Melihat Kondisi Operasional Pembangkit Listrik Hijau di Indonesia

Indonesia diketahui terus menggencarkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur hijau sebagai salah satu langkah mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060. Salah satunya ialah mengembangkan teknologi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) atau disebut juga pembangkit listrik hijau.

Listrik hijau atau listrik ramah lingkungan merupakan listrik yang dihasilkan dari sumber daya seperti tenaga surya, angin, panas bumi, biomassa, dan fasilitas pembangkit listrik tenaga air berdampak rendah. Listrik hijau sebagai salah satu bentuk pemanfaatan energi terbarukan, diyakini punya potensi yang besar di Indonesia sehingga pembangunannya gencar dilaksanakan saat ini.

Pembangkit Listrik Hijau di Indonesia

Masih seperti kebanyakan negara lainnya, Indonesia saat ini masih bergantung banyak pada sumber listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Sampai dengan tahun 2020, diketahui kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia tercatat mencapai 63,3 GW, dengan PLTU memiliki porsi sebesar 31,952 GW atau 50 persen dari total kapasitas pembangkit yang ada. PLTU menyumbang sekitar 65,3 persen pasokan energi listrik di Indonesia

Meski begitu, Indonesia juga memiliki pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang tersebar di berbagai daerah di nusantara. Potensinya bisa dikatakan besar dan perlu untuk dimanfaatkan sebagai langkah mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi yang terbatas.

1. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB)

PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan merupakan salah satu pembangkit hijau yang dikembangkan pemerintah untuk membantu memenuhi pasokan listrik yang dibutuhkan masyarakat.

PLTB Sidrap memiliki kapasitas listrik mencapai 75 MW dengan didukung 30 wind turbin generator yang masing-masing menggerakkan turbin berkapasitas 2,5 MW. PLTB ini mampu menyediakan kebutuhan listrik untuk 70.000 masyarakat di Sulawesi Selatan.

Diketahui bahwa terdapat 24 proyek PLTB lain di sejumlah daerah yang saat ini tengah dikembangkan pemerintah.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Panas bumi juga menjadi sumber energi terbarukan yang diyakini punya potensi yang besar di Indonesia. Potensi panas bumi Indonesia disebut dapat mencapai 23.965 MW, terbesar kedua di dunia.

Saat ini, pemanfaatan energi panas bumi atau geothermal sebagai pembangkit listrik telah dilakukan. Kementerian ESDM menyebut terdapat setidaknya 13 PLTP yang saat ini beroperasi untuk mendukung pasokan listrik di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah PLTP Sarulla di Sumatera Utara dan PLTP Darajat di Jawa Barat.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Sebagai negara tropis, Indonesia tentu punya sinar matahari yang melimpah sepanjang tahunnya. Oleh karena itu, pemanfaatan tenaga surya dilakukan dengan menghadirkan pembangkit listrik tenaga surya di sejumlah daerah

Tercatat hingga saat ini Indonesia memiliki 5 PLTS yang tersebar di seluruh nusantara. PLTS tersebut di antaranya adalah PLTS Oelpuah di Kupang, PLTS Likupang di Minahasa Utara, PLTS Coca Cola Amatil (CCA) di Cikarang Barat, PLTS Terapung Cirata di Bandung, dan PLTS Bunaken di Taman Nasional Bunaken.

Meskipun potensi energi surya di Indonesia disebut dapat mencapai 207,8 GW, namun pemanfaatannya saat ini baru sekitar 0,23 persen saja. 

4. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Selain matahari, perairan di Indonesia juga terkenal luas dan punya potensi besar untuk dimanfaatkan. PLTA menjadi penghasil listrik terbarukan terbesar di Indonesia setelah bahan bakar fosil. 

Per tahun 2021, diketahui setidaknya terdapat 162 unit PLTA yang beroperasi di Indonesia. Beberapa di antaranya ialah PLTA Cirata di Jawa Barat yang menjadi PLTA terbesar di Indonesia dan kedua se-Asia Tenggara, PLTA Saguling yang punya total kapasitas listrik sebanyak 844,36 MW, PLTA Poso dengan kapasitas 515 MW, dan PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan yang berkapasitas 510 MW.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau RUPTL 2021-2030, terdapat target pembangunan 20,9 GW pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2030 untuk mendukung terakomodirnya listrik hijau di Indonesia. Pembangkit ramah lingkungan tersebut terdiri dari pembangkit listrik tenaga air, surya, panas bumi, hingga bioenergi berbasis biomassa dan biogas. 

Dikutip dari CNBC, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan bahwa proses pembangunan pembangkit EBT tersebut sudah dimulai sejak 2021 lalu. 

“Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) punya potensi yang paling besar yaitu 10,3 GW. Kemudian juga dari PLTS kita kan negara tropis rencana pengembangannya 4,7 GW, juga PLTP kita mempunyai potensi terbesar kedua yakni pengembangannya 3,35 GW,” ungkap Dadan dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia.

Selain itu, PT PLN juga berencana melakukan revisi terhadap RUPTL 2021-2030 untuk dapat mencapai target emisi puncak sektor listrik sebesar 290 juta metrik ton CO2 pada tahun 2030, mencapai bauran energi terbarukan sebesar 34% pada tahun 2030, dan membuat sektor listrik menjadi nol pada tahun 2050. Mengakomodiasi target kemitraan transisi energi yang adil (Just Energy Transition Partnership/JETP).

“Perlu kami sampaikan saat ini sedang proses melakukan revisi atas RUPTL 2021-2030 di mana kami memang melihat adanya demand listrik dari industri-industri termasuk nikel di Sulawesi sudah masuk ke dalam perencanaan kami untuk merevisi RUPTL,” ungkap Executive Vice President Transisi Energi dan Keberlanjutan PT PLN, Kamia Handayani, sebagaimana dikutip dari Kontan.

Similar Article

5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG

Berbagai jenis dan varian dari produk kosmetik yang tersebar luas, menimbulkan potensi sampah kemasan yang menumpuk di landfill. Tidak hanya…