Water Analysis

Environmental Impact Analysis, Why Does It Matter?

Environmental Impact Analysis (EIA) is a crucial process in assessing the potential environmental consequences of projects before they are executed. It serves as a strategic tool for policymakers, businesses, and stakeholders to ensure that economic development aligns with environmental sustainability.  According to the United Nations Environment Programme (UNEP), over 100 countries have implemented EIA regulations to mitigate environmental degradation. The growing global focus on sustainability has made EIA a critical component of responsible business operations and governmental planning. The EIA in Sustainable Business Read another articles : Technology in Sustainable Business Sustainable development aims to balance economic growth, social well-being, and environmental protection. EIA plays a fundamental role in this process by identifying, predicting, and evaluating the potential environmental effects of proposed projects.  The World Bank reports that projects with comprehensive EIA assessments reduce negative environmental impacts by up to 40%. For example, renewable energy projects that undergo thorough EIAs can minimize ecosystem disruptions while maximizing efficiency. Businesses that integrate EIA into their planning processes also experience long-term benefits, including improved compliance, reduced operational risks, and enhanced stakeholder trust. Key Components of EIA A comprehensive EIA consists of multiple components, each designed to assess specific environmental aspects. The core components include: And, finally Monitoring & Compliance. This aims to ensure that mitigation measures are effectively implemented. Economic Benefits of EIA Many businesses view EIA as an additional regulatory burden, but it offers significant economic advantages. Companies that implement EIA can reduce costs associated with environmental penalties, legal disputes, and remediation efforts.  A study by the Harvard Business Review found that firms with strong environmental governance outperform their competitors by 15% in market valuation. Moreover, industries such as mining, manufacturing, and infrastructure benefit from EIAs by ensuring compliance with environmental laws, avoiding project delays, and securing financing from sustainability-focused investors. Governments also provide incentives for businesses that adhere to EIA guidelines, further promoting economic and environmental synergy. Success Stories of EIA There are numerous success stories where EIA has played a pivotal role in safeguarding the environment while supporting economic growth. For instance, the Three Gorges Dam project in China underwent a rigorous EIA process, leading to critical modifications that reduced habitat destruction and resettlement issues.  Similarly, the United States’ National Environmental Policy Act (NEPA) has helped prevent irreversible environmental damage since its enactment in 1969. Quantitatively, a report by the International Finance Corporation (IFC) highlights that companies adopting EIA-based sustainability strategies witness a 25% increase in operational efficiency. And in fact, communities near industrial zones with strong EIA implementation report improved air and water quality, demonstrating the real-world benefits of thorough environmental assessments. The Future of EIA and Its Global Importance As environmental challenges intensify due to climate change, urbanization, and industrial expansion, the importance of EIA will continue to grow. Future advancements in technology, such as AI-driven predictive modeling and remote sensing, will enhance the accuracy and efficiency of impact assessments.  The integration of EIA with international sustainability frameworks, such as the United Nations’ Sustainable Development Goals (SDGs), will further reinforce its global significance. Governments, corporations, and communities must work collaboratively to strengthen EIA frameworks, ensuring that future development is both economically viable and environmentally responsible. For industries, now we have Satuplatform as all-in-one solution who provides you with carbon consultancy and environment initiative solutions. Try our FREE DEMO now! Similar Article Implementasi Ekonomi Sirkular pada Bisnis, Apa Saja Contohnya? Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar yang juga dikenal sebagai circular economy nampaknya telah menjadi suatu inisiatif hijau dalam upaya mendukung kelestarian lingkungan. Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim yang dirasakan manusia, dibutuhkan sebuah sistem berkelanjutan yang memungkinkan manusia mengolah sumber daya dengan cara yang aman bagi alam. Sistem yang berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”. Ekonomi sirkular didefinisikan sebagai sistem ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, dilakukan dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan memperpanjang umur produk serta material. Prinsip utama dari ekonomi sirkular ialah untuk menghindari pemborosan sumber daya dari… Pengertian Ekonomi Sirkular, Manfaat dan Contohnya Prinsip Ekonomi Sirkular merupakan salah satu contoh inisiatif keberlanjutan untuk mendukung manusia menciptakan lingkungan yang sehat dan layak huni.  Dengan kondisi lingkungan saat ini, penting bagi kita untuk menerapkan konsep sistem ekonomi yang tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya, namun juga menjadikannya efektif dan berkelanjutan. Berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”, ekonomi sirkular mendorong individu untuk memaksimalkan sumber daya dengan cara yang paling aman bagi lingkungan. Lalu, apa itu prinsip atau konsep ekonomi sirkular dan apa manfaatnya bagi kehidupan di bumi? Mari kita bahas pada penjelasan di bawah! Apa Itu Ekonomi Sirkular? Ekonomi sirkular dikenal juga dengan… Lebih dari Separuh Daratan di Bumi Terancam Kering Permanen, Ketahui Bahayanya! Lebih dari setengah wilayah daratan di bumi disebut terancam dilanda kekeringan permanen dalam jangka waktu puluhan tahun mendatang, menurut laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penelitian tersebut dikemukakan dalam sebuah laporan berjudul The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections, yang dirilis oleh United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) di Riyadh, Arab Saudi, 9 Desember 2024 lalu. Apa yang terjadi sebenarnya? Tiga per Empat Daratan Bumi Alami Kekeringan   Dilansir dari laman kompas.com, selama 30 tahun terakhir sekitar 77,6 persen daratan di bumi mengalami kondisi yang sangat kering, melebihi… How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life …

Water, Sanitation & Hygiene

Water Sustainability sebagai Aspek Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Water sustainability atau keberlanjutan air merupakan salah satu aspek krusial dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada tujuan ke-6, yaitu “memastikan akses air bersih dan sanitasi bagi semua”.  Air merupakan sumber daya fundamental yang mendukung kehidupan, kesehatan, serta pertumbuhan ekonomi. Namun, dengan meningkatnya populasi dan perubahan iklim, tantangan dalam pengelolaan sumber daya air semakin kompleks. Menurut laporan UNESCO, lebih dari 2 miliar orang di dunia mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih, dan krisis air diperkirakan akan semakin memburuk jika tidak ada langkah mitigasi yang tepat. Oleh karena itu, penerapan strategi keberlanjutan air sangat penting bagi lingkungan dan sektor bisnis guna memastikan ketersediaan air di masa depan. Tantangan Keberlanjutan Air di Dunia Tantangan utama dalam keberlanjutan air meliputi polusi, eksploitasi berlebihan, serta perubahan iklim yang mempengaruhi siklus hidrologi. Menurut World Resources Institute (WRI), sekitar 25% populasi dunia menghadapi kelangkaan air ekstrem. Polusi air akibat limbah industri dan domestik juga memperburuk kondisi sumber daya air, di mana hanya 56% limbah domestik yang diolah dengan aman secara global.  Di samping itu, perubahan iklim juga berdampak besar pada ketidakpastian ketersediaan air, dengan peningkatan frekuensi kekeringan dan banjir yang mengancam ekosistem serta mata pencaharian masyarakat. Strategi Bisnis dalam Mendukung Keberlanjutan Air BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA : MENGAPA SUPPLIER SUSTAINABILITY REPORT MANAGEMENT PENTING BAGI KEBERLANJUTAN BISNIS? Dalam dunia bisnis, keberlanjutan air tidak hanya menjadi tanggung jawab sosial bagi perusahaan dan industri, tetapi juga merupakan faktor strategis dalam operasional dan efisiensi biaya.  Banyak perusahaan mulai mengadopsi praktik water stewardship untuk mengelola sumber daya air dengan lebih efektif. Contohnya, Coca-Cola telah mengembalikan 100% air yang digunakan dalam produksi mereka melalui program konservasi air. Perusahaan juga dapat menerapkan teknologi hemat air seperti sistem daur ulang dan efisiensi penggunaan air dalam rantai produksi mereka.  Menyusun Kebijakan dalam Pengelolaan Air Pemerintah memiliki peran penting dalam memastikan kebijakan yang mendukung keberlanjutan air. Regulasi yang ketat terhadap limbah industri, insentif bagi perusahaan yang menerapkan teknologi hemat air, serta investasi dalam infrastruktur air bersih adalah langkah-langkah yang dapat memperbaiki situasi.  Sebagai contoh, Uni Eropa telah menerapkan Water Framework Directive yang bertujuan untuk mencapai kualitas air yang lebih baik pada tahun 2027. Di Indonesia, program revitalisasi sungai dan pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi bagian dari strategi nasional dalam menghadapi tantangan air bersih. Inovasi Teknologi untuk Keberlanjutan Air Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin masif, pada keberlanjutan air teknologi juga memainkan peran kunci yang krusial. Beberapa inovasi yang sedang berkembang termasuk desalinasi air laut, penggunaan sensor IoT untuk pemantauan konsumsi air, serta teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien.  Menurut laporan Global Water Intelligence, pasar teknologi pengolahan air diperkirakan akan tumbuh sebesar 6% per tahun hingga 2030. Salah satu contoh inovasi adalah penggunaan membran filtrasi nanoteknologi yang dapat menyaring kontaminan mikroplastik dan logam berat dari air limbah industri. Kesadaran untuk Konservasi Air Selain peran pemerintah dan bisnis, masyarakat juga memiliki kontribusi besar dalam mendukung keberlanjutan air. Kampanye kesadaran lingkungan, pendidikan tentang pentingnya konservasi air, serta kebiasaan sederhana seperti mengurangi pemborosan air di rumah dapat memberikan dampak signifikan.  Menurut Environmental Protection Agency (EPA), jika setiap rumah tangga di AS menghemat 10% konsumsi air, maka lebih dari 1 triliun galon air dapat diselamatkan setiap tahunnya. Oleh karena itu, meningkatkan keterlibatan publik dalam praktik konservasi air menjadi kunci dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada akhirnya, kesatuan strategi yang meliputi implementasi kebijakan yang tepat, adopsi teknologi inovatif, serta peningkatan kesadaran publik menjadi faktor kunci dalam menjaga sumber daya air bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, upaya bersama sangat diperlukan untuk memastikan bahwa air tetap tersedia sebagai sumber daya yang berkelanjutan dan dapat dinikmati oleh semua pihak. Khusus untuk industri dan pelaku bisnis, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article Implementasi Ekonomi Sirkular pada Bisnis, Apa Saja Contohnya? Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar yang juga dikenal sebagai circular economy nampaknya telah menjadi suatu inisiatif hijau dalam upaya mendukung kelestarian lingkungan. Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim yang dirasakan manusia, dibutuhkan sebuah sistem berkelanjutan yang memungkinkan manusia mengolah sumber daya dengan cara yang aman bagi alam. Sistem yang berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”. Ekonomi sirkular didefinisikan sebagai sistem ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, dilakukan dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan memperpanjang umur produk serta material. Prinsip utama dari ekonomi sirkular ialah untuk menghindari pemborosan sumber daya dari… Pengertian Ekonomi Sirkular, Manfaat dan Contohnya Prinsip Ekonomi Sirkular merupakan salah satu contoh inisiatif keberlanjutan untuk mendukung manusia menciptakan lingkungan yang sehat dan layak huni.  Dengan kondisi lingkungan saat ini, penting bagi kita untuk menerapkan konsep sistem ekonomi yang tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya, namun juga menjadikannya efektif dan berkelanjutan. Berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”, ekonomi sirkular mendorong individu untuk memaksimalkan sumber daya dengan cara yang paling aman bagi lingkungan. Lalu, apa itu prinsip atau konsep ekonomi sirkular dan apa manfaatnya bagi kehidupan di bumi? Mari kita bahas pada penjelasan di bawah! Apa Itu Ekonomi Sirkular? Ekonomi sirkular dikenal juga dengan… Lebih dari Separuh Daratan di Bumi Terancam Kering Permanen, Ketahui Bahayanya! Lebih dari setengah wilayah daratan di bumi disebut terancam dilanda kekeringan permanen dalam jangka waktu puluhan tahun mendatang, menurut laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penelitian tersebut dikemukakan dalam sebuah laporan berjudul The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections, yang dirilis oleh United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) di Riyadh, Arab Saudi, 9 Desember 2024 lalu. Apa yang terjadi sebenarnya? Tiga per Empat Daratan Bumi Alami Kekeringan   Dilansir dari laman kompas.com, selama 30 tahun terakhir sekitar 77,6 persen daratan di bumi mengalami kondisi yang sangat kering, melebihi… How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability …

green energy

5 Cara Dukung Penerapan Green Energy

Transisi menuju energi hijau atau green energy menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Kemudian pada akhirnya bermuara pada penanggulangan perubahan iklim. Energi hijau mencakup sumber daya yang terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, yang memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi jangka panjang.  Menurut laporan International Energy Agency (IEA), investasi dalam energi terbarukan meningkat sebesar 12% pada tahun 2022, menunjukkan tren positif dalam penerapannya. Artikel ini akan membahas lima cara untuk mendukung penerapan green energy dari perspektif individu, bisnis, dan pemerintah. Mengadopsi Energi Terbarukan  Salah satu langkah paling sederhana dalam mendukung energi hijau adalah dengan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsumen dapat beralih ke energi surya dengan memasang panel surya di rumah atau memilih penyedia listrik yang menawarkan opsi energi terbarukan. BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA : CARA MENGHITUNG JEJAK KARBON DARI PROSES PRODUKSI INDUSTRI Studi dari National Renewable Energy Laboratory (NREL) menemukan bahwa penggunaan panel surya dapat mengurangi tagihan listrik rumah tangga hingga 40% dalam jangka panjang. Sehingga, mengganti peralatan rumah tangga dengan perangkat yang lebih efisien energi dapat membantu mengurangi konsumsi listrik secara signifikan. Efisiensi Energi di Sektor Industri Sektor industri merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Oleh karena itu, bisnis dapat berperan besar dalam mendukung energi hijau dengan mengoptimalkan efisiensi energi dalam operasional mereka.  Menurut laporan McKinsey & Company, penerapan teknologi hemat energi di industri manufaktur dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%. Perusahaan dapat menginvestasikan dana dalam teknologi produksi yang lebih ramah lingkungan, mengadopsi pencahayaan LED, serta memanfaatkan sistem manajemen energi berbasis kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi. Kebijakan Publik untuk Energi Hijau Kebijakan pemerintah memiliki peran krusial dalam percepatan transisi energi hijau. Negara-negara yang memiliki insentif untuk energi terbarukan, seperti subsidi untuk pembangkit listrik tenaga surya dan angin, telah menunjukkan pertumbuhan yang lebih pesat dalam adopsi energi hijau. Contohnya, Uni Eropa telah menetapkan target untuk mencapai 45% energi terbarukan dalam konsumsi energinya pada tahun 2030.  Dengan menyusun kebijakan publik yang terarah bagi perusahaan yang berinvestasi dalam energi hijau serta memberlakukan regulasi ketat terhadap emisi karbon, pemerintah dapat mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Infrastruktur Energi Hijau Investasi dalam infrastruktur energi hijau sangat penting untuk memastikan keberlanjutan transisi energi. Pengembangan jaringan listrik pintar (smart grid) dapat meningkatkan efisiensi distribusi energi terbarukan dan mengurangi pemborosan. Selain itu, teknologi penyimpanan energi seperti baterai lithium-ion yang digunakan dalam kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga surya juga memainkan peran penting dalam mempercepat adopsi energi hijau.  Infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik dan fasilitas daur ulang baterai, juga perlu dikembangkan untuk menciptakan ekosistem energi hijau yang lebih berkelanjutan. Infrastruktur produksi hidrogen hijau juga harus diperhatikan, termasuk pengembangan elektroliser yang lebih efisien serta sistem distribusi hidrogen yang aman dan terjangkau. Hidrogen hijau memiliki potensi besar sebagai sumber energi bersih untuk industri berat dan transportasi jarak jauh, seperti kapal dan pesawat.  Edukasi tentang Energi Hijau Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya energi hijau menjadi faktor utama dalam percepatan transisi energi berkelanjutan. Kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, dan program lingkungan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat energi hijau.  Survei oleh Pew Research Center mengungkapkan bahwa 74% masyarakat global mendukung pengembangan energi terbarukan sebagai prioritas utama dalam kebijakan energi negara mereka. Dengan meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat, adopsi energi hijau dapat berkembang lebih luas dan cepat. Dukungan terhadap energi hijau bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri, tetapi juga individu dan komunitas. Dengan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, energi hijau dapat menjadi solusi utama dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Khusus untuk industri dan pelaku bisnis, saat ini, telah hadir Satuplatform yang dapat membantu inisiatif lingkungan perusahaan. Sebagai all-in-one solution, Satuplatform menyediakan berbagai layanan dan konsultasi bagi perusahaan dari berbagai sektor industri. Mari coba FREE DEMO nya sekarang! Similar Article 5 Negara yang Terancam Tenggelam akibat Pemanasan Global Pemanasan global nampaknya tidak lagi bisa dianggap sepele sebab pengaruhnya saat ini sudah semakin mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan makhluk hidup lainnya. Meningkatnya frekuensi suhu rata-rata global menyebabkan udara semakin panas dan kering yang berdampak pada luruhnya es di antartika. Kondisi ini bisa membuat permukaan air laut naik semakin tinggi, mengancam keberadaan beberapa negara. Pada dasarnya, pemanasan global dapat memberikan ancaman terhadap seluruh makhluk hidup di muka bumi. Namun, dampaknya bisa jadi berbeda-beda, terutama bagi negara-negara kepulauan dengan ketinggian daratan rendah. Melansir berbagai sumber, terdapat beberapa negara yang disebut akan menghadapi ancaman serius dari naiknya permukaan air laut akibat pemanasan… Budaya Bersepeda di Belanda yang Sukses Kurangi Emisi Karbon Belanda dikenal sebagai negara dengan budaya bersepeda yang sangat kuat. Budaya bersepeda di negeri ini sepertinya telah menjadi sebuah keunikan sekaligus kebanggan bagi pemerintah dan warga setempat untuk memukau dunia. Pasalnya, Sepeda bukan lagi sekadar alat transportasi di sana, tetapi juga bagian dari gaya hidup masyarakat. Tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, budaya sepeda di sini juga membantu negara menciptakan lingkungan yang sehat dengan emisi karbon yang rendah. Mengenal Budaya Bersepeda di Belanda Belanda bisa dibilang juga sebagai surganya para pesepeda. Sebab, dibandingkan jumlah kendaraan bermotor, ada lebih banyak lalu lalang sepeda di beberapa kota di Belanda. Diperkirakan terdapat lebih dari… Waspada Produksi Jejak Karbon dari Limbah Rumah Tangga Tidak dapat dipungkiri bahwa produksi limbah telah menjadi dampak dari kegiatan sehari-hari manusia yang tak terhindarkan, dapat bersumber dari aktivitas industri juga rumah tangga. Limbah rumah tangga didefinisikan sebagai bahan sisa, sampah, atau buangan yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di rumah, seperti sisa makanan, barang padat, cairan bekas pakai, dan lain sebagainya. Sama seperti pada umumnya, limbah rumah tangga dapat dikategorikan ke dalam limbah organik, anorganik, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Dalam penanganannya, dibutuhkan metode yang tepat sebab pengolahan limbah yang salah dapat berkontribusi terhadap peningkatan jejak karbon harian rumah tangga. Pengolahan limbah tidak bertanggung jawab tidak hanya… Peran Lahan Basah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Lahan basah merupakan salah satu ekosistem bumi yang punya peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, salah satunya mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Lahan basah adalah sebuah ekosistem yang tergenang air secara permanen atau musiman, mencakup rawa, paya, dan daerah pesisir yang berair. Lahan ini dapat berupa …

kesetaraan gender 1

Perubahan Iklim Sebabkan Kesenjangan Gender, Bagaimana Bisa?

Perubahan iklim telah menjadi suatu fenomena yang mengkhawatirkan dunia belakangan ini. Perubahan iklim menyebabkan dampak yang sangat luas, termasuk berpengaruh terhadap keberlangsungan makhluk hidup di berbagai belahan bumi.  Meskipun kita meyakini bahwa perubahan iklim adalah ancaman yang besar, namun fakta menyebut bahwa dampaknya tidaklah sama bagi semua orang. Ada beberapa kelompok yang justru sangat rentan dan terancam akibat kondisi ini.   Dilansir dari Earth.org, sebuah laporan yang dirilis United Nations Development Program (UNDP) tahun 2021 menyatakan, antara pria dan wanita di lingkungan rumah tangga dan masyarakat menghadapi dampak yang berbeda berdasarkan tingkat kerentanan dan ketahanan mereka. Simak penjelasan selengkapnya dalam paparan di bawah. Perubahan Iklim dan Kelompok Wanita  Laporan UNDP menyampaikan adanya ‘triple planetary crisis’ yang menjadi salah satu tantangan terbesar hak asasi manusia. Tiga hal tersebut di antaranya perubahan iklim, polusi, dan kerusakan alam. Risiko dan ancaman krisis ini dapat mempengaruhi setiap orang. Akan tetapi, ada berbagai faktor yang dapat menentukan besarnya dampak dan pengaruh yang akan dirasakan setiap orang, mencakup tempat tinggal, mata pencaharian, situasi sosial ekonomi, dan jenis kelamin. Baca juga artikel lainnya : Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Perempuan Wanita dan anak perempuan adalah kelompok rentan yang bisa sangat terpengaruh dampak perubahan iklim. Terlebih lagi jika mereka berada di lingkungan minoritas, hidup di daerah pedesaan dengan akses terbatas, serta menjadi bagian dari masyarakat adat yang dilingkupi aturan ketat. Kondisi ini membuat mereka tidak memiliki kontrol dan akses terbatas terhadap berbagai kebutuhan seperti sumber daya alam, tanah, pendidikan, pendapatan finansial, air, makanan, atau bahkan energi bersih.  Dibandingkan para pria, wanita seringkali sangat amat bergantung terhadap lawan jenisnya karena umumnya kendali penuh berada pada kelompok laki-laki tersebut. Status sosial pun turut mendiskriminasikan peran dan aksesibilitas perempuan di berbagai bidang. Akibatnya, perempuan beresiko lebih tinggi terkena dampak kesehatan, seperti kerawanan pangan dan cedera. Belum lagi dengan peluang pendidikan dan pekerjaan, yang juga berpengaruh terhadap keuangan dan aset tertentu. Perubahan Iklim Memperburuk Kesenjangan Gender Mungkin beberapa dari kita masih belum terbayang tentang bagaimana fenomena perubahan iklim dapat menimbulkan kesenjangan antar gender. Meskipun dampak perubahan iklim pada dasarnya dapat dirasakan setiap orang, namun kondisi ini tidak selalu merata, bisa lebih buruk terjadi bagi perempuan dan kelompok rentan. Beberapa contohnya seperti: Di beberapa wilayah, utamanya negara berkembang, banyak perempuan bertanggung jawab atas pengambilan air untuk rumah tangga mereka.  Kondisi yang tidak mendukung, seperti kekeringan yang membuat pasokan air bersih menjadi sulit, salah satunya disebabkan perubahan iklim, membuat mereka harus berjalan lebih jauh untuk mendapatkan air, menyita waktu mereka untuk pekerjaan atau pendidikan.  Saat terjadi bencana seperti banjir misalnya, perempuan bisa jadi lebih sulit mengakses bantuan karena faktor sosial dan ekonomi.  Studi menunjukkan bahwa tingkat kematian perempuan lebih tinggi dalam bencana karena keterbatasan mobilitas, fisiologis, kontrol, hingga akses informasi.  Salah satu bukti yang ditunjukkan Earth.org menunjukkan, perempuan menyumbang sekitar 70 persen kematian di Banda Aceh setelah terjadinya Tsunami Samudra Hindia tahun 2004 silam. Earth.org menjumpai bahwa perempuan berpotensi menghadapi risiko lebih besar terhadap kekerasan berbasis gender di tengah atau setelah bencana iklim. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya jaminan sosial program, dan situasi yang memanas, misalnya saat sumber daya semakin langka (misalnya air dan makanan), konflik sosial pun bisa meningkat.  Kondisi ini bisa memperburuk kekerasan berbasis gender, termasuk dalam rumah tangga dan pengungsian akibat iklim. Gelombang panas ekstrem dan polusi udara berdampak lebih besar pada kesehatan ibu hamil dan bayi.  Selain itu, bencana alam sering mengganggu layanan kesehatan reproduksi bagi perempuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan terkait iklim umumnya masih didominasi oleh keputusan laki-laki. Menyebabkan timbulnya anggapan bahwa perspektif dan kebutuhan perempuan kurang diperhitungkan dalam strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Peran Wanita dalam Melawan Perubahan Iklim  Dibalik besarnya kesenjangan gender yang terjadi akibat perubahan iklim, perlu disadari bahwa perempuan punya peran penting dalam melawan perubahan iklim. Perempuan bisa dibilang merupakan agen perubahan yang berperan efektif dalam upaya adaptasi dan mitigasi krisis iklim, melalui keterampilan dan pengetahuannya yang luas. Tanggung jawab perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat menjadikan mereka lebih memahami strategi pengurangan bencana yang dapat membantu mencegah dampak yang lebih signifikan. Perempuan memiliki peran penting dalam pengelolaan lingkungan, termasuk dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Oleh karena itu, dengan perannya yang besar, memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan iklim adalah kebutuhan strategis untuk mencapai solusi iklim yang berkelanjutan dan adil. Namun, siapapun juga bisa turut serta dalam menciptakan perubahan! Termasuk industri Anda dengan menerapkan konsep sustainability manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi dengan cara sendiri.  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this …

Paris deal Epic fail on a planetary scale

Ditinggalkan Amerika Serikat, Apa Itu Perjanjian Paris?

Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald J. Trump, yang baru saja resmi dilantik telah memulai kegiatannya sebagai pemimpin negara dengan mengumumkan berbagai keputusan yang cukup menarik perhatian dunia internasional. Salah satu keputusan yang dibuatnya ialah dengan menandatangani executive orders tentang penarikan diri AS dari Perjanjian Paris atau Paris Agreement.  Dikutip dari Tempo, perjanjian ini dianggap tidak adil dan berat sebelah, sehingga memberikan beban yang tidak sepadan bagi Amerika Serikat. Meski terdengar sebagai keputusan yang mengagetkan, ini bukan lah langkah baru melainkan sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh AS pada 2020 lalu. Trump yang saat itu menjabat sebagai presiden dalam masa jabatannya yang pertama juga pernah turut melakukan hal serupa. Meski sempat keluar, AS kemudian kembali bergabung dalam perjanjian iklim internasional ini melalui keputusan Joe Biden sebagai presiden di periode selanjutnya. Lalu, apa itu Perjanjian Paris atau Paris Agreement dan mengapa hal itu penting bagi negara-negara? Mari kita bahas selengkapnya dalam penjelasan di bawah. Baca juga artike lainnya : Dampak dari Kepergian Amerika Serikat dari Paris Agreement, Apa yang Bisa Terjadi? Memahami Apa Itu Perjanjian Paris Dikutip dari White Case, Perjanjian Paris atau Paris Agreement merupakan kesepakatan internasional yang diadopsi pada tahun 2015 untuk mengatasi perubahan iklim.  Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk menahan laju kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan membatasi kenaikannya hingga 1,5 derajat Celcius. Ditandatangani oleh negara-negara yang menjadi Pihak pada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Sampai dengan keputusan keluarnya AS dari perjanjian ini kemarin, setidaknya terdapat hampir seluruh negara di dunia tergabung ke dalam Paris Agreement (195 negara). Iran, Libya, dan Yaman menjadi pihak negara di luar kesepakatan. Tujuan Penandatanganan Perjanjian Paris Paris Agreement atau Perjanjian Paris dibuat dengan dilatarbelakangi oleh kondisi pertimbangan keadaan darurat global dan perubahan iklim yang melampaui batas negara, sebagaimana dilansir dari laman resmi un.org. Tujuan penting dari perjanjian ini adalah untuk membatasi kenaikan suhu global jauh di bawah 2 derajat Celcius dibandingkan era pra-industri, dengan upaya lebih lanjut untuk menahan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius. Lebih dari itu, terdapat beberapa maksud lainnya yang hendak dicapai dari ditandatanganinya kesepekatan internasional ini. Seluruh negara peserta harus menetapkan target pengurangan emisi melalui Nationally Determined Contributions (NDCs) negaranya masing-masing dan memperbaruinya setiap 5 tahun. Mendorong negara-negara, terutama yang rentan, untuk memperkuat ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan kenaikan permukaan air laut. Memberikan peluang perbaikan melalui komitmen negara maju untuk menyediakan pendanaan iklim minimal $100 miliar per tahun untuk membantu negara berkembang dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Prinsip Utama dalam Perjanjian Paris Pada dasarnya, tidak ada sanksi jika negara tidak memenuhi target yang mereka rancang. Setiap negara juga dapat menentukan sendiri target dan langkah yang akan mereka ambil dan mengumumkannya melalui Nationally Determined Contributions (NDCs). Meski begitu, tetap ada mekanisme transparansi untuk mengawasi dan mendorong kepatuhan. Sistem pemantauan dan evaluasi target terhadap negara-negara peserta pun dilakukan secara berkala untuk kemudian dinilai ulang keefektifan dari target tersebut.  Dengan hadirnya kesepakatan ini, negara maju diharapkan bisa berkontribusi lebih besar karena mereka bertanggung jawab atas sebagian besar emisi sejarah. Tantangan dalam Implementasi Perjanjian Paris Meskipun telah hampir 10 tahun berjalan, implementasi Perjanjian Paris masih menemui berbagai tantangan. Hal itu mulai dari kurangnya komitmen dan kepatuhan, sampai dengan sulitnya melepaskan ketergantungan pada energi fosil. Dengan tidak adanya sanksi yang diberikan, hal ini bisa dimanfaatkan negara-negara untuk tidak memenuhi target NDC mereka atau bahkan meningkatkan emisinya.  Belum lagi dengan komitmen investasi $100 miliar per tahun yang masih sulit tercapai. Negara berkembang sebagai target penerima pun masih kesulitan mengakses pendanaan ini.  Di lain sisi, dunia sampai saat ini nampaknya masih kesulitan untuk perlahan melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil. Banyak negara masih bergantung pada batu bara, minyak, dan gas alam, sehingga sulit mencapai dekarbonisasi total. Meski begitu, Perjanjian Paris adalah langkah penting dalam aksi global melawan perubahan iklim, yang diharapkan dapat menemukan keberhasilannya kelak. Semua ini bergantung pada komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi, meningkatkan adaptasi, dan mendukung pendanaan bagi negara berkembang. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this situation, the Blue Economy emerges. The term “Blue Economy” refers to an economic approach that promotes the sustainable use of ocean resources. It has gained momentum in Indonesia as businesses align with Sustainable Development Goal 14 (Life Below… E-commerce Initiative Towards Sustainable Environment In today’s business, e-commerce plays a significant role in driving sales, expanding market reach, and enhancing customer convenience by providing seamless online shopping experiences across various digital platforms. However, the rapid expansion of e-commerce has also …

flag 4647242 1280

Dampak dari Kepergian Amerika Serikat dari Paris Agreement, Apa yang Bisa Terjadi?

Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari Paris Agreement. Sebagaimana kita ketahui, Amerika Serikat belum lama ini resmi mengesahkan Donald J. Trump sebagai presiden baru AS yang menandai dimulainya kepemimpinan Trump atas negara tersebut selama empat tahun mendatang. Baru sebentar menjabat, Presiden Amerika Serikat ke-47 Donald Trump telah banyak memberikan kejutan dari berbagai keputusan yang dilakukannya. Salah satunya adalah keputusannya atas AS untuk ‘pergi’ dari Perjanjian Paris atau Paris Agreement. Baca juga artikel lainnya : Ditinggalkan Amerika Serikat, Apa Itu Perjanjian Paris? Paris Agreement merupakan kesepakatan internasional yang diadopsi pada tahun 2015 untuk mengatasi perubahan iklim. Tujuan utamanya ialah menahan laju kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan membatasi kenaikannya hingga 1,5 derajat Celcius. Sejauh ini, hanya ada tiga negara di dunia yang tidak termasuk ke dalam Perjanjian Paris, di antaranya Iran, Libya, dan Yaman. Keluarnya AS dari Paris Agreement menjadikannya negara keempat yang bergabung ke dalam pihak di luar perjanjian iklim global ini. Alasan Dibalik Keluarnya AS dari Paris Agreement Keputusan Donald Trump untuk menarik negaranya dari perjanjian ini nampaknya bukanlah sebuah langkah tiba-tiba. Dilansir dari Tempo, tujuan dari langkah ini adalah bagian dari upaya Trump untuk mewujudkan slogan “Make America Affordable and Energy Dominant Again”. Bagian dari kebijakan energi yang diusung oleh pemerintahan Donald Trump di masa jabatan sekarang. Dua Kali Tinggalkan Paris Agreement Faktanya, kepergian AS dari Paris Agreement kali ini merupakan kali keduanya setelah sempat dilakukan pada tahun 2020 lalu. Pada saat itu, Presiden Donald Trump yang menempati masa jabatan pertamanya pada tahun 2017, mengumumkan penarikan diri AS dari perjanjian tersebut, tidak lama setelah ia resmi dilantik. Pengumuman itu dilakukan tepatnya pada bulan Juni 2017. Akan tetapi, proses keluarnya AS dari Paris Agreement tidaklah mudah. Berdasarkan aturan dari PBB, keputusan Trump itu baru bisa resmi dilaksanakan pada bulan November 2020. Penundaan keluarnya AS dari perjanjian ini memakan waktu yang cukup lama sebab rumitnya aturan terkait antisipasi gejolak politik akibat perubahan kepemimpinan. Dilansir dari BBC, Trump menganggap Perjanjian Paris tidak adil dan berat sebelah, upaya yang kontradiksi dengan misinya tentang mewujudkan ‘America First’. Dampak Penarikan Diri AS dari Paris Agreement Langkah AS untuk menarik diri dari Perjanjian Paris tentu menimbulkan respon yang signifikan dan tidak bisa dianggap sepele. Ketika AS menarik diri dari Perjanjian Paris pada tahun 2020, muncuk dampak yang terasa di berbagai aspek, baik secara global maupun domestik. 1. Dampak Global 1. Bentuk Kemunduran dalam Upaya Global Melawan Perubahan Iklim Sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia, mundur AS dari perjanjian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa target menekan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius akan semakin sulit tercapai. 2. Dampak pada Diplomasi Iklim Internasional AS berpotensi kehilangan pengaruhnya dalam diskusi kebijakan iklim global, mengingat negara ini adalah salah satu yang punya pengaruh besar secara global. 3. Mengurangi Komitmen Negara Lain Mundurnya AS juga memungkinkan negara lain kehilangan motivasi untuk memenuhi target mereka. Beberapa negara berkembang atau produsen bahan bakar fosil bisa menggunakan kondisi ini sebagai alasan untuk tidak memperkuat aksi iklim mereka. 2. Dampak Domestik 1. Kemunduran Kebijakan Iklim Nasional Banyak regulasi lingkungan di AS menjadi lebih longgar, seperti aturan tentang emisi kendaraan dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Ini juga berdampak pada investasi dalam energi terbarukan yang berpotensi kekurangan dukungan kebijakan federal. 2. Dampak Ekonomi dan Inovasi Sektor energi terbarukan di AS sempat mengalami ketidakpastian, padahal energi bersih menjadi sektor dengan pertumbuhan tinggi. Investor dan perusahaan multinasional tetap mempertahankan komitmen mereka terhadap keberlanjutan meskipun kebijakan pemerintah tidak mendukung. Mundurnya AS untuk kedua kalinya saat ini tentunya dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak yang sama atau lebih besar dibandingkan yang pernah terjadi. Memperlambat momentum global dalam menangani perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon. Meski begitu, industri Anda tetap bisa mulai menerapkan konsep sustainability manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan atau organisasi dengan cara sendiri.  Jalankan rencana tersebut dengan lebih mudah bersama Satuplatform! Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this situation, the Blue Economy emerges. The term “Blue Economy” refers to an economic approach that promotes the sustainable use of ocean resources. It has gained momentum in Indonesia as businesses align with Sustainable Development Goal 14 (Life Below… E-commerce Initiative Towards Sustainable Environment In today’s business, e-commerce plays a significant role in driving sales, expanding market reach, and enhancing customer convenience by providing seamless online shopping experiences across various digital platforms. However, the rapid expansion of e-commerce has also raised significant environmental concerns. It includes carbon emissions from logistics, excessive packaging waste, and …

Women and Climate Change

Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Perempuan

Kita tahu bahwa perubahan iklim adalah suatu ancaman yang bisa memberikan dampak terhadap banyak orang bahkan seluruh masyarakat di muka bumi. Namun, tahukah kamu kalau besarnya dampak perubahan iklim yang dirasakan bisa berbeda bagi setiap individu? Perubahan iklim disebut-sebut memiliki potensi ancaman yang lebih besar terhadap kelompok rentan, dalam hal ini ialah perempuan dan anak-anak. Lebih dari itu, mereka yang tinggal di daerah dengan mitigasi krisis iklim lebih rendah punya dampak yang lebih tinggi lagi. Baca juga artikel lainnya : 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Menurut data yang dihimpun oleh Cambridge University Press yang dimuat dalam jurnal tahun 2022 berjudul ‘Facing Change: Gender and Climate Change Attitudes Worldwide’, ditemukan adanya nilai yang lebih tinggi yang menunjukkan bahwa wanita, secara rata-rata, terdampak perubahan iklim lebih serius dibandingkan pria. Selain itu, beberapa penelitian di berbagai negara juga menunjukkan adanya kesenjangan gender dalam perhatian terhadap perubahan iklim. Umumnya menyasar perempuan dan anak-anak sebagai kelompok yang rentan dalam hal ini. United Nations Development Program (UNDP) menyebut bahwa dampak perubahan iklim berpotensi melanggengkan dan memperbesar ketimpangan struktural yang ada. Berdampak lebih besar pada perempuan. Lalu, bagaimana perubahan iklim bisa berdampak terhadap perempuan dan menjadikannya sebagai kelompok rentan yang patut dilindungi? 1. Dampak Krisis Air yang Membebani Perempuan Di banyak negara berkembang, perempuan menjadi individu yang bertanggung jawab besar atas pengambilan air untuk rumah tangga. Hal tersebut dibuktikan oleh data UNICEF, salah satu badan PBB, yang menyebut bahwa perempuan dan anak perempuan punya andil hingga 80 persen melakukan pengambilan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Sayangnya, dampak perubahan iklim yang menimbulkan kekeringan sampai dengan kelangkaan air, membuat perempuan harus bekerja lebih ekstra dengan berjalan lebih jauh demi mencari dan mendapatkan sumber air.  Kondisi ini membuat beban kerja mereka bertambah, yang efeknya menyisakan lebih sedikit waktu bagi mereka untuk mengejar pendidikan atau melakukan kegiatan lain yang dapat menghasilkan pemasukan. Air bersih menjadi salah satu kebutuhan penting manusia yang jika tidak terpenuhi, berpotensi menimbulkan kerugian baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Ancaman terhadap Kebebasan dan Hak-Hak Perempuan Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim dapat memberikan ancaman terhadap kebebasan dan hak-hak yang dimiliki perempuan. Contohnya seperti kebebasan perempuan dalam mengakses pendidikan dan serta bekerja yang dipengaruhi oleh peranannya dalam mendukung rumah tangga.  Perempuan seringkali menjadi pihak yang diberikan tanggung jawab mengurus rumah tangga dan keluarga. Akibat perubahan iklim, beban kerja mereka pun bisa jadi meningkat yang membatasi mereka ke akses lain yang dibutuhkan. Perempuan juga punya kerentanan yang tinggi terhadap masalah kesehatan akibat perubahan iklim, melalui ancaman seperti kerawanan pangan, dampak gelombang panas, banjir, polusi udara dan lingkungan, serta hal lainnya.  Kondisi ini dapat menimbulkan cedera atau kematian bagi para perempuan, ibu hamil, hingga bayi. Juga menyebabkan penyebaran penyakit karena kontaminasi akibat sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk 3. Risiko Kekerasan terhadap Perempuan Saat sumber daya semakin langka (misalnya air dan makanan), konflik sosial meningkat. Ini bisa memperburuk kekerasan berbasis gender, termasuk dalam rumah tangga dan pengungsian akibat iklim. Dengan kondisi geografis yang buruk yang menyebabkan perempuan harus berjalan lebih jauh mencari sumber daya, perempuan berisiko menghadapi situasi kekerasan dari pihak lain yang memperburuk ketidaksetaraan gender. 4. Gangguan pada Pertanian dan Ekonomi Perempuan Di berbagai negara, ada banyak perempuan yang menjadikan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama mereka.  Sayangnya, perubahan iklim yang meningkatkan potensi cuaca ekstrem dapat berdampak negatif terhadap hasil panen, menurunkan pendapatan, hingga menciptakan kerawanan pangan bagi perempuan dan keluarga.  Perubahan pola hujan dan kekeringan mengancam produksi pangan, membuat mereka kehilangan pendapatan dan meningkatkan kerentanan ekonomi. 5. Representasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan Rendah Di berbagai kesempatan, kita masih sering melihat bahwa jumlah perempuan yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan, terutama terkait perubahan iklim dan lingkungan, masih jauh lebih sedikit dibanding laki-laki. Sayangnya, kondisi ini berdampak pada bagaimana kebijakan dibuat, karena perspektif dan kebutuhan perempuan sering kurang diperhitungkan. Kebijakan iklim yang dibuat tanpa mempertimbangkan perspektif perempuan bisa kurang efektif karena tidak memasukkan kebutuhan kelompok yang paling terdampak. Padahal, perempuan memiliki cara pandang berbeda dalam mengelola sumber daya dan cenderung lebih mendukung kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan. Di antara lima dampak di atas, tentu dibutuhkan solusi yang dapat mengutamakan gender dalam kebijakan iklim, meningkatkan akses perempuan ke pendidikan, ekonomi, dan pengambilan keputusan lingkungan. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform.  Similar Article How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic growth while minimizing the environmental impact has become a critical challenge for Indonesia. As one of the world’s fastest-growing economies and a nation rich in natural resources, the balance of economy and environmental stability is a big concern. Looking towards global movement, Indonesia is following the Sustainable Development Goals (SDGs) by the United Nation as the roadmap for  balancing economic progress with environmental stewardship.  Nowadays, businesses in Indonesia are increasingly aligning their strategies with SDGs to foster long-term sustainability, with a focus on green growth as an economic model that promotes environmental responsibility while ensuring profitability.  Businesses… Blue Economy in Indonesia: Business Innovations for SDG 14 (Life Below Water) As the world’s largest archipelagic nation, Indonesia is home to more than 17,000 islands and an exclusive economic zone (EEZ) spanning 6.4 million square kilometers. The ocean plays a crucial role in the country’s economy, supporting fisheries, tourism, and maritime trade. However, currently the health of Indonesia’s marine ecosystems is under threat due to overfishing, plastic pollution, and climate change. In this situation, the Blue Economy emerges. The term “Blue Economy” refers to an economic approach that …

javier miranda 7bnvNN3R eo unsplash

Climate Change: An Unseen-Real Challenge

Climate change is an undeniable reality that continues to pose significant challenges to both the environment and global economies. While some effects of climate change are visible, such as rising temperatures, extreme weather events, and melting ice caps, many of its consequences remain unseen yet profoundly impactful.  The economic implications of climate change are staggering, with billions of dollars in damages incurred annually due to natural disasters, supply chain disruptions, and resource scarcity. This article explores the multifaceted impact of climate change, while highlighting the importance of sustainable business practices in mitigating its effects. Read another articles : How Business Contribute to SDG 13: Climate Action Rising Global Temperatures Global temperatures have increased by approximately 1.1°C since the pre-industrial era. According to the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), this trend is expected to continue, with temperatures projected to rise between 2°C and 4°C by the end of the century if immediate action is not taken.  The frequency and intensity of extreme weather events, including hurricanes, droughts, and wildfires, have also increased, leading to significant economic and environmental consequences. In 2021 alone, climate-related disasters caused an estimated $329 billion in economic losses worldwide, as reported by Swiss Re Institute. Such financial burdens highlight the urgent need for businesses and governments to invest in climate resilience and adaptation measures to mitigate future risks. Global Business Operations Industries highly dependent on natural resources, such as agriculture, fisheries, and forestry, are particularly vulnerable. For example, the coffee industry faces significant challenges due to changing climate conditions, as regions traditionally suitable for coffee cultivation are becoming less viable.  Additionally, transportation and logistics sectors are experiencing increased costs due to rising fuel prices and infrastructure damages caused by extreme weather events. Such challenges push industries to rethink their operational strategies and dependency on vulnerable resources. Some companies are shifting towards diversification, seeking new geographic regions or alternative materials to reduce their exposure to environmental risks. Financial Impact of Climate Change Climate change presents both risks and opportunities for the financial sector. For example, the insurance companies are facing higher payouts due to natural disasters, while investors are increasingly considering climate risks in their portfolios. According to the Global Sustainable Investment Alliance, sustainable investments reached $35.3 trillion in 2020, representing a 15% increase from 2018. This shift indicates a growing recognition of the need for climate-conscious investment strategies. Businesses that adopt sustainable practices and integrate climate risk assessments into their strategies are better positioned to thrive in a rapidly changing world. Companies such as Tesla, Unilever, and Microsoft have invested heavily in sustainability initiatives, from renewable energy adoption to carbon-neutral operations.  Governmental Challenges While climate change is impacting the business and environment massively, it is also becoming a challenge for government and related stakeholders. Governments play a critical role in combating climate change through policy implementation and corporate responsibility initiatives.  For instance, The European Union’s Green Deal, which aims to achieve carbon neutrality by 2050, has set a precedent for other nations to follow. Carbon pricing, emissions trading systems, and green bonds are emerging as effective tools for incentivizing businesses to reduce their carbon footprint. Everyone’s Responsibility After all, climate change is not just an environmental issue; it is an economic and business challenge that requires immediate and sustained action. To tackle the issue of climate change, everyone should have the awareness of making the earth a better place to live.  By recognizing the unseen yet real challenges posed by climate change, stakeholders can work together to build a more sustainable and resilient future.  Investing in climate resilience, transitioning to clean energy, and adopting responsible business practices are essential steps toward mitigating the effects of climate change. While people, in general, can reduce the use of high emitted transportation, choose the green-products, or even conduct the digital campaign. For business, in relation to the environmental initiatives, now we have Satuplatform as all-in-one solution who provides you with carbon consultancy. Try our FREE DEMO now! Similar Article Implementasi Ekonomi Sirkular pada Bisnis, Apa Saja Contohnya? Ekonomi sirkular atau ekonomi melingkar yang juga dikenal sebagai circular economy nampaknya telah menjadi suatu inisiatif hijau dalam upaya mendukung kelestarian lingkungan. Di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim yang dirasakan manusia, dibutuhkan sebuah sistem berkelanjutan yang memungkinkan manusia mengolah sumber daya dengan cara yang aman bagi alam. Sistem yang berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”. Ekonomi sirkular didefinisikan sebagai sistem ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya, dilakukan dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan memperpanjang umur produk serta material. Prinsip utama dari ekonomi sirkular ialah untuk menghindari pemborosan sumber daya dari… Pengertian Ekonomi Sirkular, Manfaat dan Contohnya Prinsip Ekonomi Sirkular merupakan salah satu contoh inisiatif keberlanjutan untuk mendukung manusia menciptakan lingkungan yang sehat dan layak huni.  Dengan kondisi lingkungan saat ini, penting bagi kita untuk menerapkan konsep sistem ekonomi yang tidak sekadar mengeksploitasi sumber daya, namun juga menjadikannya efektif dan berkelanjutan. Berbeda dari prinsip ekonomi linear yang identik dengan tindakan “ambil-pakai-buang”, ekonomi sirkular mendorong individu untuk memaksimalkan sumber daya dengan cara yang paling aman bagi lingkungan. Lalu, apa itu prinsip atau konsep ekonomi sirkular dan apa manfaatnya bagi kehidupan di bumi? Mari kita bahas pada penjelasan di bawah! Apa Itu Ekonomi Sirkular? Ekonomi sirkular dikenal juga dengan… Lebih dari Separuh Daratan di Bumi Terancam Kering Permanen, Ketahui Bahayanya! Lebih dari setengah wilayah daratan di bumi disebut terancam dilanda kekeringan permanen dalam jangka waktu puluhan tahun mendatang, menurut laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penelitian tersebut dikemukakan dalam sebuah laporan berjudul The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections, yang dirilis oleh United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) di Riyadh, Arab Saudi, 9 Desember 2024 lalu. Apa yang terjadi sebenarnya? Tiga per Empat Daratan Bumi Alami Kekeringan   Dilansir dari laman kompas.com, selama 30 tahun terakhir sekitar 77,6 persen daratan di bumi mengalami kondisi yang sangat kering, melebihi… How Indonesian Businesses Are Aligning with SDGs for a Sustainable Future Maintaining sustainable economic …

food loss

Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan

Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi secara global hilang sebelum mencapai pasar. Sementara itu, jika food waste turut diperhitungkan, sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia tidak pernah dikonsumsi.  Di negara berkembang, food loss sering terjadi akibat infrastruktur yang kurang memadai, seperti penyimpanan yang buruk dan sistem distribusi yang tidak efisien. Di sisi lain, di negara maju, food loss lebih banyak disebabkan oleh standar kualitas dan estetika yang tinggi yang membuat produk pangan tidak lolos ke pasar. Dampak Food Loss terhadap Iklim Food loss memiliki hubungan langsung dengan emisi gas rumah kaca. Setiap makanan yang hilang atau terbuang mewakili sumber daya yang telah digunakan dalam produksinya, termasuk air, lahan, energi, dan tenaga kerja. Berikut adalah beberapa cara bagaimana food loss berkontribusi terhadap perubahan iklim: Emisi Karbon dari Produksi dan Transportasi : Setiap tahap produksi pangan, mulai dari pertanian hingga distribusi, membutuhkan energi. Proses ini sering kali menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Saat makanan terbuang, semua energi yang telah digunakan menjadi sia-sia dan meninggalkan jejak karbon yang besar. Metana dari Limbah Pangan : Saat makanan yang terbuang membusuk di tempat pembuangan sampah, ia menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dalam menahan panas dibandingkan CO2. FAO memperkirakan bahwa food loss dan waste secara kolektif menyumbang sekitar 8-10% dari total emisi gas rumah kaca global. Deforestasi dan Penggunaan Lahan yang Tidak Efektif : Permintaan pangan yang tinggi menyebabkan pembukaan lahan hutan untuk pertanian dan peternakan. Jika sebagian besar dari hasil panen akhirnya hilang atau terbuang, maka eksploitasi sumber daya tersebut menjadi tidak efisien. Hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyerap karbon berkurang secara signifikan akibat perluasan lahan pertanian. Dampak terhadap Lingkungan Selain berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, food loss juga menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, di antaranya: Pemborosan Air: Produksi makanan membutuhkan air dalam jumlah besar. Misalnya, satu kilogram daging sapi membutuhkan sekitar 15.000 liter air untuk diproduksi. Jika makanan ini terbuang, berarti air yang telah digunakan juga terbuang sia-sia. Degradasi Tanah: Tanah yang digunakan untuk menanam pangan yang akhirnya terbuang mengalami tekanan tanpa manfaat nyata. Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan juga dapat merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang. Pencemaran dari Limbah Organik: Sisa makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah, menghasilkan senyawa beracun yang berbahaya bagi lingkungan dan ekosistem sekitar. Solusi untuk Mengurangi Food Loss Mengatasi food loss memerlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi food loss meliputi: Peningkatan Infrastruktur Penyimpanan dan Transportasi : Investasi dalam penyimpanan dingin dan teknologi pascapanen dapat membantu menjaga kesegaran produk dan mengurangi kehilangan di tahap awal rantai pasok. Optimasi Rantai Pasok dan Distribusi : Mengembangkan sistem logistik yang lebih efisien dapat memastikan makanan mencapai konsumen dengan lebih cepat dan dalam kondisi yang baik. Edukasi dan Kebijakan yang Mendukung : Regulasi yang mendorong pemanfaatan pangan yang tidak lolos standar estetika serta program donasi makanan bagi yang membutuhkan dapat membantu mengurangi food loss secara signifikan. Food loss bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga isu lingkungan dan perubahan iklim. Setiap makanan yang hilang berarti sumber daya yang digunakan dalam produksinya ikut terbuang sia-sia.  Dengan meningkatnya kesadaran dan implementasi solusi yang tepat, food loss dapat ditekan, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, menjaga kelestarian lingkungan, dan memastikan ketahanan pangan global. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung dan mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article Food Loss dan Dampaknya terhadap Iklim dan Lingkungan Food loss atau kehilangan pangan adalah salah satu masalah besar yang sering luput dari perhatian. Food loss mengacu pada makanan yang hilang di sepanjang rantai pasok sebelum mencapai konsumen, seperti saat panen, penyimpanan, transportasi, dan distribusi.  Berbeda dengan food waste, yang merujuk pada makanan yang dibuang oleh konsumen atau ritel, food loss lebih banyak terjadi di hulu rantai pasok. Meski tidak selalu disadari, kehilangan pangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Baca Juga: Food Loss vs Food Waste Fakta dan Data Mengenai Food Loss Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 14% dari seluruh makanan yang diproduksi… YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies …

YONO

YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025

Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren minimalisme yang menekankan pengurangan jumlah barang secara drastis, YONO lebih fleksibel dan praktis. Prinsip utama YONO adalah memiliki satu barang yang multifungsi dan berkualitas tinggi daripada memiliki banyak barang dengan fungsi serupa. Misalnya, dalam dunia fashion, tren YONO mendorong individu untuk memiliki satu jaket serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan, dibandingkan membeli beberapa jaket dengan fungsi berbeda. Dalam dunia teknologi, banyak Gen Z yang lebih memilih satu perangkat yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan, seperti smartphone dengan fitur komprehensif dibandingkan membeli beberapa gadget dengan fungsi berbeda. YONO dalam Kehidupan Sehari-hari Fashion dan Gaya Hidup Konsep kapsul wardrobe semakin diminati dengan koleksi pakaian yang terbatas namun serbaguna. Sepatu multifungsi yang bisa dipakai untuk olahraga dan aktivitas sehari-hari menjadi pilihan utama. Aksesori minimalis namun berkualitas tinggi menjadi tren, seperti satu jam tangan klasik yang cocok untuk berbagai acara. Teknologi dan Gadget Perangkat multifungsi seperti smartphone dengan fitur kamera berkualitas tinggi menggantikan kebutuhan akan kamera profesional. Laptop dengan spesifikasi lengkap semakin populer dibandingkan memiliki perangkat tambahan seperti tablet atau PC desktop. Tren wearable device yang menggabungkan berbagai fungsi dalam satu perangkat, seperti jam tangan pintar dengan fitur kesehatan, komunikasi, dan hiburan. Konsumsi dan Keberlanjutan Pengurangan pembelian barang konsumsi yang tidak esensial, seperti memiliki satu botol minum berkualitas tinggi daripada membeli botol plastik sekali pakai. Pemilihan produk ramah lingkungan dan tahan lama untuk mengurangi limbah. Tren penggunaan kendaraan listrik pribadi yang lebih efisien dibandingkan memiliki beberapa kendaraan untuk kebutuhan berbeda. Mengapa YONO Populer di Kalangan Gen Z? Efisiensi dan Praktis Gen Z cenderung mencari cara hidup yang lebih sederhana namun tetap fungsional. Dengan prinsip YONO, mereka dapat menghemat waktu, uang, dan ruang tanpa mengorbankan gaya atau kebutuhan sehari-hari. Kesadaran Lingkungan Isu perubahan iklim semakin menjadi perhatian utama, dan YONO menjadi solusi yang mendukung gaya hidup berkelanjutan. Dengan mengurangi konsumsi berlebihan, limbah yang dihasilkan juga berkurang. Teknologi yang Mendukung Kemajuan teknologi memungkinkan perangkat multifungsi yang semakin canggih, sehingga mendukung penerapan gaya hidup YONO. Kini, satu perangkat bisa menggantikan berbagai alat sekaligus. Ekonomi dan Finansial Dengan meningkatnya kesadaran finansial di kalangan Gen Z, YONO membantu mereka mengelola keuangan lebih baik dengan membeli produk berkualitas tinggi yang lebih awet dibandingkan membeli banyak barang murah dengan masa pakai pendek. YONO bukan sekadar tren sesaat, tetapi sebuah pergeseran gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai efisiensi, keberlanjutan, dan kesadaran finansial. Dengan mengadopsi prinsip You Only Need One, Gen Z menunjukkan bahwa memiliki lebih sedikit bukan berarti kurang, tetapi justru lebih berarti dalam menciptakan hidup yang lebih sederhana, hemat, dan ramah lingkungan.  Apakah tren ini akan bertahan lama? Melihat bagaimana nilai-nilai ini semakin mengakar dalam gaya hidup modern, kemungkinan besar YONO akan terus berkembang di masa depan. Tentang Satuplatform Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG management, carbon accounting, dan sustainability reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Menghitung dan mengelola emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform! Similar Article YONO: Tren Gaya Hidup Ala Gen Z Tahun 2025 Di tahun 2025, tren gaya hidup terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z yang dikenal adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi. Salah satu fenomena terbaru yang menjadi perbincangan hangat adalah YONO, sebuah konsep hidup yang semakin populer di berbagai belahan dunia.  YONO, singkatan dari You Only Need One, adalah filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari fashion, teknologi, hingga kebiasaan konsumsi. Baca Juga: Gen Z’s Initiatives Towards A Better Environment Asal Usul dan Filosofi YONO Konsep YONO lahir dari kesadaran generasi muda terhadap konsumsi berlebihan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan tren… Penyerap Karbon Luar Biasa: Pohon Mangrove, Petai, dan Durian Dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer, peran pohon sebagai penyerap karbon alami menjadi semakin penting. Beberapa spesies pohon memiliki kapasitas luar biasa dalam menyerap dan menyimpan karbon, membantu menyeimbangkan ekosistem serta mengurangi dampak pemanasan global. Di antara banyaknya pohon yang memiliki fungsi ini, mangrove, petai, dan durian menonjol sebagai spesies yang efektif sebagai penyerap karbon. Baca Juga: Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap 1. Pohon Penyerap Karbon Mangrove: Sang Penjaga Pesisir Mangrove adalah salah satu jenis pohon yang paling efisien dalam menyerap karbon. Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 3–5… Waste to Energy (WTE) : Negara Swedia Lakukan Impor Sampah Di tengah kondisi bumi yang semakin ‘overwhelmed’ dengan limbah di lingkungan, impor sampah menjadi suatu mekanisme yang kini mulai semakin diperhitungkan. Impor sampah merujuk pada praktik suatu negara menerima limbah dari negara lain untuk diolah, didaur ulang, atau digunakan sebagai sumber energi.  Beberapa negara-negara di dunia melakukan impor sampah, termasuk Swedia. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana Swedia mengimpor sampah dan apa dampaknya secara lingkungan maupun secara ekonomi.  Baca juga artikel lainnya : Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Waste-to-energy (WTE) Swedia telah lama menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah yang efisien dan berkelanjutan. Negara ini dikenal dengan sistem waste-to-energy… Bagaimana Kerjasama Sister-City untuk Dukung Fasilitas Kota yang Ramah Lingkungan? Dalam menghadapi tantangan lingkungan perkotaan, banyak kota di dunia menjalin hubungan sister-city guna bertukar pengalaman dan teknologi dalam …