3

Business Adaptation Amid Environmental Challenges

In today’s rapidly changing world, businesses are being confronted with a new kind of disruption, one that stems not from market competition or digital innovation, but from the environment itself. From extreme weather events and resource scarcity to stricter environmental regulations and shifting consumer expectations, environmental challenges are reshaping the business landscape. Businesses must not only survive amid mounting environmental pressures. They must adapt, transform, and lead. This article explores how companies across industries can strategically respond to environmental challenges while maintaining growth, relevance, and competitive advantage. Read More: Digital Transformation to Support Environmental Sustainability Understanding the Environmental Business Imperative Environmental issues are no longer peripheral, they are central to business continuity and value creation. The impacts of climate change, pollution, deforestation, and biodiversity loss are affecting supply chains, increasing operational risks, and shifting stakeholder expectations. Today’s consumers are more informed and environmentally conscious. Investors are demanding sustainability metrics alongside financial performance. Regulators are tightening environmental laws. Against this backdrop, businesses must recognize that environmental risk is business risk, and ignoring it is not an option. Redesigning Operations with Sustainability in Mind One of the first steps toward environmental adaptation is rethinking how business operations affect the planet. This includes; reducing resource consumption (water, energy, raw materials), minimizing waste and emissions, implementing circular economy practices such as recycling, reuse, and product redesign, also digitizing processes to improve efficiency and track environmental impact For example, global furniture retailer IKEA has embraced sustainable materials and renewable energy across its supply chain. Logistics giants like DHL are optimizing delivery routes to cut emissions. These operational shifts reduce environmental harm and often improve cost-efficiency and brand reputation. Building Resilient, Low-Impact Supply Chains Environmental challenges such as droughts, floods, and wildfires are disrupting global supply chains. Businesses must build resilient and low-impact supply chains that can withstand environmental shocks and regulatory scrutiny. These strategies include; mapping environmental risks across the supply chain, diversifying suppliers to reduce dependency on high-risk regions, partnering with local or sustainable producers, also auditing suppliers’ environmental practices. For instance, companies like Nestlé and Patagonia are working directly with farmers and raw material producers to ensure sustainable sourcing, while promoting environmental stewardship and community development. Innovation Through Green Products and Services Adaptation is not just about minimizing impact, but it is also about creating value through environmentally responsible offerings. Businesses are rethinking product design, packaging, and delivery to meet consumer demand for sustainable alternatives. Examples of this innovation could be fashion brands who are producing clothes from recycled fabrics or biodegradable materials, or tech companies designing energy-efficient electronics, or automotive firms investing in electric and hybrid vehicle lines. This green innovation not only satisfies environmental standards but opens access to new, eco-conscious customer segments. It positions businesses as leaders in the sustainable marketplace of the future. Measuring and Reporting Environmental Performance To adapt effectively, businesses need to track and report their environmental impact with the same precision as financial metrics. Frameworks like ESG (Environmental, Social, Governance), GRI (Global Reporting Initiative), and CDP (Carbon Disclosure Project) have become standard tools for transparency and accountability. Key steps to measure and report the companies’ environmental performance includes; setting measurable environmental goals (e.g., carbon neutrality, zero waste), regularly auditing environmental performance, publishing sustainability reports, and also disclosing climate-related risks in line with TCFD guidelines.  Transparent reporting enhances credibility with investors, customers, and regulators—and drives continuous improvement within the organization. After all, we know that environmental challenges will continue to intensify in the coming decades. But within every challenge lies opportunity; opportunity to innovate, to lead, and to build a better business and a better world. By redesigning operations, engaging stakeholders, embracing sustainability, and integrating environmental thinking into strategy, businesses can not only weather the storm but they can fuel a cleaner, smarter, and more resilient future. The businesses that succeed tomorrow will be those that adapt today. The future belongs to those who lead, not just with profits, but with purpose. Especially for industries and companies in Indonesia looking to prepare for and adapt to environmental challenges, Satuplatform.com is now here to support your corporate sustainability initiatives. As an all-in-one solution, Satuplatform.com offers a wide range of services and consultancy tailored for businesses across various industry sectors. Try the FREE DEMO now! Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  Kota Accra diketahui merupakan ibu kota sekaligus kota terbesar dan terpadat di Ghana yang menjadi rumah bagi sekitar 1,97 juta jiwa penduduk.  Kota Accra dikenal memiliki panorama alam yang indah, pantai-pantai yang berkilauan, serta bangunan-bangunan monumental yang menambah nilai… Air Minum Kemasan Plastik Dilarang di Bali, Apa yang Terjadi? Pemerintah Provinsi Bali baru saja melakukan langkah yang besar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, yakni dengan melakukan pelarangan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) plastik di Bali. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Eutrofikasi, Ancaman terhadap Kesehatan Ekosistem Air Melansir laman Tempo, Gubernur I Wayan Koster melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025 yang diterbitkan pada awal April lalu, secara resmi melarang produsen dan distributor untuk …

1

Benarkah Konsumsi Daging Berlebihan Dapat Membahayakan Lingkungan?

Konsumsi daging merupakan kebutuhan bagi setiap orang dalam hal memenuhi asupan protein, di samping sumber protein lainnya. Daging telah menjadi bahan makanan yang penting dari pola makan di banyak negara, termasuk Indonesia. Terutama pada beberapa perayaan tertentu, biasanya kebutuhan masyarakat untuk konsumsi daging menjadi meningkat. Namun, di balik kenikmatan sepiring daging, ada konsekuensi lingkungan yang serius. Benarkah konsumsi daging berlebihan dapat membahayakan lingkungan? Mari kita telaah alasannya lebih dalam. Baca Juga: Peran Lahan Basah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Jejak Karbon Industri Peternakan Sektor peternakan merupakan salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca global. Menurut laporan The Food and Agriculture Organization (FAO), produksi hewan ternak bertanggung jawab atas sekitar 14,5% dari total emisi gas rumah kaca buatan manusia. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor transportasi global. Gas utama yang dihasilkan dari peternakan adalah gas metana (CH4) yang berasal dari fermentasi pencernaan hewan ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Metana memiliki potensi pemanasan global yang 28 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2) dalam periode 100 tahun. Selain itu, proses pengelolaan pupuk kandang dan degradasi lahan juga melepaskan nitrous oxide (N2O), gas rumah kaca lain yang jauh lebih kuat dari CO2. Sehingga, industri peternakan memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan. Deforestasi Lahan Hal berikutnya yang menjadikan industri peternakan berdampak terhadap lingkungan adalah karena aktivitas pembukaan lahan atau deforestasi untuk peternakan dalam skala besar. Lahan yang luas dibutuhkan baik untuk menggembalakan ternak maupun untuk menanam pakan seperti jagung dan kedelai. Akibatnya, banyak hutan alami ditebang untuk membuka lahan pertanian dan padang rumput. Contoh nyata terjadi di Amazon, di mana deforestasi sebagian besar didorong oleh perluasan lahan peternakan. Menebang hutan tropis tidak hanya melepaskan karbon yang tersimpan dalam pepohonan, tetapi juga menghancurkan habitat alami, mengancam keanekaragaman hayati, dan mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap karbon di masa depan. Jika tren konsumsi daging berlebihan terus berlanjut, kebutuhan akan lahan baru akan meningkat, memperparah kerusakan ekosistem hutan di berbagai belahan dunia. Konsumsi Air Dalam Jumlah Besar Produksi daging juga sangat boros air. Untuk menghasilkan satu kilogram daging sapi, menghabiskan sumber daya air yang tidak sedikit. Ini mencakup air minum bagi hewan, air untuk menumbuhkan pakan, serta kebutuhan proses lainnya. Artinya, konsumsi daging yang tinggi secara langsung berkontribusi pada tekanan terhadap sumber daya air tawar, yang sudah langka di banyak wilayah dunia. Dalam konteks perubahan iklim dan peningkatan risiko kekeringan, pola konsumsi makanan yang hemat air menjadi semakin penting untuk dipromosikan. Polusi Lingkungan Di samping dampaknya terhadap sumber daya air, industri peternakan juga berdampak pada pembentukan polusi lingkungan. Peternakan intensif menghasilkan limbah dalam jumlah besar, seperti kotoran hewan, sisa pakan, dan bahan kimia dari obat-obatan hewan. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini bisa mencemari air tanah, sungai, dan danau, menyebabkan eutrofikasi (ledakan alga) yang merusak ekosistem akuatik. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk dalam budidaya pakan ternak juga berkontribusi terhadap degradasi tanah dan pencemaran lingkungan. Bau dari peternakan besar juga menciptakan masalah kualitas udara lokal, mengurangi kenyamanan hidup masyarakat sekitar, dan bahkan dapat berdampak pada kesehatan pernapasan. Konsumsi Daging secara Ramah Lingkungan Meskipun dampaknya serius, bukan berarti semua konsumsi daging harus dihentikan. Pendekatan yang lebih realistis dan berkelanjutan adalah dengan mengadopsi pola makan yang lebih fleksibel, di mana pada beberapa saat, konsumsi daging dapat dikurangi dan diimbangi dengan lebih banyak konsumsi tanaman. Selain itu, memilih daging yang diproduksi secara berkelanjutan, seperti daging dari peternakan organik atau padang rumput yang dikelola baik, juga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan. Peternakan organik cenderung lebih memperhatikan kesejahteraan hewan, penggunaan lahan, dan pengelolaan limbah. Inovasi lain seperti daging nabati (plant-based meat) dan daging hasil kultur laboratorium (lab-grown meat) juga dapat menjadi alternatif. Produk-produk ini menawarkan alternatif yang jauh lebih rendah jejak karbon dan penggunaan sumber daya dibandingkan daging konvensional. Gerakan Global dan Kesadaran Kolektif Menyadari dampak lingkungan dari industri peternakan, kini mulai banyak organisasi lingkungan, ilmuwan, dan aktivis yang mendorong perubahan pola makan global untuk mengurangi konsumsi daging. Kampanye seperti “Meatless Monday” atau “Green Monday” digaungkan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak konsumsi daging terhadap lingkungan dan kesehatan. Beberapa negara juga mulai memasukkan strategi pengurangan konsumsi daging dalam kebijakan perubahan iklim mereka. Misalnya, laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2019 merekomendasikan pengurangan konsumsi produk hewani sebagai salah satu langkah mitigasi iklim yang efektif. Konsumsi Daging yang Bijak untuk Masa Depan Bumi Konsumsi daging berlebihan memang membahayakan lingkungan. Kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca, deforestasi, konsumsi air, hingga polusi menimbulkan dampak yang tidak bisa diabaikan. Dengan mengadopsi pola makan yang lebih seimbang, memilih sumber daging berkelanjutan, serta membuka diri terhadap alternatif berbasis tanaman, kita dapat membantu mengurangi tekanan terhadap planet ini. Sementara untuk perusahaan atau industri peternakan dan pengolahan daging, dapat lebih berkomitmen untuk menerapkan produksi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sangat mungkin untuk dapat dicapai, terutama saat ini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Pemanfaatan AI dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi kecerdasan buatan atau Artficial Intelligence (AI) telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi bagian yang krusial dari berbagai aspek kehidupan.  Saat ini, pengaplikasian AI tidak lagi terbatas dan sudah sangat luas. AI diimplementasikan dalam berbagai hal yang sekiranya dapat mendukung kemudahan hidup bagi manusia, seperti menjadi asisten virtual, mesin pencari data, pengisi suara, dan lain sebagainya. Perkembangan AI juga telah membuka peluang baru di berbagai industri, seperti transportasi, pendidikan, dan hiburan. Bahkan AI juga diprediksi dapat mendukung manusia dalam upaya dekarbonisasi, mengurangi emisi karbon sebagaimana yang dunia harapkan. Artificial Intelligence dapat berperan besar dalam… Mengenal Agbogbloshie ‘Tempat Penampungan’ Sampah Elektronik Dunia Pernahkah kamu mendengar tentang tempat pembuangan sampah Agbogbloshie? Tempat ini pernah menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia yang menampung jutaan sampah limbah elektronik dan otomotif yang sumbernya disebut-sebut berasal dari banyak negara di berbagai belahan dunia. Tempat penampungan sampah Agbogbloshie terletak di dekat pusat kota Accra, Ghana, dan berada di dekat wilayah kumuh yang sering disebut “Old Fadama”.  Kota Accra diketahui merupakan ibu …

6

The Sustainable Movement of Welfare States

As the impacts of climate change grow harder to ignore, countries around the world are rethinking how they care for both people and the planet. Including the countries that belong to the welfare state. Today, sustainability is becoming a key part of social welfare, recognizing that true well-being cannot exist without a healthy environment. From clean energy initiatives to green urban planning, welfare states are weaving environmental care into the very fabric of their social systems. The article will explore more about the welfare state in the sustainable environment agenda.  Read More: How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future What is a Welfare State? A welfare state is a country where the government plays an active role in ensuring the economic and social well-being of its citizens. It provides essential services such as free or affordable healthcare, education, financial assistance for the unemployed or elderly, and public housing. The primary goal of a welfare state is to reduce poverty, promote equality, and protect people from life’s major risks.  Famous examples include Sweden, Norway, Denmark, and Germany, where strong economies are balanced with extensive social support systems. Over time, the concept has evolved, and today, welfare states are not only focusing on human welfare but also on the welfare of the planet. This is leading to the rise of a new movement, which is the sustainable welfare state. From Traditional Welfare to Green Welfare Historically, welfare states focused on protecting citizens from hardships like illness, unemployment, and poverty. Systems were set up to ensure that no one would fall through the cracks. However, in recent years, a major shift has occurred.  Governments and businesses realize that social protection alone is not enough if the planet itself is at risk. A sustainable welfare state now looks beyond immediate economic needs and focuses on environmental stability, social equity, and responsible governance. This green transition is necessary because environmental degradation can directly impact social welfare. For example, climate change can lead to more frequent natural disasters, affecting homes, jobs, and public health. Therefore, investing in renewable energy, green infrastructure, and sustainable agriculture becomes part of the modern social protection framework. The Business Side of Sustainability In this transition, businesses play a crucial role. Today, companies are expected to align with Environmental, Social, and Governance (ESG) principles, contributing positively to society and the environment. In welfare states, the government often partners with private enterprises to drive sustainable innovation. Public-private partnerships are increasingly common, funding clean energy projects, sustainable housing, and green transportation systems. Moreover, companies that embrace sustainability often gain access to incentives such as tax breaks, subsidies, or government contracts. This not only promotes corporate responsibility but also stimulates economic growth in a green direction. Forward-thinking businesses recognize that sustainability is not a cost; it is an investment in long-term resilience and competitiveness. For example, Sweden as a welfare state, is having an ambition to become fossil-free. About thirteen different industry sectors in Sweden have committed themselves in action plans to become fossil free within the government’s initiative “Fossil Free Sweden”. This shows that the business side is also driving the transition in Sweden. Policy Innovations  Like the example of Fossil Free Sweden, it is clear that the policy is crucial in driving sustainability in welfare states. Several welfare states are leading the charge through progressive policy reforms. Scandinavian countries like Sweden, Denmark, and Norway have integrated sustainability into nearly every aspect of governance. They enforce strict environmental regulations while offering robust social services. Besides Sweden’s “Fossil-Free Welfare” initiative aims to eliminate fossil fuel dependency across its welfare system, another welfare state has also their own progressive policy towards sustainability. Denmark’s ambitious climate law in 2020, through Demark’s Climmate Act,  commits the country to reduce greenhouse gas emissions by 70% by 2030 compared to 1990 levels. In Norway, the government commit a low-emission society through Norwegian Climate Act since 2017. Norwegian government also highly supportive of international initiatives to address global challenges in climate and nature crisis, such as under the Paris Agreement and the Convention on Biological Diversity. Challenges Ahead Despite the progress, the sustainable movement of welfare states is not without challenges. Transitioning to a sustainable economy requires significant upfront investment. Green technologies, infrastructure modernization, and workforce retraining programs can be costly. Furthermore, there is a risk of social inequality during the transition. If sustainability measures are implemented without considering the needs of lower-income populations, the burden can fall unfairly on the most vulnerable. For example, taxes on carbon emissions can increase the cost of living if not carefully managed. Therefore, policymakers must ensure that the green transition is just and inclusive. Measures such as subsidies for low-income households, affordable public transport, and retraining programs for workers displaced from carbon-intensive industries are essential components of a fair transition. The Role of Education and Innovation Education also plays a critical role in sustaining this movement. Welfare states are investing heavily in green education, programs that teach students about climate science, renewable energy, sustainable agriculture, and ethical business practices. Innovation hubs and research institutions are supported by government funding to develop cutting-edge sustainable technologies. From energy-efficient building materials to circular economy models, new ideas are driving real-world solutions. Involving citizens in the innovation process is equally important. Many welfare states encourage public participation through citizen assemblies, sustainability forums, and local climate initiatives. This strengthens democracy and ensures that sustainability policies are shaped by the people, for the people. Building Resilient and Sustainable Communities At the community level, welfare states are focusing on creating resilient cities and towns. Smart city initiatives that integrate renewable energy, green spaces, efficient public transport, and sustainable waste management are flourishing. For example, Copenhagen’s commitment to becoming the world’s first carbon-neutral capital by 2025 demonstrates how urban areas can lead by example. Cities are the engines of economic and social activity, and making them sustainable benefits everyone—from businesses to families to governments. Additionally, rural areas are not left behind. Programs supporting organic farming, sustainable forestry, …

2

Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan

Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai strategis dalam konteks bisnis dan keberlanjutan lingkungan.  Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan ditumbuhi tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam. Menurut undang undang (UU) nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, RTH di wilayah kota paling sedikit adalah 30 persen dari luas wilayah kota. Di kawasan perkotaan, RTH bisa berbentuk taman kota, hutan kota, jalur hijau, hingga kebun komunitas.  Mari simak, sebetulnya apa saja manfaat RTH untuk wilayah perkotaan! Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Daya Saing Kota Manfaat utama dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah terletak dari fungsi ekologisnya, yaitu dapat berperan sebagai paru-paru kota. Pepohonan dan tanaman hijau berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Kehadiran RTH membantu menurunkan suhu udara, menyerap air hujan untuk mencegah banjir, serta meredam kebisingan. Semua ini meningkatkan kualitas hidup masyarakat, yang secara tidak langsung juga meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja di wilayah tersebut. Baca juga artikel lainnya : Aspek Penting dalam Menerapkan Inisiatif Industri Hijau Dari sisi bisnis, kota dengan kualitas lingkungan yang baik akan lebih menarik bagi investor. Perusahaan global kini semakin memperhatikan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance) sebelum berinvestasi. Kota yang memiliki RTH memadai seringkali dinilai lebih progresif dan berkelanjutan, sehingga perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah tersebut akan lebih ‘stand out’. Mempertimbangkan aspek RTH bagi bisnis telah menjadi hal yang penting, seperti contohnya kawasan BSD City Green Office Park sebagai perkantoran hijau pertama Indonesia yang terletak di area seluas 25 hektar. Meningkatkan Nilai Properti Keberadaan RTH juga memberikan manfaat untuk meningkatkan nilai properti. Faktanya, properti yang berdekatan dengan taman kota atau jalur hijau memiliki nilai jual dan sewa yang lebih tinggi dibandingkan properti yang jauh dari elemen hijau. Ini membuka peluang investasi properti yang lebih menguntungkan, terutama di sektor perumahan dan komersial. Bagi pengembang properti, penyediaan RTH bukan hanya kewajiban regulatif, tetapi juga strategi nilai tambah. Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar proyek akan menarik lebih banyak konsumen dengan preferensi hidup sehat dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat brand perusahaan sebagai pelaku bisnis yang peduli pada keberlanjutan. Meningkatkan Kesehatan dan Produktivitas Masyarakat  RTH menyediakan ruang untuk aktivitas fisik, rekreasi, dan relaksasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kota yang sibuk dan padat. Akses terhadap ruang hijau terbukti menurunkan tingkat stres, meningkatkan kesehatan mental, dan mendorong gaya hidup aktif. Dalam konteks bisnis, ini berarti peningkatan produktivitas karyawan. Banyak perusahaan kini mulai melihat pentingnya desain lingkungan kerja yang terintegrasi dengan elemen hijau, seperti taman kantor, rooftop garden, atau bahkan hutan mini di lingkungan industri. Hal ini mencerminkan kesadaran bahwa kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan berjalan beriringan. Mitigasi Risiko Iklim Manfaat berikutnya dari ruang terbuka hijau adalah berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim di perkotaan. RTH membantu menyerap karbon, meredam gelombang panas, serta meningkatkan resapan air tanah. Dalam jangka panjang, ini menurunkan risiko bencana seperti banjir dan kekeringan, yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi besar. Kota-kota yang berinvestasi dalam infrastruktur hijau memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap dampak krisis iklim. Ini penting dalam strategi keberlanjutan bisnis jangka panjang, terutama bagi sektor yang sangat bergantung pada stabilitas lingkungan seperti agribisnis, pariwisata, dan manufaktur. Mendorong Inovasi dan Kolaborasi Multisektor RTH membuka peluang kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Inisiatif taman adopsi, urban farming berbasis komunitas, dan sponsor taman kota oleh perusahaan swasta adalah beberapa contoh model kemitraan yang produktif. Inovasi dalam pengelolaan RTH juga bisa didorong melalui teknologi, seperti penggunaan sensor IoT untuk memantau kelembaban tanah atau sistem irigasi pintar. Hal ini membuka pasar baru bagi startup teknologi lingkungan, menciptakan peluang ekonomi sekaligus menjawab kebutuhan kota berkelanjutan. RTH sebagai Aset Bisnis dan Lingkungan Melihat berbagai manfaat tersebut, jelas bahwa ruang terbuka hijau bukan sekadar elemen estetika kota, melainkan aset strategis yang berkontribusi pada keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Di tengah meningkatnya kesadaran terhadap perubahan iklim dan kesehatan urban, keberadaan RTH menjadi indikator penting dalam menilai kualitas tata kota dan daya saing ekonomi sebuah wilayah. Seiring dengan keberadaan RTH, untuk perusahaan yang ingin mengambil langkah inisiatif untuk komitmen keberlanjutan lingkungan, kini telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan dalam pengelolaan karbon dan ESG. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini berlangsung selama 24 hari lamanya dan baru berhasil dipadamkan secara total pada Jumat, 31 Januari 2025. Tragedi kebakaran tersebut terjadi begitu parah, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi infrastruktur dan masyarakat, serta mempengaruhi aktivitas di sana. Sebuah sumber bahkan menyebut bahwa Eaton Fire atau Kebakaran Eaton menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California. … Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai …

2

Menggunakan Parfum Semprot Berlebihan Ternyata Membahayakan Lingkungan!

Parfum merupakan salah satu produk yang penting dan digunakan sehari-hari oleh sebagian banyak orang. Baik untuk menunjang penampilan profesional maupun meningkatkan rasa percaya diri. Aroma yang ditimbulkan dari semprotan parfum sedikit disadari ternyata dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Terutama jika penggunaan parfum semprot tersebut digunakan secara berlebihan.  Di balik aroma yang menyegarkan, terdapat kandungan kimia dan proses produksi yang menyimpan potensi bahaya bagi udara, tanah, bahkan pada pemanasan global. Artikel ini mengulas lebih lanjut mengenai dampak lingkungan dari penggunaan parfum semprot berlebihan, serta solusi dan pendekatan bisnis berkelanjutan untuk mengatasinya. Kandungan Kimia Parfum Untuk dapat menyadari dampak bahaya parfum semprot, pertama-tama penting untuk memahami terlebih dahulu apa saja bahan-bahan dari parfum tersebut. Parfum yang diproduksi secara luas, umumnya mengandung bahan kimia sintetis yang tidak sepenuhnya ramah lingkungan. Banyak dari bahan kimia ini berasal dari petrokimia, yang tidak hanya membutuhkan sumber daya besar untuk diproduksi tetapi juga berkontribusi terhadap polusi. Parfum semprot (aerosol) pada umumnya memiliki berbagai kandungan bahan kimia seperti volatile organic compounds (VOCs), pelarut (solvent), propelan (biasanya berupa gas butana, isobutana, dan propana), serta berbagai senyawa sintetis untuk memberikan aroma. VOCs merupakan senyawa organik yang mudah menguap dan berkontribusi terhadap pembentukan ozon troposfer, yaitu polutan utama dalam kabut asap (smog). Selain itu, senyawa kimia dalam parfum yang disemprotkan dapat bereaksi di udara dengan nitrogen oksida (NOx). Proses ini akan meningkatkan pemanasan global dari atmosfer dalam skala mikro, terutama di kawasan perkotaan yang padat. Dampak lingkungan tidak hanya terbatas pada udara. Senyawa kimia yang mengendap di permukaan tanah atau larut dalam air limbah rumah tangga dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme tanah dan mencemari badan air. Proses Produksi Parfum Kemudian, penting untuk melihat bagaimana proses produksi parfum dilakukan. Pembuatan parfum melibatkan penggunaan energi dan air yang cukup besar, dan tidak semua perusahaan memprioritaskan keberlanjutan.  Penggunaan energi tersebut seringkali membebani sumber daya lokal dan berkontribusi terhadap degradasi lingkungan. Banyak perusahaan wewangian mulai beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan, tetapi hasilnya beragam. Beberapa perusahaan masih perlu menempuh jalan panjang untuk dapat lebih berkelanjutan secara lingkungan. Kemasan dan Limbah Parfum Seiring dengan proses produksinya, kemasan parfum menjadi perhatian khusus. Banyak botol parfum terbuat dari kaca, yang dapat didaur ulang, tetapi banyak yang masih dibuat dalam kemasan plastik yang jarang didaur ulang dan hanya berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).  Bagaimana orang-orang menggunakan dan membuang kemasan parfum mempengaruhi lingkungan. Menggunakan parfum secara berlebihan dapat menyebabkan pembelian yang lebih sering, yang meningkatkan produksi dan limbah kemasan. Selain itu, pembuangan yang tidak tepat dapat menjadi masalah. Ketika parfum dibuang, bahan kimia yang dikandungnya dapat meresap ke dalam tanah dan sistem air. Kontaminasi ini dapat membahayakan satwa liar dan mengganggu ekosistem. Hal ini menjadi concern tersendiri, termasuk bagaimana parfum semprot juga menyumbang kontribusi terhadap sejumlah sampah yang masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan. Baca juga artikel lainnya : Waspada Produksi Jejak Karbon dari Limbah Rumah Tangga Aerosol dan Jejak Karbon Aerosol dalam parfum semprot, yang merupakan partikel padat atau cair yang tersuspensi di dalam gas, secara signifikan memiliki dampak terhadap jejak karbon. Meskipun tampak kecil dan ringan, satu kaleng parfum semprot menyumbang emisi karbon yang tidak sedikit. Proses produksi, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan akhir, semuanya menyumbang pada total jejak karbon produk tersebut. Dalam konteks keberlanjutan, penting bagi konsumen dan produsen untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan parfum dalam bentuk roll-on, stik, atau pump spray tanpa gas propelan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Di sisi lain, produsen dapat memilih bahan baku yang bersumber secara berkelanjutan, menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang, serta mengadopsi energi terbarukan dalam proses produksinya. Langkah-langkah kecil ini, jika dilakukan secara kolektif, dapat membantu menekan jejak karbon industri kosmetik dan menjaga kualitas udara di lingkungan kita. Tanggung Jawab Perusahaan dan Konsumen Perusahaan produsen parfum memiliki tanggung jawab besar untuk mengembangkan produk yang lebih ramah lingkungan. Ini mencakup reformulasi kandungan bahan, penggunaan propelan alami, serta pengemasan daur ulang. Beberapa brand telah berinovasi dengan mengeluarkan parfum dalam bentuk non-aerosol seperti parfum padat atau roller, yang memiliki jejak karbon lebih rendah. Di sisi lain, konsumen juga memiliki peran penting. Kesadaran untuk menggunakan parfum secara bijak mengurangi emisi VOC secara signifikan. Bagi perusahaan yang peduli pada keberlanjutan, saat telah hadir Satuplatform sebagai all-in-one solution yang menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini berlangsung selama 24 hari lamanya dan baru berhasil dipadamkan secara total pada Jumat, 31 Januari 2025. Tragedi kebakaran tersebut terjadi begitu parah, memberikan dampak yang signifikan pada kondisi infrastruktur dan masyarakat, serta mempengaruhi aktivitas di sana. Sebuah sumber bahkan menyebut bahwa Eaton Fire atau Kebakaran Eaton menjadi salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California. … Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Dalam era urbanisasi yang semakin masif, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi komponen vital yang sering kali terpinggirkan di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur dan kawasan bisnis di perkotaan. Padahal, keberadaan RTH di wilayah perkotaan tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga nilai strategis dalam konteks bisnis dan keberlanjutan lingkungan.  Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai area memanjang atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat …

1

Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) Companies Initiatives to Adopt Green Energy

Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) companies are among the largest contributors to global emissions. It impacts global greenhouse gas (GHG) emissions approximately by 2.9 billion metric tons annually, with food production accounting for about 26% of global GHG emissions. Due to their extensive supply chains, high energy consumption, and mass production facilities, FMCG companies need to be more aware about the sustainable environment. Read other article : Green Finance and How It Supports the SDGs However, as consumers become more environmentally conscious, several FMCG companies are adopting green energy initiatives to reduce their carbon footprint. Green energy adoption in the FMCG sector includes investments in renewable energy sources such as solar, wind, and hydro power, as well as energy-efficient manufacturing processes. This article explores some leading FMCG companies that have embraced green energy and their efforts to create a more sustainable future. FMCG Unilever and Its Renewable Energy One of the largest FMCG companies in the world, Unilever, has been a frontrunner in adopting sustainable energy practices. As its climate transition action plan, Unilever has committed to achieving net-zero emissions by 2039 and has made significant investments in renewable energy. One of Unilever’s key initiatives is the use of biomass boilers in factories, which reduce reliance on fossil fuels. Additionally, the company has installed solar panels at various manufacturing plants to generate clean energy. Unilever’s commitment to sustainability is further demonstrated through its Sustainable Living Plan, which emphasizes reducing greenhouse gas emissions and transitioning to a circular economy. FMCG Nestlé Investment for Greener Future Another FMCG company that has made significant progress in incorporating renewable energy into its operations is Nestlé. The company aims to achieve net-zero emissions by 2050 and has been actively investing in wind, solar, and hydropower projects. One of Nestlé’s major milestones in green energy adoption is its reliance on 100% renewable electricity in its factories across the U.S. and Europe. Nestlé has also developed partnerships with renewable energy providers to ensure that its supply chain remains environmentally friendly. The company has introduced low-carbon logistics solutions, such as electric vehicles for product distribution, and continues to explore innovative ways to reduce energy consumption in production facilities. FMCG Procter & Gamble (P&G) Reduces Carbon Footprint Not only Unilever and Nestle, Procter & Gamble (P&G) also has taken significant steps toward sustainability by adopting renewable energy sources and improving energy efficiency in its manufacturing operations. The company has set ambitious targets to achieve net-zero greenhouse gas emissions by 2040. To achieve its target, P&G has invested heavily in wind energy, including a wind farm in Texas that supplies renewable electricity to its North American manufacturing sites. The company has also integrated solar power and biomass energy solutions in various plants worldwide. In addition to using renewable energy, P&G focuses on reducing energy consumption by implementing smart manufacturing techniques and optimizing supply chain operations. FMCG Coca-Cola’s Beverage Production with Renewable Energy Coca-Cola, one of the most recognizable brands in the world, has been actively working towards sustainability by adopting green energy solutions. Initiatives done by Coca Cola include commitment to reducing its carbon footprint by transitioning to 100% renewable electricity across its global operations. In this case, Coca-Cola has invested in solar and wind energy projects to power its production facilities. In some regions, the company has also introduced hydroelectric power to support its manufacturing plants. The Coca-Cola system, which includes its bottling partners, has implemented energy-efficient refrigeration and distribution strategies to further minimize environmental impact. Through these initiatives, Coca-Cola aims to play a leading role in promoting renewable energy within the beverage industry. FMCG PepsiCo’s Renewable Energy Investments The next FMCG company that also adopts green energy is PepsiCo. This company has taken bold steps in adopting green energy as part of its sustainability strategy. The company has committed to using 100% renewable electricity across its global operations by 2030 and aims to achieve net-zero emissions by 2040. Besides, PepsiCo has made significant investments in solar and wind energy projects to power its facilities. For example, the company has installed on-site solar panels at multiple manufacturing plants and signed renewable energy purchase agreements to source electricity from clean energy providers. Additionally, PepsiCo has focused on energy efficiency improvements, such as upgrading production equipment to reduce overall energy consumption. The adoption of green energy by FMCG companies is a crucial step in addressing climate change and reducing the environmental impact of large-scale manufacturing. Leading companies like Unilever, Nestlé, Procter & Gamble, Coca-Cola, and PepsiCo have demonstrated their commitment to sustainability by investing in renewable energy sources and improving energy efficiency. As consumer demand for eco-friendly products continues to grow, FMCG companies must accelerate their green energy initiatives and set even more ambitious sustainability goals. The future of FMCG lies in sustainable practices that protect the planet while meeting the needs of consumers worldwide. To adopt green energy into companies operations, it is not something impossible, especially now we have Satuplatform, which can help companies to consult its environment and carbon reduction initiative. Try the FREE DEMO now! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat pada awal tahun 2025 lalu? Dikenal sebagai Eaton Fire, tragedi kebakaran hutan yang sangat merusak Los Angeles County itu dimulai pada hari Selasa, 7 Januari 2025 malam hari. Kebakaran ini …

1

Tren Digital Banking dan Pengaruhnya Bagi Bisnis dan Lingkungan

Di era digital seperti saat ini, banyak sekali aspek kehidupan yang semakin memanfaatkan kehadiran teknologi. Salah satunya adalah perbankan dan keuangan. Sudah bukan hal yang asing lagi untuk masyarakat menggunakan bank digital. Perusahaan-perusahaan bank saat ini memiliki aplikasi tersendiri yang dapat memudahkan nasabahnya untuk bertransaksi. Fenomena digital banking tidak hanya mengubah cara nasabah dan bisnis bertransaksi, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Artikel ini akan membahas tren digital banking serta pengaruhnya bagi bisnis dan lingkungan, mari simak! Mengenal Digital Banking Digital banking atau perbankan digital merupakan suatu layanan keuangan yang tersedia secara daring, seperti mobile banking, internet banking, e-wallet, dan teknologi pembayaran digital lainnya. Di Indonesia, digital banking diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), dengan OJK berfokus pada regulasi dan pengawasan, sedangkan BI berfokus pada kebijakan moneter dan perbankan.  Teknologi yang diadopsi oleh digital banking sangat mengikuti perkembangan zaman. Salah satu teknologi yang paling populer untuk diterapkan di digital banking adalah teknologi AI dan Chatbot. Kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan melalui layanan chatbot, sehingga keluhan dan pengaduan dari nasabah dapat diatasi dengan cepat.  Baca juga artikel lainnya : Maksimalkan Bisnis Berkelanjutan dengan Layanan Platform Digital Pengaruh Digital Banking Terhadap Bisnis Kehadiran digital banking telah memberikan dampak signifikan terhadap dunia bisnis dalam berbagai aspek. Seperti contohnya dari segi operasional, bisnis dapat menghemat biaya operasional dengan menggunakan layanan digital banking, seperti pembayaran otomatis dan manajemen keuangan daring. Di samping itu, dengan adanya fitur transaksi real-time dan layanan berbasis AI, bisnis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Terutama dukungan layanan digital yang mendukung transaksi global, menjadikan bisnis semakin mudah terkoneksi. Dalam hal ini digital banking memungkinkan transaksi lintas negara lebih cepat dan efisien, mendukung ekspansi bisnis ke pasar global. Pengaruh Digital Banking Terhadap Lingkungan Selain dampaknya terhadap dunia bisnis, digital banking juga berkontribusi terhadap lingkungan. Mungkin belum terlalu banyak disadari, bahwa kehadiran digital banking ternyata juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Hal yang paling jelas terlihat adalah dalam penggunaan kertas. Digital banking mengurangi kebutuhan pencetakan dokumen fisik, seperti rekening koran dan cek. Karena nasabah dapat mengecek history dan mutasi rekening dengan mudah di dalam genggaman aplikasi. Pada akhirnya, hal ini juga berkontribusi pada pengurangan deforestasi. Pengaruh lainnya dari digital banking adalah pada aktivitas penggunaan kendaraan bermotor. Sebab, nasabah  tidak perlu lagi bepergian ke bank untuk melakukan transaksi, sehingga mengurangi emisi kendaraan. Aktivitas mentransfer uang, membayar tagihan, atau top up saldo game/e-money/aplikasi bisa dilakukan di rumah melalui digital banking. Bahkan, aktivitas pembukaan rekening baru pun sudah dapat dilakukan secara online di beberapa bank digital. Sementara bagi perusahaan bank sendiri, mengadopsi teknologi untuk membuat aplikasi bank digital dapat menjadi salah satu inisiatif berkelanjutan. Beberapa perusahaan bank telah berhasil mengurangi kantor cabang fisik dan beralih ke bank digital, hal ini dapat mendorong efisiensi energi perusahaan, karena konsumsi energi dan emisi karbon total dari operasional bank menjadi lebih rendah. Tantangan Digital Banking Di samping memiliki pengaruh positif bagi bisnis dan lingkungan, digital banking menghadapi tantangan yang nyata sebagai produk digital. Keamanan siber menjadi tantangan utama dalam digital banking. Meningkatnya transaksi online membuat perbankan rentan terhadap peretasan, pencurian data, dan serangan siber lainnya. Bank harus terus berinvestasi dalam teknologi keamanan seperti enkripsi data, autentikasi ganda, serta sistem deteksi penipuan untuk melindungi nasabah dari ancaman digital. Tantangan lainnya adalah terkait dengan tingkat literasi digital masyarakat yang masih bervariasi. Tidak semua nasabah familiar dengan layanan perbankan digital, terutama di daerah terpencil. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, penipuan, atau bahkan ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan digital. Bank perlu mengedukasi nasabah dengan menyediakan tutorial, layanan pelanggan yang responsif, serta fitur antarmuka yang sederhana dan mudah digunakan. Tantangan berikutnya adalah terkait ketersediaan sistem dan kapasitas infrastruktur. Hal ini menjadi tantangan teknis lainnya dalam digital banking. Dengan jutaan transaksi yang terjadi setiap hari, sistem perbankan harus mampu menangani lonjakan trafik tanpa mengalami gangguan. Infrastruktur yang tidak memadai dapat menyebabkan lambatnya transaksi atau bahkan downtime yang berdampak pada kepercayaan nasabah. Oleh karena itu, bank harus terus mengembangkan arsitektur teknologi yang fleksibel, menggunakan cloud computing, serta menerapkan sistem redundansi untuk memastikan layanan tetap stabil dan responsif. Optimalisasi Digital Banking untuk Keberlanjutan Mengingat kehadiran digital banking yang semakin masif, perusahaan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan digital banking agar mendukung keberlanjutan lingkungan. Hal ini salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi energi dalam infrastruktur teknologi. Bank dapat beralih ke teknologi cloud computing yang lebih hemat daya dibandingkan server fisik tradisional dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan. Optimalisasi sistem juga dapat dilakukan dengan mengembangkan algoritma pemrosesan transaksi yang lebih efisien agar penggunaan sumber daya komputasi lebih rendah tanpa mengorbankan kecepatan dan keamanan layanan. Selain efisiensi energi, bank dapat memperluas layanan tanpa kertas dengan mendorong e-statements, tanda tangan digital, dan pembayaran nirsentuh yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, integrasi fitur pelacakan jejak karbon dalam aplikasi perbankan juga mungkin dapat diterapkan untuk membantu nasabah lebih memahami dampak lingkungan. Dengan langkah-langkah ini, digital banking tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi juga berkontribusi dalam upaya global mengurangi jejak karbon di lingkungan. Terutama untuk industri perbankan di Indonesia yang ingin lebih berkontribusi terhadap pengurangan jejak karbon, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu perhitungan emisi karbon dan membantu menerapkan inisiatif keberlanjutan lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one climate management solutions, Satuplatform menyediakan berbagai layanan pengelolaan karbon, penyusunan sustainability report dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Urbanisasi dan Dampaknya terhadap Keseimbangan Alam Urbanisasi hadir sebagai sebuah solusi dalam mendukung pemerataan pembangunan yang menyeluruh dan tidak terbatas di suatu daerah. Melalui perencanaan yang matang serta kebijakan yang adil, urbanisasi seharusnya dapat mendorong banyak keuntungan bagi kemajuan daerah maupun masyarakat yang melakukannya, salah satunya membuka peluang ekonomi yang signifikan. Di banyak negara, urbanisasi berhasil menciptakan kota-kota maju yang menjadikannya pusat industri dan perekonomian dunia. Akan tetapi, urbanisasi juga menyimpan kerugian dengan lingkungan dan alam menjadi salah satu yang terdampak.  Bagaimana urbanisasi memberikan dampaknya terhadap keseimbangan alam? Baca juga artikel lainnya : Manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Faktor Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi pada dasarnya bisa… Perubahan Iklim Di Balik Kebakaran Besar di Los Angeles Ingatkah kamu pada kebakaran hebat yang melanda hutan di Kota Los Angeles, …

2

5 Cara Jadikan Kafe dan Restoran Ramah Lingkungan

Kafe dan restoran dengan konsep ramah lingkungan tidak lagi sekadar tren di zaman sekarang. Lebih dari itu, konsep ini semakin diminati karena berkaitan dengan prinsip hidup individu atau kelompok tertentu. Baca juga artikel lainnya : 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Sebab, kini ada lebih banyak orang dengan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan berupaya menjalankan komitmen itu melalui pilihan bijak di sekitarnya. Salah satunya ketika memilih tempat makan yang diharapkan dapat mendukung upaya mereka untuk menjaga lingkungan. Menciptakan kafe atau restoran dengan konsep eco-friendly bisa dibilang merupakan sebuah investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Konsep ini pun secara jelas dapat meningkatkan citra bisnis dan menarik pelanggan yang sadar akan isu lingkungan, lho! Lalu bagaimana menjadikan kafe atau restoran lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai harapan pelanggan? Berikut adalah lima tipsnya! 1. Kelola Sampah dengan Cara yang Bertanggung Jawab Mengelola sampah dengan cara yang tepat merupakan salah satu langkah mudah yang bisa dilakukan pelaku usaha kafe atau restoran mewujudkan bisnis yang berkelanjutan. Jika biasanya orang-orang tidak terlalu peduli dengan pemilahan dan pengolahan sampah yang mendetail, kamu bisa ambil bagian dengan proaktif melakukan hal yang seharusnya. Menerapkan zero waste di dalam restoran pun bisa menjadi pilihan. Dimulai dengan menyediakan tempat sampah terpilah untuk membantu pelanggan menempatkan sampah sesuai jenisnya. Kemudian bekerjasamalah dengan industri pengelolaan sampah bertanggung jawab untuk memaksimalkan upayamu. Sampah organik sisa makanan bisa diolah menjadi kompos, sampah anorganik juga bisa dikirimkan ke fasilitas daur ulang untuk diolah menjadi barang baru yang berguna.  2. Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai Sejak dulu permasalahan sampah plastik sudah menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan karena keberadaannya seringkali mencemari lingkungan dan membahayakan makhluk hidup. Ini adalah waktunya untuk meninggalkan barang-barang berbahan plastik dan dan mulai menggunakan benda dengan material lainnya seperti sedotan bambu, stainless, atau kertas. Inisiatif ini menunjukkan betapa pedulinya restoran atau kafe terhadap dampak yang mungkin terjadi. Pelaku usaha juga bisa menawarkan kepada pelanggan diskon jika membawa tumbler atau wadah sendiri. Langkah ini mendorong pemakaian tumbler yang lebih luas. 3. Efisiensi Energi & Air Mengurangi konsumsi air dan energi adalah cara lainnya yang bisa membuat restoran atau kafe lebih berkelanjutan.  Restoran atau kafe biasanya menggunakan jumlah air yang tidak sedikit, kadang kala beberapa melakukan pemborosan karena tidak tau cara menghematnya. Menghemat air dan energi selain dapat berdampak baik bagi lingkungan juga membantu mengurangi tagihan listrik Anda. Berinvestasilah pada perangkat dan perkakas hemat air, gunakan lampu LED dan peralatan hemat energi, manfaatkan air hujan atau filter daur ulang untuk kebutuhan sanitasi, serta gunakan energi terbarukan seperti panel surya sebagai sumber alternatif tambahan untuk memasok kebutuhan listrik. 4. Gunakan Bahan Lokal Menggunakan bahan baku lokal berarti Anda membantu mengurangi emisi karbon dari transportasi. Hal ini juga berarti bahan makanan menjadi lebih segar, emisi karbon yang lebih rendah, dan jejak karbon yang lebih kecil secara keseluruhan. Jejak karbon restoran Anda akan berkurang karena perjalanan yang harus ditempuh untuk membawa bahan-bahan ke dapur akan berkurang. 5. Desain dan Interior Berkelanjutan Keunikan dari kafe atau restoran biasanya menjadi salah satu yang hal utama ketika pelanggan hendak memilih tempat makan. Selain desain yang unik dan eye-catching, Anda mungkin bisa mempertimbangkan menggunakan mebel dari kayu daur ulang atau bahan ramah lingkungan sebagai daya tarik. Manfaatkan juga tanaman hijau untuk menciptakan suasana alami dan meningkatkan kualitas udara. Restoran/kafe dengan konsep eco-friendly bukan hanya tren, tapi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Sudahkah Anda menerapkannya dalam bisnis? Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article 5 Cara Jadikan Kafe dan Restoran Ramah Lingkungan Kafe dan restoran dengan konsep ramah lingkungan tidak lagi sekadar tren di zaman sekarang. Lebih dari itu, konsep ini semakin diminati karena berkaitan dengan prinsip hidup individu atau kelompok tertentu. Sebab, kini ada lebih banyak orang dengan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan berupaya menjalankan komitmen itu melalui pilihan bijak di sekitarnya. Salah satunya ketika memilih tempat makan yang diharapkan dapat mendukung upaya mereka untuk menjaga lingkungan. Menciptakan kafe atau restoran dengan konsep eco-friendly bisa dibilang merupakan sebuah investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Konsep ini pun secara jelas dapat meningkatkan citra bisnis dan menarik pelanggan yang sadar akan… Cara Sederhana Melindungi Lingkungan dari Rumah Jika bukan manusia sebagai penghuni bumi yang melindungi kelestarian lingkungan, siapa lagi yang bisa melakukan. Melindungi lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga kewajiban kita sebagai individu. Manusia pada dasarnya diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan bumi dan apa yang dihasilkannya. Namun, keuntungan ini dibarengi dengan tanggung jawab untuk mengelolanya dengan tepat sehingga bumi masih bisa terus bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Perlu diketahui bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat berdampak pada kesehatan bumi dan kehidupan di masa depan. Jika setiap individu berkontribusi dengan langkah kecil seperti mengurangi sampah plastik, menanam pohon, atau hemat energi,… 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Restoran atau kafe dengan konsep ramah lingkungan nampaknya menjadi salah satu pilihan yang semakin diminati seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sustainability atau keberlanjutan. Tidak hanya berfokus pada kafe dengan keunikan tertentu, banyak orang kini turut mempertimbangkan pilihan mereka kepada tempat makan yang turut menunjukkan dukungan terhadap praktik berkelanjutan. Cara dan metodenya pun bisa sangat beragam. Di Jakarta sendiri, hadir berbagai pilihan kafe ramah lingkungan yang berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini adalah lima pilihan kafe berkonsep ramah lingkungan di Jakarta. 1. ECAPS Cafe – Kemang ECAPS Cafe hadir dengan nuansa alam yang khas dan telah sejak awal… Pengelolaan Sampah Organik Sisa Makanan di Restoran Sampah organik sisa makanan atau food waste dapat bersumber dari berbagai tempat, seperti rumah tangga, bisnis yang mencakup hotel, restoran, kafe (horeka), pasar, dan industri pengolahan makanan. …

2

Cara Sederhana Melindungi Lingkungan dari Rumah

Jika bukan manusia sebagai penghuni bumi yang melindungi kelestarian lingkungan, siapa lagi yang bisa melakukan. Melindungi lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga kewajiban kita sebagai individu. Manusia pada dasarnya diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan bumi dan apa yang dihasilkannya. Namun, keuntungan ini dibarengi dengan tanggung jawab untuk mengelolanya dengan tepat sehingga bumi masih bisa terus bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Perlu diketahui bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat berdampak pada kesehatan bumi dan kehidupan di masa depan. Jika setiap individu berkontribusi dengan langkah kecil seperti mengurangi sampah plastik, menanam pohon, atau hemat energi, dampaknya akan sangat besar.  Baca juga artikel lainnya : Mobil Listrik vs Mobil Bensin, Siapa Lebih Ramah Lingkungan? Kita tidak hanya akan dapat melindungi planet ini, tetapi juga menjaga kualitas hidup kita sendiri dan generasi mendatang. Lalu apa cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk melindungi lingkungan meski dari rumah sekalipun? 1. Menerapkan Konsumsi yang Bertanggung Jawab Tidak dapat dipungkiri bahwa keleluasaan untuk memanfaatkan bumi beserta apa yang dihasilkannya, dapat memberikan kita rasa ingin berlebihan dan menjadikannya tidak bijak lagi. Padahal eksploitasi alam besar-besaran sangatlah tidak baik. Perlu dipahami bahwa bumi juga memiliki batas kemampuannya dan ketika titik itu tercapai tidak terbayangkan apa yang bisa terjadi. Oleh karena itu, mulailah menghemat penggunaan listrik dan air untuk membantu mengurangi beban fosil yang dibutuhkan. Matikan lampu & perangkat elektronik saat tidak digunakan. Kurangi konsumsi air dengan menggunakan shower hemat air dan perbaiki kebocoran pipa. 2. Mengurangi Sampah dan Menerapkan Gaya Hidup Zero Waste Menerapkan gaya hidup zero waste berarti mendorong kita untuk mengurangi produksi sampah dalam keseharian yang dapat berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau mungkin mencemari lingkungan. Saat ini, masalah tumpukan sampah tengah menimbulkan kekhawatiran sebab jumlahnya yang semakin meningkat. Pengelolaan sampah yang kurang memadai menjadikan sampah tidak terkelola dan menumpuk terbuka di lingkungan, menambah beban bagi pemanasan global. Kita bisa mulai dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik, memilih produk dengan kemasan minimal atau biodegradable. Gunakan juga barang yang bisa dipakai ulang seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan tumbler, dan menghindari sedotan plastik. Terapkan juga pemilahan dan daur ulang sampah dengan membuang sampah sesuai kategori lalu kirimkan ke fasilitas daur ulang di sekitar Anda. 3. Menanam Pohon dan Menjaga Lingkungan Tetap Hijau Pohon merupakan agen penyerap karbon dan polutan yang penting untuk memperbaiki kualitas udara. Sayangnya, ruang terbuka hijau belum tentu tersedia di suatu wilayah dan membuat lingkungan semakin gersang ditambah udara menjadi tercemar dan tentu tidak sehat. Lakukan inisiatif menanam pohon atau tanaman di rumah untuk memberikan titik hijau yang menyegarkan, jangan menebang pohon sembarangan ataupun merusak pohon dengan cara lainnya. Kita juga bisa mendukung gerakan reboisasi atau adopsi pohon yang dilakukan organisasi tertentu di manapun tempatnya. 4. Menghindari Membakar Sampah Menghindari pembakaran sampah berperan penting untuk menjaga kesehatan lingkungan dan manusia. Asap dari sampah yang dibakar dapat mencemari udara, memperburuk kualitas lingkungan, dan berkontribusi pada pemanasan global. Pembakaran sampah, terutama di area terbuka juga dapat melepaskan polutan berbahaya ke udara seperti karbon monoksida, dioksin, dan partikel halus yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan penyakit serius lainnya. Oleh karena itu, mulailah untuk mengelola sampah dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos untuk menyuburkan tanah, sementara sampah anorganik, contohnya seperti plastik dan kertas, bisa didaur ulang untuk mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Menurutmu, cara sederhana apalagi yang bisa kita lakukan untuk menjaga dan melindungi lingkungan meski dilakukan dari rumah? Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article 5 Cara Jadikan Kafe dan Restoran Ramah Lingkungan Kafe dan restoran dengan konsep ramah lingkungan tidak lagi sekadar tren di zaman sekarang. Lebih dari itu, konsep ini semakin diminati karena berkaitan dengan prinsip hidup individu atau kelompok tertentu. Baca juga artikel lainnya : 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Sebab, kini ada lebih banyak orang dengan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan berupaya menjalankan komitmen itu melalui pilihan bijak di sekitarnya. Salah satunya ketika memilih tempat makan yang diharapkan dapat mendukung upaya mereka untuk menjaga lingkungan. Menciptakan kafe atau restoran dengan konsep eco-friendly bisa dibilang merupakan sebuah investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Konsep ini… Cara Sederhana Melindungi Lingkungan dari Rumah Jika bukan manusia sebagai penghuni bumi yang melindungi kelestarian lingkungan, siapa lagi yang bisa melakukan. Melindungi lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga kewajiban kita sebagai individu. Manusia pada dasarnya diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan bumi dan apa yang dihasilkannya. Namun, keuntungan ini dibarengi dengan tanggung jawab untuk mengelolanya dengan tepat sehingga bumi masih bisa terus bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Perlu diketahui bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat berdampak pada kesehatan bumi dan kehidupan di masa depan. Jika setiap individu berkontribusi dengan langkah kecil seperti mengurangi sampah plastik, menanam pohon, atau hemat energi,… 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Restoran atau kafe dengan konsep ramah lingkungan nampaknya menjadi salah satu pilihan yang semakin diminati seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sustainability atau keberlanjutan. Tidak hanya berfokus pada kafe dengan keunikan tertentu, banyak orang kini turut mempertimbangkan pilihan mereka kepada tempat makan yang turut menunjukkan dukungan terhadap praktik berkelanjutan. Cara dan metodenya pun bisa sangat beragam. Di Jakarta sendiri, hadir berbagai pilihan kafe ramah lingkungan yang berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini adalah lima pilihan kafe berkonsep ramah lingkungan di Jakarta. 1. ECAPS Cafe – Kemang ECAPS Cafe hadir dengan nuansa alam yang khas dan telah sejak awal… Pengelolaan Sampah Organik Sisa Makanan di Restoran Sampah organik sisa makanan atau food waste dapat bersumber dari berbagai tempat, seperti rumah tangga, bisnis yang mencakup hotel, restoran, kafe …

Virtual Background LinkedIn 2

5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan

Restoran atau kafe dengan konsep ramah lingkungan nampaknya menjadi salah satu pilihan yang semakin diminati seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sustainability atau keberlanjutan. Baca juga artikel lainnya : Cara Menghitung Jejak Karbon dari Proses Produksi Industri Tidak hanya berfokus pada kafe dengan keunikan tertentu, banyak orang kini turut mempertimbangkan pilihan mereka kepada tempat makan yang turut menunjukkan dukungan terhadap praktik berkelanjutan. Cara dan metodenya pun bisa sangat beragam. Di Jakarta sendiri, hadir berbagai pilihan kafe ramah lingkungan yang berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini adalah lima pilihan kafe berkonsep ramah lingkungan di Jakarta. 1. ECAPS Cafe – Kemang ECAPS Cafe hadir dengan nuansa alam yang khas dan telah sejak awal memperkenalkan konsep ramah lingkungan sebagai ciri khas utama mereka. Melalui penerapan konsep zero waste, ECAPS Cafe melakukan berbagai upaya untuk mencegah sampah operasional berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Sampah organik diolah menjadi kompos dan menggunakan metode BSF, sampah anorganik didistribusikan ke industri daur ulang, dan sampah residu ditangani dengan metode RDF (Refused-derived Fuel). Tidak hanya itu, ECAPS Cafe juga melakukan pemanfaatan barang-barang bekas menjadi furnitur dan material dekorasi. Berasal dari barang hasil daur ulang dan upcycling.  2. Stuja Coffee – Cipete Beberapa dari kita pasti tidak asing dengan Stuja Coffee milik pasangan #temantapimenikah Ayudia dan Ditto Percussion. Implementasi konsep ramah lingkungan di Stuja Coffee dilakukan ke dalam berbagai cara. Contohnya seperti menyediakan tempat sampah terpilah untuk mendorong pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab.  Dikutip dari laman Cipete Creative District, Stuja mendorong penggunaan botol kaca sebagai wadah kemasan minuman ramah lingkungan Dibandingkan plastik, botol kaca lebih ramah untuk didaur ulang. Pengolahannya yang terus menerus tidak akan menurunkan kualitasnya secara signifikan. Pelanggan pun bisa membawa kembali wadah tersebut sebagai refill, untuk didaur ulang, atau ditangani secara mandiri. Melalui kampanye eco-friendly yang dilakukan, Stuja Coffee berharap dapat membantu meningkatkan kesadaran peduli lingkungan pada masyarakat sekitar. 3. Burgreens – Dharmawangsa Burgreens dikenal sebagai salah satu restoran burger yang sangat giat mempromosikan konsep ramah lingkungan sebagai bagian dari identitas mereka. Burgreens hadir dengan visi untuk menciptakan dunia yang lebih sehat dan berkelanjutan melalui makanan. Melansir laman Good Shot, Burgreens diketahui menggunakan beragam pendekatan inovatif seperti memaksimalkan penggunaan bahan baku, meminimalisir timbulan sampah makanan sisa dapur, menghindari penggunaan plastik dalam kemasan dengan memanfaatkan material alternatif lainnya. Selain itu, Burgreens juga konsisten menyediakan makanan bergizi yang mendukung gaya hidup sehat dan berkualitas. Sudahkah kamu mencobanya? 4. Cliq Coffee – Senopati Patuh terhadap aturan pemerintah untuk meminimalkan timbulan sampah plastik, Cliq Coffee manut dengan berinisiatif mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam operasional bisnis mereka. Contohnya dengan tidak menyediakan sedotan plastik, menggantikan penggunaan gelas plastik dengan gelas kaca yang tidak hanya membuat tampilan lebih estetik tetapi juga baik untuk lingkungan. 5. Copper Club – Kelapa Gading Salah satu kafe di daerah Kelapa Gading ini punya konsep ramah lingkungan serta nuansa alam yang sejuk dan adem. Dukungan Copper Club terhadap gerakan ramah lingkungan ditunjukkan melalui penggunaan alat makan yang bukan berbahan plastik, menggantikannya dengan peralatan serba copper atau tembaga. Nuansa di tempat ini sangat asri dan hijau dengan banyaknya tanaman yang mengelilingi kafe. Cocok untuk nongkrong dalam waktu lama. Restoran/kafe dengan konsep eco-friendly bukan hanya tren, tapi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Apakah kamu sudah mencoba salah satunya? Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article 5 Cara Jadikan Kafe dan Restoran Ramah Lingkungan Kafe dan restoran dengan konsep ramah lingkungan tidak lagi sekadar tren di zaman sekarang. Lebih dari itu, konsep ini semakin diminati karena berkaitan dengan prinsip hidup individu atau kelompok tertentu. Baca juga artikel lainnya : 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Sebab, kini ada lebih banyak orang dengan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan berupaya menjalankan komitmen itu melalui pilihan bijak di sekitarnya. Salah satunya ketika memilih tempat makan yang diharapkan dapat mendukung upaya mereka untuk menjaga lingkungan. Menciptakan kafe atau restoran dengan konsep eco-friendly bisa dibilang merupakan sebuah investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Konsep ini… Cara Sederhana Melindungi Lingkungan dari Rumah Jika bukan manusia sebagai penghuni bumi yang melindungi kelestarian lingkungan, siapa lagi yang bisa melakukan. Melindungi lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi besar, tetapi juga kewajiban kita sebagai individu. Manusia pada dasarnya diberikan keleluasaan untuk memanfaatkan bumi dan apa yang dihasilkannya. Namun, keuntungan ini dibarengi dengan tanggung jawab untuk mengelolanya dengan tepat sehingga bumi masih bisa terus bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Perlu diketahui bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan dapat berdampak pada kesehatan bumi dan kehidupan di masa depan. Jika setiap individu berkontribusi dengan langkah kecil seperti mengurangi sampah plastik, menanam pohon, atau hemat energi,… 5 Kafe di Jakarta dengan Konsep Ramah Lingkungan Restoran atau kafe dengan konsep ramah lingkungan nampaknya menjadi salah satu pilihan yang semakin diminati seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sustainability atau keberlanjutan. Tidak hanya berfokus pada kafe dengan keunikan tertentu, banyak orang kini turut mempertimbangkan pilihan mereka kepada tempat makan yang turut menunjukkan dukungan terhadap praktik berkelanjutan. Cara dan metodenya pun bisa sangat beragam. Di Jakarta sendiri, hadir berbagai pilihan kafe ramah lingkungan yang berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Berikut ini adalah lima pilihan kafe berkonsep ramah lingkungan di Jakarta. 1. ECAPS Cafe – Kemang ECAPS Cafe hadir dengan nuansa alam yang khas dan telah sejak awal… Pengelolaan Sampah Organik Sisa Makanan di Restoran Sampah organik sisa makanan atau food waste dapat bersumber dari berbagai tempat, seperti rumah tangga, bisnis yang mencakup hotel, restoran, kafe (horeka), pasar, dan industri pengolahan makanan. Sampai saat ini, sampah organik sisa makanan masih menjadi salah satu jenis timbulan sampah yang banyak dihasilkan masyarakat, terutama warga Indonesia. Jumlah food waste di …