Perjalanan Fenomena Global Warming

Global warming atau pemanasan global adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan. Pemanasan global telah berlangsung selama beberapa dekade terakhir dan terus meningkat secara bertahap. Baca Juga: Upaya Uni Eropa Melawan Perubahan Iklim

Belakangan ini, terpantau bahwa pemanasan global, untuk pertama kalinya dalam sejarah, menembus ambang batas 1,5 derajat Celcius pada periode Februari 2023 hingga Januari 2024. Data dari Copernicus Climate Change Service Uni Eropa menunjukkan bahwa suhu global terus meningkat sejak era pra-industri. Hal ini kian mengkhawatirkan.

Sejarah Global Warming

Suhu bumi yang terus meningkat

Istilah global warming pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan bernama Wallace Smith Broecker pada tahun 1975 dalam sebuah makalah ilmiah. Makalah tersebut berjudul “Climate Change: Are We on the Brink of a Pronounced Global Warming?” dan diterbitkan ke situs bernama Science.

Makalah oleh Broecker tersebut mengangkat isu-isu penting terkait perubahan iklim dan mencoba memprediksi dampak dari peningkatan suhu global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. 

Makalah ini menjadi salah satu kontribusi awal dalam pemahaman ilmiah tentang perubahan iklim dan pemanasan global dan telah menjadi dasar bagi banyak penelitian dan kebijakan lingkungan yang dilakukan sejak saat itu.

Peningkatan suhu awalnya sudah dimulai sejak terjadinya Revolusi Industri pertama pada 1712, di mana diperkenalkan pemanfaatan bahan bakar fosil dalam skala industri dan mulai digunakan secara masif. Emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil dan industri pun mencapai satu miliar ton per tahun pada 1927. Namun, pemahaman ilmiah tentang fenomena ini masih terbatas dan belum sebelumnya dipahami

Kemudian pada awal abad ke-20, pemahaman tentang peran gas-gas rumah kaca dalam mempengaruhi suhu atmosfer semakin berkembang. Ilmuwan seperti Svante Arrhenius dari Swedia memperkirakan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 dapat menyebabkan pemanasan global. 

Pada dekade 1950-an dan 1960-an, pemahaman tentang perubahan iklim dan pemanasan global mulai menjadi perhatian utama ilmuwan dan komunitas ilmiah. Beberapa studi ilmiah mengkonfirmasi adanya peningkatan suhu global yang terkait dengan aktivitas manusia. Digunakanlah istilah “global warming” oleh Broecker sebagai kekhawatiran mereka terhadap perubahan iklim. 

Lalu, mulai berkembang berbagai teknologi pengamatan dan pemodelan iklim yang semakin memperkuat bukti-bukti pemanasan global. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) dibentuk pada tahun 1988 untuk menyelidiki dampak perubahan iklim.

Dengan dibentuknya IPCC, semakin banyak laporan-laporan yang menyoroti kontribusi manusia terhadap pemanasan global dan risiko-risiko yang terkait, termasuk peningkatan permukaan air laut, kekeringan, dan perubahan pola cuaca ekstrem. Hingga saat ini, berbagai kesepakatan dan aturan pun terus dibuat sebagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi dampak perubahan iklim.

Ilmuwan terus memantau perubahan suhu global dan dampaknya melalui pengamatan satelit dan stasiun pengukuran di seluruh dunia. Istilah krisis iklim atau darurat iklim pun diperkenalkan untuk membicarakan perubahan iklim dan pemanasan global, yang juga mencakup cuaca ekstrem dan bencana lainnya akibat krisis iklim. Baca Juga: Sejarah Penerapan Pajak Karbon

Kondisi Iklim Saat Ini

Pemanasan global diyakini semakin memperburuk kondisi bumi dan kian membahayakan makhluk hidup. Terjadinya cuaca ekstrem, serangan panas, kekeringan, dan banjir kini berdampak signifikan bagi banyak orang. 

Deforestasi Hutan Kalimantan

Mencairnya gletser dan salju di titik-titik salju abadi, meningkatnya permukaan air laut, hancurnya hutan dan lahan pertanian, hingga rusaknya ekosistem kehidupan di lautan menjadi dampak dari krisis iklim yang semakin parah.

Para ilmuwan juga menyebut bahwa krisis iklim berpotensi menyebabkan kematian lebih banyak orang lagi di dunia pada 2030 jika kondisinya tidak kunjung membaik. Salah satunya disebabkan oleh konsentrasi emisi di atmosfer yang kian memburuk. Diharapkan akan ada upaya kolaboratif dari seluruh dunia untuk memperlambat laju pemanasan global dan mengurangi dampaknya yang merusak lingkungan dan kehidupan manusia.

Your All-in-One Sustainability Platform

Satuplatform hadir untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku. Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting.

Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat:

  1. Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien
  2. Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi
  3. Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional

Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang! Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.

Similar Article

5 Brand Kosmetik yang Dukung ESG

Berbagai jenis dan varian dari produk kosmetik yang tersebar luas, menimbulkan potensi sampah kemasan yang menumpuk di landfill. Tidak hanya…