikan dalam memerangkap panas di atmosfer, meningkatkan efek rumah kaca, dan memperburuk pemanasan global. 

Metana, khususnya, memiliki potensi pemanasan yang lebih kuat daripada CO2. Meskipun hadir dalam jumlah yang lebih kecil, ia tetap berkontribusi pada peningkatan suhu global dengan lebih cepat.

Dengan membakar sampah, manusia menyumbang emisi antropogenik global yang jumlahnya tidak jauh berbeda dari emisi gas rumah kaca transportasi. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dapat mengurangi emisi karbon serta dampak terhadap iklim.

—-

Referensi:

Jakpat: 31,1% Masyarakat Masih Membakar Sampah

Riset Waste4Change & Bicara Udara Temukan Aktivitas Bakar Sampah Jabodetabek Setara Kebakaran 108 Ribu Hektar Hutan

Similar Article