Cuaca panas ekstrem melanda pulau Sumatera, khususnya Kota Medan, Sumatera Utara, pada beberapa waktu lalu. Suhunya melebihi suhu rata-rata tahunan yang biasanya berada pada 27 derajat Celcius.
Menurut data pengamatan temperatur di beberapa stasiun BMKG, tercatat suhu udara maksimum mencapai 36.2 derajat Celcius pada Maret 2024. Suhu udara kembali meningkat cukup tajam, menyentuh 38 derajat Celcius pada Juli 2024, sebagaimana dilaporkan oleh Sumatra Bisnis.
Baca Juga: 3 Tragedi Akibat Gelombang Panas Ekstrem
Sebelumnya, beberapa kota dan daerah di benua Asia juga turut mengalami kondisi panas ekstrem dan menyengat. Kondisi ini sampai-sampai menghambat aktivitas masyarakat dan membuat pemerintahan berbagai negara mengeluarkan himbauan dan aturan untuk masyarakat berhati-hati ketika berkegiatan di luar ruangan.
Panas ekstrem yang terjadi merupakan akibat dari beberapa faktor yang saling terkait, terutama terkait dengan perubahan iklim global. Mulai dari perubahan pola cuaca, efek pulau panas perkotaan, hingga maraknya deforestasi dan penggundulan hutan, yang berkontribusi pada peningkatan suhu regional.
Table of Contents
TogglePenyebab Cuaca Panas Ekstrem di Pulau Sumatera
Baca juga artikel lainnya : Pemanasan Global dan Suhu Dingin Ekstrim: Memahami Keterkaitannya
Selain Sumatera Utara, Provinsi Riau, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Sumatera Barat juga dikabarkan mengalami peningkatan suhu panas. Ditemukan adanya sejumlah titik panas yang tersebar di banyak tempat.
Dilansir dari CNN Indonesia, berdasarkan analisa yang dilakukan BBMKG, terjadinya cuaca panas ekstrem di Pulau Sumatera disebabkan oleh hembusan angin baratan yang cukup kuat dan bersifat divergen (menyebar). Menyulitkan pertumbuhan awan di wilayah tersebut.
Kelembaban udara pun tercatat rendah, membuat kandungan uap air cukup kecil. Kondisi ini mengakibatkan suhu siang hari terasa sangat panas. Diperkirakan, hanya beberapa daerah saja yang tidak berada pada situasi tidak ada hujan hingga hanya berpotensi hujan ringan.
Ancaman dari Cuaca Panas Ekstrem
Terjadinya panas menyengat dan suhu udara tinggi tentu menimbulkan ancaman yang dapat berdampak bagi banyak hal, termasuk sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi salah satu potensi bencana alam yang sangat mungkin dapat terjadi. Panas ekstrem menciptakan kondisi yang ideal untuk terjadinya kebakaran hutan, terlebih ketika dikombinasikan dengan kekeringan berkepanjangan.
Seperti karhutla yang melanda sekitar 2 hektar lahan gambut di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau. Dilansir dari MetroTV News, Komandan Manggala Agni Daops Pekanbaru, Chaerul Parsaulian Ginting mengatakan bahwa kebakaran diduga terjadi akibat cuaca panas yang telah berlangsung selama sepekan. Sebab dijumpai adanya puluhan titik panas di Provinsi Riau. Belum lagi ratusan titik panas atau hotspot lainnya yang muncul di Sumatera.
Kebakaran hutan dapat menghancurkan lahan pertanian, merusak tanaman, dan membunuh hewan ternak. Ini tidak hanya mengakibatkan hilangnya sumber pangan, tetapi juga menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi petani dan industri pertanian.
Kebakaran hutan dan lahan yang meluas dan terjadi dalam waktu lama dapat menimbulkan kabut asap yang mengganggu pandangan dan aktivitas. Menghambat kegiatan, salah satunya kegiatan pariwisata.
Tidak hanya itu, cuaca panas ekstrem juga dapat mengancam kesehatan masyarakat. Berada di bawah suhu udara yang tinggi bisa menyebabkan dehidrasi, sakit kepala, kepanasan, iritasi kulit akibat matahari, hingga heat stroke.
Similar Article
Bisnis Modern Harus Lakukan Perhitungan Karbon? Sepenting Apa, Ya?
Perubahan iklim adalah tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk bisnis. Dalam konteks ini, perhitungan karbon atau carbon accounting menjadi…
Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon
Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran…
Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget
Mengenal Digital Footprint Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk…
Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award
Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang…
A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024
Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership…
Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan
Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023…