Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia

Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi sektor industri Indonesia diproyeksikan dapat melonjak dua kali lipat pada 2030. Oleh karena itu, keterlibatan sektor ini dalam mencapai pengurangan emisi diyakini dapat menciptakan perubahan yang signifikan.  Pendekatan dalam Pengelolaan Emisi Karbon Industri Mewujudkan dekarbonisasi industri, berarti mendorong perusahaan menjalankan konsep bisnis yang berkelanjutan yang menghasilkan seminimal mungkin emisi karbon. Baca juga artikel lainnya : Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Salah satu yang dapat dilakukan oleh industri dalam menjalankan langkah dekarbonisasi ialah seperti mulai meningkatkan efisiensi energi di fasilitas industri. Ini termasuk penggunaan teknologi hemat energi, sistem manajemen energi, dan optimalisasi proses produksi agar lebih efisien.  Perusahaan juga mungkin perlu beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, atau biomassa. Ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi karbon-intensif, yang pada akhirnya mengurangi emisi karbon. Kemudian melalui strategi elektrifikasi yang mendorong peralihan penggunaan bahan bakar fosil ke listrik untuk mendukung transisi energi bersih. Bidang manufaktur dan pengolahan, dapat beralih dari mesin yang menggunakan bahan bakar fosil ke peralatan berbasis listrik yang didukung dengan sumber terbarukan seperti angin dan matahari. Perusahaan juga dapat memanfaatkan teknologi CCS menangkap karbon dioksida (CO₂) dari proses industri sebelum mencapai atmosfer dan kemudian menyimpannya di bawah tanah. Langkah ini yang juga diterapkan oleh Badan Iklim Eropa dalam meningkatkan pengelolaan emisi karbon industri yang optimal serta untuk mencapai target dekarbonisasi Uni Eropa Tantangan dalam Mewujudkan Dekarbonisasi Industri Dekarbonisasi industri terdengar seperti cara yang legit dalam menyelesaikan masalah emisi gas rumah kaca. Dibalik solusinya yang besar, tantangan dalam mengimplementasikan dekarbonisasi industri menjadi fokus yang perlu mendapat perhatian. Menurut artikel terbitan Kumparan terkait pembahasan ini, diperlukan adanya inovasi dan teknologi yang berkelanjutan yang dapat mendukung perusahaan menjalankan dekarbonisasi. Green Hydrogen adalah salah satu yang sedang dikembangkan. Green Hydrogen hadir sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang berguna bagi sektor transportais dan pembangkit listrik. Inovasi ini dapat diproduksi melalui proses elektrolisis air menggunakan energi terbarukan, sehingga tidak menghasilkan emisi karbon. Akan tetapi, dibutuhkan biaya produksi yang tinggi untuk memproduksinya dan keterbatasan infrastruktur menjadi kendala lain yang perlu dikendalikan.  Selain itu, implementasi dekarbonisasi industri perlu melibatkan seluruh rantai nilai perusahaan yang turut melibatkan emisi karbon dari operasi, pemasok, dan pelanggan. Pencatatan yang menyeluruh dan kolaborasi menjadi kunci untuk mewujudkan dekarbonisasi industri yang optimal.    Implementasi Dekarbonisasi Industri Pada Perusahaan Langkah dekarbonisasi industri sudah mulai dijalankan oleh banyak perusahaan di seluruh Indonesia.  Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group. Dikutip dari Kumparan, PTPN telah menginisiasi beberapa proyek berkelanjutan dan berhasil menurunkan emisi CO2 sebesar 2,32 juta ton CO2e pada 2021.  Selain perusahaan milik negara, sektor swasta diharapkan juga semakin berminat untuk terlibat dalam upaya ini. Sektor swasta diyakini punya peranan penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi karbon mendatang. Mulai Hitung Data Emisi Bisnis Anda Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Apa yang Terjadi Jika Lapisan Ozon Hilang Sepenuhnya?

Mengenal Lapisan Ozon Masihkah kita beraktivitas dengan aman di luar ruang, tepatnya di bawah sinar matahari cerah, apabila lapisan ozon bumi hilang sepenuhnya? Lapisan ozon seringkali disebut sebagai perisai bumi, a shield for life on Earth, sebab keberadaannya berfungsi melindungi makhluk hidup dari radiasi matahari berbahaya. Layaknya busa, lapisan ozon di stratosfer membantu menyerap hingga 99 persen radiasi sinar UV dan menjadikannya lebih layak. Menghindari manusia dan makhluk hidup lainnya dari kerusakan. Sayangnya, ozon mulai terancam. Ilmuwan mendapati bahwa lapisan ozon mengalami penipisan yang lebih cepat dari yang seharusnya. Hal ini membawa potensi peningkatan radiasi UV akibat penipisan ozon. Penggunaan bahan kimia diyakini menjadi penyebab timbulnya lubang ozon.  Mengenal Lubang Ozon dalam Lapisan Ozon Baca juga artikel lainnya : Hari Ozon Sedunia: Memahami Fungsi Penting Lapisan Ozon Bagi Kehidupan Lubang ozon diartikan sebagai area di stratosfer dengan jumlah molekul gas ozon sangat rendah. Pertama kali terlihat ketika ilmuwan meneliti adanya perbedaan lapisan ozon di atas Antartika pada 1970-an. Meskipun ada perbedaan di setiap area lapisan ozon, namun, umumnya ozon akan lebih tipis di dekat khatulistiwa dan lebih tebal di dekat kutub.  Tingkat ozon telah turun dengan rata-rata di seluruh dunia sekitar 4 persen sejak akhir tahun 1970-an. Untuk sekitar 5 persen permukaan Bumi, di sekitar kutub utara dan selatan, penurunan musiman yang jauh lebih besar telah terlihat, digambarkan sebagai “lubang ozon”. Dampak dari Hilangnya Lapisan Ozon Bumi Melihat perannya yang begitu penting bagi kehidupan, tentu ada banyak hal yang bisa terjadi jika lapisan ozon hilang dari bumi. Hal yang utama terjadi ialah paparan radiasi sinar ultraviolet matahari yang semakin meningkat. Tanpa adanya penghalang, semua radiasi matahari akan mencapai bumi, membakar kulit, merusak tumbuhan dan hewan, serta memusnahkan makhluk hidup. Dilansir dari How Stuff Works, hilangnya lapisan ozon membuat manusia tidak akan bisa beraktivitas di bawah matahari secara langsung. Teriknya matahari akan langsung mengiritasi kulit dengan sangat menyakitkan, bahkan pakaian, topi, juga tabir surya pun tidak akan memberikan banyak perlindungan. Angka kanker kulit diperkirakan akan melonjak. Radiasi UV dapat merusak DNA dalam sel kulit yang jika terus menumpuk dari waktu ke waktu, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya kanke merenggut nyawa. Kemudian, banyak tanaman yang akan mati. Intensitas radiasi matahari yang tinggi dapat mengganggu fotosintesis pada tumbuhan, terutama fitoplankton di lautan. Dapat mengurangi kemampuan mereka dalam melakukan fotosintesis. Secara tidak langsung, rantai makanan yang terganggu membuat hewan-hewan kelaparan dan berpotensi memperluas kepunahan. Kondisi Lapisan Ozon Saat Ini Pemulihan lapisan ozon tengah gencar dilakukan saat ini. Pengurangan siginifikan dalam penggunaan zat perusak ozon (ODS) telah berhasil dicapai secara global sejak tahun 1986. Didorong oleh penandatanganan Protokol Montreal. Dikutip dari Badan Lingkungan Hidup Eropa, berdasarkan pengamatan dijumpai bahwa lubang ozon tahun 2023 lalu lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Luasnya mencapai 26 juta km2 pada tanggal 21 September, terbesar ke-12 sejak 1979. Ahli menyebut, jika produksi dan penggunaan zat perusak ozon tidak dipatuhi dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada lapisan ozon. Memperpanjang proses pemulihannya. Turut Serta dalam Keberlanjutan Sambil terus berkomitmen untuk menghindari penggunaan zat perusak ozon dalam kehidupan sehari, perlu diingat bahwa masalah terkait emisi karbon adalah salah satu isu yang perlu mendapat perhatian. Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi sektor industri Indonesia diproyeksikan dapat melonjak dua kali lipat pada 2030. Oleh karena itu, keterlibatan sektor ini… Kebakaran TPA …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Hari Ozon Sedunia: Memahami Fungsi Penting Lapisan Ozon Bagi Kehidupan

Majelis Umum PBB menetapkan 16 September sebagai Hari Internasional untuk Pelestarian Lapisan Ozon atau disebut juga Hari Ozon sebagai upaya mencegah kerusakan lapisan ozon yang lebih jauh. Penetapan tersebut dibuat sejak lama, bersamaan dengan ditandatanganinya Protokol Montreal yang mengatur pelarangan penggunaan sejumlah zat. Beberapa zat kimia yang digunakan dalam kegiatan industri diyakini berkontribusi dalam penipisan lapisan ozon. Perjanjian internasional ini diratifikasi oleh 197 negara di dunia. PBB setiap tahunnya menetapkan tema khusus untuk memperingati perayaan “The International Day for the Preservation of the Ozone Layer”, dengan berfokus pada beragam aspek penting. Pada Hari Ozon Internasional tahun ini, tema yang diangkat yaitu Montreal Protocol: Advancing Climate Action.  Baca juga artikel lainnya : Apa yang Terjadi Jika Lapisan Ozon Hilang Sepenuhnya? Lapisan Ozon dan Tema Hari Ozon Sedunia 2024 Tema yang dipilih oleh Program Lingkungan PBB untuk memperingati Hari Ozon tahun ini adalah Protokol Montreal: Memajukan Aksi Iklim.  Dilansir dari situs resmi UNEP, pemilihan tema ini dimaksudkan untuk menyoroti dampak ganda Protokol Montreal, yang tidak hanya dapat melindungi lapisan ozon tetapi juga berkontribusi signifikan dalam memerangi perubahan iklim. Pilar-pilar dalam Protokol Montreal dianggap semakin relevan dalam konteks aksi iklim. Pada awalnya, Protokol Montreal dirancang untuk menghapus bahan perusak ozon (ODS). Seiring berjalannya waktu, perjanjian ini ternyata juga memungkinkan menurunkan emisi gas rumah kaca yang kuat, memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, penerapan Protokol Montreal menjadi semakin penting dalam konteks aksi iklim, karena membantu menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus menghadapi tantangan iklim yang semakin mendesak. Pentingnya Lapisan Ozon Bagi Kehidupan Lapisan ozon berada di wilayah stratosfer bumi, sekitar 15 sampai 35 kilometer dengan ketebalan yang bervariasi. Material ini layaknya cangkang yang berfungsi melindungi apapun yang ada di dalam dari paparan objek di luar. Secara lebih terperinci, lapisan ozon melindungi seluruh makhluk hidup dari radiasi sinar ultraviolet matahari yang berbahaya dan berpotensi merusak. Melalui penyerapan sebagian radiasi sinar UV, manusia dan makhluk hidup lainnya dapat beraktivitas di luar ruang dengan lebih aman.  Beberapa efek berbahaya yang dikaitkan dengan paparan sinar UV termasuk kanker kulit, katarak, sampai dengan kerusakan pada tanaman dan kehidupan laut. Penipisan Lapisan Ozon dan Pemulihannya  Terjadinya penipisan lapisan ozon sudah mulai diamati sejak beberapa dekade lalu. Meskipun dapat mengalami penipisan secara alami, namun, mulai tahun 1970-an, bukti ilmiah menunjukkan bahwa lapisan ozon terus terkuras jauh melampaui perhitungan. Dilansir dari Program Perlindungan Lingkungan AS, dampak zat perusak ozon (ODS) diyakini berkontribusi terhadap penipisan ozon. Berdasarkan penelitian, ODS melepaskan klorin dan bromin saat terpapar sinar UV yang kuat, meliputi senyawa seperti CFC, HCFC, CCl4, metil kloroform, halon, dan metil bromida. Senyawa-senyawa tersebut, pada saat itu, menjadi salah satu material dalam produk yang berkaitan dengan pendinginan, pencegah kebakaran, insulasi busa, dan aplikasi lainnya. ODS sangat stabil dan tidak larut dalam hujan, sehingga tidak ada proses alami yang akan bisa menghilangkan ODS dari atmosfer. Setelah berbagai penelitian dan upaya, pada tahun 1980-an dunia melakukan perubahan besar. Melalui pengesahan Protokol Montreal, negara-negara sepakat untuk menghapuskan penggunaan zat perusak ozon dalam produk apapun serta menjalankan pemulihan ozon.  Ilmuwan secara rutin memantau keadaan lapisan ozon, terutama di wilayah kutub, untuk melacak pemulihannya. Mereka juga terus melakukan penelitian untuk menemukan solusi inovatif yang dapat mempercepat pemulihan. Agar kegiatan pengukuran dan pemantau emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Solusi Penipisan Lapisan Ozon Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Teknologi Manufaktur Minim Emisi: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Industri manufaktur merupakan salah satu industri yang memiliki peran signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi lain, industri ini juga memberikan kontribusi terhadap berbagai masalah lingkungan, terutama dalam hal gas rumah kaca (GRK). Sektor manufaktur menghasilkan emisi 340,71 juta ton CO2e atau setara dengan 38% dari total emisi industri nasional. Seiring semakin meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan, maka menciptakan industri manufaktur yang lebih berkelanjutan juga perlu untuk diupayakan. Termasuk untuk mendorong teknologi produksi yang minim emisi. Secara operasional, teknologi manufaktur yang minim emisi juga dapat meningkatkan efisiensi energi agar mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam.  Artikel ini akan mengulas berbagai teknologi yang digunakan dalam proses manufaktur untuk mencapai produksi yang minim emisi dan peran pentingnya dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Baca Juga: Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia 1. Otomatisasi Proses Produksi Dalam industri manufaktur, otomasi proses produksi dapat menjadi teknologi yang sangat membantu untuk menuju industri yang lebih berkelanjutan. Teknologi otomatisasi dan digitalisasi atau yang juga dikenal dengan istilah revolusi industri 5.0 memungkinkan pabrik-pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menurunkan emisi.  Baca juga artikel lainnya : Digital Transformation to Support Environmental Sustainability Teknologi ini pada umumnya akan melibatkan penggunaan sensor cerdas, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI), atau juga machine learning yang dapat digunakan untuk memantau dan menganalisis pola konsumsi energi di lini produksi.  2. Manufaktur Adiktif (3D Printing) Manufaktur adiktif, atau yang lebih dikenal dengan istilah 3D printing merupakan suatu  teknologi revolusioner yang dapat mengurangi jejak karbon dalam industri manufaktur. Berbeda dengan metode produksi konvensional yang menggunakan bahan mentah dalam jumlah besar, 3D printing hanya menggunakan bahan yang diperlukan untuk mencetak komponen atau produk. Sehingga limbah yang dihasilkan juga lebih sedikit.  3. Teknologi Bioplastik Bioplastik adalah jenis plastik yang dibuat dari bahan-bahan biologis seperti pati jagung, tebu, minyak nabati, dan selulosa, bukan dari bahan bakar fosil seperti plastik konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi bioplastik telah menarik minat besar, terutama karena masalah lingkungan yang terkait dengan plastik tradisional, seperti pencemaran laut dan ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan. Termasuk di bidang industri manufaktur, bioplastik juga mulai banyak diterapkan. Seperti dalam kemasan produk makanan dan minuman. Beberapa botol, kantong, dan wadah pengemasan kini terbuat dari polilaktida (PLA), yang merupakan bioplastik berbasis pati jagung. Karena bahan baku bioplastik berasal dari bahan ramah lingkungan, maka teknologi ini juga dapat mendorong industri ke arah penurunan emisi secara gradual. 4. Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) Teknologi berikutnya yang dapat diterapkan di industri manufaktur adalah Carbon Capture and Storage atau CCS. Teknologi ini mencakup metode yang digunakan untuk menangkap emisi CO2 yang dihasilkan selama proses produksi dan menyimpannya di bawah tanah sehingga tidak dilepaskan ke atmosfer.  Teknologi CCS ini dapat diterapkan pada berbagai sektor industri, termasuk industri semen, baja, dan kimia, yang terkenal sebagai penghasil emisi besar. Secara jangka panjang, penerapannya dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mengurangi emisi dari proses produksi yang sulit digantikan dengan sumber energi terbarukan untuk mencapai target netralitas karbon global. 5. Sirkularitas Produksi Minim Emisi Upaya untuk masa depan manufaktur yang lebih berkelanjutan juga dapat dicapai dengan menerapkan sirkularitas produksi minim emisi. Sirkularitas dalam produksi mengacu pada pendekatan di mana bahan-bahan yang digunakan dalam proses manufaktur dapat didaur ulang dan digunakan kembali, sehingga mengurangi limbah dan emisi yang dihasilkan dari produksi baru.  Konsep sirkularitas produksi sangat terkait dengan ekonomi sirkular, di mana perusahaan berfokus pada siklus hidup produk yang lebih panjang, desain yang dapat diperbaiki, dan penggunaan kembali bahan.  Saat ini, pelaku industri dapat lebih mudah untuk merencanakan langkah menuju masa depan yang berkelanjutan dengan berkonsultasi bersama Satuplatform. Dengan tim ahli yang dapat memahami kebutuhan Anda dan menawarkan solusi yang tepat, Satuplatform hadir sebagai all-in-one solution untuk Anda. Dapatkan FREE DEMO sekarang! Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi sektor industri Indonesia diproyeksikan dapat melonjak dua kali lipat pada 2030. Oleh karena itu, keterlibatan sektor ini… Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya? Pada tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami cukup banyak kebakaran TPA atau tempat pemrosesan akhir sampah di berbagai wilayah. Tercatat sebanyak 35 TPA sampah di seluruh Indonesia terbakar dan kondisinya tampak memprihatinkan. Salah satunya yang terjadi pada TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat dan menjadi titik penumpukan sampah bagi …

Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting?

Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting?

Mekanisme carbon offset dan carbon credit menjadi beberapa di antara banyak metode yang dilakukan untuk dapat mengurangi emisi karbon. Kedua pilihan tersebut memungkinkan organisasi atau perusahaan, bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang mereka lepaskan ke atmosfer. Masing-masing metode memiliki cara kerja dan karakteristiknya tersendiri. Lalu, apa perbedaan dari carbon offset dan carbon credit? Perbedaan Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dikenal juga sebagai kompensasi karbon atau pengimbangan karbon. Dilansir dari Constellation, carbon offset merupakan suatu cara untuk mengukur tindakan yang menghilangkan gas rumah kaca dari atmosfer. Mekanisme pengimbangan atau kompensasi emisi karbon yang dihasilkan oleh individu, perusahaan, atau organisasi ini dilakukan dengan mendanai proyek-proyek yang punya tujuan mengurangi, menyerap, hingga menghilangkan emisi karbon di tempat lain. Misalnya seperti kegiatan reboisasi atau penanaman pohon, investasi dalam energi terbarukan, juga pengurangan emisi. Sementara itu, kredit karbon adalah izin untuk mengeluarkan sejumlah emisi, yang dapat diperdagangkan antara perusahaan sebagai bagian dari skema peraturan atau pasar sukarela, dikutip dari Our Trace. Carbon credit bisa dibilang merupakan proyek kredit pengimbangan karbon yang membatasi industri tertentu melepaskan sejumlah emisi karbon. Satu carbon credit biasanya mewakili izin untuk mengeluarkan satu ton CO2 atau setara dengan gas rumah kaca lainnya. Perusahaan yang melampaui batas yang ditetapkan harus membeli kredit baru untuk meningkatkan batasnya. Jika terdapat kredit tersisa, dapat diperdagangkan yang dialokasikan langsung ke sumber emisi atau ditawarkan untuk dijual di lelang. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijumpai bahwa: Pengguna Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dan carbon credit bisa dilakukan oleh berbagai pihak, terutama yang berkaitan dengan emisi karbon. Secara terperinci, penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan atau Industri Perusahaan atau industri besar dari sektor yang menghasilkan emisi karbon (misalnya, energi, transportasi, manufaktur, dan konstruksi) dapat menggunakan carbon credit dan offset untuk mengimbangi emisi yang tidak bisa mereka kurangi secara langsung. Mereka dapat membeli kredit karbon dari proyek yang bertujuan mengurangi atau menyerap emisi karbon dari atmosfer, seperti proyek reboisasi atau energi terbarukan. Misalnya, seperti pendanaan sumber energi berkelanjutan, seperti tenaga surya dan angin, yang bertujuan secara signifikan mengurangi emisi GRK. 2. Pemerintah Pemerintah di berbagai negara sering terlibat dalam perdagangan karbon untuk memenuhi target iklim nasional dan internasional. Mereka dapat menetapkan kebijakan perdagangan emisi dan mendorong pengurangan emisi melalui sistem cap-and-trade atau pajak karbon. Mereka berwenang untuk memberikan perusahaan batas emisi yang diizinkan. Jika perusahaan melewati batas itu, mereka dapat membeli kredit karbon untuk memenuhi target iklim nasional atau internasional. Contohnya, seperti Uni Eropa yang memiliki kebijakan European Union Emissions Trading Scheme (EU ETS). 3. Organisasi Non-Pemerintah (NGO) Organisasi lingkungan dapat melakukan proyek yang berfokus pada penurunan emisi karbon, seperti proyek reboisasi, konservasi lahan, dan proyek energi terbarukan.  Mereka menghasilkan carbon credits melalui kegiatan ini dan menjualnya kepada perusahaan atau pemerintah. Misalnya, seperti The Nature Conservancy atau Rainforest Alliance, mengembangkan proyek penyerapan karbon yang memberikan kesempatan untuk menghasilkan kredit karbon. 4. Individu Individu atau setiap masyarakat dunia juga diberikan kesempatan dalam melakukan carbon offset.  Mereka yang peduli dengan jejak karbon mereka dapat membeli carbon offset untuk mengimbangi emisi dari aktivitas pribadi, seperti penerbangan, konsumsi energi rumah tangga, atau perjalanan harian dengan mobil.  Mengapa Carbon Offset dan Carbon Credit Penting? Baca juga artikel lainnya : Kredit Karbon: Solusi Perusahaan Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Meskipun keduanya memiliki implementasi yang berbeda, namun carbon offset dan carbon credit punya tujuan yang sama pentingnya bagi keberlangsungan bumi. Menurut situs Hedera, pembelian kompensasi karbon membantu mendukung lingkungan dengan mendanai proyek-proyek yang mengurangi emisi. Dalam banyak kasus, kompensasi terjangkau dan mudah diakses. Meski begitu, cara ini tidak boleh dijadikan alasan bagi seluruh pihak untuk mencemari atau menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca. Penerapannya harus tetap dibarengi dengan upaya untuk mengurangi produksi emisi secara internal. Kemudian, dalam mekanisme carbon credit, tersedia insentif kepada perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi karbon mereka. Ini mendorong perusahaan untuk mencari cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon mereka. Berani Mulai Jadi Bisnis Bertanggung Jawab Mekanisme carbon offset dan carbon credit merupakan dua contoh upaya global yang berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi perubahan iklim. Selain keduanya, pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting? Mekanisme carbon offset dan carbon credit menjadi beberapa di antara banyak metode yang dilakukan untuk dapat mengurangi emisi karbon. Kedua pilihan tersebut memungkinkan organisasi atau perusahaan, bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang mereka lepaskan ke atmosfer. Masing-masing metode memiliki cara kerja dan karakteristiknya tersendiri. Lalu, apa perbedaan dari carbon offset dan carbon credit? Perbedaan Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dikenal juga sebagai kompensasi karbon atau pengimbangan karbon. Dilansir dari Constellation, carbon offset merupakan suatu cara untuk mengukur tindakan yang menghilangkan gas rumah kaca dari atmosfer. Mekanisme pengimbangan atau kompensasi emisi karbon yang dihasilkan oleh individu, perusahaan,… Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM …

Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi

Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi

Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di Indonesia.. Berdasarkan kondisi ini, UMKM perlu memiliki peran signifikan untuk mendukung dekarbonisasi guna mendorong tercapainya target Indonesia dalam hal emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Baca Juga: 5 Perusahaan yang Berkomitmen Kurangi Emisi Karbon Tujuan Penghitungan Emisi Karbon di Sektor UMKM Menurut studi IESR, emisi sektor UMKM utamanya bersumber dari dua aktivitas. Sebanyak 95 persen emisi yang dilepas UMKM berasal dari pembakaran energi fosil, sementara sisanya dari kegiatan membakar sampah.  Tujuan dari menghitung emisi karbon oleh UMKM adalah untuk membantu usaha-usaha kecil memahami dan mengelola dampak lingkungan mereka, terutama terkait dengan emisi gas rumah kaca. Aktivitas ini juga mendorong mereka menemukan peluang untuk meningkatkan efisiensi energi. Tidak hanya itu, melihat pasar yang semakin peduli terhadap isu keberlanjutan, keterlibatan UMKM dalam hal ini akan dapat menunjukkan komitmen mereka dalam bisnis bertanggung jawab yang memberikan perhatian dalam mengelola dampak lingkungan. Meningkatkan citra perusahaan dan daya saing pasar dengan lebih luas. Oleh karena itu, IESR menyebut bahwa UMKM perlu berusaha dalam mengurangi emisi demi mencapai usaha yang lebih hijau dan berkelanjutan, baik secara ekonomi, lingkungan, serta sosial dalam jangka panjang. Baca Juga: Satuplatform Bersama DLH Jabar Gelar Webinar Perhitungan Emisi Karbon  Tantangan dalam Menghitung Jejak Karbon Sektor UMKM Dibalik manfaatnya, kegiatan menghitung jejak karbon tentu masih memiliki beberapa tantangan yang mungkin dapat menyulitkan pihak yang terlibat secara langsung. Dalam hal ini adalah industri UMKM. 1. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Salah satunya tantangan yang dikhawatirkan yakni tentang pemahaman dan kesadaran yang dimiliki pelaku UMKM. Tidak bisa dipungkiri, bahwa informasi tentang emisi, energi, atau pun perubahan iklim bukanlah sebuah topik yang umum dibahas. Relevansinya dengan bisnis pun tidak begitu dekat. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sektor UMKM untuk mau terlibat dalam perhitungan jejak karbon sebab dirasa tidak memiliki keterkaitan dengan mereka. 2. Kesiapan Finansial Kemudian, finansial juga menjadi tantangan lain yang dapat menghambat UMKM berkontribusi dalam aktivitas menghitung jejak karbon. Penghitungan jejak karbon yang akurat memerlukan akses terhadap teknologi, perangkat lunak, atau jasa konsultan khusus. Biaya untuk mengakses layanan ini bisa cukup tinggi bagi UMKM, terutama yang berada di skala kecil atau mikro. 3. Akses ke Data yang Terbatas dalam Perhitungan Emisi Karbon Sektor UMKM Untuk menghitung jejak karbon, diperlukan data yang rinci tentang konsumsi energi, bahan bakar, bahan baku, proses produksi, dan transportasi. UMKM sering kali kesulitan mengakses data ini secara lengkap atau menghadapi kesulitan dalam pengumpulan data, terutama jika bisnis mereka belum memiliki sistem pencatatan yang baik. 4. Kurangnya Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Di beberapa negara, dukungan pemerintah untuk membantu UMKM menghitung jejak karbon masih terbatas. Kebijakan insentif atau program bantuan teknis yang mendorong UMKM beralih ke praktik bisnis yang ramah lingkungan belum merata. Solusi Mendorong Sektor UMKM Memulai Perhitungan Emisi Karbon Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyebut UMKM memiliki peran signifikan untuk mendukung dekarbonisasi. Salah satunya merupakan target untuk mewujudk net zero emission Indonesia di tahun 2060. Dilansir dari Kompas, untuk dapat mengatasi tantangan yang ada serta mendorong keterlibatan UMKM dalam perhitungan karbon, Fabby menjelaskan bahwa pemerintah turut terlibat dan ikut andil menyediakan sarana dan kebijakan yang layak bagi UMKM.  Pemerintah perlu mengusulkan strategi dan memberikan bantuan berupa finansial maupun asistensi teknis kepada UMKM agar mampu merencanakan dan mendorong investasi demi menurunkan emisi gas rumah kaca.  Menghitung semua faktor sumber emisi secara akurat bisa menjadi tugas yang menantang bagi UMKM yang tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang lingkungan atau energi. Kebijakan insentif atau program bantuan teknis yang disediakan dapat mendorong UMKM beralih ke praktik bisnis yang ramah lingkungan. Pada akhirnya, pendekatan kolaboratif antar lintas sektor adalah kunci utama meminta keterlibatan UMKM untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan jejak karbon. Berani Mulai Jadi Bisnis Bertanggung Jawab Baca juga artikel lainnya : Industri dan Jejak Karbon: Cara Perusahaan Besar Kelola Emisi Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di… Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai …

Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya

Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions

Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih. Ini merupakan suatu bentuk komitmen atas mandat Perjanjian Paris 2015 yang telah disepakati demi menyeimbangkan kondisi alam. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Net Zero Emission dimaknai sebagai upaya untuk menyeimbangkan jumlah emisi karbon yang dihasilkan agar tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi. Meskipun bumi memiliki kemampuan untuk menyerap emisi karbon secara alami, akan tetapi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlebih dapat membuatnya kewalahan. Dilansir dari Forest Digest, ketika bumi tidak sanggup lagi menyerap emisi, emisi akan terperangkap mengotori atmosfer dan menimbulkan panas berlebih yang berimbas pada kenaikan suhu bumi. Oleh karena itu, manusia juga perlu turut berkontribusi mengurangi pelepasan emisi GRK dari aktivitas yang dilakukan. Salah satunya melalui inisiatif carbon accounting. Carbon accounting atau penghitungan emisi karbon menjadi sebuah langkah untuk mengukur dan melaporkan jumlah emisi gas rumah kaca, utamanya karbon dioksida, yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, baik di tingkat individu, perusahaan, atau negara. Tujuan utamanya adalah untuk memperdagangkan kredit karbon secara setara dan adil antara masing-masing pihak. Melalui carbon accounting, organisasi dapat menilai kemajuan dalam mengurangi emisi dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Selain untuk membantu memitigasi perubahan iklim, ini juga menunjukkan komitmen mereka menerapkan bisnis bertanggung jawab, yang dapat meningkatkan reputasi di mata publik. Baca juga artikel lainnya : Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Carbon accounting memainkan salah satu peran penting dalam mencapai target emisi nol bersih dengan menyediakan data yang terukur dan transparan mengenai emisi gas rumah kaca (GRK). Lalu, bagaimana carbon accounting berperan dalam mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih? 1. Carbon Accounting dalam Mengidentifikasi dan Mengukur Emisi Carbon accounting membantu organisasi, perusahaan, dan negara dalam mengukur jejak karbon mereka secara menyeluruh.  Melalui pemahaman yang jelas tentang sumber emisi, contohnya dari sektor energi, transportasi, atau produksi, pihak terkait dapat mengidentifikasi area yang paling berkontribusi terhadap pelepasan GRK.  Dikutip dari Greenly, data yang diperoleh akan memberikan wawasan mendalam untuk membantu mengurangi emisi langsung dan tidak langsung serta mencapai tujuan iklim masing-masing. Maka dari itu, ini adalah langkah pertama yang penting dalam menetapkan strategi untuk mengurangi emisi. 2. Carbon Accounting dalam Menjaga Target Pengurangan Emisi Dengan data emisi yang terukur, perusahaan dapat menetapkan target pengurangan emisi yang realistis dan sesuai dengan tujuan net zero emission yang diharapkan.  Carbon accounting memungkinkan pengukuran baseline emisi sehingga perusahaan dapat melacak progres pengurangan emisi secara tahunan dan menyesuaikan strategi mereka. Mendukung pengembangan strategi yang lebih baik di masa depan. 3. Carbon Accounting untuk Memantau Kemajuan Carbon accounting memungkinkan organisasi untuk memantau kemajuan dalam mencapai target pengurangan emisi melalui laporan berkala.  Dengan metodologi yang konsisten, carbon accounting memberikan gambaran yang akurat tentang seberapa efektif tindakan yang diambil menuju target emisi nol bersih. Data yang terukur juga memungkinkan organisasi mengurangi biaya operasional sebagai dampak dari upaya yang optimal. 4. Mematuhi Regulasi dan Standar Organisasi yang turut serta menghitung emisi karbon yang dilepaskan juga bisa dibilang telah turut membantu organisasi mematuhi standar internasional seperti Protokol Gas Rumah Kaca (GHG Protocol) serta regulasi nasional terkait emisi.  Dengan mematuhi standar tersebut, perusahaan dapat berkontribusi secara global terhadap inisiatif net zero emission dan menghindari penalti atau denda, memanfaatkan peluang mereka dengan baik. 5. Carbon Accounting untuk Mendorong Inovasi Teknologi Dengan memahami distribusi emisi melalui carbon accounting, organisasi dapat berinovasi pada area-area yang menghasilkan emisi tinggi. Kegiatan ini dapat membantu bisnis mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko yang terkait dengan perubahan iklim. Mendorong pengembangan teknologi rendah karbon yang lebih efisien untuk mencapai net zero emission. Turut Serta dalam Keberlanjutan Waktunya pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di… Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih. Ini merupakan suatu bentuk komitmen atas mandat Perjanjian Paris 2015 yang telah disepakati demi menyeimbangkan kondisi alam. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Net Zero Emission dimaknai sebagai upaya untuk menyeimbangkan jumlah emisi karbon yang dihasilkan agar tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi. Meskipun bumi memiliki kemampuan untuk menyerap emisi karbon secara alami, akan tetapi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlebih dapat membuatnya kewalahan. Dilansir dari Forest Digest, ketika bumi tidak sanggup lagi… Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca …

How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya

Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) pada kegiatan operasional suatu entitas bisnis.  Carbon accounting atau perhitungan karbon merupakan proses untuk mengukur jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, guna memperkirakan dampaknya terhadap lingkungan. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Menurut IBM, melakukan carbon accounting merupakan hal yang penting sebab data emisi GRK yang akurat dan terperinci dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan upaya pengurangan emisi. Hal ini mencakup upaya mengembangkan strategi menuju target nol bersih serta melacak dampak dari inisiatif pengurangan emisi yang perusahaan terapkan. Saat ini, telah banyak sekali entitas bisnis yang melibatkan data emisi dari carbon accounting dalam laporan ESG atau sustainability report tahunan mereka. Meski telah banyak yang menerapkan, namun kompleksitas dan tantangan praktik carbon accounting menjadi hal yang perlu diwaspadai dalam menerapkan inisiatif ini. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah 5 kesalahan umum carbon accounting yang dapat dipelajari serta cara mengatasinya. 1. Cakupan Penghitungan Carbon Accounting yang Kurang Jelas   Menurut Watchwire by Tango, salah satu hal yang sering keliru dilakukan dalam carbon accounting adalah menentukan cakupan atau batasan emisi yang seharusnya dimasukkan dalam perhitungan serta yang semestinya dikecualikan. Mengapa begitu? Sebab data input emisi yang kurang lengkap atau sebaliknya dapat menghasilkan gambaran yang tidak representatif tentang dampak lingkungan organisasi. Hasilnya, upaya untuk mengidentifikasi dan mengurangi titik panas emisi pun terhambat. Kondisi ini bisa jadi sulit, karena emisi dapat terjadi di berbagai titik dalam rantai pasokan, dan mungkin tidak jelas pihak mana yang bertanggung jawab atasnya. Penentuan cakupan emisi memastikan transparansi dalam penghitungan jejak karbon perusahaan. Untuk mencegah kesalahan ini terjadi, organisasi perlu memahami dan mengidentifikasi sumber emisi mana yang paling signifikan dan mana yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengelolaan atau pengurangannya. Banyak kerangka kerja pelaporan keberlanjutan (seperti GHG Protocol atau standar ESG) yang menyediakan ketentuan bagi perusahaan dalam melaporkan emisi berdasarkan cakupan yang telah ditetapkan.  2. Data Sumber Tidak Akurat dan Berkualitas Data sumber emisi merupakan poin utama dalam menghitung jejak karbon perusahaan dan dampak lingkungannya. Sayangnya, pengumpulan data emisi ini seringkali masih dilakukan secara manual, sehingga rawan terhadap kesalahan. Akurasi data memungkinkan perusahaan dan pemerintah untuk mengambil keputusan yang tepat terkait pengelolaan emisi karbon. Data yang akurat diperlukan untuk memantau kemajuan dan menilai apakah target tersebut tercapai, serta menyesuaikan strategi bila diperlukan. Watchwire by Tango menjelaskan, banyak organisasi yang terkendala mengumpulkan data sumber emisi dari aktivitas operasional secara real-time dan konsisten. Umumnya, perhitungan yang tidak dilakukan secara menyeluruh sejak awal penerapan GRK, serta tidak mencakup pemeriksaan secara triwulanan, bulanan, atau tahunan, Untuk mengatasi kesalahan entri manual, organisasi dapat mencari solusi manajemen data energi dan keberlanjutan yang canggih yang terus mengumpulkan data lingkungan dari waktu ke waktu langsung dari sumbernya. Dapat didukung juga dengan kemampuan pelacakan sasaran, fungsi audit internal dan pemeriksaan data, dan dapat menghitung penghitungan GRK berdasarkan standar terkini dan metode perhitungan yang terverifikasi. Baca Juga: Pentingnya Carbon Finance dalam Mengatasi Perubahan Iklim 3. Metodologi Pelaporan Hasil Carbon Accounting yang Tidak Konsisten XTonnes memasukkan kurangnya konsistensi dalam metodologi pelaporan sebagai salah satu kesalahan yang masih ditemukan dalam carbon accounting. Baca juga artikel lainnya : Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Padahal, penggunaan metodologi yang konsisten menunjukkan transparansi dalam pelaporan, yang penting bagi pemangku kepentingan. Konsistensi dapat membantu manajemen perusahaan dalam menganalisis tren emisi dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengurangi emisi karbon secara efektif. Ini juga mencerminkan tanggung jawab perusahaan dalam menghadapi krisis iklim. Metodologi yang tidak konsisten menyulitkan pelacakan kemajuan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, organisasi perlu mempertimbangkan secara serius penggunaan kerangka pelaporan, termasuk perangkat lunak dan alat data pihak ketiga untuk mengumpulkan dan menghitung metrik penghitungan karbon. Dengan data yang konsisten, strategi dekarbonisasi dapat dirancang lebih baik. 4. Masalah Kepatuhan terhadap Regulasi Upaya untuk mematuhi persyaratan peraturan dan kewajiban pelaporan merupakan hal penting bagi organisasi. Kerangka peraturan untuk pelaporan karbon terus berkembang dan bisnis harus mengikuti persyaratan baru untuk menghindari denda, hukuman, dan kerusakan reputasi.  Banyak standar internasional, seperti Greenhouse Gas Protocol atau ISO 14064, mengharuskan perusahaan dan entitas lainnya patuh terhadap aturan yang ada. Mengikuti standar yang ditetapkan dapat memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan persyaratan industri. Berani Mulai Bertanggung Jawab Terhadap Carbon Accounting Meminimalisir kesalahan perhitungan karbon menunjukkan keseriusan organisasi dalam berkontribusi terhadap perubahan. Menunjukkan komitmen untuk melaporkan dan mengurangi emisi secara transparan dan akurat.  Saatnya perusahaan juga turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Click here Similar Article Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) pada kegiatan operasional suatu entitas bisnis.  Carbon accounting atau perhitungan karbon merupakan proses untuk mengukur jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, guna memperkirakan dampaknya terhadap lingkungan. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Menurut IBM, melakukan carbon accounting merupakan hal yang penting sebab data emisi GRK yang akurat dan terperinci dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan upaya pengurangan emisi. Hal ini… Indonesia Youth Sustainability …

How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

Climate Action – The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse gas emissions, enhance energy efficiency, and support sustainable practices. Here are several ways businesses contribute to SDG 13: 1. Reducing Carbon Footprint Read Other Articles : Reducing Carbon Footprint: A Comprehensive Guide for Companies to Begin Many companies are taking steps to lower their carbon emissions by adopting renewable energy sources (such as solar or wind power) and improving energy efficiency. By switching to green energy and reducing dependence on fossil fuels, businesses can drastically cut their carbon emissions. 2. Sustainable Supply Chain Management Businesses are increasingly implementing sustainable practices across their supply chains, ensuring that their suppliers also meet environmental standards. This includes optimizing transportation routes, reducing packaging waste, and sourcing raw materials responsibly. 3. Innovative Technologies Businesses are investing in innovative technologies that reduce emissions, such as carbon capture and storage (CCS) and energy-efficient machinery. Innovations in green technology not only reduce emissions but can also lead to cost savings and increased competitiveness. 4. Climate Risk Management and Adaptation Many businesses are recognizing the risks posed by climate change and are incorporating climate resilience into their risk management strategies. This includes assessing the potential impacts of climate change on their operations and investing in adaptation measures. 5. Corporate Sustainability Goals and Reporting Increasingly, businesses are setting ambitious sustainability goals that align with the Paris Agreement and SDG 13 targets. Transparent reporting on climate actions, using frameworks like the Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD), helps stakeholders track a company’s progress in reducing its carbon footprint. 6. Engaging in Carbon Markets Businesses can participate in carbon markets, which allows them to buy and sell carbon credits to offset their emissions. This helps create a financial incentive for reducing emissions and funding environmental projects that absorb or reduce CO2. 7. Advocacy and Partnerships Many businesses are advocating for stronger climate policies and partnering with governments, NGOs, and other corporations to push forward climate action. By engaging in public policy discussions, businesses can influence regulations and frameworks that support the transition to a low-carbon economy. By taking these actions, businesses not only contribute to mitigating climate change but also create long-term value for themselves and society. Climate action is increasingly viewed as both a business imperative and an opportunity for innovation, competitiveness, and resilience. For companies that aim to contribute to the sustainable development goals 13, the advanced technology has allowed companies to explore ESG and carbon consulting on Satuplatform provide all-in-one solutions to. Try the FREE DEMO now! Similar Article How Business Contribute to SDG 13: Climate Action The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse gas emissions, enhance… Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim memaksa penduduk untuk beradaptasi dengan realitas yang kian sulit. Simak cerita selengkapnya tentang bagaimana kondisi di lapangan! Kampung Tenggelam Desa Bedono Demak Sejak awal tahun 2000, Dusun Rejosari Senik di pesisir utara Pulau Jawa mulai mengalami fenomena rob, yakni banjir air laut yang terjadi akibat naiknya permukaan laut dan abrasi yang menggerus daratan. Ancaman abrasi ini makin mengkhawatirkan, memaksa warga setempat untuk mempertimbangkan masa depan mereka di… Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap Rehabilitasi mangrove sangat penting untuk melindungi ekosistem pesisir dan mengurangi dampak perubahan iklim. Mangrove berperan dalam mencegah abrasi pantai dan menyerap karbon, membantu menekan emisi. Di Kampung Laut Cilacap, upaya rehabilitasi mangrove berhasil membawa perubahan positif, berkat partisipasi aktif masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Baca Juga: Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Pentingnya Rehabilitasi Hutan Mangrove Rehabilitasi mangrove memiliki peran strategis, baik dalam mendukung program pemerintah maupun dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dari sudut pandang ekologis, mangrove berfungsi sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, rumah bagi berbagai spesies laut, serta pencegahan intrusi air asin ke daratan. Selain itu, ekosistem mangrove juga… Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi,… Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa …

Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir

Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir

Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim memaksa penduduk untuk beradaptasi dengan realitas yang kian sulit. Simak cerita selengkapnya tentang bagaimana kondisi di lapangan! Kampung Tenggelam Desa Bedono Demak Sejak awal tahun 2000, Dusun Rejosari Senik di pesisir utara Pulau Jawa mulai mengalami fenomena rob, yakni banjir air laut yang terjadi akibat naiknya permukaan laut dan abrasi yang menggerus daratan. Ancaman abrasi ini makin mengkhawatirkan, memaksa warga setempat untuk mempertimbangkan masa depan mereka di wilayah tersebut. Baca juga artikel lainnya : 3 Program CSR Dukung Kelestarian Laut Kondisi lingkungan yang kian memburuk membuat masyarakat perlahan-lahan meninggalkan kampung halaman yang sudah mereka tempati selama bertahun-tahun. Pada tahun 2006, proses perpindahan warga secara bertahap dimulai, demi mencari tempat tinggal yang lebih aman dan layak huni. Hingga akhirnya pada tahun 2010, seluruh penduduk Dusun Senik telah meninggalkan desa mereka. Namun, di tengah kampung yang kini tak berpenghuni, Mak Jah, memilih untuk tetap tinggal menjadi satu-satunya saksi dari perubahan dramatis yang melanda desanya akibat dampak perubahan iklim. “Hidup sendiri di sini sudah dari tahun 2010, lha kalau tak tinggal pergi lalu enggak ada yang ngerawat yang nyulami mangrove,” Tutur Mak Jah. Dari 200 kepala keluarga yang dulunya menghuni Dusun Rejosari Senik, kini hanya Mak Jah dan keluarganya yang masih bertahan di tengah ancaman abrasi yang terus menggerus pesisir. Keputusan Mak Jah untuk tetap tinggal bukan tanpa alasan. Sejak abrasi mulai merusak desanya, ia berinisiatif menanam mangrove dengan harapan dapat memulihkan ekosistem pesisir yang kian kritis. Upayanya ini juga bertujuan untuk menahan laju abrasi yang makin mengancam daratan. Perubahan Iklim Memengaruhi Nelayan Pulau Pari Pulau Pari merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Seribu, terletak di antara barisan pulau-pulau kecil yang membentang dari selatan hingga utara di perairan Jakarta. Kepulauan ini masuk dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yang menjadi salah satu bagian penting dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Edi Mulyono, satu di antara sekian banyak petani dan nelayan yang ada di Pulau Pari menyaksikan bagaimana perubahan iklim memengaruhi lingkungan tempatnya tinggal. Di kawasan pesisir, terutama di Pulau Pari, Edi merasakan dampak nyata dari perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Dulu, Pulau Pari jarang sekali dilanda banjir rob, tetapi kini kondisinya telah berubah drastis. “Sebenarnya banjir rob dari tahun 2000-an sudah mulai, tetapi tidak separah di tahun 2018 sampai saat ini. Kalau dulu ya biasa tetapi sedikit, cuma 2018 itu sampai masuk ke dalam pemukiman masyarakat dan rumah warga. Sumur-sumur yang digunakan warga untuk sumber air bersih tidak bisa lagi digunakan untuk minum dan kebutuhan hari lainnya karena mulai tercampur dengan air laut,” ungkap Edi. Perubahan iklim juga turut memengaruhi pekerjaan para nelayan tangkap di sekitaran Pulau Pari. Sulit bagi nelayan untuk memperkirakan cuaca. “Semenjak tahun 2000-an agak sulit, bahkan nelayan kawakan saja yang sepuh banyak yang bilang kalau cuaca sekarang susah diprediksi, mungkin faktor itu ya (perubahan iklim) yang memengaruhi menurunnya pencarian ikan, selain karena kontaminasi laut akibat sungai-sungai dari Kota Jakarta,” Sambung Edi. Tambakrejo atau Tambak Lorok, Kuburan Tenggelam dan Rumah yang Mesti Ditinggikan Hanya 10-15 menit dari pusat Kota Semarang, pesisir Tambakrejo di Kelurahan Tanjung Mas menunjukkan dampak abrasi yang parah. Pada, 1980-an, jarak antara pemukiman dan pantai masih 1,5 kiilometer, tetapi sejak 2000-an, abrasi mulai menenggelamkan daratan. Kini warga menyebutnya Tambak Lorok, dari kata “nglorok”, yang berarti merosot dalam Bahasa Jawa, sebagai gambaran tanah yang hilang akibat terjangan air laut. Abrasi meninggalkan jejak nyata di pesisir Tambakrejo. Di sini, bekas pom bensin yang tenggelam dan tiang-tiang listrik di tengah laut menjadi saksi bagaimana alam mengubah segalanya. Tak hanya jalan yang hilang, makam umum juga ikut tenggelam, memaksa warga yang mampu memindahkannya ke lokasi lebih aman. Sementara itu, rumah-rumah warga di pesisir terus ditinggikan agar terhindar dari banjir rob, beberapa hingga tiga atau empat kali. Bagi yang belum mampu, mereka terpaksa tinggal di rumah yang atapnya makin rendah akibat abrasi.  Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – Seiring dengan meningkatnya sustainability awareness …