Restorasi Lahan Gambut untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Restorasi Lahan Gambut untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Restorasi lahan gambut merupakan upaya yang dilakukan bertujuan memulihkan fungsi ekosistem gambut yang rusak. Hal ini penting sebab gambut dikenal sebagai vegetasi yang kaya akan manfaat. Lahan gambut diketahui berfungsi sebagai penyerap dan sumber air, melindungi tanah dari erosi, menyediakan habitat alami bagi flora dan fauna, serta sumber penghidupan yang penting bagi masyarakat. Gambut juga berperan penting salah satunya sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Mereka dapat menyimpan sekitar 30 persen karbon tanah dunia meskipun jumlahnya hanya mencakup 3 persen dari daratan.  Kemampuannya tersebut bahkan lebih tinggi dua kali lipat dari yang bisa dilakukan seluruh hutan di dunia. Gambut menjadi vegetasi yang sangat diperlukan untuk membantu menjaga keseimbangan ekosistem global dan lokal serta untuk mencegah krisis iklim yang lebih parah. Ekosistem gambut terbentuk dari akumulasi bahan organik, terutama tumbuhan yang terdekomposisi sebagian, dalam kondisi yang sangat lembab dan berair. Proses pembentukannya memerlukan waktu ribuan tahun, namun keberadaannya kini semakin terancam oleh pembangunan dan perubahan iklim. Mengapa Restorasi Lahan Gambut Penting? Baca juga artikel lainnya : Potensi Jejak Karbon dari Degradasi Lahan Gambut  Pemulihan atau restorasi lahan gambut merupakan hal yang penting dilakukan sebab keberadaannya kini semakin terancam.  Berdasarkan data Program Lingkungan PBB (UNEP), sekitar 15 persen lahan gambut dunia telah dikeringkan. Berakibat pada berkurangnya kemampuan menyerap karbon, bahkan membuatnya melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer. Hal ini menyedihkan sebab pengeringan atau pembakaran lahan gambut mengubahnya dari semula tempat penampungan karbon menjadi sumber karbon bagi bumi. Jika terus rusak, karbon yang tersimpan selama ribuan tahun dapat dilepaskan, memperburuk perubahan iklim. Metode Restorasi Lahan Gambut Oleh karena itu, restorasi lahan gambut menjadi suatu cara untuk memulihkan fungsi gambut ke kondisi yang hampir mendekati kondisi alaminya. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah empat ragam metode atau cara dalam merestorasi lahan gambut. 1. Rewetting (Pembasahan Kembali) Restorasi lahan gambut melalui rewetting merupakan metode utama dalam memulihkan kondisi gambut.  Pengeringan lahan gambut merupakan salah satu penyebab utama kerusakan, sehingga pembasahan kembali dilakukan dengan menutup kanal-kanal drainase yang menyebabkan pengeringan atau menggali sumur dalam.  Metode ini dilakukan dengan menjaga kelembaban tanah dan mengurangi laju drainase. Air dikembalikan ke lahan untuk menjaga gambut tetap basah, sehingga mencegah kebakaran dan mengurangi emisi karbon dioksida dari dekomposisi bahan organik. 2. Revegetasi (Penanaman Kembali Vegetasi Alami) Restorasi ekosistem gambut juga melibatkan penanaman vegetasi asli seperti pohon-pohon khas lahan gambut (misalnya pohon ramin atau jelutung) untuk membantu memulihkan fungsi ekologis. Vegetasi gambut yang tumbuh kembali diharapkan dapat membantu meningkatkan penyerapan air, mengurangi risiko erosi, memperkaya spesies dan tutupan lahan, dan mempercepat proses pemulihan.  3. Restorasi Hidrologi Selain pembasahan, pengelolaan hidrologi yang tepat, seperti menjaga aliran air dan mengurangi gangguan hidrologi akibat aktivitas manusia menjadi sangat penting untuk dilakukan.  Caranya yaitu dengan membangun bendungan, kanal yang diperbaiki, atau membentuk kembali topografi tanah agar air bisa tertahan lebih lama. Bendungan gambut dapat dibuat dari beragam media, membantu menciptakan akumulasi gambut baru. 4. Paludikultur Metode pembasahan kembali lahan gambut yang mengering ini melibatkan kegiatan pertanian dalam kegiatannya.  Selain untuk dapat meregenerasi lahan gambut basah dan meningkatkan muka air tanah, metode ini juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, mendukung pengembalian fungsi gambut.  Apa yang Bisa Kita Lakukan Tidak hanya memulihkan yang sudah rusak, melestarikan ekosistem lahan gambut juga dapat dilakukan sejak awal dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya gambut bagi iklim serta menyebarkan edukasinya kepada orang lain. Sebagai masyarakat bertanggung jawab, kita juga bisa turut berkontribusi mendorong pelestarian gambut dengan menghindari produk yang berasal dari praktik pertanian yang merusak lahan gambut.  Hal utama lainnya adalah dengan mengurangi konsumsi energi, beralih ke energi terbarukan, dan mempraktikkan gaya hidup rendah karbon. Kegiatan ini dapat berlaku juga bagi pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan. Caranya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas yang dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk Carbon Management, ESG Management, Carbon Accounting, Supplier Sustainability Management, hingga Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. —- Referensi: – Apa itu restorasi gambut– Peatlands store twice as much carbon as all the world’s forests Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi …

Lahan Gambut sebagai Penyerap Karbon: Solusi Atasi Perubahan Iklim

Lahan Gambut sebagai Penyerap Karbon: Solusi Atasi Perubahan Iklim

Lahan gambut telah lama dikenal akan kemampuannya menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah signifikan, di samping hutan dan lautan. Baca Juga: Pembukaan Lahan: Pengertian, Syarat, Metode, Hingga Dampaknya bagi Lingkungan Gambut merupakan jenis lahan basah yang terdapat di wilayah pedalaman, meliputi rawa, kolam, danau, sungai, dan dataran banjir, yang wilayahnya masuk kategori daratan, namun dapat tergenang air secara permanen maupun musiman. Dilansir dari UN Environmental Program (UNEP), lahan gambut dapat menjadi media penyimpanan karbon yang sangat besar. Mencakup hingga dua kali lipat karbon yang tersimpan di seluruh hutan di dunia. Melalui pelestarian dan perlindungan areal gambut yang berkelanjutan, upaya pengurangan emisi karbon diyakini dapat berjalan dengan optimal. Membantu bumi melawan dampak iklim yang saat ini kian mengkhawatirkan. Potensi Lahan Gambut dalam Menyimpan Karbon Kemampuan lahan gambut dalam mendukung tercapainya pengurangan karbon dan memerangi perubahan iklim sangat kuat dan patut diperhitungkan. Sebab, berdasarkan penelitian, potensi lahan gambut dalam menyimpan karbon sangatlah besar. Di seluruh dunia, lahan gambut alami yang kini tersisa sekitar lebih dari 3 juta kilometer persegi, dapat menyerap 0,37 gigaton CO2 per tahun.  Tanah gambut juga diperkirakan mengandung lebih dari 600 gigaton karbon. Jumlah tersebut mewakili 44 persen bagian dari seluruh karbon tanah serta melebih karbon yang tersimpan di semua jenis vegetasi lain beserta gabunganya, termasuk hutan di seluruh dunia. Manfaat Beragam Lahan Gambut Basah Melihat potensinya yang begitu besar, tentu lahan gambut memiliki fungsi yang amat berjasa bagi keberlanjutan bumi serta keberlangsungan hidup seluruh organisme. Salah satu ragam lahan basah ini memiliki banyak manfaat penting, baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Di antaranya seperti: Lahan gambut berperan sebagai penyimpan karbon terbesar di darat. Mereka menyimpan sekitar 30% karbon tanah dunia meskipun hanya mencakup 3% dari daratan, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Lahan gambut berfungsi sebagai penyerap air, sehingga dapat membantu mencegah banjir saat musim hujan dan melepaskan air saat musim kering. Lahan gambut adalah habitat bagi berbagai spesies unik, termasuk beberapa yang terancam punah, seperti orangutan di Indonesia dan spesies burung langka. Mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati. Lahan gambut membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan berperan sebagai penyangga alam, melindungi tanah dari erosi, dan menyediakan habitat bagi berbagai flora dan fauna. Banyak masyarakat adat yang tinggal di sekitar lahan gambut bergantung pada sumber daya alamnya untuk penghidupan, seperti memanen ikan, kayu, dan hasil hutan lainnya. Dalam konteksi iklim, lahan gambut basah turut membantu menurunkan suhu di daerah sekitarnya, menyediakan perlindungan dari panas ekstrem, hingga mencegah intrusi air laut.  Manfaatnya yang beragam menunjukkan pentingnya pelestarian lahan gambut untuk keseimbangan ekosistem global dan lokal serta untuk mencegah krisis iklim yang lebih parah. Melestarikan Lahan Gambut dan Apa yang Bisa Dilakukan Membantu pelestarian lahan gambut dan mencegahnya dari kerusakan adalah salah satu hal yang bisa kita lakukan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Kita dapat turut mendukung atau berpartisipasi dalam program yang mendukung reboisasi dan restorasi lahan gambut. Beberapa organisasi lingkungan memiliki program donasi atau partisipasi dalam proyek restorasi. Sebagai konsumen, kita juga bisa menghindari produk yang berasal dari praktik pertanian yang merusak lahan gambut. Mendorong pemerintah untuk mengadopsi kebijakan yang melindungi lahan gambut dan lingkungan adalah langkah yang penting. Hal utama lainnya adalah dengan mengurangi konsumsi energi, beralih ke energi terbarukan, dan mempraktikkan gaya hidup rendah karbon. Kegiatan ini dapat berlaku juga bagi pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan. Caranya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas yang dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. — Referensi: – IUCN – Peatlands and climate change – UNEP – Peatlands store twice as much carbon as all the world’s forests Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri …

3 Contoh Program Corporate Social Responsibility untuk Dukung Kelestarian Lingkungan

Solusi Berkelanjutan Emisi Metana dalam Pertanian

Emisi metana diketahui semakin menjadi salah pendorong utama krisis iklim di bumi dan pengurangan produksi gas metana merupakan kunci penting melawan perubahan iklim. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), yang menyebut bahwa emisi metana dari aktivitas antropogenik berkontribusi masif terhadap pemanasan global, sekitar 0,5 derajat. Kegiatan pertanian merupakan salah satu sumber terbesarnya. Baca Juga: 5 Fakta Gas Metana Sebagai Kontributor Pemanasan Global Dari Mana Sumber Metana Pertanian Berasal? Emisi gas metana pertanian dapat berasal dari berbagai hal, seperti halnya dari peternakan yang menyumbang sekitar 32 persen emisi metana serta 14,5 persen emisi GRK global yang disebabkan oleh manusia.  Limbah gastroenterik pada ruminansia akan sulit terhindarkan mengingat hewan ternak merupakan salah satu kebutuhan primer. Berdasarkan data yang dihimpun FAO, populasi hewan ruminansia telah meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 1960 hingga 2017. Diproyeksikan akan tumbuh lebih jauh hingga 70 persen pada tahun 2050, yang berdampak pada memburuknya emisi metana dan gas rumah kaca. Selain itu, pertanian juga menyumbang emisi metana dari pengelolaan pupuk kandang dan sawah melalui aktivitas penanaman padi. Kondisi ini dapat terus menyumbang jumlah gas metana yang lebih banyak jika tidak ditangani secara berkelanjutan. Apa Dampak Berbahaya dari Emisi Metana? Metana merupakan gas yang terdiri dari senyawa karbon dan hidrogen (CH4), memiliki sifat mudah terbakar.  Dalam konteks iklim, metana menjadi sebuah gas rumah kaca yang sangat kuat. Metana memiliki peran besar dalam meningkatkan pemanasan dan memengaruhi perubahan iklim. Selain pertanian, sumber utama metana berasal dari tempat pembuangan sampah terbuka yang sayangnya masih banyak terdapat di wilayah Indonesia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan banyak ilmuwan, metana telah berkontribusi 80 kali lebih kuat menghangatkan atmosfer selama periode 20 tahun. Lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dan terus meningkat sejak masa pra-industri berlangsung.  Selain berkontribusi terhadap pemanasan lingkungan, emisi metana juga dapat memengaruhi pembentukan ozon, menurunkan kualitas udara, menyumbang berbagai masalah kesehatan pada makhluk hidup, sampai dengan mengurangi produktivitas hasil panen pertanian. Bagaimana Solusi Mengatasi Emisi Metana Pertanian? Pengurangan emisi metana adalah hal yang penting untuk mencegah berbagai bahaya yang bisa timbul. Pertanian tentu dapat turut berkontribusi dalam hal ini. Dilansir dari Honey Well, menurut the Global Methane Assessment, pengurangan 45 persen emisi metana yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat mengurangi terjadinya 255 ribu kematian dini, 775 ribu potensi ancaman kesehatan, sampai dengan hilangnya 26 juta ton hasil panen. Salah satu solusi dalam masalah ini ialah dengan mengurangi metanogenesis enterik oleh hewan ruminansia melalui modifikasi pakan ternak. Mengubah komposisi pakan ternak menjadi lebih efisien dalam proses pencernaan dapat mengurangi produksi metana. Pakan dengan gizi tertentu, seperti berbasis rumput laut, biji minyak, atau pakan dengan suplemen khusus, dapat memberikan lebih banyak energi dan kesehatan bagi hewan ternak, sembari menghasilkan metana yang lebih rendah.  Pengelolaan kotoran ternak yang lebih efisien juga dapat membantu mencegah emisi metana dilepaskan langsung ke atmosfer. Bisa dilakukan dengan mengolahnya menjadi kompos, melalui metode anaerobic digestion untuk biogas, dan atau cara lainnya selain membiarkannya terbuka di alam. Kemudian, para petani juga dapat mengubah teknik irigasi sawah dengan metode seperti Alternate Wetting and Drying (AWD) yang dapat mengurangi pembentukan metana pada sawah yang terendam air secara berkelanjutan. Praktik pengelolaan air yang tepat membantu mengurangi emisi dari lahan basah. Turut Serta dalam Keberlanjutan Tidak hanya sektor pertanian, pekerja di bidang bisnis dan industri juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan memberikan perhatian terhadap produksi emisi karbon perusahaan. Lakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin …

Ketahui 4 Temuan Besar Laporan IPCC 2023 Terkait Perubahan Iklim

Ketahui 4 Temuan Besar Laporan IPCC 2023 Terkait Perubahan Iklim

The Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC resmi meluncurkan Laporan Penilaian Keenam (AR6) 2023 yang berisikan temuan-temuan serta penilaian ilmiah dari berbagai ilmuwan tentang perubahan iklim yang terjadi. Laporan IPCC yang dirilis tanggal 20 Maret 2023 ini melibatkan temuan dari 234 ilmuwan di bidang ilmu fisika perubahan iklim, 270 ilmuwan yang mengamati dampak, adaptasi, dan kerentanan terhadap perubahan iklim, serta 278 ilmuwan yang berfokus pada mitigasi perubahan iklim. IPCC merinci segala konsekuensi dari meningkatnya emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Laporan tersebut terdiri lebih dari tujuh ribu halaman dan World Resource Institute (WRI) telah merangkum seluruhnya dalam artikel berbahasa Inggris berjudul “10 Big Findings from the 2023 IPCC Report on Climate Change”. Berikut adalah empat hal di antaranya yang penting untuk dipahami. 1. Laporan IPCC 2023: Kenaikan suhu global sebesar 1,1°C akibat aktivitas manusia Berdasarkan laporan IPCC, ditemukan adanya kenaikan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius di berbagai wilayah dan terjadi pertama kali sepanjang sejarah manusia. Perubahan kondisi iklim ini menimbulkan berbagai dampak di antaranya seperti naiknya permukaan air laut, mencairnya lapisan es, terjadinya perubahan cuaca, sampai dengan cuaca ekstrem di banyak tempat. Meningkatnya suhu global disebut-sebut terjadi salah satunya akibat aktivitas manusia. Pemanasan global yang terus terjadi akan turut meningkatkan dampak perubahan bagi bumi. Menyebabkan peningkatan frekuensi bencana alam yang pada akhirnya dapat mencapai titik kritis yang berbahaya terhadap sistem iklim. Beberapa hal yang dikhawatirkan ialah mencairnya permafrost atau lapisan es beku yang menyimpan jutaan karbon serta hilangnya hutan dalam jumlah besar. 2. Laporan IPCC 2023: Semakin panas suhu bumi, semakin terancam kondisi ekosistem dan manusia Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak iklim yang terjadi saat ini sudah lebih jauh dan ekstrem, memberikan kerugian bagi makhluk hidup. Terus meningkat dan telah dimulai sejak lama sekali. Berdasarkan laporan IPCC, sekitar setengah dari populasi global saat ini terus berjuang melawan kelangkaan air yang parah, setidaknya selama satu bulan per tahun. Sementara itu, suhu ekstrem juga memungkinkan persebaran penyakit yang semakin masif, seperti malaria, virus West Nile, dan penyakit Lyme.  Perubahan iklim juga menghambat produktivitas pertanian, sebagaimana yang telah terjadi di Afrika sejak 1961. Belum lagi dengan banjir dan badai ekstrem yang berdampak pada hilangnya tempat tinggal bagi jutaan orang di dunia. Peningkatan pemanasan global disebut akan terus memperparah ancaman ini. Jika suhu bumi saat ini saja telah menunjukkan beragam bencana yang merugikan banyak populasi, suhu yang melampaui 1,5 derajat Celcius juga berpotensi menyebabkan dampak yang jauh lebih parah. Mencegah terjadinya suhu ekstrem akan sangat membantu menciptakan kondisi hidup dan masa depan yang layak di bumi. 3. Laporan IPCC 2023: Dibutuhkan lebih banyak pendanaan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim Meskipun sekitar 170 negara di dunia telah memahami pentingnya adaptasi terhadap iklim, akan tetapi kebanyakan upaya tersebut belum sepenuhnya terealisasi atau berkembang dari perencanaan hingga implementasi.  Tahapan yang dilakukan untuk membangun ketahanan terhadap iklim sebagian besar masih berskala kecil, reaktif, dan bertahap, dengan berfokus pada dampak langsung atau risiko jangka pendek. Kondisi ini dapat terjadi karena keterbatasan dana, menciptakan kesenjangan antara tingkat adaptasi bagi setiap negara. IPCC menyebut bahwa, negara berkembang setidaknya memerlukan sekitar $127 miliar sampai dengan $295 miliar per tahun pada tahun 2030 dan 2050.untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Sayangnya, dana untuk adaptasi hanya mencapai $23 miliar hingga $46 miliar dari tahun 2017 sampai 2018. Mencakup 4 sampai 8 persen dari pendanaan iklim yang dilacak. 4. Laporan IPCC 2023: Beberapa kerusakan ekosistem sebagai dampak perubahan iklim terlanjur sulit diperbaiki Faktanya, perubahan iklim berdampak secara tidak proporsional pada kondisi ekosistem serta kelompok yang termasuk ke dalam golongan rentan. Bagi sebagian masyarakat, berbagai langkah adaptasi mungkin dapat sedikit mengurangi tekanan maupun ancaman yang bisa timbul sebagai dampak perubahan iklim. Akan tetapi, orang-orang di belahan bumi lainnya bisa jadi menemukan kebuntuan akan strategi adaptasi untuk menghindari kerugian dan kerusakan. IPCC mengambil contoh pada masyarakat pesisir di daerah tropis yang menghadapi ancaman terkait ketahanan pangan hingga kehilangan mata pencaharian akibat dampak iklim yang semakin parah. Rusaknya terumbu karang sampai dengan naiknya permukaan laut seakan menghantui mereka dalam menjalani kehidupan. Baca juga artikel lainnya : 5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim  Tindakan mendesak diperlukan untuk mencegah, meminimalkan, dan mengatasi kerugian dan kerusakan ini. Turut Serta dalam Keberlanjutan Upaya mencegah dampak perubahan iklim melibatkan banyak pihak. Salah satu yang penting ialah kamu sebagai pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan yang umumnya bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca. Kamu dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, mengurangi jejak karbon, serta melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur. Aktivitas ini dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article CollaborAction Satuplatform dalam Langkah Membumi Festival Satuplatform, platform yang mendukung inisiatif keberlanjutan khususnya pada Carbon & ESG Management, dengan bangga mengumumkan keterlibatannya sebagai Ecopreneur Partner dalam acara Langkah Membumi Festival, yang diselenggarakan oleh Ecoxyztem dan Blibli Tiket Action pada 2-3 November 2024 di Senayan Park, Jakarta. Acara ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan menginspirasi tindakan positif untuk bumi melalui berbagai kegiatan, diskusi, dan aksi nyata. Dalam festival yang penuh semangat ini, untuk itu Satuplatform berkomitmen dalam memperkenalkan dan mendukung berbagai produk serta inisiatif ramah lingkungan yang berfokus pada perhitungan reduksi emisi karbon dan arah keberlanjutan. Tak hanya itu, Satuplatform juga mengkampanyekan aksi… 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan …

Metode Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) untuk Mengukur Kinerja Lingkungan

Metode Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) untuk Mengukur Kinerja Lingkungan

Pada era di mana perhatian terhadap agenda keberlanjutan semakin meningkat, aktivitas pengukuran kinerja lingkungan menjadi elemen kunci bagi perusahaan. Terutama untuk perusahaan-perusahaan yang ingin bertanggung jawab secara sosial dan ekologis. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dalam mengukur kinerja lingkungan adalah Metode Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS). Dengan menggabungkan berbagai aspek lingkungan dalam satu kerangka yang komprehensif, IEPMS membantu perusahaan tidak hanya memantau dampak operasional mereka terhadap lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam jangka panjang. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai metode untuk mengukur kinerja lingkungan dengan menggunakan IEPMS. Simak ulasannya berikut ini! Pentingnya Pemantauan Kinerja Lingkungan Untuk perusahaan yang secara aktif ingin berkontribusi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, penggunaan Integrated Environment Performance Measurement System atau EIPMS dapat menjadi pilihan yang bagus dalam rangka melakukan pemantauan kinerja lingkungan. Namun sebelum itu, perusahaan perlu untuk memahami secara utuh bagaimana pentingnya pemantauan kinerja lingkungan itu sendiri. Secara operasional, pemantauan kinerja lingkungan dapat memberikan data yang essensial untuk mengelola risiko operasional. Dengan pemantauan ini, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, seperti pengurangan emisi karbon, efisiensi penggunaan sumber daya, dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Hal ini tidak hanya membantu perusahaan memenuhi regulasi lingkungan yang ketat tetapi juga mengurangi risiko lingkungan yang dapat merugikan reputasi dan keuangan perusahaan. Pengertian dan Konsep Dasar IEPMS IEPMS merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan berbagai indikator terkait lingkungan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja lingkungan suatu entitas, baik itu perusahaan maupun organisasi. Metode ini tidak hanya fokus pada satu aspek lingkungan saja, tetapi mencakup berbagai parameter seperti kualitas udara, kualitas air, pengelolaan limbah, penggunaan energi, emisi gas rumah kaca, dan keanekaragaman hayati. Pendekatan yang komprehensif ini memungkinkan analisis yang lebih holistik terhadap dampak lingkungan, sehingga langkah-langkah perbaikan dapat diambil secara lebih tepat dan efektif. Baca juga artikel lainnya : Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati? Komponen Utama dalam IEPMS Dalam penerapan metode IEPMS bagi perusahaan, penting untuk mengetahui komponen-komponen utama dari IEPMS tersebut. Yakni sebagai berikut: 1.    Pengumpulan Data Lingkungan Data yang akurat dan relevan adalah salah satu komponen kunci dalam IEPMS. Dalam hal ini, data yang dikumpulkan adalah mencakup informasi berbagai aspek lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan. Seperti data emisi polutan, konsumsi sumber daya, jumlah limbah serta jenis limbah yang dihasilkan. Untuk pengumpulan data lingkungan, pemanfaatan Internet of Things (IoT) dapat sangat membantu untuk melakukan pemantauan lingkungan secara real-time dan di berbagai lokasi. 2.    Analisis Data dan Indikator Kinerja Ketika data telah dikumpulkan, langkah berikutnya dalam IEPMS adalah terkait dengan analisis data untuk dapat menghasilkan indikator kinerja lingkungan. Indikator yang ditentukan dapat berupa ukuran spesifik seperti tingkat emisi per unit produksi atau jumlah limbah yang dapat didaur ulang dari setiap proses produksi. Dalam tahap ini, metode statistika dan algoritma akan sangat berguna untuk membantu analisis data. 3.    Integrasi dengan Sistem Manajemen Lingkungan Komponen berikutnya dalam IEPMS adalah terkait dengan sistem manajemen lingkungan (EMS). Sistem ini harus dapat terintegrasi secara menyeluruh dengan semua aktivitas pemantauan lingkungan. Integrasi ini memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil berdasarkan hasil IEPMS dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan dampak positif yang nyata. 4.    Pelaporan dan Evaluasi Kinerja Komponen yang juga penting dalam IEPMS adalah terkait dengan proses pelaporan dan evaluasi kinerja lingkungan perusahaan. Aktivitas pelaporan ini akan sangat berguna termasuk untuk manajemen, pemangku kepentingan, maupun investor. Sementara untuk evaluasi kinerja, dapat dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan. Keunggulan IEPMS dalam Pengukuran Kinerja Lingkungan Metode IEPMS sendiri memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode lainnya. Pertama, pendekatan terintegrasi dari IEPMS memungkinkan untuk menggabungkan data dari berbagai sumber dan indikator. Sehingga dengan metode IEPMS, bisa didapatkan gambaran yang komprehensif tentang kinerja lingkungan. Kedua, metode IEPMS memiliki kemampuan prediktif untuk melihat potensi dampak lingkungan perusahaan di masa depan berdasarkan analisis terhadap tren data yang ada saat ini. Ketiga, metode IEPMS memiliki keunggulan dari sifat fleksibilitas dan adabtabilitasnya. Fleksibilitas dan adaptabilitas ini memungkinkan IEPMS untuk dapat digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari manufaktur, energi, pertanian, hingga layanan publik. Tantangan dalam Implementasi IEPMS Di samping keunggulan dari IEPMS, perlu diketahui pula bahwa terdapat pula tantangan dalam implementasi metode ini bagi perusahaan. Salah satu tantangan dari implementasi IEPMS adalah terkait dengan investasi awal yang tidak sedikit. Hal ini terkait dengan pengadaan teknologi dan system, serta pelatihan sumber daya manusia. Selain itu, untuk perusahaan yang belum memiliki kapasitas teknis yang memadai, kompleksitas analisis data dalam metode IEPMS juga mungkin akan menjadi tantangan. Sehingga, perencanaan yang matang akan sangat diperlukan lalu disertai dengan dukungan optimal dari pihak manajemen.Untuk perusahaan yang ingin berkomitmen untuk melakukan pemantauan kinerja lingkungan, seperti mengimplementasikan IEPMS, perusahaan dapat melakukan persiapan dengan berkonsultasi kepada para expert. Dalam hal ini, Satuplatform hadir sebagai all-in-one solution bagi para perusahaan yang berfokus pada isu keberlanjutan. Coba FREE DEMO sekarang. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun …

The Impact of Fast Food to the Environment

The Impact of Fast Food to the Environment

The fast-food industry has become a defining feature of today’s modern society.  Its global reach has transformed the way people eat, making quick, affordable meals accessible to millions around the world. However, this convenience comes at a significant cost to the environment. Food production is one of the main contributors to climate change. It is estimated that a third of all human-made greenhouse gas (GHG) emissions came from the food production activity.  In this article, we will explore how the fast-food industry’s practices affect the environment, from resource extraction and land use to waste generation and energy consumption. Understanding these impacts is crucial for developing more sustainable food systems that prioritize both human and environmental health. Read other related articles : How Business Contribute to SDG 13: Climate Action 1. Agricultural Practices One of the most significant environmental impacts of the fast-food industry can be seen on agricultural practices, particularly in the large-scale deforestation associated with agricultural expansion. As the demand for fast food grows, so does the need for vast quantities of agricultural products, especially livestock and feed crops like soy and corn. To meet this demand, large areas of forests are cleared to make way for cattle ranching and monoculture plantations, which is known as deforestation. This deforestation not only results in the destruction of vital ecosystems but also leads to the displacement of wildlife and indigenous communities that rely on these forests for their livelihoods. 2. Greenhouse Gas Emissions Another impact of fast food production to the environment is about creating Greenhouse Gas Emission. The fast-food industry is a significant contributor to greenhouse gas emissions, particularly methane and carbon dioxide. Livestock farming, especially cattle, produces methane—a potent greenhouse gas that has a far greater warming potential than carbon dioxide. The emissions from manure, feed production, and transport further exacerbate this issue. In addition to livestock, the entire fast-food supply chain, including food production, packaging, refrigeration, and transportation, requires significant energy and depends heavily on fossil fuels. This dependence on non-renewable energy sources adds to the industry’s carbon footprint and accelerates climate change.  3. Water Consumption and Pollution Another environmental impact of fast food production is tied to water resources. The production of fast food, particularly meat, consumes significant amounts of water. For instance, approximately 1,800 gallons of water are required to produce a single pound of beef. This heavy water usage places additional pressure on local water supplies, particularly in regions already experiencing water shortages.  Along with excessive water consumption, the fast food industry also plays a role in water pollution. Runoff from livestock farms and crop fields, often containing fertilizers, pesticides, and animal waste, can contaminate rivers, lakes, and oceans. This leads to issues such as algal blooms, dead zones in aquatic ecosystems, and harm to marine life. 4. Excessive Packaging and Waste The convenience factor of fast food often comes with disposable containers, cups, straws, and cutlery that result in a huge amount of packaging waste. Much of this waste ends up in the environment, taking hundreds of years to decompose. Plastic waste, in particular, poses a serious threat to marine life, as animals can mistake it for food, leading to injury or death. Furthermore, the production of plastic packaging itself is energy-intensive and relies on fossil fuels, which contribute to greenhouse gas emissions. What Can Be Done? Addressing the environmental impact of fast food requires concerted efforts from multiple stakeholders, including governments, corporations, and consumers. Governments can play a crucial role by implementing stricter regulations on deforestation, greenhouse gas emissions, and waste management in the fast-food industry. Government regulation also have to be supported by people’s obedience. Supporting local and organic food options, reducing meat consumption, and avoiding single-use packaging can collectively drive demand for environmentally responsible fast-food alternatives. And most importantly, industries that produce fast food,  must take responsibility for their environmental impact by adopting more sustainable practices. This could include sourcing ingredients from environmentally friendly farms, reducing water usage, minimizing packaging, and investing in renewable energy. In this case, companies can utilize the Satuplatform service as an all-in-one for industry’s sustainability. Find out the FREE DEMO here! Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim

Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih tinggi per penumpang dibandingkan pesawat komersial. Pesawat yang hanya mampu membawa sedikit penumpang dan digunakan hanya oleh segelintir orang ini bertanggung jawab atas setengah dari emisi penerbangan dunia. Besaran Emisi GRK yang Diproduksi Jet Pribadi Baca juga artikel lainnya : Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Sebelum mengetahui besaran emisi yang dapat dihasilkan dari pengoperasian jet pribadi, perlu diketahui bahwa pemanfaatan jet pribadi telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir, seperti dilansir dari Kompas, menurut laporan Institute for Policy Studies (IPS) tahun 2023.  Untuk dapat memenuhi demand yang ada, industri penerbangan jet pribadi pun turut melonjak tajam. Pengoperasiannya menjadi lebih intens daripada sebelumnya. Berdasarkan hasil studi oleh T&E menemukan bahwa jet pribadi menghasilkan emisi karbon sekitar 1.300 gram CO2e/km per penumpang. Sekitar 50 kali lebih berpolusi dibandingkan kereta api. Sayangnya, kesenjangan ini diperkirakan akan semakin besar seiring meningkatnya penggunaan jet pribadi. Hal ini didukung oleh data temuan IPS, sebagaimana yang dilaporkan oleh Republika, yang menyebut bahwa salah satu penyedia layanan pesawat pribadi milik Elon Musk menerbangkan sampai dengan total 171 penerbangan pada 2022. Itu artinya akan lebih banyak lagi dampak yang dikeluarkan dari jet pribadi terhadap alam, terlebih melihat kondisi iklim yang ada saat ini. Lalu, apa dampak iklim yang dapat terjadi dari operasional jet pribadi yang semakin tinggi? Dampak Iklim Emisi dari Penggunaan Jet Pribadi Jet pribadi mungkin memberikan keuntungan yang cukup baik bagi penggunanya, namun dampak penggunaannya turut dirasakan oleh seluruh populasi, di mana 80 persen di antaranya bahkan tidak pernah duduk di pesawat.  Orang-orang yang sering menggunakan jet pribadi memiliki jejak karbon yang jauh lebih tinggi daripada rata-rata individu. Satu perjalanan jet pribadi lintas benua dapat menghasilkan karbon yang setara dengan jejak karbon tahunan beberapa orang di negara berkembang. Jet pribadi menghasilkan emisi karbon yang sangat besar per penumpang dibandingkan dengan penerbangan komersial. Kendaraan ini juga dianggap sebagai pemborosan energi karena biasanya membawa lebih sedikit penumpang dan lebih banyak bahan bakar per orang. Efisiensi bahan bakar per penumpang jauh lebih rendah bahkan dibandingkan kereta antar negara. Dengan kondisi yang ada, penggunaan jet pribadi sering kali dikaitkan dengan ketidakadilan iklim, di mana orang kaya menghasilkan lebih banyak polusi dan memiliki akses ke perjalanan udara yang tidak proporsional, sementara dampak perubahan iklim lebih dirasakan oleh masyarakat miskin dan rentan. Solusi Mengurangi Emisi dari Sektor Penerbangan Jet Pribadi Mengurangi emisi dari penerbangan merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim. Dunia saat ini tengah berlomba mencari solusi untuk mewujudkan hal tersebut. Melihat dampak yang dihasilkan, perusahaan serta individu perlu turut serta berinisiatif mengurangi penggunaan jet pribadi sebagai bentuk kesadaran mereka terhadap kondisi iklim yang ada saat ini. Maskapai penerbangan dapat berkontribusi pada proyek-proyek pengurangan emisi seperti reboisasi atau energi terbarukan untuk mengimbangi emisi yang tidak dapat dihindari. Upaya utama lainnya adalah dengan beralih ke bahan bakar berkelanjutan dari sumber-sumber yang dapat diperbarui. Bahan bakar yang terbukti menghasilkan lebih sedikit emisi dibandingkan biasanya. Turut Serta dalam Keberlanjutan Selain menghindari menghasilkan jejak karbon individu yang merugikan, pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Emisi Transportasi – Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi

Emisi Transportasi – Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak dicemari oleh emisi dari kendaraan.  Sambil memperingati Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia, berikut ini adalah lima fakta terkait emisi sektor transportasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber. 1. Transportasi Sumbang 16 Persen Emisi GRK Global  Dunia tengah berfokus pada upaya mengatasi emisi gas rumah kaca (GRK) yang bersumber dari banyak sektor kegiatan. Emisi kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama dalam hal ini. Baca juga artikel lainnya : Beralih ke Transportasi Umum untuk Kurangi Emisi Sektor transportasi bertanggung jawab atas sebagian besar polusi udara di dunia. Dilansir dari data Statista, transportasi darat, udara, dan laut menghasilkan sekitar 8,4 miliar metrik ton setara karbon dioksida (GtCO₂e) pada tahun 2023. Menyumbang sekitar 16 persen dari total emisi GRK global dan menjadikannya sumber emisi terbesar kedua di seluruh dunia. Sebagai tambahan, emisi GRK global dapat dihasilkan dari berbagai sumber. Didominasi oleh emisi dari kegiatan industri energi, dan diikuti oleh sektor transportasi, konstruksi dan manufaktur, juga pertanian. Sumber: Our World in Data 2.  Emisi Karbon dari Transportasi Tidak Pernah Berkurang Sejak 1990 Kondisi ini benar adanya. Data dari Statista menjelaskan bahwa secara keseluruhan emisi CO2 yang dihasilkan sektor transportasi justru terus meningkat hampir 80 persen sejak tahun 1990.  Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di banyak negara, terutama di kawasan perkotaan yang padat, peningkatan emisi transportasi pun tidak terhindarkan. Sebagian besar kendaraan transportasi yang saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil pun telah menyumbang lebih dari 20 persen emisi CO2 global dari pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar ini menghasilkan karbon dioksida (CO₂), yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global. 3.  Bebas Mobil Belum Tentu Bebas Polusi Nafas ID mendapati bahwa kegiatan Car Free Day yang dilakukan setiap hari Minggu di Jakarta belum dapat sepenuhnya menciptakan kualitas udara yang lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari bulan Juni hingga Desember 2022, di rute CFD sekitar Pattimura, kualitas udara selama Car Free Day sebagian besar diklasifikasikan sebagai “Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif.” Kualitas udara dikategorikan “Baik” hanya sekali dalam enam bulan. 4.  Kendaraan Listrik Solusi Mengurangi Emisi Transportasi Dilansir dari US Environment Protection Agency (US EPA), meskipun aktivitas pengisian daya pada electrical vehical atau EV yang disebut kendaraan listrik dapat menciptakan emisi karbon, namun jejaknya tetap lebih kecil dari emisi yang dihasilkan kendaraan konvensional. Penelitian mendapati bahwa EV biasanya bertanggung jawab atas tingkat gas rumah kaca yang lebih rendah daripada mobil dengan bensin. Terlebih jika sumber energi listriknta berasal dari sumber terbarukan seperti angin dan matahari. Kendaraan listrik (EV) adalah solusi potensial untuk mengurangi emisi transportasi. EV tidak menghasilkan emisi langsung dari kendaraan, meskipun mereka masih tergantung pada sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya baterai mereka. 5.  Zat Berbahaya dari Emisi Kendaraan Merugikan Kesehatan Kendaraan konvensional umumnya masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti bensin dan diesel. Pembakaran bahan bakar ini dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mengandung banyak partikel berbahaya. Zat-zat yang terkandung dalam emisi kendaraan mencakup partikel seperti  nitrogen oksida, gas organik non-metana, karbon monoksida, partikulat, dan formaldehida. Seluruhnya, dianggap tidak baik untuk kesehatan, menyebabkan kesulitan bernapas bagi sebagian orang, memicu penyakit paru-paru seperti asma, emfisema, dan bronkitis kronis, yang dapat menyebabkan kematian. Berkontribusi Mengurangi Emisi Transportasi Mengurangi emisi kendaraan adalah langkah penting dalam upaya melawan perubahan iklim dan mengurangi polusi udara. Beberapa langkah yang dapat kita lakukan saat ini untuk turut serta ialah dengan memperbanyak penggunaan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga menekan emisi karbon. Termasuk juga beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi kendaraan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik, seperti mesin hybrid atau teknologi start-stop, dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon. Kebijakan seperti pajak emisi, zona rendah emisi, atau insentif bagi kendaraan rendah emisi untuk mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia

Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi sektor industri Indonesia diproyeksikan dapat melonjak dua kali lipat pada 2030. Oleh karena itu, keterlibatan sektor ini dalam mencapai pengurangan emisi diyakini dapat menciptakan perubahan yang signifikan.  Pendekatan dalam Pengelolaan Emisi Karbon Industri Mewujudkan dekarbonisasi industri, berarti mendorong perusahaan menjalankan konsep bisnis yang berkelanjutan yang menghasilkan seminimal mungkin emisi karbon. Baca juga artikel lainnya : Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Salah satu yang dapat dilakukan oleh industri dalam menjalankan langkah dekarbonisasi ialah seperti mulai meningkatkan efisiensi energi di fasilitas industri. Ini termasuk penggunaan teknologi hemat energi, sistem manajemen energi, dan optimalisasi proses produksi agar lebih efisien.  Perusahaan juga mungkin perlu beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau biomassa. Ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi karbon-intensif, yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon. Kemudian melalui strategi elektrifikasi yang mendorong peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke listrik untuk mendukung transisi energi bersih. Bidang manufaktur dan pengolahan, dapat beralih dari mesin yang menggunakan bahan bakar fosil ke peralatan berbasis listrik yang didukung dengan sumber terbarukan seperti angin dan matahari. Perusahaan juga dapat memanfaatkan teknologi CCS menangkap karbon dioksida (CO₂) dari proses industri sebelum mencapai atmosfer dan kemudian menyimpannya di bawah tanah. Langkah ini yang juga diterapkan oleh Badan Iklim Eropa dalam meningkatkan pengelolaan emisi karbon industri yang optimal serta untuk mencapai target dekarbonisasi Uni Eropa Tantangan dalam Mewujudkan Dekarbonisasi Industri Dekarbonisasi industri terdengar seperti cara yang legit dalam menyelesaikan masalah emisi gas rumah kaca. Dibalik solusinya yang besar, tantangan dalam mengimplementasikan dekarbonisasi industri menjadi fokus yang perlu mendapat perhatian. Menurut artikel terbitan Kumparan terkait pembahasan ini, diperlukan adanya inovasi dan teknologi yang berkelanjutan yang dapat mendukung perusahaan menjalankan dekarbonisasi. Green Hydrogen adalah salah satu yang sedang dikembangkan. Green Hydrogen hadir sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang berguna bagi sektor transportais dan pembangkit listrik. Inovasi ini dapat diproduksi melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan, sehingga tidak menghasilkan emisi karbon. Akan tetapi, dibutuhkan biaya produksi yang tinggi untuk memproduksinya dan keterbatasan infrastruktur menjadi kendala lain yang perlu dikendalikan.  Selain itu, implementasi dekarbonisasi industri perlu melibatkan seluruh rantai nilai perusahaan yang turut melibatkan emisi karbon dari operasi, pemasok, dan pelanggan. Pencatatan yang menyeluruh dan kolaborasi menjadi kunci untuk mewujudkan dekarbonisasi industri yang optimal.    Implementasi Dekarbonisasi Industri Pada Perusahaan Langkah dekarbonisasi industri sudah mulai dijalankan oleh banyak perusahaan di seluruh Indonesia.  Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group. Dikutip dari Kumparan, PTPN telah menginisiasi beberapa proyek berkelanjutan dan berhasil menurunkan emisi CO2 sebesar 2,32 juta ton CO2e pada 2021.  Selain perusahaan milik negara, sektor swasta diharapkan juga semakin berminat untuk terlibat dalam upaya ini. Sektor swasta diyakini punya peranan penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi karbon mendatang. Mulai Hitung Data Emisi Bisnis Anda Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya?

Kebakaran TPA di Indonesia Pada tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami cukup banyak kebakaran TPA atau tempat pemrosesan akhir sampah di berbagai wilayah. Tercatat sebanyak 35 TPA sampah di seluruh Indonesia terbakar dan kondisinya tampak memprihatinkan. Salah satunya yang terjadi pada TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat dan menjadi titik penumpukan sampah bagi empat kota kabupaten di Jawa Barat. Dilansir dari BBC Indonesia, pada saat itu, seluruh area TPA sampah Sarimukti dari mulai zona 1, 2, 3, dan 4 sudah terbakar mencapai luas 90 persen. Berlangsung selama hampir satu pekan sebelum akhirnya berhasil dikendalikan. Selain TPA Sarimukti, beberapa TPA sampah juga mengalami kebakaran serupa dengan luas yang berbeda-beda. Terjadinya kebakaran TPA ini tentu menimbulkan banyak kerugian. TPA sampah yang terbakar dapat menimbulkan zat beracun yang membahayakan lingkungan juga kesehatan.  Melihat kondisi yang ada, kira-kira apa penyebab dari masih maraknya kebakaran di TPA sampah? Solusi apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan hal ini? Faktor Penyebab Kebakaran TPA Sampah Banyak hal dapat melatarbelakangi terjadinya kebakaran pada TPA Sampah, mencakup faktor alam dan campur tangan manusia. Dikutip dari CNN Indonesia, menurut Dini Trisyanti, Direktur Sustainable Waste Indonesia, cuaca memungkinkan untuk punya andil dalam kasus kebakaran TPA di sejumlah wilayah. Cuaca panas terik dapat lebih rentan menimbulkan percikan api. Sampah organik yang menghasilkan gas metan pun berpotensi memantik kebakaran dalam kondisi ini. Meski begitu, menurut Dini, kesalahan pengelolaan dalam operasional TPA menjadi faktor utama dari terjadinya kebakaran. Dibanding menyalahkan cuaca, sistem operasional yang kurang tepat justru yang membuat api sulit dipadamkan, sehingga cuaca hanyalah faktor kecil dari masalah ini. Sistem pengelolaan sampah yang salah dapat menyebabkan berbagai masalah dan membawa dampak buruk bagi lingkungan, kesehatan, dan sosial. Melihat Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Hubungannya dengan Kebakaran TPA Sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih identik dengan metode “kumpul-angkut-buang” yang minim pemilahan dari sumber. Dinilai sangat tidak efektif yang menyebabkan penanganan setelahnya menjadi lebih sulit. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Tingkatan Pengelolaan Sampah yang Tepat Kondisi pengelolaan sampah yang tidak mendorong pemisahan sampah di tingkat rumah tangga atau industri ini, membuat segala jenis sampah saling bercampur satu sama lain. Ini membuat daur ulang menjadi terkendala, sehingga sampah yang bisa didaur ulang atau dikompos menjadi terbuang percuma bersama dengan sampah lainnya. Belum lagi dengan TPA sampah yang tidak dikelola dengan baik yang sering kali hanya menumpuk sampah tanpa ada pemrosesan lebih lanjut. Tumpukan sampah organik dapat melepaskan gas metana yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan pencemaran lingkungan melalui lindi (air limbah yang tercampur dengan bahan berbahaya). Penegakan hukum dan kebijakan yang lemah serta minimnya investasi pada infrastruktur pengelolaan sampah dapat menjadi kendala yang menimbulkan kekacauan. Tanpa edukasi dan program yang efektif, masyarakat cenderung tidak memisahkan atau membuang sampah mereka dengan benar. Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab untuk Mengurangi Emisi TPA Sampah Pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dapat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat dan layak.  Sebaliknya, kebakaran di TPA merupakan masalah serius yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara. Kebakaran di TPA melepaskan berbagai polutan berbahaya seperti dioksin, karbon monoksida, dan partikel halus (PM2.5), yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peningkatan dan perbaikan di berbagai lini pengelolaan sampah. Hal ini bisa mencakup pengurangan produksi sampah, pemisahan di sumber, daur ulang, komposting, teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, serta edukasi masyarakat. Seluruh upayanya demi mencapai keberlanjutan lingkungan. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – Seiring dengan meningkatnya sustainability awareness di berbagai kalangan, banyak pihak mulai turut serta menerapkan praktik-praktik kebelanjutan melalui berbagai cara.  Peningkatan dampak perubahan iklim seakan menjadi ‘alarm’ yang mendorong masyarakat untuk bergabung dalam upaya mitigasi iklim. Utamanya dari sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global. Kegiatan industri diketahui menyumbang paling banyak emisi karbon ke atmosfer. Di Indonesia saja, sekitar 70 persen penyumbang emisi karbon adalah industri, sehingga sektor ini diharapkan mampu terlibat untuk mengurangi emisi karbon dan membantu mencapai Net Zero Emission yang direncanakan. Oleh karena itu, untuk dapat berkontribusi dalam upaya… Memahami Istilah Global Stocktake dalam Aksi Iklim Internasional Di berbagai belahan dunia, negara-negara …