Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Hari Ozon Sedunia: Memahami Fungsi Penting Lapisan Ozon Bagi Kehidupan

Majelis Umum PBB menetapkan 16 September sebagai Hari Internasional untuk Pelestarian Lapisan Ozon atau disebut juga Hari Ozon sebagai upaya mencegah kerusakan lapisan ozon yang lebih jauh. Penetapan tersebut dibuat sejak lama, bersamaan dengan ditandatanganinya Protokol Montreal yang mengatur pelarangan penggunaan sejumlah zat. Beberapa zat kimia yang digunakan dalam kegiatan industri diyakini berkontribusi dalam penipisan lapisan ozon. Perjanjian internasional ini diratifikasi oleh 197 negara di dunia. PBB setiap tahunnya menetapkan tema khusus untuk memperingati perayaan “The International Day for the Preservation of the Ozone Layer”, dengan berfokus pada beragam aspek penting. Pada Hari Ozon Internasional tahun ini, tema yang diangkat yaitu Montreal Protocol: Advancing Climate Action.  Baca juga artikel lainnya : Apa yang Terjadi Jika Lapisan Ozon Hilang Sepenuhnya? Lapisan Ozon dan Tema Hari Ozon Sedunia 2024 Tema yang dipilih oleh Program Lingkungan PBB untuk memperingati Hari Ozon tahun ini adalah Protokol Montreal: Memajukan Aksi Iklim.  Dilansir dari situs resmi UNEP, pemilihan tema ini dimaksudkan untuk menyoroti dampak ganda Protokol Montreal, yang tidak hanya dapat melindungi lapisan ozon tetapi juga berkontribusi signifikan dalam memerangi perubahan iklim. Pilar-pilar dalam Protokol Montreal dianggap semakin relevan dalam konteks aksi iklim. Pada awalnya, Protokol Montreal dirancang untuk menghapus bahan perusak ozon (ODS). Seiring berjalannya waktu, perjanjian ini ternyata juga memungkinkan menurunkan emisi gas rumah kaca yang kuat, memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, penerapan Protokol Montreal menjadi semakin penting dalam konteks aksi iklim, karena membantu menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus menghadapi tantangan iklim yang semakin mendesak. Pentingnya Lapisan Ozon Bagi Kehidupan Lapisan ozon berada di wilayah stratosfer bumi, sekitar 15 sampai 35 kilometer dengan ketebalan yang bervariasi. Material ini layaknya cangkang yang berfungsi melindungi apapun yang ada di dalam dari paparan objek di luar. Secara lebih terperinci, lapisan ozon melindungi seluruh makhluk hidup dari radiasi sinar ultraviolet matahari yang berbahaya dan berpotensi merusak. Melalui penyerapan sebagian radiasi sinar UV, manusia dan makhluk hidup lainnya dapat beraktivitas di luar ruang dengan lebih aman.  Beberapa efek berbahaya yang dikaitkan dengan paparan sinar UV termasuk kanker kulit, katarak, sampai dengan kerusakan pada tanaman dan kehidupan laut. Penipisan Lapisan Ozon dan Pemulihannya  Terjadinya penipisan lapisan ozon sudah mulai diamati sejak beberapa dekade lalu. Meskipun dapat mengalami penipisan secara alami, namun, mulai tahun 1970-an, bukti ilmiah menunjukkan bahwa lapisan ozon terus terkuras jauh melampaui perhitungan. Dilansir dari Program Perlindungan Lingkungan AS, dampak zat perusak ozon (ODS) diyakini berkontribusi terhadap penipisan ozon. Berdasarkan penelitian, ODS melepaskan klorin dan bromin saat terpapar sinar UV yang kuat, meliputi senyawa seperti CFC, HCFC, CCl4, metil kloroform, halon, dan metil bromida. Senyawa-senyawa tersebut, pada saat itu, menjadi salah satu material dalam produk yang berkaitan dengan pendinginan, pencegah kebakaran, insulasi busa, dan aplikasi lainnya. ODS sangat stabil dan tidak larut dalam hujan, sehingga tidak ada proses alami yang akan bisa menghilangkan ODS dari atmosfer. Setelah berbagai penelitian dan upaya, pada tahun 1980-an dunia melakukan perubahan besar. Melalui pengesahan Protokol Montreal, negara-negara sepakat untuk menghapuskan penggunaan zat perusak ozon dalam produk apapun serta menjalankan pemulihan ozon.  Ilmuwan secara rutin memantau keadaan lapisan ozon, terutama di wilayah kutub, untuk melacak pemulihannya. Mereka juga terus melakukan penelitian untuk menemukan solusi inovatif yang dapat mempercepat pemulihan. Agar kegiatan pengukuran dan pemantau emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Solusi Penipisan Lapisan Ozon Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Mengumpulkan dan menganalisis data ESG secara akurat dan efisien Melacak emisi karbon dan menetapkan target pengurangan emisi Menyusun laporan ESG yang memenuhi standar internasional dan nasional Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Kebakaran TPA: Dampak Lingkungan dan Kesehatan yang Tak Terhindarkan

Kebakaran TPA sampah menjadi sebuah isu lingkungan yang masih selalu terjadi dari tahun ke tahun. Jumlah kejadiannya bahkan meningkat pada tahun 2023 lalu, dan sepertinya belum tertangani dengan baik sampai saat ini. Belum lama ini, kasus terbakarnya TPA sampah kembali terulang di salah satu wilayah di Indonesia. Tepatnya di Kota Cilegon, Banten, tragedi kebakaran melanda TPSA Bagendung, pada Senin malam (16/9/2024), yang merupakan kali kedua tempat ini mengalami hal serupa. Pernah terjadi pada tahun 2019 lalu. Kebakaran TPA merupakan kejadian yang sangat merugikan dari segala sisi. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah serius dengan dampak yang luas bagi lingkungan, kesehatan masyarakat, juga ekonomi. Bahkan, dikutip dari Jurnal Ilmu Lingkungan di situs Science Direct, kebakaran tempat pembuangan sampah juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Berikut adalah penjelasannya. Apa Dampak dari Terbakarnya TPA Sampah? Baca juga artikel lainnya : Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya? Berkaca dari apa yang terjadi, terbakarnya tumpukan sampah di areal TPA akan menimbulkan kabut asap yang seiring waktu bertambah pekat. Bau bakar yang menusuk juga semakin kuat, terlebih dalam jarak yang dekat. Ketika TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat terbakar tahun lalu, masyarakat sekitar terpaksa harus diungsikan karena kondisi lingkungan yang tercemar parah. Banyak orang mengalami sesak napas dan batuk, terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), pandangan menjadi lebih buram, hingga mual.  Akibat dari asap kebakaran yang terus menebal, terbakarnya sampah bisa melepaskan bahan kimia beracun yang berpotensi menyebabkan kanker dan gangguan reproduksi. Terutama terjadi ketika bahan plastik atau kimia berbahaya ikut terbakar. Kebakaran TPA juga dapat menghasilkan abu dan residu yang memungkinnya mencemari air tanah dan sumber air di sekitar. Mempengaruhi ekosistem lokal dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup. Kebakaran TPA juga berdampak signifikan terhadap ekonomi, terlebih dalam memadamkan kebakaran. Memadamkan kebakaran di TPA memerlukan waktu, tenaga, dan sumber daya yang besar. Hal ini juga yang terjadi saat TPA Sarimukti terbakar, sekitar Rp 5,8 miliar dana dialokasikan untuk menangani kebakaran di sana. Bagaimana Kebakaran TPA Berkontribusi Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca?   Pengelolaan sampah yang buruk, termasuk kebakaran TPA, juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.  Selain metana, kebakaran juga melepaskan karbon dioksida (CO2), yang memperparah pemanasan global. Kebakaran TPA melepaskan berbagai polutan berbahaya seperti dioksin, furan, karbon monoksida (CO), serta partikel halus (PM2.5 dan PM10). Dilansir dari jurnal berjudul “Air quality impacts of landfill fires: A case study from the Brahmapuram Municipal Solid Waste Treatment Plant in Kochi, India”, kebakaran TPA di sana menghasilkan gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global sebesar 147,88 Gg CO2-e. Perlu mendapat perhatian kritis sebab dapat turut melepaskan berbagai macam polutan udara berbahaya. Emisi PM 2,5 dari pembakaran limbah disebut bertanggung jawab atas 10 persen dari total kematian PM 2,5 ambien global. Selain dampak kesehatan yang sudah disebutkan sebelumnya, kanker paru-paru hingga penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit jantung iskemik menjadi yang terparah terkait dengan peningkatan paparan PM 2,5. Bagaimana Cara Bertanggung Jawab Mengelola Sampah?  Pengelolaan sampah bertanggung jawab dapat menjadi sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran TPA sampah. Dengan menerapkan metode pengelolaan sampah yang sistematis dan tepat, risiko sampah terbakar akibat cuaca panas, penumpukan gas metana, atau human error dapat lebih diminimalisir. Hal ini mencakup pemilahan sampah di sumber, daur ulang, dan pengomposan sampah organik. Pengelolaan sampah yang tepat juga tidak hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga meminimalkan risiko kebakaran TPA dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.  Turut Serta dalam Keberlanjutan Siapapun dapat turut serta ciptakan perubahan. Salah satunya ialah dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih …

5 Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang punya kualitas udara paling tidak sehat. Dibuktikan dengan laporan Indeks Kualitas Udara Kehidupan (AQLI) yang menyebut Indonesia sebagai satu dari enam negara yang paling berkontribusi terhadap polusi udara global. BBC melaporkan bahwa bersamaan dengan China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria, Indonesia menyumbang 75 persen dari total beban polusi udara global. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yakni karena tingkat polusi udara yang tinggi serta jumlah populasi masyarakatnya yang besar. Baca Juga: Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Polusi udara yang terjadi membuat langit Indonesia diselimuti penampakan kabut asap tebal yang dapat terlihat jelas ketika berada di ketinggian. Kabut pencemar udara ini tidak hanya membuat langit menjadi kelabu, tapi juga dapat memengaruhi jarang pandang, serta yang paling penting mengandung zat kimia dan partikel berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan kondisi yang ada, beberapa kota di Indonesia pasti menjadi salah satu yang menyumbang kualitas udara terburuk. Berdasarkan laporan World Air Quality Report 2023 dari IQAir, berikut adalah lima kota dengan kualitas udara terburuk atau paling berpolusi berdasarkan konsentrasi PM2.5 di Indonesia. 1. Kualitas Udara Tangerang Selatan: 71,1 µg/m3 Tangerang Selatan atau Tangsel di Provinsi Banten, menjadi kota dengan polusi udara terburuk, bahkan lebih buruk dari Jakarta. Berada di posisi ke 41 kota paling berpolusi secara global. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, kadar PM2.5 di kota ini berada di angka 71,1 mikrogram per meter kubik. Angka ini hampir lima kali lipat ambang batas aman paparan PM2.5 yang ditetapkan WHO. Menurut berbagai sumber, polusi udara di sini dapat disebabkan dari emisi knalpot kendaraan bermotor, aktivitas industri, PLTU, dan pembakaran bahan bakar fosil lainnya. Sebagai daerah penyangga Jakarta, kota ini hadir dengan berbagai fasilitas dan kegiatannya yang memungkinkan untuk menyumbang polusi. Baca Juga: Laporan IQAir Sebut Hanya 5% Negara yang Punya Kualitas Udara Berstandar WHO, Bagaimana dengan Indonesia? 2. Kualitas Udara Tangerang: 54,1 µg/m3 Lagi-lagi kota di Provinsi Banten, Tangerang, menempati posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara paling buruk di Indonesia.  Menurut pemantauan yang dilakukan, serta telah dianalisis secara resmi oleh para ilmuwan, kadar PM2.5 di Tangerang rata-rata mencapai 54,1 mikrogram per meter kubik. Angka ini tiga kali lipat lebih tinggi dari yang ditetapkan WHO. Selain karena faktor pembakaran bahan bakar fosil, buruknya kualitas udara di Tangerang maupun Tangsel disebut karena meningkatnya aktivitas pembangunan di sini. Menurut pantauan CNBC Indonesia, wilayah Gading Serpong, BSD, dan Cisauk tengah banyak kegiatan pembangunan yang membuat banyak truk berlalu-lalang. Belum lagi dengan minimnya ruang terbuka hijau yang tersedia. 3. Kualitas Udara Bekasi: 49,4 µg/m3 Bekasi menjadi kota di Indonesia selanjutnya yang memiliki polusi udara terburuk. Terpantau bahwa kadar PM2.5 yang ada di sini mencapai 49,9 mikrogram per meter kubik, tiga kali lipat lebih tinggi dari ambang batas PM2.5 yang ditetapkan WHO, yaitu sebesar 15 mikrogram per meter kubik. Secara global, peringkatnya berada di angka 133. Menurut studi oleh NAFAS, penyebabnya dapat berasal dari aktivitas industri, pembakaran sampah, serta karena polusi lintas batas dari daerah-daerah di sekitar. Pada jam tertentu, risiko terpapar polusi udara sangat tinggi juga bisa terjadi dan menjadikan udara berada di kategori Tidak Sehat untuk kelompok sensitif.   4. Kualitas Udara Jakarta: 43,8 µg/m3 Kota Jakarta berada di posisi empat di tahun 2023 sebagai kota dengan kondisi udara terburuk di Indonesia. Permasalahan terkait buruknya udara di Jakarta telah banyak diperbincangkan. Faktor penyebabnya ialah dapat berasal dari emisi knalpot kendaraan, kegiatan industri, PLTU sekitar, dan lainnya.  Kadar PM2.5 di sini tercatat di angka 43,8 mikrogram per meter kubik yang cukup tinggi dan masuk kategori Tidak Sehat dan berisiko bagi kelompok sensitif.  5. Kualitas Udara Bandung: 39,6 µg/m3 Meskipun dikenal dengan wilayahnya yang sejuk di beberapa tempat, berdasarkan pemantauan, Bandung menempati urutan kelima sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia. Jumlah PM2.5 yang tercatat mencapai 39,6 mikrogram per meter kubik. Tumpukan sampah, tingginya mobilitas kendaraan, serta dengan banyak aktivitas industri dan PLTU yang dijalankan dapat memperparah polusi udara di sini.  Turut Serta dalam Keberlanjutan Kota yang memiliki tingkat partikulat halus (PM2.5) yang tinggi, merupakan indikator utama kualitas udara yang buruk. Kualitas udara yang buruk dapat berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok rentan.  Saatnya pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan! Bantu ciptakan perubahan salah satunya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Teknologi Manufaktur Minim Emisi: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Industri manufaktur merupakan salah satu industri yang memiliki peran signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi lain, industri ini juga memberikan kontribusi terhadap berbagai masalah lingkungan, terutama dalam hal gas rumah kaca (GRK). Sektor manufaktur menghasilkan emisi 340,71 juta ton CO2e atau setara dengan 38% dari total emisi industri nasional. Seiring semakin meningkatnya perhatian terhadap isu lingkungan, maka menciptakan industri manufaktur yang lebih berkelanjutan juga perlu untuk diupayakan. Termasuk untuk mendorong teknologi produksi yang minim emisi. Secara operasional, teknologi manufaktur yang minim emisi juga dapat meningkatkan efisiensi energi agar mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam.  Artikel ini akan mengulas berbagai teknologi yang digunakan dalam proses manufaktur untuk mencapai produksi yang minim emisi dan peran pentingnya dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Baca Juga: Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia 1. Otomatisasi Proses Produksi Dalam industri manufaktur, otomasi proses produksi dapat menjadi teknologi yang sangat membantu untuk menuju industri yang lebih berkelanjutan. Teknologi otomatisasi dan digitalisasi atau yang juga dikenal dengan istilah revolusi industri 5.0 memungkinkan pabrik-pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menurunkan emisi.  Baca juga artikel lainnya : Digital Transformation to Support Environmental Sustainability Teknologi ini pada umumnya akan melibatkan penggunaan sensor cerdas, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (AI), atau juga machine learning yang dapat digunakan untuk memantau dan menganalisis pola konsumsi energi di lini produksi.  2. Manufaktur Adiktif (3D Printing) Manufaktur adiktif, atau yang lebih dikenal dengan istilah 3D printing merupakan suatu  teknologi revolusioner yang dapat mengurangi jejak karbon dalam industri manufaktur. Berbeda dengan metode produksi konvensional yang menggunakan bahan mentah dalam jumlah besar, 3D printing hanya menggunakan bahan yang diperlukan untuk mencetak komponen atau produk. Sehingga limbah yang dihasilkan juga lebih sedikit.  3. Teknologi Bioplastik Bioplastik adalah jenis plastik yang dibuat dari bahan-bahan biologis seperti pati jagung, tebu, minyak nabati, dan selulosa, bukan dari bahan bakar fosil seperti plastik konvensional. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi bioplastik telah menarik minat besar, terutama karena masalah lingkungan yang terkait dengan plastik tradisional, seperti pencemaran laut dan ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan. Termasuk di bidang industri manufaktur, bioplastik juga mulai banyak diterapkan. Seperti dalam kemasan produk makanan dan minuman. Beberapa botol, kantong, dan wadah pengemasan kini terbuat dari polilaktida (PLA), yang merupakan bioplastik berbasis pati jagung. Karena bahan baku bioplastik berasal dari bahan ramah lingkungan, maka teknologi ini juga dapat mendorong industri ke arah penurunan emisi secara gradual. 4. Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) Teknologi berikutnya yang dapat diterapkan di industri manufaktur adalah Carbon Capture and Storage atau CCS. Teknologi ini mencakup metode yang digunakan untuk menangkap emisi CO2 yang dihasilkan selama proses produksi dan menyimpannya di bawah tanah sehingga tidak dilepaskan ke atmosfer.  Teknologi CCS ini dapat diterapkan pada berbagai sektor industri, termasuk industri semen, baja, dan kimia, yang terkenal sebagai penghasil emisi besar. Secara jangka panjang, penerapannya dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mengurangi emisi dari proses produksi yang sulit digantikan dengan sumber energi terbarukan untuk mencapai target netralitas karbon global. 5. Sirkularitas Produksi Minim Emisi Upaya untuk masa depan manufaktur yang lebih berkelanjutan juga dapat dicapai dengan menerapkan sirkularitas produksi minim emisi. Sirkularitas dalam produksi mengacu pada pendekatan di mana bahan-bahan yang digunakan dalam proses manufaktur dapat didaur ulang dan digunakan kembali, sehingga mengurangi limbah dan emisi yang dihasilkan dari produksi baru.  Konsep sirkularitas produksi sangat terkait dengan ekonomi sirkular, di mana perusahaan berfokus pada siklus hidup produk yang lebih panjang, desain yang dapat diperbaiki, dan penggunaan kembali bahan.  Saat ini, pelaku industri dapat lebih mudah untuk merencanakan langkah menuju masa depan yang berkelanjutan dengan berkonsultasi bersama Satuplatform. Dengan tim ahli yang dapat memahami kebutuhan Anda dan menawarkan solusi yang tepat, Satuplatform hadir sebagai all-in-one solution untuk Anda. Dapatkan FREE DEMO sekarang! Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi karbon terbesar untuk Indonesia. Sekitar 70 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan berasal dari bidang industri seperti besi dan baja, semen, kimia, dan petrokimia. Jumlah emisi GRK di sepanjang 2022 berada di angka 887,23 ton CO2e. Dilansir dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, emisi sektor industri Indonesia diproyeksikan dapat melonjak dua kali lipat pada 2030. Oleh karena itu, keterlibatan sektor ini… Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya? Pada tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami cukup banyak kebakaran TPA atau tempat pemrosesan akhir sampah di berbagai wilayah. Tercatat sebanyak 35 TPA sampah di seluruh Indonesia terbakar dan kondisinya tampak memprihatinkan. Salah satunya yang terjadi pada TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat dan menjadi titik penumpukan sampah bagi …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Masalah Lingkungan – Indonesia sebentar lagi akan menyelenggarakan Pilkada serentak 2024 untuk memilih para pemimpin daerah, mulai dari Gubernur, Bupati, Walikota, beserta dengan wakilnya. Jakarta adalah salah satu di antaranya. Pemimpin baru nanti diharapkan dapat menjalankan tugas dan amanat yang diberikan untuk dapat memajukan daerah masing-masing. Menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Ada beragam masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia dan sayangnya belum semua daerah memberikan fokus utama terhadap hal ini. Baca juga artikel lainnya : Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Di Provinsi DKI Jakarta misalnya. Meskipun telah banyak kemajuan di berbagai bidang yang terjadi di sini, Jakarta masih dihadapkan pada segudang permasalahan lingkungan hidup. Daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, nyatanya belum dapat menemukan solusi tepat guna dalam memulihkan kondisi alam yang ada. WALHI Jakarta menyebut bahwa pembangunan di sini seringkali dilakukan tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menjadikan Jakarta mengalami beban akumulatif pembangunan yang tidak berkelanjutan dari masa ke masa. Berdampak pada kondisi lingkungan yang turut merugikan masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemimpin baru nantinya diharapkan dapat dengan tekad yang kuat memberikan perhatiannya serta berkomitmen menangani isu yang ada. Di antara beragam isu lingkungan di Jakarta, berikut adalah tiga masalah lingkungan di Jakarta yang perlu penyelesaian segera.  1. Masalah Lingkungan Polusi Udara Masalah polusi udara menjadi salah satu masalah lingkungan yang lekat dengan Jakarta. Hampir setiap hari, kota dengan lebih dari 11 juta jiwa ini dihadapkan pada kondisi kabut asap tebal yang menjadikan langit abu-abu. Jakarta seringkali berada di peringkat teratas sebagai kota dengan polusi udara terburuk sedunia. Hal ini disebabkan karena ada beragam sumber polusi yang mengepung Jakarta, di antaranya padatnya kendaraan bermotor, industri dan PLTU, dan lain sebagainya. Dilansir dari Tempo, setidaknya ada 14 PLTU dalam radius 100 km yang mengelilingi Kota Jakarta dan hampir setiap hari melakukan pembakaran bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan akan listrik masyarakat. Belum lagi kegiatan industri serta aktivitas kendaraan yang turut menyumbang emisi gas rumah kaca ke langit.  Sayangnya, kondisi ini berdampak pada masalah kualitas udara yang dapat merugikan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemimpin baru diharapkan dapat mencari solusi mengatasi masalah ini dan membantu meminimalkan masalah polusi udara Jakarta.   2. Masalah Lingkungan Banjir dan Krisis Air Bersih Hampir di setiap musim hujan tiba, masalah banjir selalu menghampiri sebagian wilayah di Jakarta dan menciptakan kondisi yang menghambat aktivitas dan mobilitas. Sungai dan kali yang ada seringkali mengalami peluapan sebab tidak dapat menampung aliran air yang tinggi dari curah hujan yang ekstrem. Letak geografis Jakarta disebut merupakan faktor kunci terjadinya banjir dengan 13 sungai yang mengalir ke wilayah metropolitan.  Sayangnya, kondisi ini diperparah dengan tercemarnya sungai dan saluran air yang mengakibatkan air tersumbat dan sulit mengalir. Meskipun seringkali banjir, Jakarta juga mengalami krisis air bersih yang menyulitkan di Musim Kemarau. Menjadikan Kota Jakarta harus mengandalkan pasokan air baku dari luar Jakarta, sebagaimana dilansir dari Palyja. Oleh karena itu, pemimpin baru nantinya diharapkan dapat mengatasi masalah ini, meningkatkan pengelolaan air, perbaikan infrastruktur, dan upaya dalam mitigasi banjir untuk menciptakan perubahan yang baik di Kota Jakarta.  3. Masalah Lingkungan Perlindungan Area Pesisir WALHI Jakarta menyampaikan bahwa pembahasan terkait perlindungan area pesisir sangat jarang dilakukan, terlebih pada Pemilu 2024 lalu. Padahal, pesisir dan pulau kecil menjadi kawasan yang sangat terdampak krisis iklim. Mulai dari masalah pembangunan yang tidak berbasis alam, kegiatan reklamasi pulau, fenomena privatisasi pulau yang menimbulkan degradasi lingkungan, dan masalah lainnya mengancam kawasan pesisir dan menurunkan kualitas alam sekitar.  Kemudian, dilansir dari WALHI Jakarta, rencana pemerintah membangun tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) juga berpotensi menghilangkan keanekaragaman hayati dan identitas nelayan di kawasan pesisir. Pembangunannya dapat merusak mangrove, mereklamasi pantai, sampai menggusur ribuan nelayan di Jakarta yang merusak ekosistem. Masih banyak lagi masalah lingkungan di Jakarta yang perlu mendapat perhatian serta penanganan serius sebagai upaya menyelamatkan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Pemimpin baru nantinya diharapkan dapat menjadikan penyelesaian masalah lingkungan sebagai salah satu fokus utama mereka. Turut Serta dalam Keberlanjutan untuk Mengatasi Masalah Lingkungan Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article CollaborAction Satuplatform dalam Langkah Membumi Festival Satuplatform, platform yang mendukung inisiatif keberlanjutan khususnya pada Carbon & ESG Management, dengan bangga mengumumkan keterlibatannya sebagai Ecopreneur Partner dalam acara Langkah Membumi Festival, yang diselenggarakan oleh Ecoxyztem dan Blibli Tiket Action pada 2-3 November 2024 di Senayan Park, Jakarta. Acara ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan menginspirasi tindakan positif untuk bumi melalui berbagai kegiatan, diskusi, dan aksi nyata. Dalam festival yang penuh semangat ini, untuk itu Satuplatform berkomitmen dalam memperkenalkan dan mendukung berbagai produk serta inisiatif ramah lingkungan yang berfokus pada perhitungan reduksi emisi karbon dan arah keberlanjutan. Tak hanya itu, Satuplatform juga mengkampanyekan aksi… 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang …

Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting?

Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting?

Mekanisme carbon offset dan carbon credit menjadi beberapa di antara banyak metode yang dilakukan untuk dapat mengurangi emisi karbon. Kedua pilihan tersebut memungkinkan organisasi atau perusahaan, bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang mereka lepaskan ke atmosfer. Masing-masing metode memiliki cara kerja dan karakteristiknya tersendiri. Lalu, apa perbedaan dari carbon offset dan carbon credit? Perbedaan Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dikenal juga sebagai kompensasi karbon atau pengimbangan karbon. Dilansir dari Constellation, carbon offset merupakan suatu cara untuk mengukur tindakan yang menghilangkan gas rumah kaca dari atmosfer. Mekanisme pengimbangan atau kompensasi emisi karbon yang dihasilkan oleh individu, perusahaan, atau organisasi ini dilakukan dengan mendanai proyek-proyek yang punya tujuan mengurangi, menyerap, hingga menghilangkan emisi karbon di tempat lain. Misalnya seperti kegiatan reboisasi atau penanaman pohon, investasi dalam energi terbarukan, juga pengurangan emisi. Sementara itu, kredit karbon adalah izin untuk mengeluarkan sejumlah emisi, yang dapat diperdagangkan antara perusahaan sebagai bagian dari skema peraturan atau pasar sukarela, dikutip dari Our Trace. Carbon credit bisa dibilang merupakan proyek kredit pengimbangan karbon yang membatasi industri tertentu melepaskan sejumlah emisi karbon. Satu carbon credit biasanya mewakili izin untuk mengeluarkan satu ton CO2 atau setara dengan gas rumah kaca lainnya. Perusahaan yang melampaui batas yang ditetapkan harus membeli kredit baru untuk meningkatkan batasnya. Jika terdapat kredit tersisa, dapat diperdagangkan yang dialokasikan langsung ke sumber emisi atau ditawarkan untuk dijual di lelang. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijumpai bahwa: Pengguna Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dan carbon credit bisa dilakukan oleh berbagai pihak, terutama yang berkaitan dengan emisi karbon. Secara terperinci, penjelasannya adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan atau Industri Perusahaan atau industri besar dari sektor yang menghasilkan emisi karbon (misalnya, energi, transportasi, manufaktur, dan konstruksi) dapat menggunakan carbon credit dan offset untuk mengimbangi emisi yang tidak bisa mereka kurangi secara langsung. Mereka dapat membeli kredit karbon dari proyek yang bertujuan mengurangi atau menyerap emisi karbon dari atmosfer, seperti proyek reboisasi atau energi terbarukan. Misalnya, seperti pendanaan sumber energi berkelanjutan, seperti tenaga surya dan angin, yang bertujuan secara signifikan mengurangi emisi GRK. 2. Pemerintah Pemerintah di berbagai negara sering terlibat dalam perdagangan karbon untuk memenuhi target iklim nasional dan internasional. Mereka dapat menetapkan kebijakan perdagangan emisi dan mendorong pengurangan emisi melalui sistem cap-and-trade atau pajak karbon. Mereka berwenang untuk memberikan perusahaan batas emisi yang diizinkan. Jika perusahaan melewati batas itu, mereka dapat membeli kredit karbon untuk memenuhi target iklim nasional atau internasional. Contohnya, seperti Uni Eropa yang memiliki kebijakan European Union Emissions Trading Scheme (EU ETS). 3. Organisasi Non-Pemerintah (NGO) Organisasi lingkungan dapat melakukan proyek yang berfokus pada penurunan emisi karbon, seperti proyek reboisasi, konservasi lahan, dan proyek energi terbarukan.  Mereka menghasilkan carbon credits melalui kegiatan ini dan menjualnya kepada perusahaan atau pemerintah. Misalnya, seperti The Nature Conservancy atau Rainforest Alliance, mengembangkan proyek penyerapan karbon yang memberikan kesempatan untuk menghasilkan kredit karbon. 4. Individu Individu atau setiap masyarakat dunia juga diberikan kesempatan dalam melakukan carbon offset.  Mereka yang peduli dengan jejak karbon mereka dapat membeli carbon offset untuk mengimbangi emisi dari aktivitas pribadi, seperti penerbangan, konsumsi energi rumah tangga, atau perjalanan harian dengan mobil.  Mengapa Carbon Offset dan Carbon Credit Penting? Baca juga artikel lainnya : Kredit Karbon: Solusi Perusahaan Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan Meskipun keduanya memiliki implementasi yang berbeda, namun carbon offset dan carbon credit punya tujuan yang sama pentingnya bagi keberlangsungan bumi. Menurut situs Hedera, pembelian kompensasi karbon membantu mendukung lingkungan dengan mendanai proyek-proyek yang mengurangi emisi. Dalam banyak kasus, kompensasi terjangkau dan mudah diakses. Meski begitu, cara ini tidak boleh dijadikan alasan bagi seluruh pihak untuk mencemari atau menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca. Penerapannya harus tetap dibarengi dengan upaya untuk mengurangi produksi emisi secara internal. Kemudian, dalam mekanisme carbon credit, tersedia insentif kepada perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi karbon mereka. Ini mendorong perusahaan untuk mencari cara yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon mereka. Berani Mulai Jadi Bisnis Bertanggung Jawab Mekanisme carbon offset dan carbon credit merupakan dua contoh upaya global yang berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi perubahan iklim. Selain keduanya, pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Carbon Offset dan Carbon Credit: Apa Bedanya dan Mengapa Penting? Mekanisme carbon offset dan carbon credit menjadi beberapa di antara banyak metode yang dilakukan untuk dapat mengurangi emisi karbon. Kedua pilihan tersebut memungkinkan organisasi atau perusahaan, bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca yang mereka lepaskan ke atmosfer. Masing-masing metode memiliki cara kerja dan karakteristiknya tersendiri. Lalu, apa perbedaan dari carbon offset dan carbon credit? Perbedaan Carbon Offset dan Carbon Credit Carbon offset dikenal juga sebagai kompensasi karbon atau pengimbangan karbon. Dilansir dari Constellation, carbon offset merupakan suatu cara untuk mengukur tindakan yang menghilangkan gas rumah kaca dari atmosfer. Mekanisme pengimbangan atau kompensasi emisi karbon yang dihasilkan oleh individu, perusahaan,… Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM …

Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi

Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi

Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di Indonesia.. Berdasarkan kondisi ini, UMKM perlu memiliki peran signifikan untuk mendukung dekarbonisasi guna mendorong tercapainya target Indonesia dalam hal emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Baca Juga: 5 Perusahaan yang Berkomitmen Kurangi Emisi Karbon Tujuan Penghitungan Emisi Karbon di Sektor UMKM Menurut studi IESR, emisi sektor UMKM utamanya bersumber dari dua aktivitas. Sebanyak 95 persen emisi yang dilepas UMKM berasal dari pembakaran energi fosil, sementara sisanya dari kegiatan membakar sampah.  Tujuan dari menghitung emisi karbon oleh UMKM adalah untuk membantu usaha-usaha kecil memahami dan mengelola dampak lingkungan mereka, terutama terkait dengan emisi gas rumah kaca. Aktivitas ini juga mendorong mereka menemukan peluang untuk meningkatkan efisiensi energi. Tidak hanya itu, melihat pasar yang semakin peduli terhadap isu keberlanjutan, keterlibatan UMKM dalam hal ini akan dapat menunjukkan komitmen mereka dalam bisnis bertanggung jawab yang memberikan perhatian dalam mengelola dampak lingkungan. Meningkatkan citra perusahaan dan daya saing pasar dengan lebih luas. Oleh karena itu, IESR menyebut bahwa UMKM perlu berusaha dalam mengurangi emisi demi mencapai usaha yang lebih hijau dan berkelanjutan, baik secara ekonomi, lingkungan, serta sosial dalam jangka panjang. Baca Juga: Satuplatform Bersama DLH Jabar Gelar Webinar Perhitungan Emisi Karbon  Tantangan dalam Menghitung Jejak Karbon Sektor UMKM Dibalik manfaatnya, kegiatan menghitung jejak karbon tentu masih memiliki beberapa tantangan yang mungkin dapat menyulitkan pihak yang terlibat secara langsung. Dalam hal ini adalah industri UMKM. 1. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Salah satunya tantangan yang dikhawatirkan yakni tentang pemahaman dan kesadaran yang dimiliki pelaku UMKM. Tidak bisa dipungkiri, bahwa informasi tentang emisi, energi, atau pun perubahan iklim bukanlah sebuah topik yang umum dibahas. Relevansinya dengan bisnis pun tidak begitu dekat. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sektor UMKM untuk mau terlibat dalam perhitungan jejak karbon sebab dirasa tidak memiliki keterkaitan dengan mereka. 2. Kesiapan Finansial Kemudian, finansial juga menjadi tantangan lain yang dapat menghambat UMKM berkontribusi dalam aktivitas menghitung jejak karbon. Penghitungan jejak karbon yang akurat memerlukan akses terhadap teknologi, perangkat lunak, atau jasa konsultan khusus. Biaya untuk mengakses layanan ini bisa cukup tinggi bagi UMKM, terutama yang berada di skala kecil atau mikro. 3. Akses ke Data yang Terbatas dalam Perhitungan Emisi Karbon Sektor UMKM Untuk menghitung jejak karbon, diperlukan data yang rinci tentang konsumsi energi, bahan bakar, bahan baku, proses produksi, dan transportasi. UMKM sering kali kesulitan mengakses data ini secara lengkap atau menghadapi kesulitan dalam pengumpulan data, terutama jika bisnis mereka belum memiliki sistem pencatatan yang baik. 4. Kurangnya Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Di beberapa negara, dukungan pemerintah untuk membantu UMKM menghitung jejak karbon masih terbatas. Kebijakan insentif atau program bantuan teknis yang mendorong UMKM beralih ke praktik bisnis yang ramah lingkungan belum merata. Solusi Mendorong Sektor UMKM Memulai Perhitungan Emisi Karbon Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyebut UMKM memiliki peran signifikan untuk mendukung dekarbonisasi. Salah satunya merupakan target untuk mewujudk net zero emission Indonesia di tahun 2060. Dilansir dari Kompas, untuk dapat mengatasi tantangan yang ada serta mendorong keterlibatan UMKM dalam perhitungan karbon, Fabby menjelaskan bahwa pemerintah turut terlibat dan ikut andil menyediakan sarana dan kebijakan yang layak bagi UMKM.  Pemerintah perlu mengusulkan strategi dan memberikan bantuan berupa finansial maupun asistensi teknis kepada UMKM agar mampu merencanakan dan mendorong investasi demi menurunkan emisi gas rumah kaca.  Menghitung semua faktor sumber emisi secara akurat bisa menjadi tugas yang menantang bagi UMKM yang tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang lingkungan atau energi. Kebijakan insentif atau program bantuan teknis yang disediakan dapat mendorong UMKM beralih ke praktik bisnis yang ramah lingkungan. Pada akhirnya, pendekatan kolaboratif antar lintas sektor adalah kunci utama meminta keterlibatan UMKM untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan jejak karbon. Berani Mulai Jadi Bisnis Bertanggung Jawab Baca juga artikel lainnya : Industri dan Jejak Karbon: Cara Perusahaan Besar Kelola Emisi Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di… Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai …

Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya

Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions

Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih. Ini merupakan suatu bentuk komitmen atas mandat Perjanjian Paris 2015 yang telah disepakati demi menyeimbangkan kondisi alam. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Net Zero Emission dimaknai sebagai upaya untuk menyeimbangkan jumlah emisi karbon yang dihasilkan agar tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi. Meskipun bumi memiliki kemampuan untuk menyerap emisi karbon secara alami, akan tetapi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlebih dapat membuatnya kewalahan. Dilansir dari Forest Digest, ketika bumi tidak sanggup lagi menyerap emisi, emisi akan terperangkap mengotori atmosfer dan menimbulkan panas berlebih yang berimbas pada kenaikan suhu bumi. Oleh karena itu, manusia juga perlu turut berkontribusi mengurangi pelepasan emisi GRK dari aktivitas yang dilakukan. Salah satunya melalui inisiatif carbon accounting. Carbon accounting atau penghitungan emisi karbon menjadi sebuah langkah untuk mengukur dan melaporkan jumlah emisi gas rumah kaca, utamanya karbon dioksida, yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, baik di tingkat individu, perusahaan, atau negara. Tujuan utamanya adalah untuk memperdagangkan kredit karbon secara setara dan adil antara masing-masing pihak. Melalui carbon accounting, organisasi dapat menilai kemajuan dalam mengurangi emisi dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Selain untuk membantu memitigasi perubahan iklim, ini juga menunjukkan komitmen mereka menerapkan bisnis bertanggung jawab, yang dapat meningkatkan reputasi di mata publik. Baca juga artikel lainnya : Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Carbon accounting memainkan salah satu peran penting dalam mencapai target emisi nol bersih dengan menyediakan data yang terukur dan transparan mengenai emisi gas rumah kaca (GRK). Lalu, bagaimana carbon accounting berperan dalam mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih? 1. Carbon Accounting dalam Mengidentifikasi dan Mengukur Emisi Carbon accounting membantu organisasi, perusahaan, dan negara dalam mengukur jejak karbon mereka secara menyeluruh.  Melalui pemahaman yang jelas tentang sumber emisi, contohnya dari sektor energi, transportasi, atau produksi, pihak terkait dapat mengidentifikasi area yang paling berkontribusi terhadap pelepasan GRK.  Dikutip dari Greenly, data yang diperoleh akan memberikan wawasan mendalam untuk membantu mengurangi emisi langsung dan tidak langsung serta mencapai tujuan iklim masing-masing. Maka dari itu, ini adalah langkah pertama yang penting dalam menetapkan strategi untuk mengurangi emisi. 2. Carbon Accounting dalam Menjaga Target Pengurangan Emisi Dengan data emisi yang terukur, perusahaan dapat menetapkan target pengurangan emisi yang realistis dan sesuai dengan tujuan net zero emission yang diharapkan.  Carbon accounting memungkinkan pengukuran baseline emisi sehingga perusahaan dapat melacak progres pengurangan emisi secara tahunan dan menyesuaikan strategi mereka. Mendukung pengembangan strategi yang lebih baik di masa depan. 3. Carbon Accounting untuk Memantau Kemajuan Carbon accounting memungkinkan organisasi untuk memantau kemajuan dalam mencapai target pengurangan emisi melalui laporan berkala.  Dengan metodologi yang konsisten, carbon accounting memberikan gambaran yang akurat tentang seberapa efektif tindakan yang diambil menuju target emisi nol bersih. Data yang terukur juga memungkinkan organisasi mengurangi biaya operasional sebagai dampak dari upaya yang optimal. 4. Mematuhi Regulasi dan Standar Organisasi yang turut serta menghitung emisi karbon yang dilepaskan juga bisa dibilang telah turut membantu organisasi mematuhi standar internasional seperti Protokol Gas Rumah Kaca (GHG Protocol) serta regulasi nasional terkait emisi.  Dengan mematuhi standar tersebut, perusahaan dapat berkontribusi secara global terhadap inisiatif net zero emission dan menghindari penalti atau denda, memanfaatkan peluang mereka dengan baik. 5. Carbon Accounting untuk Mendorong Inovasi Teknologi Dengan memahami distribusi emisi melalui carbon accounting, organisasi dapat berinovasi pada area-area yang menghasilkan emisi tinggi. Kegiatan ini dapat membantu bisnis mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko yang terkait dengan perubahan iklim. Mendorong pengembangan teknologi rendah karbon yang lebih efisien untuk mencapai net zero emission. Turut Serta dalam Keberlanjutan Waktunya pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Perhitungan Emisi Karbon untuk UMKM: Tujuan, Tantangan, dan Solusi Pelepasan emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer tidak hanya dapat dihasilkan oleh sektor industri berskala besar saja. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut turut punya andil dalam menyumbang sejumlah emisi karbon yang berkontribusi dalam pemanasan global. Dilansir dari Katadata, menurut hasil penelitian dari Institute for Essential Services Reform (IESR), emisi GRK yang dihasilkan UMKM di Indonesia mencapai 216 juta ton CO2 pada tahun 2023. Angka ini hampir setara dengan emisi yang dihasilkan sektor industri nasional pada tahun 2022, sekitar 238, 1 juta ton CO2. Survei oleh IESR ini dilakukan terhadap 1.000 pelaku UMKM di 10 provinsi di… Peran Carbon Accounting dalam Mencapai Target Net Zero Emissions Carbon Accounting – Seluruh negara di dunia terus bekerja sama dan berupaya mencapai target net zero emission atau emisi nol bersih. Ini merupakan suatu bentuk komitmen atas mandat Perjanjian Paris 2015 yang telah disepakati demi menyeimbangkan kondisi alam. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Net Zero Emission dimaknai sebagai upaya untuk menyeimbangkan jumlah emisi karbon yang dihasilkan agar tidak melebihi kapasitas penyerapan bumi. Meskipun bumi memiliki kemampuan untuk menyerap emisi karbon secara alami, akan tetapi jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlebih dapat membuatnya kewalahan. Dilansir dari Forest Digest, ketika bumi tidak sanggup lagi… Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca …

How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya

Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) pada kegiatan operasional suatu entitas bisnis.  Carbon accounting atau perhitungan karbon merupakan proses untuk mengukur jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, guna memperkirakan dampaknya terhadap lingkungan. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Menurut IBM, melakukan carbon accounting merupakan hal yang penting sebab data emisi GRK yang akurat dan terperinci dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan upaya pengurangan emisi. Hal ini mencakup upaya mengembangkan strategi menuju target nol bersih serta melacak dampak dari inisiatif pengurangan emisi yang perusahaan terapkan. Saat ini, telah banyak sekali entitas bisnis yang melibatkan data emisi dari carbon accounting dalam laporan ESG atau sustainability report tahunan mereka. Meski telah banyak yang menerapkan, namun kompleksitas dan tantangan praktik carbon accounting menjadi hal yang perlu diwaspadai dalam menerapkan inisiatif ini. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah 5 kesalahan umum carbon accounting yang dapat dipelajari serta cara mengatasinya. 1. Cakupan Penghitungan Carbon Accounting yang Kurang Jelas   Menurut Watchwire by Tango, salah satu hal yang sering keliru dilakukan dalam carbon accounting adalah menentukan cakupan atau batasan emisi yang seharusnya dimasukkan dalam perhitungan serta yang semestinya dikecualikan. Mengapa begitu? Sebab data input emisi yang kurang lengkap atau sebaliknya dapat menghasilkan gambaran yang tidak representatif tentang dampak lingkungan organisasi. Hasilnya, upaya untuk mengidentifikasi dan mengurangi titik panas emisi pun terhambat. Kondisi ini bisa jadi sulit, karena emisi dapat terjadi di berbagai titik dalam rantai pasokan, dan mungkin tidak jelas pihak mana yang bertanggung jawab atasnya. Penentuan cakupan emisi memastikan transparansi dalam penghitungan jejak karbon perusahaan. Untuk mencegah kesalahan ini terjadi, organisasi perlu memahami dan mengidentifikasi sumber emisi mana yang paling signifikan dan mana yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengelolaan atau pengurangannya. Banyak kerangka kerja pelaporan keberlanjutan (seperti GHG Protocol atau standar ESG) yang menyediakan ketentuan bagi perusahaan dalam melaporkan emisi berdasarkan cakupan yang telah ditetapkan.  2. Data Sumber Tidak Akurat dan Berkualitas Data sumber emisi merupakan poin utama dalam menghitung jejak karbon perusahaan dan dampak lingkungannya. Sayangnya, pengumpulan data emisi ini seringkali masih dilakukan secara manual, sehingga rawan terhadap kesalahan. Akurasi data memungkinkan perusahaan dan pemerintah untuk mengambil keputusan yang tepat terkait pengelolaan emisi karbon. Data yang akurat diperlukan untuk memantau kemajuan dan menilai apakah target tersebut tercapai, serta menyesuaikan strategi bila diperlukan. Watchwire by Tango menjelaskan, banyak organisasi yang terkendala mengumpulkan data sumber emisi dari aktivitas operasional secara real-time dan konsisten. Umumnya, perhitungan yang tidak dilakukan secara menyeluruh sejak awal penerapan GRK, serta tidak mencakup pemeriksaan secara triwulanan, bulanan, atau tahunan, Untuk mengatasi kesalahan entri manual, organisasi dapat mencari solusi manajemen data energi dan keberlanjutan yang canggih yang terus mengumpulkan data lingkungan dari waktu ke waktu langsung dari sumbernya. Dapat didukung juga dengan kemampuan pelacakan sasaran, fungsi audit internal dan pemeriksaan data, dan dapat menghitung penghitungan GRK berdasarkan standar terkini dan metode perhitungan yang terverifikasi. Baca Juga: Pentingnya Carbon Finance dalam Mengatasi Perubahan Iklim 3. Metodologi Pelaporan Hasil Carbon Accounting yang Tidak Konsisten XTonnes memasukkan kurangnya konsistensi dalam metodologi pelaporan sebagai salah satu kesalahan yang masih ditemukan dalam carbon accounting. Baca juga artikel lainnya : Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Padahal, penggunaan metodologi yang konsisten menunjukkan transparansi dalam pelaporan, yang penting bagi pemangku kepentingan. Konsistensi dapat membantu manajemen perusahaan dalam menganalisis tren emisi dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengurangi emisi karbon secara efektif. Ini juga mencerminkan tanggung jawab perusahaan dalam menghadapi krisis iklim. Metodologi yang tidak konsisten menyulitkan pelacakan kemajuan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, organisasi perlu mempertimbangkan secara serius penggunaan kerangka pelaporan, termasuk perangkat lunak dan alat data pihak ketiga untuk mengumpulkan dan menghitung metrik penghitungan karbon. Dengan data yang konsisten, strategi dekarbonisasi dapat dirancang lebih baik. 4. Masalah Kepatuhan terhadap Regulasi Upaya untuk mematuhi persyaratan peraturan dan kewajiban pelaporan merupakan hal penting bagi organisasi. Kerangka peraturan untuk pelaporan karbon terus berkembang dan bisnis harus mengikuti persyaratan baru untuk menghindari denda, hukuman, dan kerusakan reputasi.  Banyak standar internasional, seperti Greenhouse Gas Protocol atau ISO 14064, mengharuskan perusahaan dan entitas lainnya patuh terhadap aturan yang ada. Mengikuti standar yang ditetapkan dapat memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan persyaratan industri. Berani Mulai Bertanggung Jawab Terhadap Carbon Accounting Meminimalisir kesalahan perhitungan karbon menunjukkan keseriusan organisasi dalam berkontribusi terhadap perubahan. Menunjukkan komitmen untuk melaporkan dan mengurangi emisi secara transparan dan akurat.  Saatnya perusahaan juga turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur utama Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Click here Similar Article Kesalahan Umum dalam Carbon Accounting dan Cara Menghindarinya Kesalahan Umum Carbon Accounting Apa itu carbon accounting? Ini adalah istilah yang umum ditemui dalam pembahasan terkait pengelolaan dan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) pada kegiatan operasional suatu entitas bisnis.  Carbon accounting atau perhitungan karbon merupakan proses untuk mengukur jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, guna memperkirakan dampaknya terhadap lingkungan. Baca Juga: Pentingnya Carbon Accounting dan Manfaatnya bagi Organisasi dan Bisnis Menurut IBM, melakukan carbon accounting merupakan hal yang penting sebab data emisi GRK yang akurat dan terperinci dapat membantu perusahaan dalam memaksimalkan upaya pengurangan emisi. Hal ini… Indonesia Youth Sustainability …

Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati?

Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati?

Startup lingkungan makin menarik perhatian publik apalagi seiring munculnya kesadaran akan isu keberlanjutan. Dengan munculnya berbagai green startup bermunculan di seluruh dunia, muncul pertanyaan, apakah jenis startup ini diminati dan memiliki potensi besar untuk tumbuh? Simak selengkapnya di sini! Baca Juga: StartUp AgriTech: Strategi Berkelanjutan Kurangi Emisi Karbon Apa Itu Startup Lingkungan? Sebelumnya, apakah Anda familiar dengan istilah startup? Startup merupakan perusahaan yang baru saja dibentuk dan beroperasi di berbagai sektor, termasuk layanan, pendidikan, bisnis, hingga perdagangan. Startup lingkungan atau juga bisa disebut green startup adalah jenis usaha rintisan yang memiliki fokus bisnis maupun layanan pada solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. Di samping layanan dan model bisnisnya yang condong kepada sektor lingkungan, green startup juga menekankan pada aspek keberlanjutan dengan menerapkan praktik bisnis ramah lingkungan yang meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Di Indonesia sendiri, ada banyak sekali nama-nama besar startup lingkungan dari berbagai sektor. Mulai dari konservasi hutan, pengolahan sampah, pengelolaan karbon, hingga yang bergerak di bidang energi baru terbarukan. Apakah Startup Lingkungan Menjanjikan? Dalam beberapa tahun terakhir, startup lingkungan menunjukkan pertumbuhan signifikan, seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap isu-isu keberlanjutan. Banyak dari startup ini, yang juga disebut green startup, fokus pada penyelesaian masalah lingkungan seperti polusi, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Dari sisi bisnis pun, tumbuh kembang startup lingkungan juga bukan tanpa alasan. Para investor makin menyadari potensi startup hijau, yang menyebabkan peningkatan pendanaan untuk usaha berkelanjutan. Ventures capital dan angel investor mulai mengalirkan dana ke teknologi ramah lingkungan, melihatnya tidak hanya sebagai peluang yang menguntungkan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memberikan dampak positif. “Startup itu kan hadir untuk menjawab permasalahan, dari permasalahan muncul opportunity, dari opportunity kita pikirin business model-nya, sehingga itu beneran jadi bisnis atau startup, jadi menjanjikan atau enggak itu tergantung apakah kita sudah masalah lingkungan yang mau kita solve, dan bukan cuma masalahnnya, tetapi ada enggak orang yang mau membayar untuk masalahnya, kalau itu ketemu pasti jadi bisnis yang menjanjikan,” Ungkap Miftachur Robani atau Ben, CEO LindungiHutan. Baca Juga: Satuplatform Berpartisipasi dalam Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi Peluang dan Potensi Besar Green Jobs, Ternyata Banyak Digandrungi Anak Millennials dan Gen Zs Model bisnis yang fokus kepada lingkungan dan keberlanjutan memang banyak, ditambah, investor yang juga tertarik memberikan investasinya kepada perusahaan semacam startup lingkungan. Sementara dari sisi sumber daya manusia-nya, ternyata anak muda juga mulai melirik kesempatan dan peluang green jobs. Mengutip dari laman Deloitte, 54% Gen Zs berganti atau berencana untuk berganti pekerjaan atau sektor industri kerja karena adanya masalah iklim. Generasi ini juga bersedia membayar lebih untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Bagi mereka, melindungi lingkungan serta mendukung keberlanjutan dan kelestarian bumi adalah tantangan kolektif, yang mana sektor bisnis memiliki peluang signifikan untuk mendorong perubahan. Gen Zs dan millennials mendorong bisnis untuk bertindak melalui keputusan karier dan perilaku konsumen mereka. Sementara mengutip laman weforum.org, pertumbuhan permintaan akan ketrampilan hijau melampaui peningkatan pasokan antara tahun 2022 dan 2023 dengan +12,3% pangsa talenta hijau dalam angkatan kerja dan +22,4% pangsa lowongan pekerjaan yang membutuhkan setidaknya satu keterampilan hijau. Masa Depan dan Trend Startup Lingkungan:  Peluang Besar untuk Anak Muda Meski menghadapi berbagai tantangan, startup lingkungan terus menunjukkan potensi besar untuk masa depan. Makin banyak green startup yang bermunculan dengan inovasi-inovasi baru yang tidak hanya menawarkan solusi untuk masalah lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi hijau yang berkelanjutan. Namun, terlepas dari banyaknya peluang munculnya startup lingkungan yang baru, keberlanjutan bisnisnya juga mesti diperhatikan.  “Namanya startup itu kan bisnis jadi sebelum kita ngomongin bisnis lingkungan, eco startup, sebelum ngomongin eco-nya dan lingkungannya, ngomongnya kan startup dan bisnis, pada hakikatnya bisnis itu kan supply and demand, selalu ada kebutuhan lalu kita deliver apa yang mereka butuhkan,” sambung Ben. Saat ini, trend startup berbasis keberlanjutan terus menarik minat, terutama di kalangan generasi muda yang semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari bisnis. Similar Article Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati? Startup lingkungan makin menarik perhatian publik apalagi seiring munculnya kesadaran akan isu keberlanjutan. Dengan munculnya berbagai green startup bermunculan di seluruh dunia, muncul pertanyaan, apakah jenis startup ini diminati dan memiliki potensi besar untuk tumbuh? Simak selengkapnya di sini! Apa Itu Startup Lingkungan? Sebelumnya, apakah Anda familiar dengan istilah startup? Startup merupakan perusahaan yang baru saja dibentuk dan beroperasi di berbagai sektor, termasuk layanan, pendidikan, bisnis, hingga perdagangan. Startup lingkungan atau juga bisa disebut green startup adalah jenis usaha rintisan yang memiliki fokus bisnis maupun layanan pada solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. Di samping layanan dan model bisnisnya yang condong… Satuplatform Berpartisipasi dalam Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi Pada Rabu, 28 Agustus 2024, Satuplatform turut serta dalam acara “Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi” yang diselenggarakan oleh Youth Energy and Environmental Council (YEC). Acara ini bertempat di Oil Centre Jakarta dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju Indonesia International Sustainability Forum (IISF). Baca Juga: Pendidikan dan Kesadaran: Mendidik Generasi Muda Tentang Jejak Karbon Generasi Muda sebagai Agen Perubahan Public Discussion YEC mengangkat tema penting mengenai peran generasi muda dalam transisi energi dan keberlanjutan lingkungan. Dalam acara ini, berbagai pemangku kepentingan termasuk aktivis lingkungan, pemimpin industri, dan akademisi berkumpul untuk membahas bagaimana generasi muda… How Business Contribute to SDG 13: Climate Action Climate Action – The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse… Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim …