How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

How Business Contribute to SDG 13: Climate Action

Climate Action – The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse gas emissions, enhance energy efficiency, and support sustainable practices. Here are several ways businesses contribute to SDG 13: 1. Reducing Carbon Footprint Read Other Articles : Reducing Carbon Footprint: A Comprehensive Guide for Companies to Begin Many companies are taking steps to lower their carbon emissions by adopting renewable energy sources (such as solar or wind power) and improving energy efficiency. By switching to green energy and reducing dependence on fossil fuels, businesses can drastically cut their carbon emissions. 2. Sustainable Supply Chain Management Businesses are increasingly implementing sustainable practices across their supply chains, ensuring that their suppliers also meet environmental standards. This includes optimizing transportation routes, reducing packaging waste, and sourcing raw materials responsibly. 3. Innovative Technologies Businesses are investing in innovative technologies that reduce emissions, such as carbon capture and storage (CCS) and energy-efficient machinery. Innovations in green technology not only reduce emissions but can also lead to cost savings and increased competitiveness. 4. Climate Risk Management and Adaptation Many businesses are recognizing the risks posed by climate change and are incorporating climate resilience into their risk management strategies. This includes assessing the potential impacts of climate change on their operations and investing in adaptation measures. 5. Corporate Sustainability Goals and Reporting Increasingly, businesses are setting ambitious sustainability goals that align with the Paris Agreement and SDG 13 targets. Transparent reporting on climate actions, using frameworks like the Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD), helps stakeholders track a company’s progress in reducing its carbon footprint. 6. Engaging in Carbon Markets Businesses can participate in carbon markets, which allows them to buy and sell carbon credits to offset their emissions. This helps create a financial incentive for reducing emissions and funding environmental projects that absorb or reduce CO2. 7. Advocacy and Partnerships Many businesses are advocating for stronger climate policies and partnering with governments, NGOs, and other corporations to push forward climate action. By engaging in public policy discussions, businesses can influence regulations and frameworks that support the transition to a low-carbon economy. By taking these actions, businesses not only contribute to mitigating climate change but also create long-term value for themselves and society. Climate action is increasingly viewed as both a business imperative and an opportunity for innovation, competitiveness, and resilience. For companies that aim to contribute to the sustainable development goals 13, the advanced technology has allowed companies to explore ESG and carbon consulting on Satuplatform provide all-in-one solutions to. Try the FREE DEMO now! Similar Article How Business Contribute to SDG 13: Climate Action The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse gas emissions, enhance… Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim memaksa penduduk untuk beradaptasi dengan realitas yang kian sulit. Simak cerita selengkapnya tentang bagaimana kondisi di lapangan! Kampung Tenggelam Desa Bedono Demak Sejak awal tahun 2000, Dusun Rejosari Senik di pesisir utara Pulau Jawa mulai mengalami fenomena rob, yakni banjir air laut yang terjadi akibat naiknya permukaan laut dan abrasi yang menggerus daratan. Ancaman abrasi ini makin mengkhawatirkan, memaksa warga setempat untuk mempertimbangkan masa depan mereka di… Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap Rehabilitasi mangrove sangat penting untuk melindungi ekosistem pesisir dan mengurangi dampak perubahan iklim. Mangrove berperan dalam mencegah abrasi pantai dan menyerap karbon, membantu menekan emisi. Di Kampung Laut Cilacap, upaya rehabilitasi mangrove berhasil membawa perubahan positif, berkat partisipasi aktif masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Baca Juga: Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Pentingnya Rehabilitasi Hutan Mangrove Rehabilitasi mangrove memiliki peran strategis, baik dalam mendukung program pemerintah maupun dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dari sudut pandang ekologis, mangrove berfungsi sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, rumah bagi berbagai spesies laut, serta pencegahan intrusi air asin ke daratan. Selain itu, ekosistem mangrove juga… Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi,… Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa …

Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir

Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir

Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim memaksa penduduk untuk beradaptasi dengan realitas yang kian sulit. Simak cerita selengkapnya tentang bagaimana kondisi di lapangan! Kampung Tenggelam Desa Bedono Demak Sejak awal tahun 2000, Dusun Rejosari Senik di pesisir utara Pulau Jawa mulai mengalami fenomena rob, yakni banjir air laut yang terjadi akibat naiknya permukaan laut dan abrasi yang menggerus daratan. Ancaman abrasi ini makin mengkhawatirkan, memaksa warga setempat untuk mempertimbangkan masa depan mereka di wilayah tersebut. Baca juga artikel lainnya : 3 Program CSR Dukung Kelestarian Laut Kondisi lingkungan yang kian memburuk membuat masyarakat perlahan-lahan meninggalkan kampung halaman yang sudah mereka tempati selama bertahun-tahun. Pada tahun 2006, proses perpindahan warga secara bertahap dimulai, demi mencari tempat tinggal yang lebih aman dan layak huni. Hingga akhirnya pada tahun 2010, seluruh penduduk Dusun Senik telah meninggalkan desa mereka. Namun, di tengah kampung yang kini tak berpenghuni, Mak Jah, memilih untuk tetap tinggal menjadi satu-satunya saksi dari perubahan dramatis yang melanda desanya akibat dampak perubahan iklim. “Hidup sendiri di sini sudah dari tahun 2010, lha kalau tak tinggal pergi lalu enggak ada yang ngerawat yang nyulami mangrove,” Tutur Mak Jah. Dari 200 kepala keluarga yang dulunya menghuni Dusun Rejosari Senik, kini hanya Mak Jah dan keluarganya yang masih bertahan di tengah ancaman abrasi yang terus menggerus pesisir. Keputusan Mak Jah untuk tetap tinggal bukan tanpa alasan. Sejak abrasi mulai merusak desanya, ia berinisiatif menanam mangrove dengan harapan dapat memulihkan ekosistem pesisir yang kian kritis. Upayanya ini juga bertujuan untuk menahan laju abrasi yang makin mengancam daratan. Perubahan Iklim Memengaruhi Nelayan Pulau Pari Pulau Pari merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Seribu, terletak di antara barisan pulau-pulau kecil yang membentang dari selatan hingga utara di perairan Jakarta. Kepulauan ini masuk dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yang menjadi salah satu bagian penting dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Edi Mulyono, satu di antara sekian banyak petani dan nelayan yang ada di Pulau Pari menyaksikan bagaimana perubahan iklim memengaruhi lingkungan tempatnya tinggal. Di kawasan pesisir, terutama di Pulau Pari, Edi merasakan dampak nyata dari perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Dulu, Pulau Pari jarang sekali dilanda banjir rob, tetapi kini kondisinya telah berubah drastis. “Sebenarnya banjir rob dari tahun 2000-an sudah mulai, tetapi tidak separah di tahun 2018 sampai saat ini. Kalau dulu ya biasa tetapi sedikit, cuma 2018 itu sampai masuk ke dalam pemukiman masyarakat dan rumah warga. Sumur-sumur yang digunakan warga untuk sumber air bersih tidak bisa lagi digunakan untuk minum dan kebutuhan hari lainnya karena mulai tercampur dengan air laut,” ungkap Edi. Perubahan iklim juga turut memengaruhi pekerjaan para nelayan tangkap di sekitaran Pulau Pari. Sulit bagi nelayan untuk memperkirakan cuaca. “Semenjak tahun 2000-an agak sulit, bahkan nelayan kawakan saja yang sepuh banyak yang bilang kalau cuaca sekarang susah diprediksi, mungkin faktor itu ya (perubahan iklim) yang memengaruhi menurunnya pencarian ikan, selain karena kontaminasi laut akibat sungai-sungai dari Kota Jakarta,” Sambung Edi. Tambakrejo atau Tambak Lorok, Kuburan Tenggelam dan Rumah yang Mesti Ditinggikan Hanya 10-15 menit dari pusat Kota Semarang, pesisir Tambakrejo di Kelurahan Tanjung Mas menunjukkan dampak abrasi yang parah. Pada, 1980-an, jarak antara pemukiman dan pantai masih 1,5 kiilometer, tetapi sejak 2000-an, abrasi mulai menenggelamkan daratan. Kini warga menyebutnya Tambak Lorok, dari kata “nglorok”, yang berarti merosot dalam Bahasa Jawa, sebagai gambaran tanah yang hilang akibat terjangan air laut. Abrasi meninggalkan jejak nyata di pesisir Tambakrejo. Di sini, bekas pom bensin yang tenggelam dan tiang-tiang listrik di tengah laut menjadi saksi bagaimana alam mengubah segalanya. Tak hanya jalan yang hilang, makam umum juga ikut tenggelam, memaksa warga yang mampu memindahkannya ke lokasi lebih aman. Sementara itu, rumah-rumah warga di pesisir terus ditinggikan agar terhindar dari banjir rob, beberapa hingga tiga atau empat kali. Bagi yang belum mampu, mereka terpaksa tinggal di rumah yang atapnya makin rendah akibat abrasi.  Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – Seiring dengan meningkatnya sustainability awareness …

Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap

Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap

Rehabilitasi mangrove sangat penting untuk melindungi ekosistem pesisir dan mengurangi dampak perubahan iklim. Mangrove berperan dalam mencegah abrasi pantai dan menyerap karbon, membantu menekan emisi. Di Kampung Laut Cilacap, upaya rehabilitasi mangrove berhasil membawa perubahan positif, berkat partisipasi aktif masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Baca Juga: Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Pentingnya Rehabilitasi Hutan Mangrove Rehabilitasi mangrove memiliki peran strategis, baik dalam mendukung program pemerintah maupun dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dari sudut pandang ekologis, mangrove berfungsi sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, rumah bagi berbagai spesies laut, serta pencegahan intrusi air asin ke daratan. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, terutama bagi komunitas pesisir yang bergantung pada keberlangsungan mangrove untuk kehidupan mereka. “Pentingnya menjaga mangrove ini tidak hanya untuk ketersediaan oksigen, tetapi juga untuk penanggulangan bencana seperti tsunami, abrasi yang makin parah, dan bencana lainnya. Tentu saja, selain untuk lingkungan, ekosistem mangrove juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat karena menjadi tempat udang dan ikan-ikan kecil bersembunyi atau membuat sarang yang nantinya bisa ditangkap oleh nelayan,” Ujar Aminul Ichsan, Manajer Operasional LindungiHutan. Apalagi, potensi karbon biru yang dimiliki mangrove sangat besar, di mana ekosistem ini mampu menyimpan sekitar 20Pg C, dengan 70-80% karbon tersimpan dalam tanah sebagai bahan organik. Dengan kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon, rehabilitasi mangrove menjadi salah satu solusi penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, langkah ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, serta perusahaan yang ingin terlibat dalam program carbon offset atau perdagangan karbon. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Perdagangan Karbon dan Implementasinya di Indonesia Perusahaan maupun korporasi juga dapat berkontribusi dalam program rehabilitasi mangrove sebagai bagian dari komitmen untuk mendukung mitigasi perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain menjadi upaya untuk pelestarian lingkungan, ini juga membuka peluang untuk terlibat dalam skema perdagangan karbon yang makin relevan di era saat ini. Program Rehabilitasi Mangrove Menciptakan Peluang Lapangan Kerja Upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove tidak hanya memerlukan partisipasi pemerintah maupun sektor swasta, tetapi juga keterlibatan aktif dari masyarakat setempat. Program penanaman mangrove bisa dijalankan dengan menggandeng kelompok tani lokal, yang berperan penting dalam setiap tahap proses. Mitra petani lokal inilah yang ikut berkontribusi mulai dari penyediaan bibit, pelaksanaan penanaman, hingga pemantauan pertumbuhan serta kegiatan penyulaman jika diperlukan. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung keberhasilan program rehabilitasi mangrove, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Cerita Rehabilitasi Hutan Mangrove Kampung Laut Cilacap Di Kampung Laut Cilacap, terdapat sosok penggerak konservasi bernama Thomas Heri Wahyono, atau kerap disapa Wahyono. Beliau adalah tokoh sentral dalam gerakan penghijauan dan rehabilitasi mangrove. Wahyono menyaksikan secara langsung perubahan signifikan yang terjadi di hutan mangrove Kampung Laut Cilacap. “Tahun 1995 terjadi penebangan hutan besar-besaran yang dijadikan sebagai tempat budidaya udang tetap kemudian tidak bertahan lama sampai tahun 1990,” ungkap Wahyono tokoh penggerak penghijauan dan Ketua Kelompok Krida Wana Lestari. . Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya konservasi mangrove adalah alih fungsi lahan. Hal tersebut kerap dilatarbelakangi oleh potensi keuntungan ekonomi jangka panjang, tetapi mengabaikan tanggung jawab lingkungan. Ketika kerusakan lingkungan terjadi, masyarakat setempat justru yang paling merasakan dampaknya secara langsung. “Enggak bertahan lama, ternyata udang terkena penyakit, sehingga kami di situ mulai merasa prihatin karena kondisi Segara Anakan ini ribuan hektare yang rusak akibat dijadikan lahan budidaya, sementara akibat merugi para investor pada kembali ke asalnya masing-masing yang akhirnya meninggalkan lahan gundul dan rusak, dari situ kami mulai melakukan kegiatan penanaman dan rehabilitasi mangrove,” sambung Wahyono. Melihat kondisi hutan mangrove yang makin rusak, Wahyono tidak tinggal diam dan memutuskan untuk memulai aksi nyata. Selama lebih dari dua dekade, Wahyono secara konsisten melakukan upaya rehabilitasi mangrove, hingga akhirnya kondisi hutan yang ada perlahan bisa pulih kembali. Bersama Kelompok Krida Wana Lestari, ia mengabdikan banyak waktu untuk kegiatan pembibitan, pembersihan, dan perawatan hutan mangrove. Berkat upaya ini, lebih dari 200 hektare lahan mangrove di Kampung Laut berhasil ditanami kembali, hasil dari kerja keras dalam menjaga lingkungan selama puluhan tahun. “Mungkin sudah lebih dari 200 hektare yang kami tanam dari tahun 2000 sampai hari ini, mungkin kalau dengan lembaga lain dan bantuan lain udah lebih dari 300 hektare,” pungkas Wahyono.  /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap Rehabilitasi mangrove sangat penting untuk melindungi ekosistem pesisir dan mengurangi dampak perubahan iklim. Mangrove berperan dalam mencegah abrasi pantai dan menyerap karbon, membantu menekan emisi. Di Kampung Laut Cilacap, upaya rehabilitasi mangrove berhasil membawa perubahan positif, berkat partisipasi aktif masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pentingnya Rehabilitasi Hutan Mangrove Rehabilitasi mangrove memiliki peran strategis, baik dalam mendukung program pemerintah maupun dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dari sudut pandang ekologis, mangrove berfungsi sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, rumah bagi berbagai spesies laut, serta pencegahan intrusi air asin ke daratan. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan,… Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi,… Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa itu blue carbon? Berikut ulasan selengkapnya! Apa yang Dimaksud dengan Blue Carbon? Sederhananya, karbon biru atau blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Ekosistem …

Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove

Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove

Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa itu blue carbon? Berikut ulasan selengkapnya! Apa yang Dimaksud dengan Blue Carbon? Sederhananya, karbon biru atau blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Ekosistem pesisir seperti mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun menyerap serta menyimpan lebih banyak karbon per satuan luas dibandingkan dengan hutan daratan. Kini keberadaan ekosistem karbon biru makin diakui perannya dalam mengurangi dampak perubahan iklim Jelas, sebab keberadaan ekosistem karbon biru berperan krusial dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyerap emisi karbon yang terperangkap di atmosfer, membantu mencapai target perubahan iklim nasional dan global yang telah ditetapkan. Hutan Mangrove dan Potensi Besar Blue Carbon Indonesia Salah satu ekosistem alami khas pesisir dan memiliki potensi besar penyimpanan karbon yaitu hutan mangrove. Faktanya, hasil penelitian para ahli CIFOR (Center for International Forestry Research) tahun 2003 dalam Rahman (2023), hutan mangrove dikategorikan sebagai ekosistem lahan basah dengan potensi penyimpanan karbon 800-1.200 ton/ha. Hasil penelitian pada hutan bakau di Indonesia diperkirakan menyimpan 0,82 -1,09 PgC (Pentagram Karbon per hektare). “Mangrove sendiri untuk penyimpanan karbon itu hampir 5 kali lipat atau bahkan lebih daripada hutan-hutan tropis lainnya, jadi dibandingkan hutan boreal, ataupun hutan tropis sekalipun, mangrove ini punya potensi penyimpanan karbon yang lebih besar sekitar 5 kalinya dari hutan lain,” jelas Alma Cantika Aristia, Product Manager LindungiHutan. Salah satu alasan mengapa ekosistem ini sangat efektif dalam menghilangkan dan menyimpan karbon adalah karena spesies tumbuhan yang ada di dalamnya cenderung tumbuh dengan cepat, menyerap CO2 dari atmosfer dengan cepat pula. Selain itu, mangrove biasanya tumbuh di tanah yang kekurangan oksigen atau “anaerob”. Hal ini memperlambat proses penguraian bahan tanaman (yang dapat melepaskan C02 kembali ke atmosfer), sehingga karbon dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama (WRI, 2023). Selain kemampuannya yang efektif dalam menyerap karbon, hutan mangrove juga memberikan peran dalam menjaga biodiversitas. Mangrove menjadi habitat bagi berbagai jenis biota, fauna, dan flora yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem pesisir satu ini. Keberadaan makhluk hidup tersebut serta keseimbangan keanekaragaman hayatinya juga berdampak sosial maupun ekonomi bagi masyarakat pesisir. Jadi, semua itu saling berkaitan satu sama lain demi terciptanya lingkungan yang lestari dan berkelanjutan. “Selain carbon stock-nya, jadi ekosistem ini menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida yang ada di udara, kemudian juga penjaga biodiversitas, dia juga mencegah abrasi, dan juga blue carbon ini berpotensi banget untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,”  sambung Alma. Besarnya potensi blue carbon, baik dari sisi mitigasi perubahan iklim, lingkungan, maupun sosial ekonomi, membuat pemerintah Indonesia lebih dalam menginjak gas upaya pelestarian dan rehabilitasi mangrove. Apalagi Indonesia memiliki target NDC (Nationally Determined Contribution) yang salah satunya bisa dicapai melalui sektor kelautan dan karbon biru. Pada akhirnya, upaya konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove memerlukan kolaborasi berbagai stakeholder untuk mengakselerasi pencapaian target yang ada.   Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Aksi Nyata Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Ekosistem Karbon Biru Baca juga artikel lainnya : Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Tahukah kamu, luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,68 juta hektare (Ha) atau 20,37% dari total dunia. Kendati demikian, bukan berarti tidak memerlukan upaya pelestarian lebih lanjut. Mengingat, kawasan pesisir rentan terhadap berbagai bentuk degradasi lingkungan yang mengancam keberlanjutan ekosistem. Mulai dari alih fungsi lahan hingga bentuk aktivitas eksploitasi lainnya. Maka dari itu, perlu upaya pelestarian dan reforestasi kawasan hutan mangrove di Indonesia. Hutan-hutan mangrove yang sudah eksis perlu dijaga kelestariannya sembari kita melakukan rehabilitasi kawasan lain yang rusak. Mengutip dari jurnal Nature Communications, sebuah penelitian menggabungkan hasil pengukuran lapangan langsung lebih dari 370 situs restorasi di seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa reboisasi mangrove (menanam kembali mangrove di lokasi yang sebelumnya pernah ditumbuhi mangrove) memiliki potensi penyimpanan karbon per hektare yang lebih besar dibandingkan aforestasi (menanam mangrove di lokasi yang sebelumnya tidak ditumbuhi mangrove). Hal tersebut kemudian bisa memperjelas pandangan kita terhadap urgensi pelestarian kawasan hutan mangrove. Sekaligus, menjadi ajakan bagi berbagai pihak untuk bersama-sama menghadapi perubahan iklim serta mendukung pencapaian target NDC. Utamanya melalui sektor-sektor laut dan pesisir salah satunya hutan mangrove. Referensi: Song, S., Ding, Y., Li, W. et al. Mangrove reforestation provides greater blue carbon benefit than afforestation for mitigating global climate change. Nat Commun 14, 756 (2023). https://doi.org/10.1038/s41467-023-36477-1 Katie Wood dan Oliver Ashford. (2023). How Blue Carbon Can Tackle the Climate, Biodiversity and Development Crisis. WRI. Similar Article Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi,… Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa itu blue carbon? Berikut ulasan selengkapnya! Apa yang Dimaksud dengan Blue Carbon? Sederhananya, karbon biru atau blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Ekosistem pesisir seperti mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun menyerap serta menyimpan lebih banyak karbon per satuan luas dibandingkan dengan hutan daratan. Kini keberadaan ekosistem karbon… 5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim  Narasi tentang perubahan iklim sudah semakin sering kita temui di banyak saluran informasi. Pembahasan tentang ini juga sudah secara perlahan disisipkan dalam aktivitas dan sekolah di banyak negara. Baca juga artikel lainnya : Urgensi Menciptakan Kesadaran tentang Perubahan Iklim di …

5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim 

5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim 

Narasi tentang perubahan iklim sudah semakin sering kita temui di banyak saluran informasi. Pembahasan tentang ini juga sudah secara perlahan disisipkan dalam aktivitas dan sekolah di banyak negara. Baca juga artikel lainnya : Urgensi Menciptakan Kesadaran tentang Perubahan Iklim di Masyarakat Salah satunya Italia yang sejak tahun 2019 mulai menjadikan perubahan iklim sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum nasional. Sekolah-sekolah di sana diwajibkan untuk memberi sekitar 33 jam pendidikan setiap tahunnya bagi anak-anak usia 6 sampai 19 tahun. Namun, inisiatif ini belum banyak diterapkan di negara lainnya. Berdasarkan data UNESCO pada tahun 2021, dari 100 kurikulum nasional yang dianalisis, baru setengahnya saja yang memasukkan mata pelajaran terkait. Itu pun hanya pembahasan mendasar. Kondisi yang menunjukkan kurangnya pengajaran terkait perubahan iklim ini juga didukung oleh survei PBB yang menyebut bahwa sekitar 70 persen anak muda tidak memiliki pengetahuan sama sekali terkait hal tersebut. Situasi yang memprihatinkan di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim terhadap bumi dan kehidupan. Oleh karena itu, kita perlu berinisiatif belajar dan memahami untuk dapat berkontribusi dalam pencegahan dan turut beradaptasi dengan kondisinya. Berikut adalah lima langkah penting yang bisa dilakukan untuk memahami perubahan iklim. 1. Meningkatkan Literasi dan Pengetahuan Kita dapat mulai dengan mempelajari konsep dasar terkait iklim, atmosfer, siklus karbon, dan gas rumah kaca. Poin tersebut adalah hal-hal penting yang berkaitan dengan perubahan iklim dan sering termasuk dalam pembahasannya. Akses sumber informasi terpercaya. Bisa mengandalkan artikel, buku, dan laporan dari sumber-sumber kredibel seperti lembaga resmi atau universitas untuk memberikan kita informasi yang tepat. Terhindar dari hoaks atau informasi palsu. 2. Memahami Penyebab Perubahan Iklim Sebelum membahas lebih jauh, sudahkah kamu atau kita mengetahui faktor-faktor penyebab dari terjadinya perubahan iklim. Hal ini penting untuk diketahui untuk membantu kita memahami sekaligus menghindarinya. Meskipun sudah berlangsung sejak waktu yang lama, perubahan iklim mulai meningkat lebih cepat sejak Revolusi Industri dimulai, yang artinya aktivitas manusia berkontribusi besar terhadap kondisi sekarang. Pelajari bagaimana kegiatan manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan penggunaan lahan, berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca. 3. Memahami Dampak Perubahan Iklim Pelajari bagaimana krisis iklim ini mempengaruhi ekosistem, keanekaragaman hayati, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, dan fenomena cuaca ekstrem. Termasuk juga pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Menurut laporan terbaru IPCC tentang adaptasi iklim, salah satu dampak dari perubahan iklim adalah turut meningkatkan terjadinya bencana dan menjadikannya lebih buruk dari yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya. World Wild Life menyebut, risiko bencana pun diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang akibat kondisi ini. 4. Mempraktikkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan Selanjutnya, kita bisa naik satu tingkat dengan melakukan tindakan kecil seperti mengurangi konsumsi energi, mendaur ulang, dan memilih produk ramah lingkungan. Menerapkannya dalam keseharian. Kita juga bisa terlibat dalam kampanye keberlanjutan yang dapat mendorong masyarakat luas ke arah perubahan. Dengan memahami perubahan iklim secara mendalam, individu dan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dan efektif dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampaknya. Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) 5. Turut Serta dalam Keberlanjutan Pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article 5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim  Narasi tentang perubahan iklim sudah semakin sering kita temui di banyak saluran informasi. Pembahasan tentang ini juga sudah secara perlahan disisipkan dalam aktivitas dan sekolah di banyak negara. Baca juga artikel lainnya : Urgensi Menciptakan Kesadaran tentang Perubahan Iklim di Masyarakat Salah satunya Italia yang sejak tahun 2019 mulai menjadikan perubahan iklim sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum nasional. Sekolah-sekolah di sana diwajibkan untuk memberi sekitar 33 jam pendidikan setiap tahunnya bagi anak-anak usia 6 sampai 19 tahun. Namun, inisiatif ini belum banyak diterapkan di negara lainnya. Berdasarkan data UNESCO pada tahun 2021, dari 100 kurikulum nasional yang dianalisis, baru… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah Industri Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Baca Juga: Persetujuan Teknis Pengelolaan… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru lainnya, kegiatan mengolah sampah menjadi energi adalah pilihan lain yang bisa dilakukan untuk mengolah material yang berdasarkan kondisinya… 3 Contoh Program Corporate Social Responsibility untuk Dukung Kelestarian Lingkungan Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan istilah yang tidak asing. Ini menjadi sebuah program yang dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan.  Baca juga artikel lainnya : …

Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon

Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon

Limbah Industri Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Baca Juga: Persetujuan Teknis Pengelolaan Limbah B3 Apa Saja yang Termasuk Limbah Industri? Limbah industri memiliki wujud dan ciri-ciri yang sangat beragam, tergantung pada industri yang menghasilkan.  Contoh limbah industri bisa berupa potongan logam, serpihan kayu, plastik, kertas sisa produksi, hingga lumpur hasil pengendapan dari proses pengolahan air limbah. Jenis ini tidak memiliki kandungan yang dapat berdampak serius terhadap lingkungan dan manusia.  Kemudian terdapat jenis limbah industri yang termasuk B3, di antaranya bahan kimia, limbah elektronik atau e-waste, pestisida, baterai, dan segala produk yang tercemar senyawa berbahaya. Limbah medis juga termasuk ke dalam hal ini. Limbah jenis ini dapat menimbulkan ancaman langsung dan signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Terdapat juga limbah radioaktif yang diwakili dengan lambang khusus dan bersifat radioaktif. Umumnya berasal dari industri terkait seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, penelitian, dan fasilitas kesehatan. Limbah ini dapat menimbulkan kontaminasi jika tersentuh dan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada yang terpapar. Gas buang dari cerobong pabrik, seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan gas lainnya, serta limbah organik sisa makanan dan pertanian, juga termasuk ke dalam limbah yang dihasilkan industri. Termasuk partikel halus yang terlepas ke udara dari proses pembakaran. Baca juga artikel lainnya : Upaya Mengurangi Emisi Karbon di Wilayah Perkotaan Sumber Emisi Karbon dari Limbah Industri Suatu industri tidak terlepas dari menghasilkan polusi, salah satunya adalah polusi di udara melalui emisi karbon. Banyak industri menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam untuk energi, yang menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2). Emisi karbon yang tinggi dari industri tidak hanya berkontribusi pada perubahan iklim tetapi juga bisa merusak ekosistem dan kesehatan manusia. Dilansir dari artikel ilmiah Universitas Airlangga, berdasarkan data World Research Institute (WRI), Indonesia menempati posisi enam besar di dunia sebagai penghasil emisi karbon terbesar. Tingkat emisi yang dihasilkan mencapai 1,981 miliar ton per tahun.  Emisi karbon juga terus meningkat secara signifikan sejak tahun 1990. Jumlah tertinggi ialah 581 MtCO2 pada tahun 2019. Sektor industri menjadi kontributor paling besar yaitu 37 persen, diikuti sektor transportasi 27 persen, serta pembangkit listrik dan panas 27 persen, meskipun limbah bukanlah menjadi penghasil utama emisi karbon dalam hal ini. Hubungan antara limbah industri dan emisi karbon sangat signifikan. Dengan pengelolaan limbah yang tepat, dapat membantu mengurangi sumber emisi lainnya yang diharapkan akan berdampak pada pengurangan yang lain. Similar Article ESG: Definisi, Implementasi, dan Pentingnya dalam Bisnis Dalam era di mana kesadaran akan keberlanjutan semakin meningkat, istilah ESG (Environmental, Social, Governance) semakin sering kita dengar. Namun, apa sebenarnya ESG itu? Dan mengapa konsep ini begitu penting dalam dunia bisnis saat ini? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai ESG, mulai dari pengertian dasar hingga penerapannya dalam dunia bisnis. Apa Itu ESG? ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance. Konsep ini mengacu pada sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Tidak hanya menjadi tren, namun telah menjadi standar baru dalam dunia bisnis yang menggabungkan profitabilitas dengan keberlanjutan. Environmental (Lingkungan): Meliputi kebijakan… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah Industri Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Baca Juga: Persetujuan Teknis Pengelolaan… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru lainnya, kegiatan mengolah sampah menjadi energi adalah pilihan lain yang bisa dilakukan untuk mengolah material yang berdasarkan kondisinya… 3 Contoh Program Corporate Social Responsibility untuk Dukung Kelestarian Lingkungan Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan istilah yang tidak asing. Ini menjadi sebuah program yang dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan.  Baca juga artikel lainnya : Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Menurut situs Hukum Online, kegiatan CSR menunjukkan komitmen pelaku usaha, bisnis, dan organisasi untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat. Berlaku baik bagi perusahaan itu sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat umum. Selain berfokus menghasilkan keuntungan, perusahaan juga dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan melalui penyelenggaraan program CSR. Menunjukkan kepedulian dan akuntabilitas perusahaan terhadap masyarakat dan… Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Corporate Social Responsibility Sesuai namanya, Program CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan sebuah inisiatif yang dilakukan perusahaan, bisnis, dan organisasi untuk berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan, di samping berfokus pada menghasilkan profit. Aktivitas CSR melibatkan berbagai program dan ide yang dilakukan oleh perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan. Ada banyak sekali contoh program CSR sebagai dari berbagai perusahaan di Indonesia juga dunia, misalnya sumbangan amal, investasi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, dan juga upaya pengurangan jejak karbon. Di antara banyaknya inisiatif …

Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan

Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan

Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru lainnya, kegiatan mengolah sampah menjadi energi adalah pilihan lain yang bisa dilakukan untuk mengolah material yang berdasarkan kondisinya tidak dapat lagi didaur ulang. Contohnya seperti sampah yang kotor, rusak, dan tercemar. Baca juga artikel lainnya : Urgensi Menciptakan Kesadaran tentang Perubahan Iklim di Masyarakat Apa Itu Waste to Energy? Waste to Energy adalah proses yang dilakukan untuk menghasilkan energi dalam bentuk panas, listrik, atau sumber bahan bakar yang dapat digunakan melalui pengolahan sampah. Waste to Energy adalah solusi inovatif untuk pengelolaan limbah dan produksi energi. Kegiatan ini dapat memainkan peran penting dalam transisi menuju ekonomi sirkular dan rendah karbon. Sebab penumpukan sampah di TPA dapat melepaskan sejumlah emisi metana ke atmosfer. Baca Juga: Mengenal Tingkatan Pengelolaan Sampah yang Tepat Proses waste to energy atau mengubah sampah menjadi energi punya beberapa cara yang berbeda. Prosesnya dibagi ke dalam teknologi termal dan non-termal yang terdiri dari beberapa metode: Limbah padat dibakar pada suhu tinggi untuk menghasilkan panas, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan uap. Uap ini dapat menggerakkan turbin untuk memproduksi listrik. Sampah organik dipanaskan dalam kondisi kurang oksigen untuk menghasilkan syngas (synthetic gas) yang terdiri dari hidrogen, karbon monoksida, dan metana. Syngas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik atau sebagai bahan baku untuk produksi bahan kimia. Limbah dipanaskan dalam kondisi bebas oksigen, menghasilkan cairan minyak, gas, dan char. Cairan minyak dapat digunakan sebagai bahan bakar, sementara gas dan cair dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi atau untuk aplikasi lainnya. Limbah organik didekomposisi oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen), menghasilkan biogas yang kaya metana. Biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik dan panas, atau dimurnikan untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Apa Kelebihan Waste to Energy? Pengelolaan sampah waste to energy tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Aktivitas ini juga membantu menyediakan sumber energi alternatif yang berkelanjutan. Mengubah sampah menjadi energi berarti membantu manusia mengurangi ketergantungan akan energi fosil. Di satu sisi, sampah yang dihasilkan setiap harinya akan menumpuk jika tidak dikelola dengan tepat. Untuk itu, WtE dapat mengurangi volume sampah hingga 90%, memperpanjang umur TPA dan mengurangi kebutuhan akan lahan baru. Penumpukan sampah di TPA secara terbuka juga dapat menghasilkan gas metana. Pelepasan gas metana berlebih adalah hal yang membahayakan.. Gas metana memiliki potensi pemanasan global sampai dengan 21 kali lebih besar dari karbon dioksida. Mengubah limbah menjadi energi mengurangi emisi metana dari TPA. Apa Kekurangan Waste to Energy? Meski ada banyak manfaat dari penerapan waste to energy, penggunaan metode WtE dalam mengelola sampah di Indonesia bisa dibilang masih sangat baru dan belum optimal. Baru beberapa kota saja yang punya teknologi pengelolaan sampah ini. Pembangunan fasilitas WtE memerlukan investasi yang signifikan, yang bisa menjadi kendala bagi pemerintah atau perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi ini. Biayanya cenderung mahal, belum lagi saat operasionalnya berjalan. Meskipun WtE mengurangi volume sampah, proses pembakaran masih menghasilkan emisi, seperti dioksin dan furan, yang perlu dikelola dengan ketat untuk mencegah dampak negatif pada lingkungan. Studi Environmental Protection Agency (EPA) mengidentifikasi dioksida sebagai penyebab berbagai jenis kanker. Diperlukan dana lebih untuk dapat mengendalikan polusi dan emisi beracun dari pembakaran sampah. Pada akhirnya, mengurangi produksi sampah dan melakukan daur sampah adalah hal utama yang perlu dilakukan dalam menangani sampah. Waste to Energy adalah solusi inovatif untuk pengelolaan limbah dan produksi energi. Butuh dukungan lebih untuk menjadikannya aman dan optimal. Similar Article ESG: Definisi, Implementasi, dan Pentingnya dalam Bisnis Dalam era di mana kesadaran akan keberlanjutan semakin meningkat, istilah ESG (Environmental, Social, Governance) semakin sering kita dengar. Namun, apa sebenarnya ESG itu? Dan mengapa konsep ini begitu penting dalam dunia bisnis saat ini? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai ESG, mulai dari pengertian dasar hingga penerapannya dalam dunia bisnis. Apa Itu ESG? ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance. Konsep ini mengacu pada sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Tidak hanya menjadi tren, namun telah menjadi standar baru dalam dunia bisnis yang menggabungkan profitabilitas dengan keberlanjutan. Environmental (Lingkungan): Meliputi kebijakan… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Apa Saja yang Termasuk Limbah Industri? Limbah… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru lainnya, kegiatan mengolah sampah menjadi energi adalah pilihan lain yang bisa dilakukan untuk mengolah material yang berdasarkan kondisinya… 3 Contoh Program Corporate Social Responsibility untuk Dukung Kelestarian Lingkungan Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan istilah yang tidak asing. Ini menjadi sebuah program yang dilakukan perusahaan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan.  Baca juga artikel lainnya : Memitigasi Perubahan Iklim …

Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility)

Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility)

Corporate Social Responsibility Sesuai namanya, Program CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan sebuah inisiatif yang dilakukan perusahaan, bisnis, dan organisasi untuk berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan, di samping berfokus pada menghasilkan profit. Aktivitas CSR melibatkan berbagai program dan ide yang dilakukan oleh perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan. Ada banyak sekali contoh program CSR sebagai dari berbagai perusahaan di Indonesia juga dunia, misalnya sumbangan amal, investasi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, dan juga upaya pengurangan jejak karbon. Di antara banyaknya inisiatif hijau yang dilakukan, program CSR yang bertujuan memitigasi iklim masih mewakili presentasi yang sangat kecil. Menurut laporan Climate Works, baru 2 persen saja dana dukungan sosial (CSR, filantropis, sumbangan) yang difokuskan untuk mengatasi perubahan iklim. Padahal, jika dilihat kondisinya saat ini perubahan iklim semakin menjadi sebuah isu lingkungan yang butuh pencegahan dan penanganan sejak dini. Lalu, bagaimana program CSR dapat berkontribusi memitigasi perubahan iklim?  Baca Juga: 4 Types of Corporate Social Responsibility (CSR) Program Bisakah Program Corporate Social Responsibility Mengatasi Perubahan Iklim? Baca juga artikel lainnya : 3 Program CSR Dukung Kelestarian Laut Perubahan iklim adalah salah satu tantangan global terbesar saat ini, dan CSR dapat berperan penting dalam upaya menghadapinya. Program CSR dapat memanfaatkan sumber daya yang dipunya dan pengaruhnya untuk mulai turut serta menggerakkan perubahan iklim. Perusahaan memiliki kekuatan untuk mendorong gerakan aksi iklim dengan berbagai cara. Misalnya seperti menyelenggarakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran karyawan dan masyarakat tentang dampak perubahan iklim. Disertai juga dengan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menguranginya.  Atau memberikan dukungan terhadap pengelolaan air yang berkelanjutan untuk mengurangi penggunaan air, serta mengolah dan mendaur ulang air limbah. Juga mendukung atau berpartisipasi dalam proyek reboisasi untuk menanam pohon di hutan yang terdegradasi, yang membantu menyerap CO2 dan mengurangi efek pemanasan global. Perusahaan juga dapat mengarahkan program CSR untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, seperti program penanaman pohon, proyek energi terbarukan, dan penyediaan teknologi ramah lingkungan untuk komunitas yang membutuhkan.  Tantangan dan Peluang dalam Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mitigasi Perubahan Iklim Tidak bisa dipungkiri, bahwa upaya mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam inisiatif CSR membawa tantang dan peluang yang cukup signifikan bagi perusahaan. Selain memerlukan inisiatif yang diharapkan efektif, perusahaan juga perlu mengeluarkan investasi yang besar, utamanya untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan menerapkan praktik berkelanjutan. Belum lagi dengan kebutuhan akan sumber daya yang beragam, bisa menjadi beban terutama bagi pelaku usaha skala kecil dan menengah. Perusahaan harus menavigasi regulasi yang sering berubah terkait dengan perubahan iklim dan keberlanjutan, yang dapat menimbulkan tantangan dalam perencanaan jangka panjang.   Meski begitu, perusahaan yang aktif dalam CSR terkait perubahan iklim dapat membangun reputasi yang kuat sebagai pemimpin dalam keberlanjutan. Hal ini dapat menarik pelanggan yang peduli lingkungan dan meningkatkan loyalitas merek. Banyak investor yang juga kini lebih memilih perusahaan yang menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Dari hal ini, inisiatif CSR yang terkait dengan perubahan iklim dapat meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor. Contoh Inisiatif Hijau dalam Program Corporate Social Responsibility Perusahaan Bosch merupakan salah satu yang punya program CSR untuk tujuan iklim.  Diketahui bahwa mereka menetapkan sendiri tujuan ambisius untuk melindungi lingkungan, dengan tujuan mengurangi jejak ekologis mereka melalui aksi iklim, penggunaan air, dan ekonomi sirkular. Targetnya adalah mengurangi emisi hulu (barang dan jasa yang dibeli) dan hilir (penggunaan produk) sebesar 15% pada tahun 2030 Namun, Anda sebagai pelaku usaha, bisnis, perusahaan juga dapat turut serta dalam upaya keberlanjutan. Salah satunya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik untuk dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article ESG: Definisi, Implementasi, dan Pentingnya dalam Bisnis Dalam era di mana kesadaran akan keberlanjutan semakin meningkat, istilah ESG (Environmental, Social, Governance) semakin sering kita dengar. Namun, apa sebenarnya ESG itu? Dan mengapa konsep ini begitu penting dalam dunia bisnis saat ini? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai ESG, mulai dari pengertian dasar hingga penerapannya dalam dunia bisnis. Apa Itu ESG? ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance. Konsep ini mengacu pada sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Tidak hanya menjadi tren, namun telah menjadi standar baru dalam dunia bisnis yang menggabungkan profitabilitas dengan keberlanjutan. Environmental (Lingkungan): Meliputi kebijakan… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Apa Saja yang Termasuk Limbah Industri? Limbah… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu …

Fenomena Polar Vortex: Apa yang Terjadi saat Suhu Dingin Ekstrim Melanda?

Fenomena Polar Vortex: Apa yang Terjadi saat Suhu Dingin Ekstrim Melanda?

Polar Vortex – Selain peningkatan suhu rata-rata global, masyarakat dunia sepertinya juga perlu waspada terhadap fenomena cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan musim dingin menjadi lebih dingin dari biasanya. Sebab, suhu dingin ekstrem belakangan ini tidak hanya dialami oleh wilayah dengan salju abadi, seperti Antartika dan sekitarnya. Beberapa kota di dunia juga turut dilanda gelombang dingin yang dapat membekukan dan membuat siang hari berlangsung lebih cepat. Salah satunya suhu dingin yang melanda Swedia dan Finlandia. Dilansir dari Deutsche Welle, Institut Meteorologi dan Hidrologi Swedia telah mencatatkan suhu terdingin di musim dinginnya selama dua hari berturut-turut. Pada bulan Maret lalu, tercatat suhu udara di sana anjlok hingga lebih dari minus 40 derajat Celcius. Ini adalah level terendah yang pernah dicatat sejak tahun 1999. Sementara di Finlandia, suhu dingin juga terus turun mencapai minus 30 derajat Celcius. Dialami oleh banyak wilayah di negara tersebut. Kedua kondisi tersebut berdampak pada aktivitas masyarakat juga mengganggu transportasi setempat, termasuk lalu lintas kendaraan antar negara-negara Nordik. Baca juga artikel lainnya : 5 Kota dengan Musim Dingin Paling Esktrem di Dunia Meskipun bumi mengalami pemanasan global, ilmuwan menyampaikan bahwa musim dingin dengan suhu yang ekstrem tetap mungkin akan terjadi. Dinamika cuaca, atmosfer dan laut yang kompleks merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya kondisi ini. Gangguan pada polar vortex adalah salah satunya. Apa Itu Fenomena Polar Vortex? Menurut Biro Prakiraan Cuaca Amerika Serikat, Polar Vortex yang berarti “Pusaran Kutub” adalah aliran udara bertekanan rendah yang sangat dingin yang biasanya terkonsentrasi di sekitar kutub. Pusaran ini selalu ada di dekat kutub, namun dapat melemah dan menguat tergantung musim yang terjadi. Polar vortex bergerak berlawanan arah jarum jam, membantu menjaga udara dingin tetap berada di dekat kutub. Akan tetapi, pusarannya terkadang dapat meluas keluar dari area yang seharusnya. Terjadinya pemanasan Arktik yang lebih cepat atau disebut juga “Arctic Amplification” dapat melemahkan polar vortex. Kondisi ini akan menyebabkan udara dingin yang biasanya berada di kutub menyebar ke selatan, membawa cuaca dingin yang ekstrem ke wilayah yang lebih rendah, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Baca Juga: Cuaca Panas Landa Sumatera, Apa Penyebabnya? Bagaimana Polar Vortex Mempengaruhi Cuaca? Badan Iklim Amerika Serikat menyebut bahwa polar vortex atau pusaran kutub tidak selalu mempengaruhi cuaca musim dingin di garis lintang tengah. Akan tetapi, jika hal itu terjadi, efeknya bisa ekstrem. Dalam kondisi normal, polar vortex tetap terkurung di sekitar kutub oleh arus udara yang dikenal sebagai jet stream – aliran udara cepat di atmosfer yang memisahkan massa udara hangat dan dingin. Jet stream ini mengelilingi polar vortex dan menjaga udara dingin tetap terkonsentrasi di daerah kutub. Maka ketika jet stream melemah akibat pemanasan global, pola aliran udara menjadi lebih berombak, memungkinkan massa udara dingin dari kutub untuk merambah ke wilayah yang biasanya lebih hangat selama musim dingin. Dari kondisi tersebut, jet stream pun ikut berperan besar dalam cuaca musim dingin yang dialami negara-negara di garis lintang tengah. Kapan Fenomena Polar Vortex Pernah Terjadi? Salah satu contoh terkenal dari pelemahan polar vortex adalah peristiwa pada musim dingin 2013-2014 di Amerika Utara.  Pada saat itu, gelombang dingin yang parah melanda sebagian besar wilayah Amerika Serikat, menyebabkan suhu yang sangat rendah dan badai salju yang dahsyat dalam 20 tahun terakhir. Menimbulkan gangguan yang cukup masif dan berdampak bagi masyarakat dan kehidupan sehari-hari. Dilansir dari VOA Indonesia, akibat cuaca yang sangat dingin, sekolah, kantor, hingga bisnis pun terpaksa tutup. Setidaknya 20 orang tewas karena suhu dingin se-Amerika itu. Pakar kesehatan pun menganjurkan orang-orang untuk tidak berada di luar ruangan lebih dari 20 menit untuk menghindari terjadinya frostbite yang membahayakan. Apa Saja Dampak dari Polar Vortex? Pelemahan polar vortex atau pusaran kutub sering dikaitkan dengan cuaca ekstrem. Dalam hal tersebut kondisinya termasuk gelombang dingin yang parah, badai salju, dan suhu yang sangat rendah di wilayah yang biasanya tidak terkena dampak dingin ekstrem. Peristiwa ini juga dapat menyebabkan musim dingin yang lebih panjang dan intens di wilayah tertentu. Meski begitu, polar vortex tidak memiliki dampak yang sama di wilayah lainnya. VOA Indonesia menyampaikan, jika pusaran udara bergerak menyebar ke wilayah di luar kutub, maka udara dingin yang seharusnya tersimpan di sana menjadi semakin terkikis dan habis. Menyebabkan iklim setempat menjadi lebih hangat. /*! elementor – v3.23.0 – 05-08-2024 */ .elementor-heading-title{padding:0;margin:0;line-height:1}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title[class*=elementor-size-]>a{color:inherit;font-size:inherit;line-height:inherit}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-small{font-size:15px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-medium{font-size:19px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-large{font-size:29px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xl{font-size:39px}.elementor-widget-heading .elementor-heading-title.elementor-size-xxl{font-size:59px} Similar Article ESG: Definisi, Implementasi, dan Pentingnya dalam Bisnis Dalam era di mana kesadaran akan keberlanjutan semakin meningkat, istilah ESG (Environmental, Social, Governance) semakin sering kita dengar. Namun, apa sebenarnya ESG itu? Dan mengapa konsep ini begitu penting dalam dunia bisnis saat ini? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai ESG, mulai dari pengertian dasar hingga penerapannya dalam dunia bisnis. Apa Itu ESG? ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance. Konsep ini mengacu pada sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Tidak hanya menjadi tren, namun telah menjadi standar baru dalam dunia bisnis yang menggabungkan profitabilitas dengan keberlanjutan. Environmental (Lingkungan): Meliputi kebijakan… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Apa Saja yang Termasuk Limbah Industri? Limbah… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru …

5 Kota dengan Musim Dingin Paling Ekstrem di Dunia

5 Kota dengan Musim Dingin Paling Ekstrem di Dunia

Negara-negara beriklim tropis, salah satunya Indonesia, tentu akan jarang dan mungkin hampir tidak pernah punya pengalaman dengan musim dingin yang suhu udaranya bisa menyentuh di bawah Nol derajat Celcius. Sebaliknya, suhu di sini bisa sangat panas mengingat paparan sinar mataharinya melimpah sepanjang tahun. Peningkatan suhu global sampai dengan musim dingin yang sangat ekstrem telah menjadi fenomena cuaca yang sering terjadi belakangan ini. Baca juga artikel lainnya : Kemitraan Bisnis yang Berkelanjutan: Menghadapi Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi Perubahan iklim mengubah sistem iklim bumi. Selain kenaikan suhu, musim dingin ekstrem di beberapa wilayah adalah salah satu aspeknya. Salah satu tempat paling dingin di Bumi ialah Dataran Tinggi Antartika Timur. Dilansir dari Study International, rekor suhu terdingin yang pernah tercatat adalah minus 93.2 derajat Celcius. Sangat tidak memungkinkan untuk dihuni manusia. Sama seperti kenaikan suhu global, para ilmuwan juga mulai memperhatikan bagaimana suhu dingin terus meningkat ekstrem. Kondisinya bahkan meluas sampai menghampiri tempat-tempat di luar Antartika dengan cuaca dan suhu dingin yang sangat ekstrem. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini adalah lima kota di dunia yang mengalami musim dingin paling ekstrem. 1. Yakutsk, Rusia Salah satu kota dengan musim dingin paling dingin di dunia adalah Kota Yakutsk, Rusia. Rekor suhu terdingin yang pernah tercatat di sini mencapai minus 64,4 derajat Celcius. Kota Yakutsk terletak di Siberia Timur. Rata-rata suhu musim dinginnya berada pada minus 20 derajat Celcius sedangkan suhu hangatnya adalah 24 derajat Celcius. Cuaca dingin dapat terjadi selama hampir tujuh bulan dengan suhu di bawah titik beku biasanya berlangsung dari Desember hingga Januari. Dengan suhu dingin ekstrem yang terjadi, kehidupan pun menjadi lebih sulit di sini sehingga para penduduk perlu untuk beradaptasi dan menyesuaikan aktivitas mereka. Misalnya dalam hal berdagang di mana ikan-ikan dijual dalam keadaan beku, termasuk juga sayuran dan bahan pokok lainnya.  Kemudian, para penduduk juga perlu menyimpan mobil menggunakan selimut penghangat khusus serta penggunaan pakaian-pakaian tebal untuk menjaga diri tetap hangat. 2. Barrow (Utqiagvik), Alaska, AS Kota lainnya yang memiliki musim dingin ekstrem adalah Kota Barrow di State Alaska, Amerika Serikat. Di sini, suhu terendah yang pernah tercatat mencapai minus 45 derajat Celcius.  Untuk suhu rata-rata tahunan pada musim dingin di Barrow adalah sekitar minus 12 derajat Celcius. Bulan Februari menjadi bulan yang paling dingin di sana. Siapa pun perlu mengenakan pakaian hangat agar terhindar dari hipotermia saat beraktivitas di luar. Barrow adalah kota paling utara di Amerika Serikat yang juga mengalami polar night. Polar Night merupakan fenomena berupa matahari tidak terbit selama sekitar 65 hari pada musim dingin. 3. Yellowknife, Kanada Kota Yellowknife, Kanada, memiliki kondisi musim dingin yang cukup keras, dengan suhu terendah yang pernah tercatat adalah sekitar minus 51 derajat Celcius, sebagaimana dilansir dari artikel Daan Van Den Broek.  Pada siang hari, suhu di sini tetap jauh di bawah minus 20 derajat Celcius. Berlanjut ke malam, suhunya akan semakin menurun mencapai minus 30 derajat Celcius. Januari menjadi bulan terdingin di Yellowknife. Melihat kondisinya, kota yang terletak di tepi Danau Great Slave ini hanya akan disinari cahaya matahari kurang dari 5 jam selama musim dingin. Meski begitu, Yellowknife dikenal dengan aurora borealis yang sering terlihat selama musim dingin yang panjang dan gelap. 4. Harbin, China Salah satu kota di benua Asia, Harbin, yang terletak di provinsi paling utara Heilongjiang, China, pernah mencatatkan suhu terendah selama musim dingin yaitu minus 37.7 derajat Celcius. Suhu rata-rata tahunan pada musim dingin di sini biasanya adalah sekitar 5.9 derajat Celcius. Bulan Januari menjadi bulan terdingin sepanjang tahun di Harbin.  Selama musim dingin, Kota Harbin menyelenggarakan Festival Es dan Salju Internasional untuk menarik perhatian wisatawan dengan keindahan kotanya. Pameran seni juga menjadi sebuah kesempatan untuk memamerkan kemampuan kota dalam mengubah musim dingin yang keras menjadi perayaan kreativitas dan budaya. 5. Ulaanbaatar, Mongolia Kota Ulaanbaatar yang merupakan ibukota dari Mongolia pernah mengalami suhu di bawah minus 40 derajat Celcius pada musim dingin.  Mongolia beriklim tinggi, dingin, dan kering, terletak di ketinggian sekitar 1.350 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata di sebagian besar wilayah Mongolia akan berada di bawah titik beku pada bulan November hingga Maret  Suhu rata-rata tahunan pada musim dingin adalah minus 20 derajat Celcius, turun menjadi minus 40 derajat Celcius pada malam hari. Similar Article ESG: Definisi, Implementasi, dan Pentingnya dalam Bisnis Dalam era di mana kesadaran akan keberlanjutan semakin meningkat, istilah ESG (Environmental, Social, Governance) semakin sering kita dengar. Namun, apa sebenarnya ESG itu? Dan mengapa konsep ini begitu penting dalam dunia bisnis saat ini? Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai ESG, mulai dari pengertian dasar hingga penerapannya dalam dunia bisnis. Apa Itu ESG? ESG adalah singkatan dari Environmental, Social, dan Governance. Konsep ini mengacu pada sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial dan lingkungan dari suatu perusahaan. Tidak hanya menjadi tren, namun telah menjadi standar baru dalam dunia bisnis yang menggabungkan profitabilitas dengan keberlanjutan. Environmental (Lingkungan): Meliputi kebijakan… Pengelolaan Limbah Industri: Upaya Mengurangi Emisi Karbon Limbah industri menjadi satu dari sekian jenis limbah yang bisa berupa bahan padat, cair, juga gas. Limbah industri juga mencakup bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Seluruhnya memerlukan pengelolaan yang tepat dan aman. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 81,87 juta ton limbah B3 dari berbagai sektor. Pertambangan, energi, minyak dan gas, industri manufaktur, agroindustri, sampai dengan medis. Berbeda dari limbah rumah tangga, limbah industri punya karakteristik yang cukup berbeda. Pengelolaannya pun perlu dilakukan dengan aman sebab beberapa material bisa membahayakan jika mencemari lingkungan dan terkontaminasi manusia. Apa Saja yang Termasuk Limbah Industri? Limbah… Waste to Energy : Kelebihan dan Kekurangan Mengubah sampah menjadi energi atau dikenal juga dengan Waste to Energy (WtE) merupakan sebuah inovasi dalam pengelolaan sampah untuk menjadikannya lebih bermanfaat. Kita tahu bahwa sampah, limbah, dan segala barang sisa penggunaan dari aktivitas manusia seringkali dianggap sebagai produk ‘habis’ yang tidak lagi dibutuhkan. Dibuang begitu saja, masih jarang dipilah, sampai pada akhirnya saling bercampur di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Kondisi ini menjadikan sampah tercemar satu sama lain. Jika kegiatan daur ulang berfungsi untuk mengolah kembali suatu material berharga menjadi produk baru lainnya, kegiatan mengolah sampah menjadi energi adalah pilihan lain …