pengelolaan emisi

Strategi Pengelolaan Emisi untuk Masa Depan

Pemahaman mengenai pengelolaan emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan.  Untuk pengukuran dan pengelolaan emisi ini, emisi GRK diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama yang dikenal sebagai Scope 1, Scope 2, dan Scope 3. Klasifikasi ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi sumber emisi mereka dan merancang strategi pengurangan yang efektif. Lalu, apa saja yang dimaksud dengan Scope 1, Scope 2, dan Scope 3? Yuk, simak di bawah ini: Pengelolaan Emisi Scope 1: Emisi Langsung Scope 1 mencakup emisi langsung yang berasal dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh organisasi. Ini termasuk emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dalam kendaraan operasional, peralatan, dan fasilitas milik perusahaan.  Contohnya adalah emisi dari generator listrik internal atau kendaraan perusahaan yang menggunakan bensin atau diesel. Pengelolaan Emisi Scope 2: Emisi Tidak Langsung dari Energi Scope 2 mencakup emisi tidak langsung yang dihasilkan dari konsumsi energi yang dibeli oleh organisasi, seperti listrik, panas, atau uap. Meskipun emisi ini terjadi di fasilitas penyedia energi, pengguna akhir bertanggung jawab atas emisi tersebut karena mereka yang mengkonsumsi energi tersebut.  Misalnya, penggunaan listrik dari jaringan yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Pengelolaan Emisi Scope 3: Emisi Tidak Langsung Lainnya Scope 3 mencakup semua emisi tidak langsung lainnya yang terjadi dalam rantai nilai organisasi, baik hulu maupun hilir. Ini termasuk emisi dari aktivitas seperti pengadaan bahan baku, transportasi, perjalanan bisnis, penggunaan produk oleh konsumen, dan pembuangan akhir produk.  Scope 3 seringkali menjadi sumber emisi terbesar bagi banyak organisasi dan paling sulit diukur karena kompleksitas rantai pasokan dan distribusi. Baca Juga: Emisi Gas Rumah Kaca Scope 1, 2 dan 3 Tantangan yang Dihadapi Memahami ketiga kategori emisi ini penting bagi organisasi untuk beberapa alasan: Identifikasi Sumber Emisi: Dengan mengetahui sumber emisi, organisasi dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus dalam upaya pengurangan emisi. Pelaporan dan Transparansi: Banyak standar pelaporan keberlanjutan yang mengharuskan organisasi untuk melaporkan emisi mereka berdasarkan ketiga scope ini, sehingga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Strategi Pengurangan Emisi: Dengan pemahaman yang jelas tentang sumber emisi, organisasi dapat merancang strategi pengurangan yang efektif dan efisien. Meskipun penting, mengukur emisi GRK bukanlah tugas yang mudah. Beberapa tantangan yang dihadapi organisasi meliputi: Data yang Tidak Lengkap: Mengumpulkan data yang akurat dan lengkap untuk semua sumber emisi, terutama untuk Scope 3, bisa menjadi tantangan besar. Kompleksitas Rantai Pasokan: Rantai pasokan yang panjang dan kompleks membuat penelusuran emisi menjadi sulit. Kurangnya Standar yang Seragam: Meskipun ada pedoman umum, implementasi standar pengukuran emisi dapat bervariasi antara industri dan wilayah. Pengelolaan Emisi Bersama Satuplatform Lantas, apa yang bisa dilakukan Satuplatform? Satu Teknologi Asia atau Satuplatform adalah perusahaan yang berfokus pada manajemen berkelanjutan, khususnya dalam layanan perhitungan emisi karbon.  Kami menawarkan solusi untuk membantu organisasi dalam mengukur, melaporkan, dan mengurangi emisi GRK mereka. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, kami mampu: Mengukur Semua Scope Emisi: Satuplatform menyediakan layanan pengukuran untuk Scope 1, 2, dan 3, memastikan bahwa semua sumber emisi teridentifikasi dengan akurat. Menggunakan Faktor Emisi Khusus: Dengan mempertimbangkan karakteristik unik dari setiap organisasi, Satuplatform menggunakan faktor emisi yang disesuaikan untuk menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Membangun Laporan yang Komprehensif: Satuplatform membantu dalam pembuatan laporan emisi yang sesuai dengan standar internasional, meningkatkan transparansi dan kepercayaan pemangku kepentingan. Menetapkan Tujuan Pengurangan: Bersama dengan klien, Satuplatform menetapkan target pengurangan emisi yang realistis dan terukur, serta menyediakan alat untuk memantau kemajuan menuju tujuan tersebut. Menyediakan Bantuan dalam Platform: Melalui platform digital, Satuplatform menawarkan dukungan dan panduan bagi organisasi dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan. Salah satu contoh implementasi pengukuran emisi adalah yang dilakukan oleh SUN Energy, sebuah perusahaan pengembang proyek energi surya di Indonesia. SUN Energy membantu pelanggannya mengurangi jejak karbon melalui perhitungan emisi karbon, penggunaan air, energi listrik, dan upaya meminimalkan emisi GRK perusahaan. Mengelola emisi GRK dengan baik memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, antara lain: Kepatuhan Regulasi: Memastikan bahwa organisasi mematuhi peraturan lingkungan yang berlaku, menghindari sanksi dan denda. Reputasi yang Lebih Baik: Organisasi yang proaktif dalam mengelola emisi cenderung mendapatkan reputasi positif di mata konsumen dan investor. Efisiensi Operasional: Pengurangan emisi sering kali sejalan dengan peningkatan efisiensi energi, yang dapat mengurangi biaya operasional. Akses ke Pasar Karbon: Dengan mengurangi emisi, organisasi dapat berpartisip. Similar Article Strategi Pengelolaan Emisi untuk Masa Depan Pemahaman mengenai pengelolaan emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan.  Untuk pengukuran dan pengelolaan emisi ini, emisi GRK diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama yang dikenal sebagai Scope 1, Scope 2, dan Scope 3. Klasifikasi ini membantu organisasi dalam mengidentifikasi sumber emisi mereka dan merancang strategi pengurangan yang efektif. Lalu, apa saja yang dimaksud dengan Scope 1, Scope 2, dan Scope 3? Yuk, simak di bawah ini: Pengelolaan Emisi Scope 1: Emisi Langsung Scope 1 mencakup emisi langsung yang berasal dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan oleh organisasi.… Revolusi Kantor Ramah Lingkungan: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan Revolusi Kantor – Perubahan iklim dan krisis lingkungan yang saat ini terjadi membuat setiap pihak harus bersama-sama untuk membangun kontribusi positif terhadap alam. Salah satunya dapat dimulai dari tempat bekerja. Di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, lingkungan perkantoran adalah lokasi bekerja yang banyak ditempati oleh karyawan. Dalam hal ini, perkantoran dapat mengambil peran besar dalam mendukung kondisi lingkungan alam yang lebih hijau. Ada berbagai cara untuk perusahaan dan perkantoran dapat menerapkan kondisi yang ramah lingkungan. Hal ini tentunya perlu dilakukan secara berkesinambungan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Mari simak, apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perkantoran untuk membangun… Tren Work From Home (WFH) dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Terjadinya pandemi Covid-19 membawa berbagai perubahan pada cara hidup dan aktivitas manusia. Salah satunya adalah kemunculan konsep Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Banyak perusahaan yang menerapkan WFH dikarenakan urgensi untuk melakukan pembatasan sosial (social distancing).  Bahkan setelah pandemi pun, hingga saat ini WFH masih menjadi tren yang diterapkan perusahaan dan perkantoran. Tidak dapat dipungkiri, memang penerapan WFH memiliki berbagai dampak positif baik untuk pegawai, yaitu dari segi fleksibilitas dan produktivitas, dan juga dampak positif bagi lingkungan. Mari simak, bagaimana dampak terhadap lingkungan yang dapat dihasilkan dari …

2

Apa Itu Hari Menanam Pohon Indonesia, Tujuan, dan Dampaknya?

Hari Menanam Pohon – Kegiatan menanam pohon menjadi salah satu langkah yang seringkali dilakukan banyak pihak dalam upaya pelestarian lingkungan. Fungsi pohon yang beragam, diyakini dapat memberi banyak manfaat bagi alam juga manusia.  Menanam pohon juga turut dibuat menjadi sebuah peringatan yang disebut Hari Menanam Pohon Indonesia. Momentum ini rutin diperingati setiap tanggal 28 November. Bagaimana peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dilaksanakan dan apa latar belakangnya? Sejarah Hari Menanam Pohon Indonesia Hari Menanam Pohon Indonesia ditetapkan pada tanggal 28 November 2007 dan mulai rutin diperingati setiap tahun setelahnya. Peringatan nasional ini berawal dari Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon di Desa Cibadak, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, yang merupakan awal dimulainya kegiatan menanam selama bulan Desember 2007. Tidak hanya membentuk Hari Menanam Pohon Indonesia, momentum tersebut juga menandai awal mula Bulan Menanam Nasional setiap bulan Desember. Baca juga artikel lainnya : Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon Hari Menanam Pohon Indonesia kemudian ditetapkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPRES) Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Hari Menanam Pohon Indonesia, oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tujuan Ditetapkannya Hari Menanam Pohon Indonesia Penetapan Hari Menanam Pohon Indonesia oleh SBY dilakukan bertujuan melindungi alam sekitar dan sebagai upaya mencegah kerusakan lingkungan. Lebih dari itu, kegiatan menanam pohon juga bagian dari upaya yang bertujuan di antaranya untuk: Melalui kegiatan menanam pohon, diharapkan juga dapat tumbuh kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya pohon sebagai bagian dari penyeimbang ekosistem serta untuk membantu memulihkan kerusakan sumber daya hutan dan lahan. Pelaksanaan Hari Menanam Pohon Indonesia Aksi penanaman pohon untuk melestarikan alam serta memitigasi bencana alam sudah banyak dilakukan di banyak wilayah di Indonesia. Diketahui, program penanaman pohon yang mengatasnamakan pemerintah, lembaga, serta komunitas rutin dilakukan setiap tahunnya dengan ribuan pohon ditanam di berbagai tempat. Gerakan Penanaman 10 Juta Pohon di 34 Provinsi juga menjadi salah satu program yang sempat berjalan di tahun 2022 lalu. Ini turut merupakan upaya yang dilakukan Indonesia untuk mendukung swadaya pangan. Terselenggara juga penanaman 95.760 pohon dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia tahun 2022. Berlangsung secara serentak di sembilan wilayah Cabang Dinas Kehutanan (CDK) se-Jawa Barat. Dampak Penanaman Pohon Tersedianya pohon di lingkungan tentu dapat memberikan dampak positif yang luas, baik bagi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, kegiatan penanaman dan perlindungan pohon sebagai sumber daya hutan dan lahan merupakan inisiatif yang perlu diapresiasi. Lalu apa saja dampaknya? Program yang terencana dengan baik dan melibatkan masyarakat dapat memastikan keberhasilan serta dampak positif yang lebih luas dari kegiatan penanaman pohon. Similar Article Revolusi Kantor Ramah Lingkungan: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan Perubahan iklim dan krisis lingkungan yang saat ini terjadi membuat setiap pihak harus bersama-sama untuk membangun kontribusi positif terhadap alam. Salah satunya dapat dimulai dari tempat bekerja. Di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, lingkungan perkantoran adalah lokasi bekerja yang banyak ditempati oleh karyawan. Dalam hal ini, perkantoran dapat mengambil peran besar dalam mendukung kondisi lingkungan alam yang lebih hijau. Ada berbagai cara untuk perusahaan dan perkantoran dapat menerapkan kondisi yang ramah lingkungan. Hal ini tentunya perlu dilakukan secara berkesinambungan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Mari simak, apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perkantoran untuk membangun kondisi masa depan… Tren Work From Home (WFH) dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Terjadinya pandemi Covid-19 membawa berbagai perubahan pada cara hidup dan aktivitas manusia. Salah satunya adalah kemunculan konsep Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Banyak perusahaan yang menerapkan WFH dikarenakan urgensi untuk melakukan pembatasan sosial (social distancing).  Bahkan setelah pandemi pun, hingga saat ini WFH masih menjadi tren yang diterapkan perusahaan dan perkantoran. Tidak dapat dipungkiri, memang penerapan WFH memiliki berbagai dampak positif baik untuk pegawai, yaitu dari segi fleksibilitas dan produktivitas, dan juga dampak positif bagi lingkungan. Mari simak, bagaimana dampak terhadap lingkungan yang dapat dihasilkan dari penerapan WFH.  Mendukung Pengurangan Emisi Salah satu dampak positif dari WFH… Urban Water Management: Sustainable Solutions for Growing Cities Water is an essential resource for everyday life. The need for adequate water availability needs to be supported by sustainable infrastructure, especially in urban areas. Sustainable water management in growing cities is essential to ensure a resilient and healthy urban environment.  Read other articles : How Business Contribute to SDG 13: Climate Action Effective urban water management addresses challenges such as water scarcity, pollution, and flooding, while promoting efficient use, equitable distribution, and environmental conservation. To address these challenges, cities need innovative and sustainable solutions that combine technological advances, community engagement, and nature-based strategies. Here are some key approaches: 1.… Apa Itu Hari Menanam Pohon Indonesia, Tujuan, dan Dampaknya? Kegiatan menanam pohon menjadi salah satu langkah yang seringkali dilakukan banyak pihak dalam upaya pelestarian lingkungan. Fungsi pohon yang beragam, diyakini dapat memberi banyak manfaat bagi alam juga manusia.  Menanam pohon juga turut dibuat menjadi sebuah peringatan yang disebut Hari Menanam Pohon Indonesia. Momentum ini rutin diperingati setiap tanggal 28 November. Bagaimana peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dilaksanakan dan apa latar belakangnya? Sejarah Hari Menanam Pohon Indonesia Hari Menanam Pohon Indonesia ditetapkan pada tanggal 28 November 2007 dan mulai rutin diperingati setiap tahun setelahnya. Peringatan nasional ini berawal dari Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon di Desa Cibadak,… Bisnis Modern Harus Lakukan Perhitungan Karbon? Sepenting Apa, Ya? Perubahan iklim adalah tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk bisnis. Dalam konteks ini, perhitungan karbon atau carbon accounting menjadi langkah penting bagi bisnis modern untuk berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sekaligus menjaga keberlanjutan perusahaan. Namun, apa sebenarnya perhitungan karbon, dan mengapa hal ini penting untuk bisnis? Baca Juga: Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Apa Itu Perhitungan Karbon? Perhitungan karbon adalah proses mengukur emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini mencakup emisi dari konsumsi energi, transportasi, produksi, dan rantai pasok. Perusahaan dapat menggunakan… Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk energi, transportasi, dan deforestasi, berkontribusi besar terhadap peningkatan kadar …

perhitungan karbon

Bisnis Modern Harus Lakukan Perhitungan Karbon? Sepenting Apa, Ya?

Perubahan iklim adalah tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk bisnis. Dalam konteks ini, perhitungan karbon atau carbon accounting menjadi langkah penting bagi bisnis modern untuk berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sekaligus menjaga keberlanjutan perusahaan. Namun, apa sebenarnya perhitungan karbon, dan mengapa hal ini penting untuk bisnis? Baca Juga: Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Apa Itu Perhitungan Karbon? Perhitungan karbon adalah proses mengukur emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini mencakup emisi dari konsumsi energi, transportasi, produksi, dan rantai pasok. Perusahaan dapat menggunakan berbagai metode seperti standar NCAS (National Carbon Accounting Standards) untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Alasan Perhitungan Karbon Penting Memenuhi Regulasi dan Kebijakan Pemerintah  Pemerintah di berbagai negara semakin memperketat regulasi terkait emisi karbon, seperti pengenaan pajak karbon (carbon tax) atau skema perdagangan karbon (carbon trading). Perusahaan yang tidak mampu mengukur dan mengelola emisi karbonnya berisiko menghadapi sanksi atau biaya tambahan. Misalnya, di Indonesia, regulasi terkait pengelolaan karbon sudah diintegrasikan ke dalam laporan akuntansi melalui PSAK​ Efisiensi Biaya Dengan memahami emisi karbon yang dihasilkan, perusahaan dapat mengidentifikasi proses yang tidak efisien dan mengambil langkah untuk mengurangi konsumsi energi atau sumber daya. Langkah ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menekan biaya operasional. Menarik Investor dan Pelanggan Konsumen dan investor kini lebih peduli pada keberlanjutan. Mereka cenderung memilih produk atau perusahaan yang memiliki komitmen terhadap lingkungan. Laporan emisi karbon yang transparan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan, serta menarik investor yang fokus pada Environmental, Social, and Governance (ESG)​ Keunggulan Kompetitif  Bisnis yang menerapkan perhitungan karbon dan strategi keberlanjutan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dalam jangka panjang. Selain itu, mereka dapat memanfaatkan insentif seperti pendanaan hijau (green financing) atau sertifikasi keberlanjutan yang meningkatkan reputasi di pasar. Kontribusi pada Tujuan Global Melalui pengelolaan karbon, bisnis berkontribusi pada tujuan global seperti Perjanjian Paris untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius. Langkah ini membantu menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua pihak. Lalu, bagaimana cara mengintegrasikan perhitungan karbon ke dalam bisnis? Simak 3 penjelasan di bawah ini ya: Menggunakan Alat dan Teknologi Berbagai alat seperti InVEST (Integrated Valuation of Ecosystem Services and Tradeoffs) membantu perusahaan mengukur dampak lingkungan termasuk emisi karbon. Alat ini memetakan jejak karbon secara terperinci dan menyediakan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik​ Menyusun Laporan Berbasis Data Perusahaan perlu mengintegrasikan data emisi karbon ke dalam laporan keberlanjutan mereka. Laporan ini mencakup strategi pengurangan karbon dan pencapaian dalam memenuhi target emisi. Melibatkan Seluruh Pemangku Kepentingan Keberhasilan pengelolaan karbon tidak hanya bergantung pada manajemen tetapi juga pada kolaborasi dengan pemasok, karyawan, dan pelanggan. Edukasi dan komunikasi yang baik memastikan semua pihak mendukung inisiatif ini. Masa Depan Perhitungan Karbon Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, perhitungan karbon akan menjadi praktik standar dalam bisnis. Teknologi seperti kecerdasan buatan dan analitik data akan terus berkembang untuk mendukung pengelolaan karbon yang lebih efisien. Perhitungan karbon bukan hanya kewajiban, tetapi juga peluang bagi bisnis untuk berinovasi, membangun reputasi, dan berkontribusi pada keberlanjutan global. Sebagai bagian dari komunitas bisnis, mari kita mengambil langkah konkret untuk menciptakan dunia yang lebih hijau. Solusi Perhitungan Karbon Andal Perusahaan Terkemuka Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Bisnis Modern Harus Lakukan Perhitungan Karbon? Sepenting Apa, Ya? Perubahan iklim adalah tantangan global yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk bisnis. Dalam konteks ini, perhitungan karbon atau carbon accounting menjadi langkah penting bagi bisnis modern untuk berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca sekaligus menjaga keberlanjutan perusahaan. Namun, apa sebenarnya perhitungan karbon, dan mengapa hal ini penting untuk bisnis? Baca Juga: Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Apa Itu Perhitungan Karbon? Perhitungan karbon adalah proses mengukur emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini mencakup emisi dari konsumsi energi, transportasi, produksi, dan rantai pasok. Perusahaan dapat menggunakan… Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk energi, transportasi, dan deforestasi, berkontribusi besar terhadap peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi ini.  Menghitung dan mengurangi emisi karbon merupakan langkah krusial untuk melindungi planet ini dan jadi langkah terbaik bagi kita guna melindungi tempat kita untuk hidup. Tapi kenapa, ya, menghitung dan menguranginya jadi sepenting itu? Berikut alasan yang harus kamu ketahui: 1. Menghitung Emisi Karbon dapat Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan suhu global, lho! Kenapa menghitung dan mengurangi emisi… Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget Mengenal Digital Footprint Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara… Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang akan diselenggarakan di Fyne Jakarta. Salah satu kategori …

emisi karbon

Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon

Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk energi, transportasi, dan deforestasi, berkontribusi besar terhadap peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi ini.  Menghitung dan mengurangi emisi karbon merupakan langkah krusial untuk melindungi planet ini dan jadi langkah terbaik bagi kita guna melindungi tempat kita untuk hidup. Tapi kenapa, ya, menghitung dan menguranginya jadi sepenting itu? Berikut alasan yang harus kamu ketahui: 1. Menghitung Emisi Karbon dapat Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan suhu global, lho! Kenapa menghitung dan mengurangi emisi karbon jadi sepenting itu ialah karena mencairnya es di kutub, dan peningkatan intensitas bencana alam seperti banjir dan kekeringan.  Dengan menghitungnya, kita dapat memahami kontribusi aktivitas manusia terhadap perubahan iklim dan memahami cara paling ampuh untuk mengurangi dampaknya, bahkan kita jadi mengetahui langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mengurangi emisi tersebut. Mengurangi emisi karbon juga membantu menjaga stabilitas ekosistem yang tentu sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita sebagai manusia dan keanekaragaman hayati. Baca Juga: Hindari 5 Kesalahan Ini dalam Upaya Mengurangi Emisi Karbon 2. Penghitungan Emisi Karbon Memenuhi Tuntutan Regulasi dan Standar Internasional Tahukah kamu bahwa sudah banyak negara telah memberlakukan peraturan terkait pengurangan emisi karbon, seperti Perjanjian Paris yang bertujuan membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C. Perusahaan yang tidak mematuhi regulasi ini berisiko menghadapi denda atau pembatasan operasional. Indonesia –bersama Korea Selatan, bahkan telah menandatangani Nota Kesepahaman Implementasi Artikel 6 Perjanjian Paris di Singapura pada bulan Juni 2024, lho! Jadi, negara kita sudah benar-benar serius dalam usahanya guna menguranginya.  Makanya, dengan menghitung emisi karbon secara akurat, perusahaan dapat menyusun strategi yang sesuai untuk memenuhi standar ini, sekaligus memperbaiki reputasi mereka di mata pemangku kepentingan. 3. Pengukuran Emisi Karbon Meningkatkan Efisiensi Energi dan Mengurangi Biaya Mengukur emisi karbon sering kali membantu mengidentifikasi area yang tidak efisien dalam penggunaan energi, lho. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui pemanfaatan energi yang dilakukan sudah sampai sejauh mana dari suatu perusahaan, hingga suatu instansi.  Perbaikan dalam operasional, seperti penggunaan energi terbarukan atau pengurangan limbah, tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menghemat biaya operasional. Menghitung emisi ini bisa menjadi cara kita dalam efisiensi energi. 4. Meningkatkan Reputasi Perusahaan Konsumen saat ini semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan. Perusahaan yang menunjukkan komitmen terhadap pengurangan emisi ini cenderung mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari pelanggan dan mitra bisnis.  Hal ini juga menjadi daya tarik bagi investor yang ingin mendukung perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Apalagi sosial media yang sudah semakin marak.  Saat kita peduli dengan dampak emisi karbon dan membuat kita menghitung hingga mengurangi emisi karbon, kita bisa menerima reputasi cemerlang dari masyarakat sebab dianggap bertanggung jawab dalam resiko bisnis yang kita jalankan. Bahkan investor –baik dalam negeri maupun luar negeri, semakin mempercayai kita sebab kualitas dari usaha yang dijalankan.  5. Mendorong Inovasi Teknologi Tekanan untuk mengurangi emisi karbon telah mendorong lahirnya berbagai inovasi teknologi, seperti kendaraan listrik, energi terbarukan, dan teknologi penangkapan karbon. Perkembangan ini bukan hanya merespons kebutuhan untuk mengatasi krisis iklim, tetapi juga menciptakan peluang bisnis baru yang revolusioner.  Teknologi ini memungkinkan perusahaan dan individu untuk beroperasi dengan efisiensi energi yang lebih tinggi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mengoptimalkan proses produksi agar lebih ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, teknologi ini sering kali menciptakan ekosistem ekonomi baru. Contohnya, pengembangan kendaraan listrik mendorong kebutuhan akan jaringan stasiun pengisian daya, penelitian baterai yang lebih efisien, serta integrasi energi bersih ke dalam jaringan listrik. 6. Menjamin Keberlanjutan Generasi Mendatang Emisi karbon yang tidak terkendali akan memperburuk perubahan iklim, menciptakan dampak yang meluas bagi kehidupan di Bumi, termasuk suhu ekstrim, cuaca yang semakin tidak menentu, serta meningkatnya risiko bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai.  Perubahan ini tidak hanya merusak ekosistem alami, tetapi juga mengancam ketahanan pangan, ketersediaan air bersih, dan kelangsungan hidup berbagai spesies, termasuk manusia. Generasi mendatang mungkin menghadapi tantangan besar untuk bertahan hidup di dunia yang lebih panas dan penuh dengan ketidakpastian lingkungan. Dengan menghitung dan mengurangi emisi karbon, kita tidak hanya mengambil langkah untuk meminimalkan dampak perubahan iklim, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang memiliki akses ke sumber daya yang berkelanjutan, lingkungan yang sehat, dan peluang untuk menikmati kehidupan yang layak. Tindakan ini juga mencerminkan tanggung jawab kita sebagai penjaga planet, memastikan bahwa kita meninggalkan warisan berupa dunia yang lebih aman, hijau, dan mendukung keberlanjutan. Menghitung dan mengurangi emisi karbon bukan sekadar tanggung jawab moral tetapi juga kebutuhan strategis. Langkah ini tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga memperkuat keberlanjutan bisnis, memenuhi regulasi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Dengan memulai dari sekarang, kita bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi krisis iklim global. Mari bersama berkontribusi untuk bumi yang lebih hijau dengan tindakan nyata! Similar Article Ternyata! Inilah Pentingnya Hitung dan Kurangi Emisi Karbon Emisi karbon adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim global. Segala aktivitas kita sebagai makhluk hidup –terutama manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk energi, transportasi, dan deforestasi, berkontribusi besar terhadap peningkatan kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi ini.  Menghitung dan mengurangi emisi karbon merupakan langkah krusial untuk melindungi planet ini dan jadi langkah terbaik bagi kita guna melindungi tempat kita untuk hidup. Tapi kenapa, ya, menghitung dan menguranginya jadi sepenting itu? Berikut alasan yang harus kamu ketahui: 1. Menghitung Emisi Karbon dapat Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan suhu global, lho! Kenapa menghitung dan mengurangi emisi… Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget Mengenal Digital Footprint Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara… Uzone …

2

Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget

Mengenal Digital Footprint Digital Footprint – Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara dengan 3,7% emisi global. Angka tersebut berpotensi meningkat dua kali lipat pada 2025.  Digital vs Konvensional Meskipun terlihat lebih sustainable karena tidak menggunakan bahan media seperti kertas pada koran yang nantinya akan dibuang, tetapi jejak karbon digital ternyata dipengaruhi oleh manufaktur dan pengiriman perangkat elektronik yang juga bisa menimbulkan polusi udara. Selain itu, sumber jejak karbon juga berasal dari energi fosil.  Namun, terdapat beberapa kondisi yang juga bisa membuat aktivitas digital menjadi lebih ramah lingkungan, salah satunya penyelenggaraan rapat secara daring tentunya selain lebih hemat biaya, juga hemat dengan jejak karbon yang dihasilkan. Selain itu, kegiatan membaca digital juga lebih menghemat jejak karbon jika dibandingkan dengan membeli buku bacaan secara konvensional. Digital Decluttering Salah satu upaya untuk mengurangi jejak karbon yakni dengan melakukan Digital Decluttering sebagai upaya membersihkan sampah digital yang terdapat pada gawai kita. Sampah tersebut umumnya berupa data dokumen yang menumpuk, riwayat pencarian di internet, hingga spam email. Dengan menghapus berbagai dokumen digital yang tidak kita perlukan, aktivitas digital dapat berjalan lebih efisien dan berikut langkah sederhana yang bisa dilakukan: 1. Membersihkan Email  Menumpuknya email dapat menghasilkan jejak karbon digital karena email standar biasanya menghasilkan 4 gram CO2e sedangkan email dengan lampiran dapat menghasilkan 50 gram CO2e. Selain itu, berhenti berlangganan newsletter yang sudah tidak diperlukan juga bisa mengurangi jejak karbon digital yang dihasilkan. 2. Pilah dan Hapus Data Digital Dokumen digital seperti video, foto, riwayat pencarian internet dan dokumen lainnya yang sudah tidak diperlukan jika dibiarkan menumpuk bisa menghasilkan jejak karbon. Karena, data yang kita simpan pada penyimpanan cloud storage disimpan di data center atau pusat data yang membutuhkan energi untuk mengoperasikannya. Jejak karbon dari data center menyumbang 2% emisi global, serta angka ini bisa diperkirakan naik menjadi 3,2% di 2025 hingga 14% di 20240.  Mengurangi jejak karbon digital tentunya dibutuhkan kolaborasi dan tanggung jawab multipihak mulai dari perusahaan teknologi besar, pemerintah, dan individu yang menggunakan internet serta gawai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan langkah sederhana tersebut, harapannya bisa membantu menekan jejak karbon digital yang dihasilkan. Karena di era digital saat ini, setiap klik, unggahan, atau pun streaming meninggalkan jejak karbon digital bagi planet kita. Mari bersama, mewujudkan gaya hidup digital yang berkelanjutan dan lebih bijak bagi masa depan bumi yang lebih hijau.   Referensi Link: https://greeneration.org/publication/green-info/bersihkan-sampah-digital-dengan-digital-decluttering/ Similar Article Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget Mengenal Digital Footprint Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara dengan 3,7% emisi… Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang akan diselenggarakan di Fyne Jakarta. Salah satu kategori yang menjadi sorotan utama pada tahun ini adalah ESG (Environmental, Social, and Governance) Award, yang diinisiasi untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan dan organisasi yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam memajukan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Untuk memastikan keberhasilan dan objektivitas dalam penilaian, Uzone telah menjalin kolaborasi strategis dengan Satuplatform, sebuah platform data dan analisis terkemuka yang berfokus pada pengukuran dan pemantauan kinerja ESG. Kolaborasi ini bertujuan untuk memberikan referensi data… A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024 Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership in the evolving carbon market. As companies and governments worldwide push to meet ambitious carbon reduction goals, Satuplatform is taking a proactive stance in the fight against climate change by actively engaging in digital innovation and carbon market solutions. Satuplatform’s Commitment to a Sustainable Future As a leading player in digital solutions, Satuplatform has consistently demonstrated its dedication to advancing environmental sustainability. The company’s participation in the Carbon Digital Conference is a testament to its ongoing efforts to integrate carbon… Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023 terdapat 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia. Angka tersebut merupakan himpunan data dari 96 kabupaten/kota, sehingga belum mencerminkan volume total sampah nasional. Meskipun begitu, jumlah sampah yang dihasilkan tidak bisa dianggap remeh dan tetap perlu perhatian khusus untuk penanganannya. Dari data tersebut, diketahui juga mayoritas sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga dengan proporsi sebanyak 39,1% yang diikuti juga dengan sampah plastik sebanyak 18,6%, kemudian kayu/ranting/daun sebesar 11,5% terdapat juga sampah kertas/karton sebesar 10,5%. Besarnya sampah yang dihasilkan… Fun Run dan Aksi Cinta Lingkungan Kondisi lingkungan perkotaan banyak dikeluhkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut. Mulai dari penurunan kualitas udara sampai dengan polusi di air dan tanah akibat aktivitas industri. Di tengah kondisi ini, bermunculan event Fun Run yang merupakan ajang olahraga berlari bersama-sama. Uniknya, saat ini event Fun Run bukan hanya berfokus pada kesehatan manusia saja namun ada pula event Fun Run yang menggandeng paradigma kesadaran lingkungan. Kegiatan ini menggabungkan olahraga dengan aksi nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan. Konsep …

2

Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan

Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023 terdapat 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia. Angka tersebut merupakan himpunan data dari 96 kabupaten/kota, sehingga belum mencerminkan volume total sampah nasional. Meskipun begitu, jumlah sampah yang dihasilkan tidak bisa dianggap remeh dan tetap perlu perhatian khusus untuk penanganannya. Dari data tersebut, diketahui juga mayoritas sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga dengan proporsi sebanyak 39,1% yang diikuti juga dengan sampah plastik sebanyak 18,6%, kemudian kayu/ranting/daun sebesar 11,5% terdapat juga sampah kertas/karton sebesar 10,5%. Besarnya sampah yang dihasilkan dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi, dengan estimasi total kerugian mencapai Rp 213-551 Triliun/Tahun atau setara dengan 4-5% PDB di Indonesia. Kendati demikian, terdapat sebuah fakta yang cukup ironi yakni, tingkat kelaparan di Indonesia menurut Global Hunger Index 2021 menempati peringkat ketiga di Asia Tenggara. Hal tersebut cukup kontras dengan jumlah sampah yang dihasilkan, yang semestinya bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.  Selain mendapat kerugian secara materi, terdapat potensi kerugian ekologi yang akan menghantui. Hal ini dikarenakan, sampah makanan atau organik yang terbuang di tanah dapat menyebabkan Gas Metana yang 23 kali lebih berbahaya daripada Karbondioksida (CO2) yang dapat menimbulkan ledakan seperti peristiwa yang terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat.  Sampah Dapur dan Jejak Karbon Sejatinya, limbah makanan yang tidak terkelola dengan baik dapat berkontribusi untuk menghasilkan jejak karbon (carbon footprint). Dimulai dari produksi bahan makanan, pengolahan, hingga penyajian makanan yang siap disantap di meja makan tidak luput dari jejak karbon yang dihasilkan. Baca juga artikel lainnya : Daur Ulang Sampah: Pengertian, Cara, hingga Manfaatnya Salah satu contoh yang bisa kita telisik bersama yakni produksi Daging Merah. Di peternakan, penggembalaan hewan ternak dapat menghasilkan emisi karbon dari gas yang berasal kotoran hewan tersebut misal, Sapi. Bahkan, menurut OurWorldinData.org, aktivitas peternakan menyumbang paling banyak karbon dari kotoran sapi dalam kategori produksi daging. Kemudian proses distribusi makanan juga menghasilkan jejak karbon dari penggunaan kendaraan selama perjalanan. Tidak jarang bahan makanan mengalami kerusakan, bahkan sebelum makanan tersebut sampai ke konsumen, sehingga menyebabkan food loss. Sedangkan sampah dapur seperti sisa makanan yang tidak dioptimalkan dengan baik, kulit buah yang tidak terpakai, sayur yang membusuk, hingga sisa makanan yang tidak dihabiskan dapat menyebabkan food waste.  Mengenal Food Loss dan Food Waste Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) yang dimaksud dengan food loss yakni penurunan kualitas atau kuantitas makanan akibat keputusan dan perilaku pemasok makanan di luar retail, penyedia jasa makanan dan konsumen. Sedangkan, food waste adalah penurunan kualitas atau kuantitas makanan akibat keputusan perilaku retail, jasa makanan, dan konsumen.  Meskipun begitu, memang tidak semua makanan dapat dihindari untuk menjadi food waste. Masih ada beberapa bagian makanan yang memang tidak bisa dikonsumsi seperti, tulang, atau kulit. Sedangkan, sisa-sia konsumsi, makanan yang hanya dikonsumsi sebagian, makanan yang tidak dimakan (masih utuh, belum dibuka) bisa menjadi sampah makanan yang dapat dihindari, serta pengelolaan sampah dapur khususnya sampah organik juga perlu ditangani dengan benar. Pencegahan dan Penanganan Limbah Dapur Semestinya, setiap sampah yang dihasilkan merupakan tanggung jawab bagi semua Individu. Ungkapan “Sampahmu Tanggung Jawabmu” menjadi frasa yang harus digaungkan agar semua pihak memiliki kesadaran untuk mengelola sampah yang dihasilkan, termasuk juga dengan sampah dapur. Berikut beberapa hal yang bisa diterapkan untuk mengurangi sampah dapur (sampah organik). Pencegahan:  Penanganan:  Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang akan diselenggarakan di Fyne Jakarta. Salah satu kategori yang menjadi sorotan utama pada tahun ini adalah ESG (Environmental, Social, and Governance) Award, yang diinisiasi untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan dan organisasi yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam memajukan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Untuk memastikan keberhasilan dan objektivitas dalam penilaian, Uzone telah menjalin kolaborasi strategis dengan Satuplatform, sebuah platform data dan analisis terkemuka yang berfokus pada pengukuran dan pemantauan kinerja ESG. Kolaborasi ini bertujuan untuk memberikan referensi data… A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024 Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership in the evolving carbon market. As companies and governments worldwide push to meet ambitious carbon reduction goals, Satuplatform is taking a proactive stance in the fight against climate change by actively engaging in digital innovation and carbon market solutions. Satuplatform’s Commitment to a Sustainable Future As a leading player in digital solutions, Satuplatform has consistently demonstrated its dedication to advancing environmental sustainability. The company’s participation in the Carbon Digital Conference is a testament to its ongoing efforts to integrate carbon… Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023 terdapat 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia. Angka tersebut merupakan himpunan data dari 96 kabupaten/kota, sehingga belum mencerminkan volume total sampah nasional. Meskipun begitu, jumlah sampah yang dihasilkan tidak bisa dianggap remeh dan tetap perlu perhatian khusus untuk penanganannya. Dari data tersebut, diketahui juga mayoritas sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga dengan proporsi sebanyak 39,1% yang diikuti juga dengan sampah plastik sebanyak 18,6%, kemudian kayu/ranting/daun sebesar 11,5% terdapat juga sampah kertas/karton sebesar 10,5%. Besarnya sampah yang dihasilkan… Fun Run dan Aksi Cinta Lingkungan Kondisi lingkungan perkotaan banyak dikeluhkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut. Mulai dari penurunan kualitas udara sampai dengan polusi di air dan tanah akibat aktivitas industri. Di tengah kondisi ini, bermunculan event Fun Run yang merupakan ajang olahraga berlari bersama-sama. Uniknya, saat ini event Fun Run bukan hanya berfokus pada kesehatan manusia saja namun ada pula event Fun Run yang menggandeng paradigma kesadaran lingkungan. Kegiatan ini menggabungkan olahraga dengan aksi nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan. Konsep ini tidak hanya meningkatkan kesadaran peserta akan pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga menjadi langkah kecil untuk mengurangi jejak karbon. Mari simak Fun Run… Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Tidak hanya kegiatan manusia di dunia nyata yang dapat meninggalkan jejak karbon di …

2

Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Tidak hanya kegiatan manusia di dunia nyata yang dapat meninggalkan jejak karbon di atmosfer, faktanya, emisi karbon juga dapat dihasilkan dari aktivitas digital kita sehari-hari. Jejak karbon sendiri ialah istilah yang mengacu pada jumlah total gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai kegiatan individu atau organisasi. Dapat dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung.  Melihat pesatnya kemajuan internet dan penggunaan perangkat digital yang semakin masif, digital footprint atau jejak karbon digital memiliki kemungkinan besar menyumbang emisi global yang signifikan bagi bumi. Namun, sebenarnya apa itu jejak karbon digital? Dari mana sumber utama dari digital footprint dan apa dampaknya bagi lingkungan? Baca juga artikel lainnya : 5 Tantangan dalam Menerapkan Dekarbonisasi Sektor Industri  Apa Itu Jejak Karbon Digital? Pengertian jejak karbon digital merupakan jumlah emisi GRK yang dikeluarkan dari penggunaan teknologi digital, seperti internet, perangkat elektronik, dan layanan cloud, mencakup proses pembangunan juga penyediaannya. Penggunaan internet dan digital saat ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Laporan terbaru We Are Social menyatakan bahwa pengguna internet secara individu telah mencapai 5,35 miliar orang di seluruh dunia pada Januari 2024   Setiap aktivitas digital, termasuk mengirim email, streaming video, atau menyimpan data di cloud, memerlukan energi, yang sebagian besar masih bersumber dari bahan bakar fosil. Kondisi ini yang membuat aktivitas digital tidak lepas dari menghasilkan emisi karbon. UNICEF juga menyebut bahwa aktivitas manusia secara digital menyumbang empat persen dari emisi gas rumah kaca global dunia. Angka ini diperkirakan dapat terus tumbuh secara eksponensial karena ketergantungan terhadap teknologi ini kedepannya juga akan semakin tinggi. Bagaimana Aktivitas Digital Menghasilkan Emisi Karbon? Ada banyak cara layanan digital dapat menciptakan emisi karbonnya sendiri. Dapat terbentuk dari konsumsi energi yang diperlukan untuk menjalankan perangkat elektronik, pusat data, dan infrastruktur digital. Data Centers atau Pusat Data ialah fasilitas penting dalam sektor digital yang berfungsi menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan data. Umumnya, pusat data perlu beroperasi setiap saat, 30 persen di antaranya bahkan beroperasi 24/7.  Akibat dari kondisi tersebut, pusat data yang sebagian besar listriknya masih mengandalkan bahan bakar fosil, masih akan terus membutuhkan listrik untuk menjalankan server dan pendinginan, sehingga menghasilkan emisi karbon. Kemudian, kegiatan produksi sampai dengan pembuangan perangkat elektronik juga turut menghasilkan emisi karbon dan berkontribusi pada polusi lingkungan. Infrastruktur seperti stasiun pemancar, menara telekomunikasi, dan jaringan nirkabel juga membutuhkan energi untuk menjalankan dan memelihara operasinya. Penggunaan jaringan internet juga membutuhkan energi untuk pengolahan sinyal dan pemeliharaan infrastruktur jaringan. Belum lagi dengan aktivitas digital harian, seperti streaming video, mengirim email, pencarian internet, yang seluruhnya mengandalkan energi untuk dapat beroperasi. Mengirim satu email dengan lampiran besar dapat menghasilkan hingga 50 gram CO2. Apa Dampak Lingkungan dari Terbentuknya Jejak Karbon Digital? Berdasarkan laporan oleh Ericsson berjudul ‘Deconstructing Information and Communication Technology’s Carbon Emissions’, sektor teknologi informasi dan komunikasi dapat berdampak pada iklim dalam tiga cara: Emisi karbon langsung yang terkait dengan produksi, penggunaan, dan pembuangan TIK Efek emisi positif atau negatif tidak langsung dari penggunaan TIK (misalnya substitusi perjalanan dan optimalisasi transportasi) Mempengaruhi perilaku dan preferensi (membentuk kembali cara bermasyarakat manusia) Aktivitas digital tentu bergantung pada energi. Sayangnya, mayoritas energi yang digunakan masih berasal dari bahan bakar fosil. Perlu waktu untuk dapat beralih ke energi terbarukan secara penuh. Dengan meningkatnya transformasi digital dan penggunaan teknologi, jejak karbon digital akan terus menjadi perhatian penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Upaya seperti transisi ke energi terbarukan dan efisiensi energi dapat membantu mengurangi dampaknya. Sebagai langkah nyata dalam menghadapi tantangan ini, layanan perhitungan karbon dari Satuplatform hadir untuk membantu perusahaan dan individu dalam memonitor, mengukur, dan mengelola jejak karbon digital mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak lingkungan dari aktivitas digital, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi emisi karbon, beralih ke sumber energi terbarukan, serta menciptakan ekosistem digital yang lebih berkelanjutan. Mari bersama-sama berperan aktif dalam mewujudkan transformasi digital yang ramah lingkungan, demi menjaga keseimbangan alam dan masa depan yang lebih hijau. Similar Article Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget Mengenal Digital Footprint Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara dengan 3,7% emisi… Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang akan diselenggarakan di Fyne Jakarta. Salah satu kategori yang menjadi sorotan utama pada tahun ini adalah ESG (Environmental, Social, and Governance) Award, yang diinisiasi untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan dan organisasi yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam memajukan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Untuk memastikan keberhasilan dan objektivitas dalam penilaian, Uzone telah menjalin kolaborasi strategis dengan Satuplatform, sebuah platform data dan analisis terkemuka yang berfokus pada pengukuran dan pemantauan kinerja ESG. Kolaborasi ini bertujuan untuk memberikan referensi data… A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024 Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership in the evolving carbon market. As companies and governments worldwide push to meet ambitious carbon reduction goals, Satuplatform is taking a proactive stance in the fight against climate change by actively engaging in digital innovation and carbon market solutions. Satuplatform’s Commitment to a Sustainable Future As a leading player in digital solutions, Satuplatform has consistently demonstrated its dedication to advancing environmental sustainability. The company’s participation in the Carbon Digital Conference is a testament to its ongoing efforts to integrate carbon… Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023 terdapat 19,56 juta …

2

Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon Digital?

Jejak Karbon Digital – Penggunaan internet menjadi salah satu aktivitas yang hampir setiap hari banyak orang lakukan, baik untuk berkomunikasi, belanja, mencari informasi, atau kegiatan lainnya. Aktivitas harian yang kita lakukan menggunakan internet, selain dapat meninggalkan jejak digital atau riwayat, juga dapat meninggalkan jejak karbon digital yang jumlahnya bahkan melebihi kegiatan industri penerbangan global. Jejak karbon digital merupakan jumlah total gas rumah kaca (GRK) yang dapat dihasilkan dari konsumsi energi aktivitas digital, mencakup juga proses pembangunan dan pemeliharaan jaringan, layanan, dan penggunaan perangkat digital. Menurut UNICEF, rata-rata seseorang menerima email dalam setahun dapat menambah 136 kg emisi pada jejak karbon tahunannya. Selain itu, tingginya penggunaan internet oleh masyarakat dunia turut menyumbang sekitar empat persen emisi GRK dan diperkirakan akan terus tumbuh mengikuti perkembangan cara hidup yang semakin digital. Jejak karbon digital juga dapat berasal dari perkembangan teknologi pada perangkat elektronik. Pada tahun 2021, UNICEF mencatat sekitar 15 miliar smartphone terjual secara global yang dapat memberikan dampak ke lingkungan dengan cara yang beragam. Smartphone yang laku keras ini berdampak terhadap penggunaan air dan material yang tinggi dalam proses produksi, serta menghasilkan polusi dan emisi dari sampah elektronik yang tidak terkelola dengan baik. Maka dari itu, mengurangi jejak karbon digital merupakan langkah penting yang dapat dilakukan dalam berkontribusi mengurangi emisi karbon bagi lingkungan. Berikut adalah tiga langkah strategis untuk mengurangi jejak karbon digital dilansir dari berbagai sumber: 1. Mengoptimalkan Penggunaan Internet dan Perangkat Penyimpanan data di server cloud membutuhkan energi yang signifikan.  Semakin banyak email yang diterima dan disimpan, maka akan semakin banyak pula energi yang diperlukan yang berdampak pada jumlah jejak karbon digital. Kita bisa mulai dengan menghapus email yang tidak diperlukan secara berkala dan berhenti langganan buletin yang tidak diinginkan.  Baca juga artikel lainnya : 3 Teknologi Atasi Perubahan Iklim Selain itu, gunakan perangkat elektronik dengan awet dan hindari membeli perangkat baru hanya untuk mengikuti tren. Membeli perangkat elektronik dengan bijak dapat membantu mengurangi potensi sampah elektronik baru. 2. Menghemat Konsumsi Energi Perangkat Nonaktifkan perangkat saat tidak digunakan. Perangkat seperti router, komputer, atau televisi pintar terus mengonsumsi daya jika sengaja dibiarkan menyala.  Pilih perangkat elektronik bersertifikasi hemat energi seperti Energy Star. Tutup aplikasi dan tab serta nonaktifkan layanan lokasi saat tidak menggunakannya. Cabut juga pengisi daya saat tidak lagi digunakan 3. Bersihkan File dan Aplikasi Aktivitas atau kunjungan kita di suatu situs biasanya meninggalkan jejak, riwayat, hingga cookies yang bersarang dan menetap di perangkat. Namun, jejak tersebut umumnya tidak akan digunakan lagi dan hanya akan menambah kapasitas ruang di server sehingga memerlukan energi untuk mengaktifkannya kembali. Oleh karena itu, tinjau dan bersihkan file di aplikasi atau peranti pencarian secara berkala. Kurangi ukuran file dokumen, gambar, video, dan aset multimedia lainnya. Berhenti menyimpan dan menimbun data yang kemungkinan besar tidak akan pernah digunakan lagi. Turut Serta dalam Keberlanjutan Selain mengurangi jejak karbon digital, kita juga dapat turut berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dengan memerhatikan jejak karbon kita di dunia nyata. Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan dapat turut serta dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Digital Footprint dan Jejak Karbon: Mengurangi Emisi dari Penggunaan Internet dan Gadget Mengenal Digital Footprint Tidak hanya sampah organik, anorganik, atau pun B3, tetapi sampah digital juga perlu untuk dibersihkan. Aktivitas digital saat ini tidak lepas dari keseharian masyarakat, terlebih juga untuk mereka yang berkecimpung di dunia digital atau individu yang menggunakan gawai. Baca juga artikel lainnya : Jejak Karbon Digital: Pengertian, Sumber, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Saat ini ada sekitar 4.1 miliar orang yang menggunakan internet. Sementara di Indonesia, pengguna internet mencapai 83,7 juta pada 2014. Tanpa disadari, aktivitas digital yang kita lakukan dapat memproduksi jejak karbon yang menyumbang penyebab perubahan iklim dikarenakan menghasilkan karbon digital yang setara dengan 3,7% emisi… Uzone Choice Award 2024: Uzone Gandeng Satuplatform untuk ESG Award Pada 11 Desember 2024, dunia industri digital dan keberlanjutan akan dipertemukan dalam sebuah acara bergengsi, Uzone Choice Award 2024, yang akan diselenggarakan di Fyne Jakarta. Salah satu kategori yang menjadi sorotan utama pada tahun ini adalah ESG (Environmental, Social, and Governance) Award, yang diinisiasi untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan dan organisasi yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam memajukan prinsip-prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Untuk memastikan keberhasilan dan objektivitas dalam penilaian, Uzone telah menjalin kolaborasi strategis dengan Satuplatform, sebuah platform data dan analisis terkemuka yang berfokus pada pengukuran dan pemantauan kinerja ESG. Kolaborasi ini bertujuan untuk memberikan referensi data… A Commitment to Leading the Carbon Market Transition at Carbon Digital Conference 2024 Satuplatform is proud to announce its participation in the Carbon Digital Conference 2024, underscoring its commitment to sustainability and leadership in the evolving carbon market. As companies and governments worldwide push to meet ambitious carbon reduction goals, Satuplatform is taking a proactive stance in the fight against climate change by actively engaging in digital innovation and carbon market solutions. Satuplatform’s Commitment to a Sustainable Future As a leading player in digital solutions, Satuplatform has consistently demonstrated its dedication to advancing environmental sustainability. The company’s participation in the Carbon Digital Conference is a testament to its ongoing efforts to integrate carbon… Dapur Ramah Lingkungan: Mengurangi Jejak Karbon dengan Mengelola Limbah Makanan Jumlah Sampah Rumah Tangga di Indonesia Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni, selama 2023 terdapat 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia. Angka tersebut merupakan himpunan data dari 96 kabupaten/kota, …

1

5 Tantangan dalam Menerapkan Dekarbonisasi Sektor Industri

Dekarbonisasi industri merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi produksi emisi karbon atau gas rumah kaca secara bertahap di sektor industri. Kegiatan ini menjadi satu dari beragam solusi yang paling dibutuhkan untuk membatasi peningkatan suhu global. Dilansir dari ESMAP, sektor industri diketahui bertanggung jawab atas 70 persen emisi CO2 global saat ini. Tiga jenis industri, yakni besi dan baja, mineral non-logam (semen, kaca, kapur), dan industri kimia, menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya. Angka yang tinggi menunjukkan betapa sektor industri punya andil yang besar dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca. Tanpanya, segala usaha yang diupayakan dapat berjalan sangat lambat. Belum lagi dengan kemungkinan meningkatnya potensi industrialisasi di berbagai wilayah dan negara. Oleh karena itu, diperlukan adanya peluang untuk membentuk inovasi berkelanjutan, salah satunya di sektor industri, demi mencapai target emisi bersih di masa depan. World Research Institute (WRI) Indonesia juga menyebut bahwa keterlibatan dan partisipasi industri dalam pengurangan emisi adalah hal yang sangat penting.. Mengurangi emisi di sektor industri akan mengubah pola produksi dan mendorong konsumsi berkelanjutan yang baik bagi bumi dan kehidupan di dalamnya. Saat ini, inisiatif dekarbonisasi industri sudah mulai banyak diterapkan pelaku industri di seluruh dunia. Dibalik peluang dan keuntungannya yang besar, dekarbonisasi industri juga masih mungkin dihadapkan pada berbagai tantangan dalam pengoperasiannya. Berikut ini adalah beberapa tantangan utama yang mungkin terjadi dalam dekarbonisasi industri dan dapat dijadikan informasi yang penting untuk membantu memaksimalkan prosesnya. 1. Biaya Dekarbonisasi Cukup Mahal Baca juga artikel lainnya : Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Tidak dapat dihindari bahwa biaya penerapan dekarbonisasi industri bisa sangat tinggi sehingga dibutuhkan investasi yang besar untuk mendukung operasionalnya. Berdasarkan laporan McKinsey terhadap potensi dekarbonisasi empat sektor industri, semen, baja, amonia, dan etilena, diperkirakan dibutuhkan sekitar $21 triliun hingga 2050 untuk mendukung langkah dekarbonisasi seluruhnya. Biaya tersebut mencakup penggantian bahan bakar fosil ke energi biomassa, penyediaan material atau bahan produksi ke material ramah lingkungan, peningkatan teknologi penangkap karbon, dan masih banyak lainnya. Segala rencana jangka pendek dan jangka panjang juga memerlukan dukungan biaya yang tidak murah. Oleh karena itu, investasi yang besar dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi baru yang hemat energi dan rendah karbon, yang bisa menjadi hambatan bagi perusahaan dengan anggaran terbatas. 2. Teknologi Pendukung Masih Terbatas Teknologi rendah karbon adalah instrumen yang penting dalam melancarkan dekarbonisasi industri. Sayangnya, teknologi tersebut belum banyak tersedia dan membutuhkan biaya yang cukup kompetitif. Seperti teknologi penangkapan karbon yang berfungsi menangkap CO2 dari udara secara langsung, memisahkannya, untuk kemudian disimpan secara permanen di tempat yang aman seperti di bawah tanah. Teknologi ini dan macam lainnya masih sangat terbatas jumlahnya. Beberapa industri bahkan perlu mengeluarkan upaya yang lebih besar untuk dapat menghadirkannya di perusahaan. 3. Rantai Pasok yang Kompleks Langkah dekarbonisasi memerlukan perubahan yang signifikan, salah satunya dalam rantai pasok. Hal ini mencakup dari sisi bahan baku, produksi, hingga pengelolaan limbah yang menjadi proses akhir.  Untuk industri yang memiliki rantai pasok panjang dan kompleks, mencapai netralitas karbon pada semua tahapan produksi dapat menjadi tantangan yang besar. Contohnya, pada kegiatan di sektor manufaktur otomotif. 4. Kurangnya Keahlian dan Sumber Daya Dekarbonisasi bisa dibilang merupakan inisiatif yang masih cukup awam dan perlu proses try and error bagi sebagian kalangan. Banyak perusahaan yang kekurangan keahlian khusus dan sumber daya yang mumpuni untuk mewujudkan inisiatif dekarbonisasi.   Pengetahuan teknis untuk merancang, menerapkan, dan memelihara teknologi rendah karbon tentu diperlukan. Ini bisa menjadi tantangan besar terutama untuk perusahaan kecil. 5. Ketergantungan pada Energi Fosil Tidak dapat dipungkiri bahwa ketergantungan global akan energi fosil sangatlah tinggi sehingga butuh waktu untuk beralih secara bertahap. Banyak industri yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Terlebih karena sumber energi terbarukan belum cukup memadai dalam hal ketersediaan dan stabilitas untuk mendukung operasi besar-besaran.  Pengalihan ke energi terbarukan memerlukan infrastruktur dan investasi baru. Kondisi ini akan memerlukan waktu dan komitmen yang besar untuk dapat terlaksana dengan optimal.. Dibalik berbagai tantangan yang ada, dekarbonisasi industri menghantarkan beragam manfaat ekonomi positif berupa penghematan energi, peningkatan reputasi merek, serta kepatuhan investor dan peraturan yang menyertai mitigasi risiko. Kebijakan yang tepat, subsidi, dan insentif untuk inovasi energi bersih dapat membantu industri beralih ke jalur yang lebih hijau. —- Referensi: – Decarbonizing industry will take time and money—but here’s how to get a head start – The challenges of decarbonization Similar Article Sustainable Efforts to Maintain Water Resources One of the most valuable resources on Earth is water. All living things depend on the utilization of water. Water quality and availability are essential for industry, agriculture, biodiversity, and human survival. However, misuse, pollution, and climate change are putting more and more strain on it. It is crucial to make sustainable efforts to preserve water resources because of the expanding global population and the stress that climate change is placing on water systems. This article will be explaining what are the key sustainable practices and strategies to ensure the long-term water resources. Water-Efficient Appliance Water conservation is one of… 5 Tantangan dalam Menerapkan Dekarbonisasi Sektor Industri Dekarbonisasi industri merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi produksi emisi karbon atau gas rumah kaca secara bertahap di sektor industri. Kegiatan ini menjadi satu dari beragam solusi yang paling dibutuhkan untuk membatasi peningkatan suhu global. Dilansir dari ESMAP, sektor industri diketahui bertanggung jawab atas 70 persen emisi CO2 global saat ini. Tiga jenis industri, yakni besi dan baja, mineral non-logam (semen, kaca, kapur), dan industri kimia, menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya. Angka yang tinggi menunjukkan betapa sektor industri punya andil yang besar dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca. Tanpanya, segala usaha yang diupayakan dapat berjalan… Hindari 5 Kesalahan Ini dalam Upaya Mengurangi Emisi Karbon Mengurangi emisi karbon merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mencapai target Net Zero Emission Indonesia.  Pengurangan karbon didefinisikan sebagai proses mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dengan menekan jumlah gas karbon dioksida (CO2) dan gas GRK lainnya yang dilepaskan ke atmosfer dari berbagai aktivitas manusia.   Nah, kegiatan ini utamanya perlu dilakukan oleh organisasi, perusahaan, dan entitas lain yang aktivitasnya memiliki keterkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri. Tujuannya guna mengurangi dampak perubahan …

3

Hindari 5 Kesalahan Ini dalam Upaya Mengurangi Emisi Karbon

Mengurangi emisi karbon merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam mencapai target Net Zero Emission Indonesia.  Pengurangan karbon didefinisikan sebagai proses mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dengan menekan jumlah gas karbon dioksida (CO2) dan gas GRK lainnya yang dilepaskan ke atmosfer dari berbagai aktivitas manusia.   Nah, kegiatan ini utamanya perlu dilakukan oleh organisasi, perusahaan, dan entitas lain yang aktivitasnya memiliki keterkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri. Tujuannya guna mengurangi dampak perubahan iklim serta menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius. Kamu perlu tahu bahwa, terdapat berbagai metode mengurangi emisi karbon yang dapat diterapkan. Mulai dari efisiensi energi dalam transportasi dan bangunan, melakukan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, menggunakan transportasi ramah lingkungan, menerapkan metode pertanian regeneratif, dan masih banyak lagi. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk menangkap emisi langsung dari proses industri dan pembangkit listrik.  Bisnis dan perusahaan juga mulai bisa turut serta dalam upaya pengurangan emisi karbon industri dengan mulai melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Baca juga artikel lainnya : Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Ketika melangkah lebih jauh ke dalam upaya pengurangan emisi karbon yang konsisten dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri bahwa industri juga mungkin akan menemukan isu dan kesalahan. Kesalahan dalam pengurangan emisi karbon industri dapat menghambat upaya mitigasi perubahan iklim dan berpotensi menyebabkan inefisiensi.  Mari kita ketahui beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dilansir dari berbagai sumber: 1. Fokus Pengurangan Karbon Tidak Holistik Mencapai target pengurangan emisi karbon umumnya mencakup langkah yang sangat kompleks dan luas. Namun, perusahaan sering kali tidak menaruh fokus pada keseluruhan hal yang menjadikannya kurang optimal. Seperti halnya ketika fokus pengurangan emisi hanya berupaya untuk mengurangi emisi langsung (Scope 1) atau sebaliknya. Faktanya, Protokol GHG mengharuskan industri mengukur cakupan emisi pada Scope 1 dan 2, termasuk juga Scope 3, terutama jika itu merupakan sumber emisi yang besar. Alhasil, timbul upaya yang tidak holistik, sehingga pengurangan emisi secara keseluruhan menjadi tidak signifikan. Untuk itu, fokus pada seluruh rantai nilai dan lakukan inventarisasi karbon guna memastikan bisnis telah memperhitungkan semua sumber emisi. 2. Data dan Proses Perhitungan Karbon Kurang Jelas Data yang valid serta proses perhitungan yang tepat merupakan dua elemen yang penting dalam menjalankan upaya pengurangan karbon. Akan tetapi, mengumpulkan data jejak karbon yang akurat bisa sangat memakan waktu jika tidak dilakukan dengan benar. Proses ini bisa membebani perusahaan dan menghambat proses perhitungan. Dengan rumitnya proses ini, perusahaan perlu cermat dalam menentukan metode perhitungan karbon yang akurat dan sesuai standar. Sediakan juga sistem pengarsipan data yang mendukung aktivitas real-time yang dapat memudahkan pihak berkepentingan mengakses data tersebut. 3. Kesalahan Metodologi Kesalahan metodologi dalam upaya pengurangan emisi karbon industri bisa sering terjadi. Bisa karena pendekatan yang tidak komprehensif atau ketidakcocokan antara metode yang digunakan dengan tujuan pengurangan emisi. Gunakan hanya metode penghitungan emisi karbon yang sesuai dengan standar internasional, misalnya seperti Protokol GHG. Dengan metodologi yang tepat dan terstandarisasi, perusahaan dapat mengoptimalkan strategi pengurangan karbon.  4. Mengabaikan Keterlibatan Ahli atau Konsultan Proses pengurangan emisi karbon industri merupakan kegiatan yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan ahli di bidang ini untuk menghindari kesalahan di masa depan. Melakukan analisis internal tanpa melibatkan pihak yang berpengalaman dalam carbon accounting berpotensi meningkatkan risiko kesalahan teknis dan ketidakakuratan data. Untuk itu, undang keterlibatan konsultan terpercaya untuk mengoptimalkan kegiatan ini dan mendukung dekarbonisasi secara efektif.  5. Target Tanpa Tindakan Menetapkan target emisi ambisius tanpa strategi yang jelas untuk mencapainya adalah masalah yang tanpa disadari dapat merusak reputasi. Di tengah meningkatnya inisiatif keberlanjutan oleh banyak pihak, perusahaan mungkin terus berlomba menunjukkan kepada publik bahwa mereka adalah bagian dari inisiatif tersebut. Ini bisa menimbulkan tekanan. Namun, jika target keberlanjutan tidak dibarengi dengan bukti tindakan, kondisi ini bisa mengarah pada tindakan greenwashing yang merugikan. Membuat klaim palsu atau berlebihan tentang langkah keberlanjutan, tanpa tindakan nyata di lapangan, bisa mengurangi kepercayaan publik dan risiko sanksi regulasi. —- Referensi: – 10 Carbon Reduction Plan mistakes to avoid – Reduce carbon footprint: 5 mistakes businesses make when going ‘carbon neutral’ Similar Article Sustainable Efforts to Maintain Water Resources One of the most valuable resources on Earth is water. All living things depend on the utilization of water. Water quality and availability are essential for industry, agriculture, biodiversity, and human survival. However, misuse, pollution, and climate change are putting more and more strain on it. It is crucial to make sustainable efforts to preserve water resources because of the expanding global population and the stress that climate change is placing on water systems. This article will be explaining what are the key sustainable practices and strategies to ensure the long-term water resources. Water-Efficient Appliance Water conservation is one of… 5 Tantangan dalam Menerapkan Dekarbonisasi Sektor Industri Dekarbonisasi industri merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengurangi produksi emisi karbon atau gas rumah kaca secara bertahap di sektor industri. Kegiatan ini menjadi satu dari beragam solusi yang paling dibutuhkan untuk membatasi peningkatan suhu global. Dilansir dari ESMAP, sektor industri diketahui bertanggung jawab atas 70 persen emisi CO2 global saat ini. Tiga jenis industri, yakni besi dan baja, mineral non-logam (semen, kaca, kapur), dan industri kimia, menjadi yang tertinggi di antara yang lainnya. Angka yang tinggi menunjukkan betapa sektor industri punya andil yang besar dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca. Tanpanya, segala usaha yang diupayakan dapat berjalan… …