Sejauh Mana Upaya Indonesia Melawan Krisis Perubahan Iklim?

Sejauh Mana Upaya Indonesia Melawan Krisis Perubahan Iklim?

Perubahan iklim menjadi ancaman serius yang dapat membahayakan keberlanjutan bumi, lingkungan, juga masa depan manusia. Hal ini perlu dihadapi dengan serius oleh seluruh negara yang ada, termasuk Indonesia. Baca Juga: 3 Fakta Terbaru Kondisi Perubahan Iklim  Menurut Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, pada acara The 11th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2023, menyampaikan bahwa perubahan iklim bisa sangat berisiko signifikan bagi keberlangsungan dunia. Terutama negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang.  Di Indonesia sendiri, menurut data BMKG, suhu udara rata-rata di Indonesia per Oktober 2023 mencapai 27,7 derajat Celcius. Mengalami kenaikan sebanyak 0,7 derajat Celcius dibandingkan periode rata-rata kurun 1991-2020 yang sebesar 26.8 deraja Celcius. Suhu ini juga merupakan yang tertunggi untuk bulan yang sama sejak 1981. Baca Juga: 3 Mitos dan Fakta terkait Perubahan Iklim Lalu, bagaimana pemerintah mengatasi percepatan perubahan iklim yang semakin nampak? Apa saja upaya yang sudah dilakukan Indonesia sejauh ini dalam upaya melawan dampak pemanasan global? Perubahan Iklim Perubahan Iklim – Menyusun dan Mengimplementasikan NDC Indonesia diketahui telah menyusun dan mengumumkan Nationally Determined Contributions (NDC) sebagai komitmen dalam perjanjian Perubahan Iklim Paris. NDC Indonesia mencakup target pengurangan emisi gas rumah kaca dan upaya adaptasi.  Dalam target NDC yang diperbarui pada 2022 lalu, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 31,89% dengan kemampuan sendiri dan dapat mencapai 43,20% pada 2030 dengan dukungan internasional. Diimplementasikan dalam bidang pendanaan, teknologi, maupun peningkatan kapasitas.  Perubahan Iklim – Menetapkan Rencana NZE 2060 Indonesia juga telah menyampaikan visi dan formulasi jangka panjang dalam upaya menurunkan jumlah emisi melalui dokumen Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR 2050). Dalam hal ini, ditetapkan rencana Net Zero Emission 2060, dengan sektor energi dan Forestry and Other Land Use (FOLU) menjadi tulang punggung pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia.  Perubahan Iklim – Program Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) Indonesia diketahui terlibat dalam inisiatif REDD+ untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Program ini mencakup konservasi hutan, rehabilitasi lahan gambut, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam mengimlementasikan REDD+, Indonesia memiliki peran yang cukup penting mengingat jumlah hutan alam tropis yang cukup luas sekaligus memiliki potensi ancaman deforestasi yang cukup tinggi. Indonesia juga aktif menyuarakan kepada negara-negara maju akan pentingnya menunaikan kewajiban membantu negara berkembang mempertahankan hutan alam. Keberhasilan Indonesia dalam mengimpelementasikan REDD+ dan menerima Result Based Contribution (RBP) telah diakui dan menjadi contoh baik bagi negara-negara lain. Pengalaman ini dinilai layak untuk dipelajari. Perubahan Iklim – Pengembangan Energi Terbarukan Indonesia mempercepat pengembangan energi terbarukan, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, dan jenis lainnya. Sektor energi disebut memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik. Oleh karena itu, Indonesia menghadirkan percepatan dalam upaya transisi energi menuju energi baru terbarukan dan konservasi energi. Berdasarkan data Ditjen Energi Baru Terbarukan (EBKTE), Rencana Pengembangan PLT berbasis EBT pada Green RUPTL PLN 2021-2030 akan menghasilkan total investasi sekitar USD 55,18 miliar, mengurangi 89 juta ton CO2e, dan membuka lapangan kerja baru sebanyak 281.566 kesempatan. Itulah beberapa upaya Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dan melawan dampaknya yang kian terlihat. Tentu, hal ini perlu didukung oleh masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya sehingga target pengurangan emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya yang direncanakan bisa tercapai. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Sejauh Mana Upaya Indonesia Melawan Krisis Perubahan Iklim? Penerapan Energi Bersih di Indonesia Ditengah ketergantungan dunia terhadap energi konvensional yang semakin terbatas, diperlukan sebuah perubahan yang mendorong masyarakat beralih ke penggunaan energi yang berkelanjutan. Transisi menuju energi bersih adalah salah satu yang bisa dilakukan. Baca Juga: Energi Baru Terbarukan yang Diterapkan di Indonesia Energi bersih merupakan sumber energi dan teknologi yang mengandung gas rumah kaca lebih rendah bahkan nol dibandingkan sumber energi konvensional. Energi bersih umumnya memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah, berbeda dengan energi dari bahan bakar fosil. Energi Bersih Penggunaan energi bersih bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan keberlanjutan, dan meminimalisir dampak negatif penggunaannya terhadap lingkungan. Beberapa jenis energi bersih… Emisi GRK dalam Kegiatan Pertanian Sektor pertanian merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian suatu negara. Meski begitu, sektor pertanian juga menjadi salah satu kontributor yang ikut menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) bagi bumi. Baca Juga: Jejak Karbon di Industri Pangan Telah sejak lama, sektor pertanian mengalami perkembangan pesat di mana hadir pertanian modern yang menggabungkan antara prinsip agronomi modern, pemuliaan tanaman, agrochemicals, dan perkembangan teknologi. Sayangnya, perkembangan ini belum sejalan dengan upaya perlindungan terhadap lingkungan. Dikutip dari Low Carbon Development Indonesia, terdapat beberapa isu lingkungan ekologi yang dihadapi sektor pertanian. Degradasi lingkungan karena penggunaan bahan kimia yang masif, Hilangnya biodiversitas karena budidaya pertanian… Greenhouse Gas (GHG) Protocol: Upaya Dunia Mereduksi Emisi GRK GHG Protocol – Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah dampak perubahan iklim. Gas-gas tersebut menciptakan efek rumah kaca dan berperan dalam peningkatan suhu global. Beberapa gas rumah kaca yang meliputi Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), dan Sulfur Hexafluoride (SF6) umumnya diproduksi dari berbagai sumber aktivitas manusia.  Hal inilah yang perlu dibatasi demi meminimalisir krisis perubahan iklim dan mewujudkan masa depan yang cerah. Oleh karena itu, diperlukan riwayat penghitungan dan pencatatan produksi emisi GRK guna menjalankan upaya pengurangan dan melakukan efisiensi emisi GRK dalam kegiatan industri. Baca Juga:… Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa? Upaya Uni Eropa dalam mengurangi produksi emisi karbon dioksida (CO2) dan melawan krisis …

Emisi GRK dalam Kegiatan Pertanian

Emisi GRK dalam Kegiatan Pertanian

Sektor pertanian merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian suatu negara. Meski begitu, sektor pertanian juga menjadi salah satu kontributor yang ikut menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) bagi bumi. Baca Juga: Jejak Karbon di Industri Pangan Telah sejak lama, sektor pertanian mengalami perkembangan pesat di mana hadir pertanian modern yang menggabungkan antara prinsip agronomi modern, pemuliaan tanaman, agrochemicals, dan perkembangan teknologi. Sayangnya, perkembangan ini belum sejalan dengan upaya perlindungan terhadap lingkungan. Dikutip dari Low Carbon Development Indonesia, terdapat beberapa isu lingkungan ekologi yang dihadapi sektor pertanian. Degradasi lingkungan karena penggunaan bahan kimia yang masif, Hilangnya biodiversitas karena budidaya pertanian monokultur, Deforestasi karena pembukaan lahan pertanian pada lahan hutan dan gambut, dan Desertification karena penggunaan lahan yang tidak direstorasi kembali. Isu-isu ini ikut memperparah kondisi pemanasan global yang saat ini semakin sering diperbincangkan. Baca Juga: Bursa Karbon Indonesia: Peluang dan Tantangan dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Oleh karena itu, sektor pertanian didorong untuk dapat mengurangi emisi GRK dengan melibatkan praktik-praktik berkelanjutan, inovasi teknologi, dan menerapkan pengelolaan pertanian yang efisien untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Emisi GRK Sumber Emisi GRK Sektor Pertanian Emisi Metana Hewan ruminansia seperti sapi, domba, dan kambing menghasilkan gas metana (CH4) selama proses pencernaan mereka. Metana ini kemudian dilepaskan ke atmosfer melalui eructation (pengeluaran gas dari lambung) dan pernapasan. Produksi dan Penggunaan Pupuk Pemakaian pupuk kimia, terutama pupuk nitrogen, dapat menyebabkan pelepasan gas nitrous oksida (N2O), yang merupakan gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global yang tinggi. Pertanian Rawa Padi Pertanian padi di sawah dapat menghasilkan emisi metana karena anaerobiosis (ketiadaan oksigen) di dalam tanah yang tergenang air. Perubahan Penggunaan Lahan Penggundulan hutan untuk menciptakan lahan pertanian baru dapat menyebabkan pelepasa karbon dioksida (CO2) yang tersimpan dalam biomassa pohon. Produksi dan Penggunaan Energi Penggunaan energi dalam kegiatan pertanian, seperti traktor, penggilingan padi, dan irigasi dapat menghasilkan emisi CO2 jika energi berasal dari bahan bakar fosil. Pengelolaan Limbah Tanaman Dekomposisi sisa-sisa tanaman setelah panen dapat menghasilkan emisi N2O dan C2O. Upaya Menurunkan Emisi GRK dari Sektor Pertanian Sektor pertanian di Indonesia sendiri tercatat berkontribusi atas 13% emisi gas rumah kaca dari total keseluruhan emisi gas rumah kaca yang ada.  Untuk mewujudkan komitmen dalam upaya mengurangi jejak karbon, Pemerintah Indonesia meluncurkan Platform Pembangunan Rendah Karbon (Low Carbon Development) yang bertujuan salah satunya untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam dan mewujudkan sektor pertanian yang berkelanjutan.  Sementara itu, masyarakat dan organisasi bisa turut serta menjalankan praktik pertanian yang lebih berorientasi terhadap lingkungan. Termasuk di antaranya seperti penggunaan pupuk hijau, teknologi pengelolaan limbah yang lebih baik, pertanian konservasi, dan pengelolaan air yang efisien. Pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi iklim yang berubah juga dapat membantu mengurangi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim di sektor pertanian. Melakukan pencatatan emisi GRK dalam sektor pertanian merupakan langkah penting untuk memahami dan mengelola dampak lingkungan dari kegiatan pertanian. Memungkinkan para pelaku pertanian untuk mengembangkan strategi pengurangan emisi dan berkontribusi pada keberlanjutan sektor pertanian secara keseluruhan.  Manfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dapatkan FREE DEMO sekarang! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Emisi GRK dalam Kegiatan Pertanian Greenhouse Gas (GHG) Protocol: Upaya Dunia Mereduksi Emisi GRK GHG Protocol – Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah dampak perubahan iklim. Gas-gas tersebut menciptakan efek rumah kaca dan berperan dalam peningkatan suhu global. Beberapa gas rumah kaca yang meliputi Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), dan Sulfur Hexafluoride (SF6) umumnya diproduksi dari berbagai sumber aktivitas manusia.  Hal inilah yang perlu dibatasi demi meminimalisir krisis perubahan iklim dan mewujudkan masa depan yang cerah. Oleh karena itu, diperlukan riwayat penghitungan dan pencatatan produksi emisi GRK guna menjalankan upaya pengurangan dan melakukan efisiensi emisi GRK dalam kegiatan industri. Baca Juga:… Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa? Upaya Uni Eropa dalam mengurangi produksi emisi karbon dioksida (CO2) dan melawan krisis perubahan iklim, akhir-akhir ini nampaknya membuahkan hasil positif. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Pasalnya, berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Centre for Research on Energy and Clean Air’s (CREA), yang terbit pada Januari 2024 kemarin, menyebut bahwa tingkat emisi CO2 tahunan Uni Eropa dari bahan bakar fosil pada 2023 mengalami penurunan sebesar 8% dibandingkan tahun 2022. Penurunan terbesar kedua yang pernah tercatat sejak 1960an. Pada saat yang sama, emisi dari batu bara di Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 25%, emisi terkait gas turun… Emisi GRK Scope 3 Scope emissions merupakan istilah yang digunakan oleh Greenhouse Gas Protocol dalam membagi jenis-jenis emisi gas rumah kaca (GRK) ke dalam beberapa sumber atau asal-usul. Mereka membagi scope emissions ke dalam tiga cakupan utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) sendiri merupakan suatu kerangka kerja global yang dirancang untuk dapat digunakan sebagai panduan dalam hal mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GRK. Dibentuk secara bersama-sama oleh banyak pihak. Dengan mengelompokkan emisi ke dalam scopes,… Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan …

Greenhouse Gas (GHG) Protocol: Upaya Dunia Mereduksi Emisi GRK

Greenhouse Gas (GHG) Protocol: Upaya Dunia Mereduksi Emisi GRK

GHG Protocol – Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah dampak perubahan iklim. Gas-gas tersebut menciptakan efek rumah kaca dan berperan dalam peningkatan suhu global. Beberapa gas rumah kaca yang meliputi Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC), dan Sulfur Hexafluoride (SF6) umumnya diproduksi dari berbagai sumber aktivitas manusia.  Hal inilah yang perlu dibatasi demi meminimalisir krisis perubahan iklim dan mewujudkan masa depan yang cerah. Oleh karena itu, diperlukan riwayat penghitungan dan pencatatan produksi emisi GRK guna menjalankan upaya pengurangan dan melakukan efisiensi emisi GRK dalam kegiatan industri. Baca Juga: Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa? Greenhouse Gas Protocol hadir untuk membantu perusahaan menghitung emisi gas rumah kaca dan mengukur manfaat proyek mitigasi perubahan iklim. GHG Protocol Apa Itu Greenhouse Gas Protocol? Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) merupakan suatu kerangka kerja global yang digunakan sebagai panduan dalam hal mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GRK. Kerangka tersebut dirancang untuk membantu berbagai pihak, baik dari sektor publik dan swasta, mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola dampak GRK mereka terhadap perubahan iklim. GHG Protocol dikembangkan secara bersama-sama oleh pemerintah, lembaga dan perusahaan dunia yang tergabung dalam World Resources Institute (WRI) dan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD).  Pedoman perhitungan dan pelaporan GRK yang disediakan dapat digunakan secara luas dan fleksibel oleh berbagai jenis organisasi di dunia. Terdapat tiga pendekatan jenis dan lingkup emisi yang diukur, di antaranya: Scope 1 (Emisi langsung), Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait dengan konsumsi energi), dan Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait dengan nilai rantai pasokan. Alasan Dibentuknya GHG Protocol GHG Protocol atau Protokol GRK dibuat atas dasar kesadaran diperlukannya standar perhitungan dan pelaporan GRK bagi organisasi atau perusahaan yang memiliki standar internasional.  Pada tahun 90-an, World Resources Institute (WRI) bersama perusahaan internasional kala itu sempat menerbitkan sebuah laporan yang memuat hasil indetifikasi dan agenda aksi dalam mengatasi perubahan iklim. Laporan tersebut berjudul “Safe Climate, Sound Business.” Inisiatif yang sama pun dilakukan oleh WBCSD. Hingga pada akhirnya kedua lembaga ini bertemu untuk berdiskusi mengenai panduan perhitungan dan pelaporan GRK yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh organisasi seluruh dunia. GHG Protocol pun terus berkembang dan diperbarui di setiap masanya untuk mencerminkan perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan praktik pengukuran emisi. Versi-versi terbaru dari GHG Protocol telah mencakup penyempuranaan berdasarkan pengalaman praktis dan pembaruan ilmiah. Manfaat Mengaplikasikan GHG Protocol GHG Protocol menjadi alat penting dalam upaya global untuk memahami dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Tidak hanya itu, laporan ini juga seringkali berperan sebagai penyedia data yang krusial bagi investor bila diperlukan. Penggunaan GHG Protocol membantu organisasi untuk mengukur dampak lingkungan mereka secara konsisten dan sesuai dengan standar global, sehingga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Greenhouse Gas (GHG) Protocol: Upaya Dunia Mereduksi Emisi GRK Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa? Upaya Uni Eropa dalam mengurangi produksi emisi karbon dioksida (CO2) dan melawan krisis perubahan iklim, akhir-akhir ini nampaknya membuahkan hasil positif. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Pasalnya, berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Centre for Research on Energy and Clean Air’s (CREA), yang terbit pada Januari 2024 kemarin, menyebut bahwa tingkat emisi CO2 tahunan Uni Eropa dari bahan bakar fosil pada 2023 mengalami penurunan sebesar 8% dibandingkan tahun 2022. Penurunan terbesar kedua yang pernah tercatat sejak 1960an. Pada saat yang sama, emisi dari batu bara di Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 25%, emisi terkait gas turun… Emisi GRK Scope 3 Scope emissions merupakan istilah yang digunakan oleh Greenhouse Gas Protocol dalam membagi jenis-jenis emisi gas rumah kaca (GRK) ke dalam beberapa sumber atau asal-usul. Mereka membagi scope emissions ke dalam tiga cakupan utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) sendiri merupakan suatu kerangka kerja global yang dirancang untuk dapat digunakan sebagai panduan dalam hal mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GRK. Dibentuk secara bersama-sama oleh banyak pihak. Dengan mengelompokkan emisi ke dalam scopes,… Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan yaitu terdiri dari scope 1, 2 dan 3. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai …

Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa?

Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa?

Upaya Uni Eropa dalam mengurangi produksi emisi karbon dioksida (CO2) dan melawan krisis perubahan iklim, akhir-akhir ini nampaknya membuahkan hasil positif. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Pasalnya, berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Centre for Research on Energy and Clean Air’s (CREA), yang terbit pada Januari 2024 kemarin, menyebut bahwa tingkat emisi CO2 tahunan Uni Eropa dari bahan bakar fosil pada 2023 mengalami penurunan sebesar 8% dibandingkan tahun 2022. Penurunan terbesar kedua yang pernah tercatat sejak 1960an. Pada saat yang sama, emisi dari batu bara di Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 25%, emisi terkait gas turun sebesar 11%, dan emisi dari minyak bumi juga turun sebesar 2%. Lebih rendah 2 kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya, pada masa pandemi COVID-19, Uni Eropa juga pernah mencatatkan penurunan emisi CO2 lainnya. Hal ini terjadi karena adanya lockdown yang menyebabkan beberapa sektor industri mengalami pembatasan aktivitas. Emisi CO2 Faktor Pendukung Turunnya Emisi CO2 di Uni Eropa Masih berdasarkan laporan analisis yang sama, ada salah satu faktor utama yang mendukung terjadinya penurunan emisi karbon dioksida di seluruh wilayah Uni Eropa. Baca Juga: Emisi Gas Rumah Kaca Scope 1, 2 dan 3 CREA mengungkapkan bahwa lebih dari separuh penurunan tersebut, atau sekitar 56% nya disebabkan oleh perluasan sumber energi terbarukan yang sangat pesat. Mulai dari pemanfaatan tenaga angin dan surya, serta pulihnya pembangkit listrik tenaga air dan nuklir yang membantu Uni Eropa mencapai hasil positif tersebut. Perluasan sumber energi terbarukan ini dilakukan selain sebagai inisiatif berkelanjutan dalam mencapai target 2030, juga sebagai akibat dari krisis energi berkepanjangan yang dipicu oleh krisis energi global. Oleh karena itu, Uni Eropa juga perlu mulai mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil dan mulai beralih ke energi hijau dan terbarukan. Uni Eropa sendiri memang memiliki target energi terbarukan yang mengikat, yakni 42,5% pada 2030. Target ini mengharuskan 27 negara Uni Eropa melipatgandakan porsi energi terbarukan yang dimiliki sampai akhir dekade ini.  Ditambah dengan diterapkannya Undang-Undang Iklim Eropa yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca setidaknya 55% pada 2030. Hal ini menjadikan upaya netralitas iklim mengikat secara hukum. Upaya Uni Eropa Mencapai Pengurangan Emisi CO2 Uni Eropa telah sejak lama berusaha keras menurunkan emisi gas rumah kaca dengan berbagai cara. Dikutip dari EU Monitor, ada beberapa langkah yang diambil untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon pada 2030, di antaranya. Menerapkan European Climate Law sebagai bagian dari European Green Deal dan membentuk peta jalan Uni Eropa menuju netralitas iklim Menjalankan Sistem Perdagangan Emisi untuk Industri (The EU’s ETS) Mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi Mengurangi emisi dari sektor energi Mengkonsumsi lebih sedikit energi Meningkatkan pengembangan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan Menetapkan harga karbon pada barang impor Mengatasi emisi karbon dari sektor lain, diluar transportasi, pertanian, bangunan, dan pengelolaan limbah yang belum tercakup ke dalam EU’s ETS Melakukan pemanfaatan hutan untuk menangkap emisi Mengurangi gas rumah kaca selain CO2, seperti metana, gas berfluorinasi, dan zat perusak ozon Sampai dengan saat ini, Uni Eropa masih terus memaksimalkan upaya mereka dalam berkontribusi memerangi pemanasan global dan mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini tentu memerlukan kerjasama dari pihak untuk menyukseskannya. Your All-in-One Sustainability Platform Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Emisi CO2 Uni Eropa Capai Titik Terendah dalam 60 Tahun, Kok Bisa? Emisi GRK Scope 3 Scope emissions merupakan istilah yang digunakan oleh Greenhouse Gas Protocol dalam membagi jenis-jenis emisi gas rumah kaca (GRK) ke dalam beberapa sumber atau asal-usul. Mereka membagi scope emissions ke dalam tiga cakupan utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) sendiri merupakan suatu kerangka kerja global yang dirancang untuk dapat digunakan sebagai panduan dalam hal mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GRK. Dibentuk secara bersama-sama oleh banyak pihak. Dengan mengelompokkan emisi ke dalam scopes,… Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan yaitu terdiri dari scope 1, 2 dan 3. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Pengelompokkan ini dilakukan untuk dapat membantu organisasi memahami dan… 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Selain menghasilkan timbulan sampah, aktivitas manusia sehari-hari juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memiliki dampak bagi bumi. Disebut juga jejak karbon. Baca Juga: …

Emisi GRK Scope 3

Emisi GRK Scope 3

Scope emissions merupakan istilah yang digunakan oleh Greenhouse Gas Protocol dalam membagi jenis-jenis emisi gas rumah kaca (GRK) ke dalam beberapa sumber atau asal-usul. Mereka membagi scope emissions ke dalam tiga cakupan utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) sendiri merupakan suatu kerangka kerja global yang dirancang untuk dapat digunakan sebagai panduan dalam hal mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi GRK. Dibentuk secara bersama-sama oleh banyak pihak. Dengan mengelompokkan emisi ke dalam scopes, hal ini dapat membantu organisasi memahami dan mengukur dampak penuh dari kegiatan mereka  terhadap perubahan iklim. Di artikel lainnya, telah dijelaskan mengenai Scope 1 emissions dan Scope 2 emissions. Mari memahami pembagian emisi berdasarkan sumbernya secara mendetail dalam penjelasan di bawah ini! Scope 3 Emission atau Emisi Scope 3 (Emisi Tidak Langsung terkait Nilai Rantai Pasokan) Emisi scope 3 mencakup emisi tidak langsung yang ditimbulkan dari seluruh kegiatan rantai nilai organisasi di luar batas operasionalnya, tetapi masih terkait dengan aktivitas organisasi tersebut. Dalam hal ini, cakupan emisinya bisa berasal dari rantai pasokan, penggunaan produk atau layanan, transportasi yang dilakukan oleh pihak ketiga, dan aktivitas lain yang terkait dengan organisasi, tetapi tidak sepenuhnya terkendali oleh organisasi. GHG Protocol mendefinisikan 15 kategori dalam emisi cakupan 3, mulai dari aktivitas organisasi di hulu hingga ke hilir. Pembelian Barang dan Jasa Terkait dengan produksi, transportasi, dan pengelolaan bahan baku, produk, atau layanan yang dibeli suatu organisasi. Termasuk juga emisi yang dihasilkan pemasok atau produsen barang dan jasa tersebut. Transportasi dan Distribusi Produk Timbul selama transportasi dan distribusi (kegiatan pengiriman) produk dari pemasok ke organisasi yang membelinya. Penggunaan dan Pemrosesan Produk Terkait dengan penggunaan dan pemrosesan produk atau layanan yang dibeli organisasi. Pengelolaan Akhir Hidup Produk Proses pembuangan, daur ulang, dan segala pemrosesan akhir produk. Pendistribusian dan Penggunaan Bahan Bakar Fosil oleh Pemasok Produksi dan distribusi bahan bakar fosil oleh pemasok atau mitra bisnis organisasi. Perjalanan Bisnis Timbul dari kegiatan perjalanan bisnis yang dilakukan karyawan suatu organisasi, baik itu transportasi udara, darat, dan laut. Transportasi Karyawan Transportasi harian karyawan menuju dan dari tempat kerja. Penggunaan Akhir Produk Dihasilkan selama penggunaan produk akhir oleh konsumen, setelah produk tersebut dijual oleh organisasi. Lingkup Finansial Kegiatan keuangan, seperti investasi dan pembiayaan proyek atau perusahaan tertentu. Produksi dan Distribusi Listrik yang Dibeli Timbul dari produksi dan distribusi listrik yang dibeli oleh organisasi, jika sumber energi tersebut tidak sepenuhnya terbarukan. Aktivitas yang Terkait dengan Biaya Pembelian Produk atau Jasa Aktivitas organisasi yang terkait dengan biaya pembelian produk atau jasa. Pengembangan Produk Dihasilkan sebagai akibat dari adanya upaya pengembangan produk baru atau perbaikan produk yang ada. Operasi Pemasok dan Siklus Hidup Produk Operasi pemasok dan silkus hidup produk di luar kendali langsung organisasi. Manajemen Rantai Pasokan Manajemen rantai pasokan organisasi, termasuk keputusan pengadaan dan distribusi. Penggunaan dan Perawatan Kapital Penggunaan dan perawatan aset kapital, seperti gedung dan fasilitas. Setiap organisasi tentu memiliki perbedaan dalam menghasilkan emisi cakupan 3, tergantung pada jenis industri, model bisnis, dan karakteristik rantai pasokannya masing-masing. Mengukur Scope 3 Emission atau Emisi Scope 3 Dikutip dari Persefoni, emisi cakupan 3 memiliki tingkat pengukuran yang rumit disebabkan oleh kontribusinya yang kebanyakan berasal dari luar kendali organisasi. Diperlukan pengumpulan data yang komprehensif untuk mendapatkan informasi yang akurat. Pengelolaan Scope 3 emissions melibatkan kerjasama dengan pemasok, pelanggan, dan pihak terkait lainnya untuk mengidentifikasi dan mengurangi dampak lingkungan dari seluruh rantai nilai. Identifikasi dan pengelolaan Scope 3 emissions menjadi penting dalam upaya mencapai target keberlanjutan dan mengurangi dampak lingkungan secara menyeluruh. Mengukur emisi GRK, mulai dari scope 1, 2, dan 3, memiliki manfaat penting, salah satunya memperkuat pemahaman organisasi dalam mewujudkan upaya dekarbonisasi yang efektif. Data yang lengkap dan terukur dapat membantu Anda lebih percaya diri dalam mengumumkan kontribusi mengurangi emisi. Organisasi atau perusahaan Anda juga bisa mulai melakukan pengukuran dan pencatatan terhadap emisi gas rumah kaca yang diproduksi untuk menjadikan strategi dekarbonisasi berjalan lebih efisien. Manfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dapatkan FREE DEMO sekarang! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Emisi GRK Scope 3 Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan yaitu terdiri dari scope 1, 2 dan 3. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Pengelompokkan ini dilakukan untuk dapat membantu organisasi memahami dan… 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Selain menghasilkan timbulan sampah, aktivitas manusia sehari-hari juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memiliki dampak bagi bumi. Disebut juga jejak karbon. Baca Juga: Alasan Perusahaan Perlu Menghitung Jejak Karbon Jejak karbon mengacu pada jumlah total emisi GRK yang dihasilkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh individu, organisasi, atau kegiatan tertentu. Emisi tersebut dapat berupa di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), gas nitrous oksida (N2O), dan partikel lainnya.  Terdapat beragam sumber gas-gas rumah kaca dapat dihasilkan, umumnya berasal dari …

Apa itu Emisi GRK Scope 2?

Apa itu Emisi GRK Scope 2?

Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam artikel berjudul Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1. Pada artikel ini, akan dijelaskan secara mendalam mengenai Scope 2 Emissions atau cakupan emisi 2. Scope 2 mencakup berbagai emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung yang terkait dengan energi. Mari simak penjelasannya untuk memaksimalkan upaya pengurangan jejak karbon Anda. Scope 2 Emission (Emisi Tidak Langsung terkait Energi) Scope 2 melibatkan emisi gas rumah kaca tidak langsung yang dihasilkan dari penggunaan energi oleh suatu organisasi atau perusahaan. Emisi dalam kategori ini berasal dari sumber eksternal dan di luar kendali organisasi tersebut. Contohnya adalah emisi yang timbul dari produksi listrik atau panas yang digunakan oleh organisasi, seperti listrik yang dibeli atau disewa dari jaringan umum, bisa juga uap, pemanas, atau pendingin. Cakupan 2 berfokus pada emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menghasilkan energi untuk digunakan oleh perusahaan. Meskipun organisasi atau perusahaan tidak memiliki kuasa untuk mengendalikan atau memiliki sumber yang menghasilkan emisi cakupan 2, namun pencatatan emisi tetap perlu dilakukan. Sumber-sumber emisi tersebut penting untuk dilaporkan karena organisasi atau perusahaan secara tidak langsung menyebabkan emisi. Baca Juga: Emisi Gas Rumah Kaca Scope 1, 2 dan 3 Mengukur Scope 2 Emission Dikutip dari Persefoni, terdapat dua metode yang biasa dilakukan organisasi atau perusahaan dalam melaporkan emisi cakupan 2. Menggunakan metode berbasis lokasi dan pasar. Metode berbasis pasar, menggunakan informasi dari instrumen kontrak untuk sumber listrik yang digunakan. Metode berbasis lokasi, menggunakan intensitas emisi rata-rata dari jaringan listrik di mana konsumsi energi terjadi. Mengukur emisi GRK, mulai dari scope 1, 2, dan 3, memiliki manfaat penting, salah satunya memperkuat pemahaman organisasi dalam mewujudkan upaya dekarbonisasi yang efektif. Data yang lengkap dan terukur dapat membantu Anda lebih percaya diri dalam mengumumkan kontribusi mengurangi emisi. Organisasi atau perusahaan Anda juga bisa mulai melakukan pengukuran dan pencatatan terhadap emisi gas rumah kaca yang diproduksi untuk menjadikan strategi dekarbonisasi berjalan lebih efisien. Manfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Similar Article Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan yaitu terdiri dari scope 1, 2 dan 3. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Pengelompokkan ini dilakukan untuk dapat membantu organisasi memahami dan… 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Selain menghasilkan timbulan sampah, aktivitas manusia sehari-hari juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memiliki dampak bagi bumi. Disebut juga jejak karbon. Baca Juga: Alasan Perusahaan Perlu Menghitung Jejak Karbon Jejak karbon mengacu pada jumlah total emisi GRK yang dihasilkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh individu, organisasi, atau kegiatan tertentu. Emisi tersebut dapat berupa di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), gas nitrous oksida (N2O), dan partikel lainnya.  Terdapat beragam sumber gas-gas rumah kaca dapat dihasilkan, umumnya berasal dari kegiatan industri, pertanian, dan pembakaran bahan bakar fosil. Tanpa disadari, aktivitas manusia sehari-hari juga dapat berkontribusi pada… 3 Mitos dan Fakta terkait Perubahan Iklim Perubahan iklim saat ini tidak hanya sekedar pembahasan sampingan, namun telah menjadi topik utama yang seringkali dibicarakan di berbagai level masyarakat. Kian ramai dibahas oleh karena tanda-tandanya yang juga semakin terlihat. Baca Juga: 3 Fakta Terbaru Kondisi Perubahan Iklim Sayangnya, isu perubahan iklim masih seringkali dikelilingi oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman. Informasi yang simpang siur tentu menyesatkan, menjadikan upaya pencegahannya menjadi kurang tepat. Lalu, apa saja mitos perubahan iklim yang umum dibicarakan di masyarakat? Perubahan Iklim Mitos #1: “Perubahan iklim hanyalah siklus alamiah bumi.” Fakta: Meskipun iklim bumi telah berubah bahkan sejak 4,5 miliar tahun yang lalu, perubahan yang terjadi… 3 Fakta Terbaru Kondisi Perubahan Iklim Isu perubahan iklim kian mendapatkan perhatian serius di berbagai tingkat pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat hingga global. Percepatan pemanasan global menimbulkan kekhawatiran akan dampak lain yang mungkin bisa terjadi lebih parah dari sekarang. Baca Juga: Memahami Istilah Tobat Ekologis Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bagaimana perubahan iklim semakin berkembang ke arah yang kurang baik selama beberapa tahun ke belakang. Beberapa di antaranya seperti terjadinya suhu ekstrem, meningkatnya permukaan air laut, peningkatan curah hujan, dan perubahan habitat bagi flora dan fauna. Lalu, apa saja fakta terbaru terkait kondisi perubahan iklim yang perlu kita ketahui? Perubahan Iklim Fakta Perubahan Iklim: Kenaikan Suhu… 5 Alasan Wujudkan Laporan Keberlanjutan yang Terintegrasi bersama Satuplatform Sudahkah Anda mempersiapkan pelaporan ESG dan laporan keberlanjutan serta inisiatif berkelanjutan secara tepat dan berkualitas? Baca Juga: Keberlanjutan Bisnis : Bagaimana kita memulainya? Laporan ESG (Environmental, Social, …

Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1

Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1

Dunia secara luas terus berkomitmen dan berupaya mengurangi produksi emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk dapat memaksimalkan inisiatif tersebut, organisasi atau perusahaan perlu memahami secara pasti scope emissions atau cakupan emisi yang biasa mereka hasilkan yaitu terdiri dari scope 1, 2 dan 3. Baca Juga: Pengertian Emisi Karbon: Sumber, Dampak, dan Cara Mengatasinya Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Pengelompokkan ini dilakukan untuk dapat membantu organisasi memahami dan mengukur dampak penuh dari berbagai kegiatan mereka terhadap perubahan iklim. Tidak hanya itu, inisiatif ini juga sebagai bentuk tanggung jawab mereka dalam mendukung terciptanya masa depan yang lebih baik. Baca Juga: Emisi Gas Rumah Kaca Scope 1, 2 dan 3 Dengan diterapkannya pengukuran hingga pengelolaan emisi gas rumah kaca dalam aktivitas organisasi atau industri, diharapkan dapat tercipta strategi pengurangan emisi yang efisien, mendukung keberlanjutan, dan tersedianya laporan kinerja yang transparan. Scope 1 Emission (Emisi Langsung) Emisi scope 1 dalam hal ini adalah sekumpulan emisi GRK yang langsung berasal dari sumber-sumber internal suatu organisasi atau entitas. Artinya, emisi cakupan 1 dapat langsung dikendalikan oleh organisasi. Berdasarkan GHG Protocol, Scope 1 emissions mencakup di antaranya: Stationary Combustion Pembakaran stasioner (non-transportasi) adalah kegiatan pembakaran langsung bahan bakar fosil ke sumber panas, seperti fasilitas boiler, turbin. Mobile Combustion Pembakaran ini berasal dari semua kendaraan yang dimiliki atau dikendalikan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Kendaraan yang dimaksud hanya yang mengandalkan bahan bakar fosil (gas atau solar) untuk beroperasi, misalnya mobil, van, truk, dan sebagainya. Fugitive Emissions Emisi fugitive adalah sumber emisi yang dihasilkan dari kebocoran gas rumah kaca, seperti unit pendinginan, penyejuk udara, atau gas industri. Perlu diketahui bahwa gas jenis ini bisa seratus hingga sepuluh ribu kali lebih berbahaya daripada emisi CO2 jika terperangkap di atmosfer. Process Combustion Emisi proses merupakan emisi yang dilepaskan selama proses industri dan manufaktur di lokasi berlangsung. Contoh kegiatannya adalah produksi CO2 selama pembuatan semen,  asap pabrik, dan lainnya. Mengukur Scope 1 Emission Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, organisasi atau perusahaan memiliki kendali langsung atas emisi dalam kategori ini. Oleh karena itu, dalam upaya menjalankan strategi dekarbonisasi, emisi cakupan 1 menjadi yang paling memungkinkan untuk ditangani dan dicari penyelesainnya.  Beberapa hal yang mungkin dilakukan untuk mengatasi emisi dalam cakupan 1 ialah beralih ke peralatan hemat energi atau yang menggunakan energi ramah lingkungan, memeriksa dan melakukan perawatan terhadap unit pendingin untuk menhindari kebocoran, hingga mulai menggunakan moda transportasi listrik untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Selain itu, organisasi atau perusahaan juga bisa mulai melakukan pengukuran dan pencatatan terhadap emisi gas rumah kaca yang diproduksi untuk menjadikan strategi dekarbonisasi berjalan lebih efisien. Manfaatkan platform all-in-one dari Satuplatform yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Dapatkan FREE DEMO sekarang! /*! elementor – v3.18.0 – 20-12-2023 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Memahami Lebih Dalam Emisi GRK Scope 1 Apa itu Emisi GRK Scope 2? Gas-gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca dapat berasal dari berbagai sumber. Umumnya dikeluarkan dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, proses industri, dan masih banyak lagi. Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol) mengelompokkan emisi gas rumah kaca ke dalam tiga kategori utama yaitu scope 1, 2 dan 3: Scope 1 (Emisi langsung) Scope 2 (Emisi tidak langsung terkait energi) Scope 3 (Emisi tidak langsung terkait nilai rantai pasokan) Sumber: US EPA Sebelumnya, telah dibahas secara mendetail Scope 1 Emissions atau cakupan emisi 1 yang mencakup emisi GRK yang langsung berasal dari sumber internal organisasi atau perusahaan. Baca selengkapnya dalam… 3 Kegiatan yang Tanpa Disadari Menghasilkan Jejak Karbon Selain menghasilkan timbulan sampah, aktivitas manusia sehari-hari juga berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang memiliki dampak bagi bumi. Disebut juga jejak karbon. Baca Juga: Alasan Perusahaan Perlu Menghitung Jejak Karbon Jejak karbon mengacu pada jumlah total emisi GRK yang dihasilkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh individu, organisasi, atau kegiatan tertentu. Emisi tersebut dapat berupa di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), gas nitrous oksida (N2O), dan partikel lainnya.  Terdapat beragam sumber gas-gas rumah kaca dapat dihasilkan, umumnya berasal dari kegiatan industri, pertanian, dan pembakaran bahan bakar fosil. Tanpa disadari, aktivitas manusia sehari-hari juga dapat berkontribusi pada… 3 Mitos dan Fakta terkait Perubahan Iklim Perubahan iklim saat ini tidak hanya sekedar pembahasan sampingan, namun telah menjadi topik utama yang seringkali dibicarakan di berbagai level masyarakat. Kian ramai dibahas oleh karena tanda-tandanya yang juga semakin terlihat. Baca Juga: 3 Fakta Terbaru Kondisi Perubahan Iklim Sayangnya, isu perubahan iklim masih seringkali dikelilingi oleh berbagai mitos dan kesalahpahaman. Informasi yang simpang siur tentu menyesatkan, menjadikan upaya pencegahannya menjadi kurang tepat. Lalu, apa saja mitos perubahan iklim yang umum dibicarakan di masyarakat? Perubahan Iklim Mitos #1: “Perubahan iklim hanyalah siklus alamiah bumi.” Fakta: Meskipun iklim bumi telah berubah bahkan sejak 4,5 miliar tahun yang lalu, perubahan yang terjadi… 3 Fakta Terbaru Kondisi Perubahan Iklim Isu perubahan iklim kian mendapatkan perhatian serius di berbagai tingkat pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat hingga global. Percepatan pemanasan global menimbulkan kekhawatiran akan dampak lain yang mungkin bisa terjadi lebih parah dari sekarang. Baca Juga: Memahami Istilah Tobat Ekologis Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bagaimana perubahan iklim semakin berkembang ke arah yang kurang baik selama beberapa tahun ke belakang. Beberapa di antaranya seperti terjadinya suhu ekstrem, meningkatnya permukaan air laut, peningkatan curah hujan, dan perubahan habitat bagi flora dan fauna. Lalu, apa saja fakta terbaru terkait kondisi perubahan iklim yang perlu kita ketahui? Perubahan Iklim Fakta Perubahan Iklim: Kenaikan Suhu… 5 Alasan Wujudkan Laporan Keberlanjutan yang Terintegrasi bersama Satuplatform Sudahkah Anda mempersiapkan pelaporan ESG dan laporan keberlanjutan serta inisiatif berkelanjutan secara tepat dan berkualitas? Baca Juga: Keberlanjutan Bisnis : Bagaimana kita memulainya? Laporan ESG (Environmental, Social, and Governance) dan laporan keberlanjutan saat ini memainkan peran yang semakin krusial dalam dunia bisnis dan keuangan. Oleh karena itu, dokumen ini perlu dibuat dengan memberikan informasi yang terbuka dan dapat dipercaya guna mendorong perubahan positif menuju bisnis yang lebih berkelanjutan. Keberlanjutan …