Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi

Emisi Transportasi – Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak dicemari oleh emisi dari kendaraan.  Sambil memperingati Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia, berikut ini adalah lima fakta terkait emisi sektor transportasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber. 1. Transportasi Sumbang 16 Persen Emisi GRK Global  Dunia tengah berfokus pada upaya mengatasi emisi gas rumah kaca (GRK) yang bersumber dari banyak sektor kegiatan. Emisi kendaraan bermotor menjadi salah satu sumber utama dalam hal ini. Baca juga artikel lainnya : Beralih ke Transportasi Umum untuk Kurangi Emisi Sektor transportasi bertanggung jawab atas sebagian besar polusi udara di dunia. Dilansir dari data Statista, transportasi darat, udara, dan laut menghasilkan sekitar 8,4 miliar metrik ton setara karbon dioksida (GtCO₂e) pada tahun 2023. Menyumbang sekitar 16 persen dari total emisi GRK global dan menjadikannya sumber emisi terbesar kedua di seluruh dunia. Sebagai tambahan, emisi GRK global dapat dihasilkan dari berbagai sumber. Didominasi oleh emisi dari kegiatan industri energi, dan diikuti oleh sektor transportasi, konstruksi dan manufaktur, juga pertanian. Sumber: Our World in Data 2.  Emisi Karbon dari Transportasi Tidak Pernah Berkurang Sejak 1990 Kondisi ini benar adanya. Data dari Statista menjelaskan bahwa secara keseluruhan emisi CO2 yang dihasilkan sektor transportasi justru terus meningkat hampir 80 persen sejak tahun 1990.  Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di banyak negara, terutama di kawasan perkotaan yang padat, peningkatan emisi transportasi pun tidak terhindarkan. Sebagian besar kendaraan transportasi yang saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil pun telah menyumbang lebih dari 20 persen emisi CO2 global dari pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar ini menghasilkan karbon dioksida (CO₂), yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global. 3.  Bebas Mobil Belum Tentu Bebas Polusi Nafas ID mendapati bahwa kegiatan Car Free Day yang dilakukan setiap hari Minggu di Jakarta belum dapat sepenuhnya menciptakan kualitas udara yang lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari bulan Juni hingga Desember 2022, di rute CFD sekitar Pattimura, kualitas udara selama Car Free Day sebagian besar diklasifikasikan sebagai “Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif.” Kualitas udara dikategorikan “Baik” hanya sekali dalam enam bulan. 4.  Kendaraan Listrik Solusi Mengurangi Emisi Transportasi Dilansir dari US Environment Protection Agency (US EPA), meskipun aktivitas pengisian daya pada electrical vehical atau EV yang disebut kendaraan listrik dapat menciptakan emisi karbon, namun jejaknya tetap lebih kecil dari emisi yang dihasilkan kendaraan konvensional. Penelitian mendapati bahwa EV biasanya bertanggung jawab atas tingkat gas rumah kaca yang lebih rendah daripada mobil dengan bensin. Terlebih jika sumber energi listriknta berasal dari sumber terbarukan seperti angin dan matahari. Kendaraan listrik (EV) adalah solusi potensial untuk mengurangi emisi transportasi. EV tidak menghasilkan emisi langsung dari kendaraan, meskipun mereka masih tergantung pada sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya baterai mereka. 5.  Zat Berbahaya dari Emisi Kendaraan Merugikan Kesehatan Kendaraan konvensional umumnya masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, seperti bensin dan diesel. Pembakaran bahan bakar ini dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mengandung banyak partikel berbahaya. Zat-zat yang terkandung dalam emisi kendaraan mencakup partikel seperti  nitrogen oksida, gas organik non-metana, karbon monoksida, partikulat, dan formaldehida. Seluruhnya, dianggap tidak baik untuk kesehatan, menyebabkan kesulitan bernapas bagi sebagian orang, memicu penyakit paru-paru seperti asma, emfisema, dan bronkitis kronis, yang dapat menyebabkan kematian. Berkontribusi Mengurangi Emisi Transportasi Mengurangi emisi kendaraan adalah langkah penting dalam upaya melawan perubahan iklim dan mengurangi polusi udara. Beberapa langkah yang dapat kita lakukan saat ini untuk turut serta ialah dengan memperbanyak penggunaan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga menekan emisi karbon. Termasuk juga beralih ke kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Selain itu, dengan semakin berkembangnya teknologi kendaraan dengan efisiensi bahan bakar yang lebih baik, seperti mesin hybrid atau teknologi start-stop, dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon. Kebijakan seperti pajak emisi, zona rendah emisi, atau insentif bagi kendaraan rendah emisi untuk mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta meninggalkan kendaraan bermotor pribadi mereka selama sehari penuh dan beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki. Acara ini menyoroti berbagai manfaat yang bisa tercipta dari “berkegiatan tanpa mobil” bagi masyarakat. Salah satu yang diharapkan dari terselenggaranya Car Free Day atau CFD adalah untuk dapat mencapai kualitas udara yang lebih baik yang tidak… Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Indonesia terus berupaya mengejar target pengurangan emisi dan mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Dekarbonisasi industri menjadi salah satu cara yang diupayakan demi mencapai ambisi ini. Sektor industri sampai saat ini masih menjadi penyumbang emisi …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya?

Kebakaran TPA di Indonesia Pada tahun 2023 lalu, Indonesia mengalami cukup banyak kebakaran TPA atau tempat pemrosesan akhir sampah di berbagai wilayah. Tercatat sebanyak 35 TPA sampah di seluruh Indonesia terbakar dan kondisinya tampak memprihatinkan. Salah satunya yang terjadi pada TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat dan menjadi titik penumpukan sampah bagi empat kota kabupaten di Jawa Barat. Dilansir dari BBC Indonesia, pada saat itu, seluruh area TPA sampah Sarimukti dari mulai zona 1, 2, 3, dan 4 sudah terbakar mencapai luas 90 persen. Berlangsung selama hampir satu pekan sebelum akhirnya berhasil dikendalikan. Selain TPA Sarimukti, beberapa TPA sampah juga mengalami kebakaran serupa dengan luas yang berbeda-beda. Terjadinya kebakaran TPA ini tentu menimbulkan banyak kerugian. TPA sampah yang terbakar dapat menimbulkan zat beracun yang membahayakan lingkungan juga kesehatan.  Melihat kondisi yang ada, kira-kira apa penyebab dari masih maraknya kebakaran di TPA sampah? Solusi apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan hal ini? Faktor Penyebab Kebakaran TPA Sampah Banyak hal dapat melatarbelakangi terjadinya kebakaran pada TPA Sampah, mencakup faktor alam dan campur tangan manusia. Dikutip dari CNN Indonesia, menurut Dini Trisyanti, Direktur Sustainable Waste Indonesia, cuaca memungkinkan untuk punya andil dalam kasus kebakaran TPA di sejumlah wilayah. Cuaca panas terik dapat lebih rentan menimbulkan percikan api. Sampah organik yang menghasilkan gas metan pun berpotensi memantik kebakaran dalam kondisi ini. Meski begitu, menurut Dini, kesalahan pengelolaan dalam operasional TPA menjadi faktor utama dari terjadinya kebakaran. Dibanding menyalahkan cuaca, sistem operasional yang kurang tepat justru yang membuat api sulit dipadamkan, sehingga cuaca hanyalah faktor kecil dari masalah ini. Sistem pengelolaan sampah yang salah dapat menyebabkan berbagai masalah dan membawa dampak buruk bagi lingkungan, kesehatan, dan sosial. Melihat Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Hubungannya dengan Kebakaran TPA Sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih identik dengan metode “kumpul-angkut-buang” yang minim pemilahan dari sumber. Dinilai sangat tidak efektif yang menyebabkan penanganan setelahnya menjadi lebih sulit. Baca juga artikel lainnya : Mengenal Tingkatan Pengelolaan Sampah yang Tepat Kondisi pengelolaan sampah yang tidak mendorong pemisahan sampah di tingkat rumah tangga atau industri ini, membuat segala jenis sampah saling bercampur satu sama lain. Ini membuat daur ulang menjadi terkendala, sehingga sampah yang bisa didaur ulang atau dikompos menjadi terbuang percuma bersama dengan sampah lainnya. Belum lagi dengan TPA sampah yang tidak dikelola dengan baik yang sering kali hanya menumpuk sampah tanpa ada pemrosesan lebih lanjut. Tumpukan sampah organik dapat melepaskan gas metana yang berkontribusi terhadap pemanasan global dan pencemaran lingkungan melalui lindi (air limbah yang tercampur dengan bahan berbahaya). Penegakan hukum dan kebijakan yang lemah serta minimnya investasi pada infrastruktur pengelolaan sampah dapat menjadi kendala yang menimbulkan kekacauan. Tanpa edukasi dan program yang efektif, masyarakat cenderung tidak memisahkan atau membuang sampah mereka dengan benar. Pengelolaan Sampah Bertanggung Jawab untuk Mengurangi Emisi TPA Sampah Pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dapat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat dan layak.  Sebaliknya, kebakaran di TPA merupakan masalah serius yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara. Kebakaran di TPA melepaskan berbagai polutan berbahaya seperti dioksin, karbon monoksida, dan partikel halus (PM2.5), yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peningkatan dan perbaikan di berbagai lini pengelolaan sampah. Hal ini bisa mencakup pengurangan produksi sampah, pemisahan di sumber, daur ulang, komposting, teknologi pengolahan yang ramah lingkungan, serta edukasi masyarakat. Seluruh upayanya demi mencapai keberlanjutan lingkungan. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – Seiring dengan meningkatnya sustainability awareness di berbagai kalangan, banyak pihak mulai turut serta menerapkan praktik-praktik kebelanjutan melalui berbagai cara.  Peningkatan dampak perubahan iklim seakan menjadi ‘alarm’ yang mendorong masyarakat untuk bergabung dalam upaya mitigasi iklim. Utamanya dari sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global. Kegiatan industri diketahui menyumbang paling banyak emisi karbon ke atmosfer. Di Indonesia saja, sekitar 70 persen penyumbang emisi karbon adalah industri, sehingga sektor ini diharapkan mampu terlibat untuk mengurangi emisi karbon dan membantu mencapai Net Zero Emission yang direncanakan. Oleh karena itu, untuk dapat berkontribusi dalam upaya… Memahami Istilah Global Stocktake dalam Aksi Iklim Internasional Di berbagai belahan dunia, negara-negara …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Apa yang Sebabkan Buruknya Kualitas Udara di Jakarta?

Isu terkait buruknya kualitas udara di Jakarta selalu menjadi pembahasan yang sengit untuk diperbincangkan. Pasalnya, kota ini seringkali berada di peringkat 10 besar kota dengan indeks kualitas udara paling tidak sehat di dunia. Baca Juga: Langit Biru di Jakarta, Apakah Tanda Polusi Membaik? Dilansir dari Antara News, pada September 2024 saja, Air Quality Index atau AQI atau kualitas udara di Jakarta berada pada angka 122, masuk kategori tidak sehat. Sedangkan, angka konsentrasi partikel halus PM2.5 berada di angka 42 mikrogram per meter kubik, 8.4 kali lebih tinggi dari yang ditentukan WHO. Kondisi ini pun menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk nomor enam dunia.  Dampaknya, udara di Jakarta pun disebut cukup rentan dan tidak sehat untuk dihirup, terutama bagi mereka kelompok sensitif. Dampak pencemaran udara dapat berbahaya bagi kesehatan yang memicu gangguan pada pernapasan, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, mempengaruhi fungsi otak dan kognitif, sampai dengan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Namun, apa yang menyebabkan polusi udara di Jakarta selalu terjadi?  1. Jakarta Kelimpahan Emisi Knalpot Kendaraan  Tidak bisa dipungkiri bahwa asap kendaraan bermotor punya andil yang besar dalam menyebabkan udara di Kota Jakarta sangat buruk.  Bagaimana tidak, data Korlantas Polri menyebut ada lebih dari 23 juta unit kendaraan bermotor di wilayah hukum Polda Metro Jaya per Agustus 2023. Didominasi oleh sepeda motor dan mobil pribadi, diikuti oleh angkutan barang dan kendaraan khusus. Angka ini mewakili sekitar 15 persen bagian dari total kendaraan secara nasional.  Dampaknya, total emisi karbon yang dihasilkan dari sektor transportasi di Jakarta pun menjadi sangat tinggi. Nilainya mencapai 81, 17 juta kg CO2e per September 2023, berdasarkan data dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef).  Jumlah emisi asap knalpot kendaraan yang ‘melimpah’ ini perlu dikurangi untuk dapat mencapai kondisi udara yang layak konsumsi. Pemerintah serta masyarakat bisa bekerja sama dalam hal pemanfaatan angkutan umum untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi. 2. Jakarta Ramai Pembangkit Listrik  Operasional pembangkit listrik adalah salah satu isu utama yang berkontribusi menyumbang emisi buruk ke udara di Jakarta, dilansir dari Greenpeace, berdasarkan studi Vital Strategies. Penelusuran Tempo menemukan bahwa terdapat 14 PLTU dalam radius 100 kilometer dari pusat Jakarta yang beroperasi dan menyebarkan paparan konsentrasi partikel-partikel halus PM2.5. PLTU tersebut tersebar di berbagai titik kota penyangga Jakarta dengan kapasitas operasional yang beragam.  Namun, pembakaran batu bara tidak hanya dilakukan oleh kegiatan pembangkit listrik. Fasilitas industri juga turut berkontribusi, di mana setidaknya 118 di antaranya mengelilingi wilayah Jakarta. Pembakaran batu bara dari pembangkit listrik dan industri dapat menghasilkan sejumlah partikel berbahaya seperti CO2, CO, NOx, SO2, polutan arsenik, residu, senyawa organik, dan lainnya yang membahayakan kesehatan. 3. Suhu Panas di Musim Kemarau  Baca juga artikel lainnya : Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Perubahan cuaca ekstrem seperti kemarau panjang juga berpotensi dalam menyebabkan kualitas udara yang buruk di Jakarta.  Dilansir dari The Conversation, kondisi panas dapat meningkatkan kejadian kebakaran hutan dan pembakaran biomassa. Berkurangnya curah hujan juga meningktkan kekeruhan tanah, meningkatkan kecepatan angin permukaan yang memungkinkan terjadinya peningkatan aktivitas partikulat di udara.  Kualitas udara yang buruk dapat berdampak langsung pada kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk itu, kita perlu turut serta menjalankan kebiasaan yang dapat mendukung berkurangnya pencemaran udara dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan serta jangan lupa untuk senantiasa memantau kualitas udara sebelum beraktivitas di luar ruang. Similar Article

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Langit Biru di Jakarta, Apakah Tanda Polusi Membaik?

Langit Biru Jakarta Beberapa waktu lalu, pemandangan cerah tergambar pada langit di Jakarta di siang hari. Hamparan langit biru dengan taburan awan terlihat sangat bersih, arak pandang di udara pun nampak begitu luas. Kondisi ini terjadi tepatnya pada bulan Maret 2024 lalu. Salah satu foto tangkapan detikcom memperlihatkan birunya kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Pemandangan ini bisa dibilang cukup jarang terjadi dalam beberapa waktu ke belakang. Terlebih karena kabut dari polusi udara seringkali menutupi langit Jakarta dan menjadikannya berwarna abu-abu. Lantas, apakah ini pertanda polusi udara di Jakarta sudah membaik? Penyebab Langit Biru Jakarta Menurut Ahli Dilansir dari sumber, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, langit cerah dan biru di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta dan kota lainnya, terjadi karena adanya aktivitas Osilasi Madden-Julian atau Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat itu telah bergeser ke area Pasifik Barat. BMKG mengartikan MJO sebagai pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik. Aktivitas intra seasonal ini terjadi di wilayah tropis, melibatkan pergerakan awan, curah hujan, angin, dan tekanan ke arah timur yang mengelilingi ekuator setiap 30 sampai 40 hari. MJO merupakan fenomena atmosfer berskala besar yang berperan penting dalam memodulasi pola cuaca secara global melalui dua fase utama, konvektif dan tertahan. Ketika MJO berada dalam fase konvektif di wilayah tertentu, hal itu menyebabkan peningkatan pembentukan awan, badai petir, dan hujan lebat. Kondisi yang mempengaruhi aktivitas hujan ini memungkinkan terjadinya kondisi langit yang lebih stabil dan cerah setelahnya. Cuaca dan langit yang cerah dapat terjadi karena peningkatan kecepatan angin yang menghambat pertumbuhan awan hujan. Disebabkan oleh tertariknya massa udara akibat siklon tropis 91S dan Ex TC Megan. Cuaca dan Langit Biru Jakarta, Tanda Polusi Membaik? Beruntungnya, cuaca cerah di langit Jakarta pada Maret lalu, turut diiringi dengan kondisi kualitas udara yang baik. Baca juga artikel lainnya : Apa yang Sebabkan Buruknya Kualitas Udara di Jakarta? Dikutip dari Kumparan, berdasarkan data Nafas, platform pemantau kualitas udara, hasil pengukuran PM2.5 di hampir seluruh wilayah Jakarta menunjukkan kualitas yang cukup baik alias hijau. Nilai AQI yang muncul berkisar antara 5 hingga 20-an. Hanya beberapa area yang masuk kategori moderat dengan skor 50-an. Akan tetapi, setiap kondisi langit biru tidak selalu mewakili kualitas udara yang baik menurut Nafas. Hilangnya kabut asap dan langit yang keruh bukan berarti polusi udara hilang. Hal ini juga pernah terjadi di wilayah Tangerang Selatan pada tahun lalu, di mana langit cerah di sana dibarengi dengan jumlah PM2.5 mencapai 54 µg/m3. Hampir 11 kali lipat lebih tinggi dari ambang batas WHO.    Langit Biru Cerah dan Polusi Udara yang Terjadi di Jakarta Pada hari-hari dengan langit cerah, kecepatan angin sering kali lebih rendah, yang mengurangi penyebaran polutan secara alami. Tanpa angin, emisi dari kendaraan, pabrik, dan sumber lainnya tetap terkonsentrasi di daerah perkotaan, yang menyebabkan kualitas udara buruk dan kabut asap yang terlihat. Namun, langit yang cerah dapat memberikan ilusi udara bersih, tetapi tidak selalu menjamin kualitas udara yang baik. Nafas menjelaskan bahwa langit biru bukanlah parameter yang tepat untuk mengukur kualitas udara. Untuk memastikannya, kita dapat melihat jauh ke depan.  Menurut banyak penelitian, partikel-partikel kecil biasanya dapat mempengaruhi jarak pandang dan menjadikannya terbatas. Polutan udara masih dapat bertahan, khususnya ozon di permukaan tanah dan partikel, yang umum di daerah perkotaan dengan lalu lintas dan aktivitas industri. Similar Article CollaborAction Satuplatform dalam Langkah Membumi Festival Satuplatform, platform yang mendukung inisiatif keberlanjutan khususnya pada Carbon & ESG Management, dengan bangga mengumumkan keterlibatannya sebagai Ecopreneur Partner dalam acara Langkah Membumi Festival, yang diselenggarakan oleh Ecoxyztem dan Blibli Tiket Action pada 2-3 November 2024 di Senayan Park, Jakarta. Acara ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan menginspirasi tindakan positif untuk bumi melalui berbagai kegiatan, diskusi, dan aksi nyata. Dalam festival yang penuh semangat ini, untuk itu Satuplatform berkomitmen dalam memperkenalkan dan mendukung berbagai produk serta inisiatif ramah lingkungan yang berfokus pada perhitungan reduksi emisi karbon dan arah keberlanjutan. Tak hanya itu, Satuplatform juga mengkampanyekan aksi… 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih perusahaan dan entitas komersial lainnya dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan. Namun, apa itu industri hijau beserta tujuan, keuntungan, dan contohnya? Apa Itu Industri Hijau? Dilansir dari Tirto ID, menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI), pengertian industri hijau adalah… Bagaimana Cara Tepat Memilih Carbon Accounting Software untuk Industri? Carbon Accounting – Seiring dengan meningkatnya sustainability awareness di berbagai kalangan, banyak pihak …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Kebakaran TPA: Dampak Lingkungan dan Kesehatan yang Tak Terhindarkan

Kebakaran TPA sampah menjadi sebuah isu lingkungan yang masih selalu terjadi dari tahun ke tahun. Jumlah kejadiannya bahkan meningkat pada tahun 2023 lalu, dan sepertinya belum tertangani dengan baik sampai saat ini. Belum lama ini, kasus terbakarnya TPA sampah kembali terulang di salah satu wilayah di Indonesia. Tepatnya di Kota Cilegon, Banten, tragedi kebakaran melanda TPSA Bagendung, pada Senin malam (16/9/2024), yang merupakan kali kedua tempat ini mengalami hal serupa. Pernah terjadi pada tahun 2019 lalu. Kebakaran TPA merupakan kejadian yang sangat merugikan dari segala sisi. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah serius dengan dampak yang luas bagi lingkungan, kesehatan masyarakat, juga ekonomi. Bahkan, dikutip dari Jurnal Ilmu Lingkungan di situs Science Direct, kebakaran tempat pembuangan sampah juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Berikut adalah penjelasannya. Apa Dampak dari Terbakarnya TPA Sampah? Baca juga artikel lainnya : Kebakaran TPA Sampah di Indonesia Sering Terjadi, Apa Penyebab dan Solusinya? Berkaca dari apa yang terjadi, terbakarnya tumpukan sampah di areal TPA akan menimbulkan kabut asap yang seiring waktu bertambah pekat. Bau bakar yang menusuk juga semakin kuat, terlebih dalam jarak yang dekat. Ketika TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat terbakar tahun lalu, masyarakat sekitar terpaksa harus diungsikan karena kondisi lingkungan yang tercemar parah. Banyak orang mengalami sesak napas dan batuk, terkena Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), pandangan menjadi lebih buram, hingga mual.  Akibat dari asap kebakaran yang terus menebal, terbakarnya sampah bisa melepaskan bahan kimia beracun yang berpotensi menyebabkan kanker dan gangguan reproduksi. Terutama terjadi ketika bahan plastik atau kimia berbahaya ikut terbakar. Kebakaran TPA juga dapat menghasilkan abu dan residu yang memungkinnya mencemari air tanah dan sumber air di sekitar. Mempengaruhi ekosistem lokal dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup. Kebakaran TPA juga berdampak signifikan terhadap ekonomi, terlebih dalam memadamkan kebakaran. Memadamkan kebakaran di TPA memerlukan waktu, tenaga, dan sumber daya yang besar. Hal ini juga yang terjadi saat TPA Sarimukti terbakar, sekitar Rp 5,8 miliar dana dialokasikan untuk menangani kebakaran di sana. Bagaimana Kebakaran TPA Berkontribusi Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca?   Pengelolaan sampah yang buruk, termasuk kebakaran TPA, juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca.  Selain metana, kebakaran juga melepaskan karbon dioksida (CO2), yang memperparah pemanasan global. Kebakaran TPA melepaskan berbagai polutan berbahaya seperti dioksin, furan, karbon monoksida (CO), serta partikel halus (PM2.5 dan PM10). Dilansir dari jurnal berjudul “Air quality impacts of landfill fires: A case study from the Brahmapuram Municipal Solid Waste Treatment Plant in Kochi, India”, kebakaran TPA di sana menghasilkan gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global sebesar 147,88 Gg CO2-e. Perlu mendapat perhatian kritis sebab dapat turut melepaskan berbagai macam polutan udara berbahaya. Emisi PM 2,5 dari pembakaran limbah disebut bertanggung jawab atas 10 persen dari total kematian PM 2,5 ambien global. Selain dampak kesehatan yang sudah disebutkan sebelumnya, kanker paru-paru hingga penyakit paru obstruktif kronik dan penyakit jantung iskemik menjadi yang terparah terkait dengan peningkatan paparan PM 2,5. Bagaimana Cara Bertanggung Jawab Mengelola Sampah?  Pengelolaan sampah bertanggung jawab dapat menjadi sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran TPA sampah. Dengan menerapkan metode pengelolaan sampah yang sistematis dan tepat, risiko sampah terbakar akibat cuaca panas, penumpukan gas metana, atau human error dapat lebih diminimalisir. Hal ini mencakup pemilahan sampah di sumber, daur ulang, dan pengomposan sampah organik. Pengelolaan sampah yang tepat juga tidak hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga meminimalkan risiko kebakaran TPA dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.  Turut Serta dalam Keberlanjutan Siapapun dapat turut serta ciptakan perubahan. Salah satunya ialah dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang di berbagai belahan dunia. Mengganggu mereka dengan beragam cara. Perubahan iklim tidak lagi sebatas konteks khusus bagi beberapa kalangan. Istilah ini perlu diumumkan lebih… Keuntungan Berlangganan Jasa Perhitungan Jejak Karbon bagi Perusahaan di Masa Kini Jejak karbon merupakan sejumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dan bersumber dari berbagai kegiatan tertentu. Konsentrasi emisi karbon antropogenik atau yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah sumber yang paling dominan dalam menimbulkan dampak bagi lingkungan. Salah satunya berasal dari sektor industri yang disebut sebagai kontributor utama emisi karbon global.  Menurut laporan emisi CO2 tahun 2022 oleh IEA, emisi karbon dioksida global dari pembakaran energi dan proses industri telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar 36,8 Gt pada 2022. Meskipun produksi emisi karbon dari industri sempat menyusut 5 persen pada tahun 2020 karena pandemi Covid-19, akan… Pengertian Industri Hijau: Tujuan, Manfaat, dan Contohnya Penerapan industri hijau di tengah meningkatnya dampak perubahan iklim selayaknya angin segar yang memberikan kesejukan dalam upaya keberlanjutan. Sektor industri sebagai salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) global seringkali didorong untuk dapat berkontribusi dalam langkah pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi. Maka dari itu, industri hijau sebagai bagian dari bisnis berkelanjutan dapat menjadi opsi yang bisa dipilih …

5 Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang punya kualitas udara paling tidak sehat. Dibuktikan dengan laporan Indeks Kualitas Udara Kehidupan (AQLI) yang menyebut Indonesia sebagai satu dari enam negara yang paling berkontribusi terhadap polusi udara global. BBC melaporkan bahwa bersamaan dengan China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria, Indonesia menyumbang 75 persen dari total beban polusi udara global. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yakni karena tingkat polusi udara yang tinggi serta jumlah populasi masyarakatnya yang besar. Baca Juga: Ancaman Polusi Udara dari Asap Industri Polusi udara yang terjadi membuat langit Indonesia diselimuti penampakan kabut asap tebal yang dapat terlihat jelas ketika berada di ketinggian. Kabut pencemar udara ini tidak hanya membuat langit menjadi kelabu, tapi juga dapat memengaruhi jarang pandang, serta yang paling penting mengandung zat kimia dan partikel berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan kondisi yang ada, beberapa kota di Indonesia pasti menjadi salah satu yang menyumbang kualitas udara terburuk. Berdasarkan laporan World Air Quality Report 2023 dari IQAir, berikut adalah lima kota dengan kualitas udara terburuk atau paling berpolusi berdasarkan konsentrasi PM2.5 di Indonesia. 1. Kualitas Udara Tangerang Selatan: 71,1 µg/m3 Tangerang Selatan atau Tangsel di Provinsi Banten, menjadi kota dengan polusi udara terburuk, bahkan lebih buruk dari Jakarta. Berada di posisi ke 41 kota paling berpolusi secara global. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, kadar PM2.5 di kota ini berada di angka 71,1 mikrogram per meter kubik. Angka ini hampir lima kali lipat ambang batas aman paparan PM2.5 yang ditetapkan WHO. Menurut berbagai sumber, polusi udara di sini dapat disebabkan dari emisi knalpot kendaraan bermotor, aktivitas industri, PLTU, dan pembakaran bahan bakar fosil lainnya. Sebagai daerah penyangga Jakarta, kota ini hadir dengan berbagai fasilitas dan kegiatannya yang memungkinkan untuk menyumbang polusi. Baca Juga: Laporan IQAir Sebut Hanya 5% Negara yang Punya Kualitas Udara Berstandar WHO, Bagaimana dengan Indonesia? 2. Kualitas Udara Tangerang: 54,1 µg/m3 Lagi-lagi kota di Provinsi Banten, Tangerang, menempati posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara paling buruk di Indonesia.  Menurut pemantauan yang dilakukan, serta telah dianalisis secara resmi oleh para ilmuwan, kadar PM2.5 di Tangerang rata-rata mencapai 54,1 mikrogram per meter kubik. Angka ini tiga kali lipat lebih tinggi dari yang ditetapkan WHO. Selain karena faktor pembakaran bahan bakar fosil, buruknya kualitas udara di Tangerang maupun Tangsel disebut karena meningkatnya aktivitas pembangunan di sini. Menurut pantauan CNBC Indonesia, wilayah Gading Serpong, BSD, dan Cisauk tengah banyak kegiatan pembangunan yang membuat banyak truk berlalu-lalang. Belum lagi dengan minimnya ruang terbuka hijau yang tersedia. 3. Kualitas Udara Bekasi: 49,4 µg/m3 Bekasi menjadi kota di Indonesia selanjutnya yang memiliki polusi udara terburuk. Terpantau bahwa kadar PM2.5 yang ada di sini mencapai 49,9 mikrogram per meter kubik, tiga kali lipat lebih tinggi dari ambang batas PM2.5 yang ditetapkan WHO, yaitu sebesar 15 mikrogram per meter kubik. Secara global, peringkatnya berada di angka 133. Menurut studi oleh NAFAS, penyebabnya dapat berasal dari aktivitas industri, pembakaran sampah, serta karena polusi lintas batas dari daerah-daerah di sekitar. Pada jam tertentu, risiko terpapar polusi udara sangat tinggi juga bisa terjadi dan menjadikan udara berada di kategori Tidak Sehat untuk kelompok sensitif.   4. Kualitas Udara Jakarta: 43,8 µg/m3 Kota Jakarta berada di posisi empat di tahun 2023 sebagai kota dengan kondisi udara terburuk di Indonesia. Permasalahan terkait buruknya udara di Jakarta telah banyak diperbincangkan. Faktor penyebabnya ialah dapat berasal dari emisi knalpot kendaraan, kegiatan industri, PLTU sekitar, dan lainnya.  Kadar PM2.5 di sini tercatat di angka 43,8 mikrogram per meter kubik yang cukup tinggi dan masuk kategori Tidak Sehat dan berisiko bagi kelompok sensitif.  5. Kualitas Udara Bandung: 39,6 µg/m3 Meskipun dikenal dengan wilayahnya yang sejuk di beberapa tempat, berdasarkan pemantauan, Bandung menempati urutan kelima sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia. Jumlah PM2.5 yang tercatat mencapai 39,6 mikrogram per meter kubik. Tumpukan sampah, tingginya mobilitas kendaraan, serta dengan banyak aktivitas industri dan PLTU yang dijalankan dapat memperparah polusi udara di sini.  Turut Serta dalam Keberlanjutan Kota yang memiliki tingkat partikulat halus (PM2.5) yang tinggi, merupakan indikator utama kualitas udara yang buruk. Kualitas udara yang buruk dapat berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat, terutama pada kelompok rentan.  Saatnya pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan! Bantu ciptakan perubahan salah satunya dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article Emisi Karbon Jet Pribadi: Dampaknya Terhadap Kondisi Iklim Pesawat jet pribadi seringkali menjadi pilihan moda transportasi yang dianggap efisien dan cepat bagi beberapa orang untuk memudahkan perjalanan. Dibalik kemudahannya, jet pribadi ternyata punya dampak terhadap iklim yang sangat buruk, memperburuk emisi sektor penerbangan. Menurut data dari situs Our World in Data, emisi karbon global dari sektor penerbangan telah meningkat empat kali sejak tahun 1960-an. Menyumbang sekitar 2,5 persen emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan lahan. Penggunaan jet pribadi dianggap memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap lingkungan. Laporan dari T&E menjumpai bahwa jet pribadi atau private jet punya dampak polusi sekitar 5 hingga 14 kali lebih… Hari Bebas Kendaraan Bermotor: 5 Fakta Terkait Emisi Sektor Transportasi Tanggal 22 September kemarin diperingati sebagai Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia atau World Car Free Day. Di Indonesia sendiri, car free day sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat, salah satunya di Jakarta pada tiap akhir pekan. Tujuan dari penyelenggaraan ini guna mendorong seluruh masyarakat dunia untuk turut serta …

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Pilkada Serentak 2024: 3 Masalah Lingkungan Jakarta yang Perlu Penyelesaian Segera

Masalah Lingkungan – Indonesia sebentar lagi akan menyelenggarakan Pilkada serentak 2024 untuk memilih para pemimpin daerah, mulai dari Gubernur, Bupati, Walikota, beserta dengan wakilnya. Jakarta adalah salah satu di antaranya. Pemimpin baru nanti diharapkan dapat menjalankan tugas dan amanat yang diberikan untuk dapat memajukan daerah masing-masing. Menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Ada beragam masalah lingkungan yang terjadi di Indonesia dan sayangnya belum semua daerah memberikan fokus utama terhadap hal ini. Baca juga artikel lainnya : Dekarbonisasi Industri Untuk Kejar Target Net Zero Emission Indonesia Di Provinsi DKI Jakarta misalnya. Meskipun telah banyak kemajuan di berbagai bidang yang terjadi di sini, Jakarta masih dihadapkan pada segudang permasalahan lingkungan hidup. Daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, nyatanya belum dapat menemukan solusi tepat guna dalam memulihkan kondisi alam yang ada. WALHI Jakarta menyebut bahwa pembangunan di sini seringkali dilakukan tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menjadikan Jakarta mengalami beban akumulatif pembangunan yang tidak berkelanjutan dari masa ke masa. Berdampak pada kondisi lingkungan yang turut merugikan masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemimpin baru nantinya diharapkan dapat dengan tekad yang kuat memberikan perhatiannya serta berkomitmen menangani isu yang ada. Di antara beragam isu lingkungan di Jakarta, berikut adalah tiga masalah lingkungan di Jakarta yang perlu penyelesaian segera.  1. Masalah Lingkungan Polusi Udara Masalah polusi udara menjadi salah satu masalah lingkungan yang lekat dengan Jakarta. Hampir setiap hari, kota dengan lebih dari 11 juta jiwa ini dihadapkan pada kondisi kabut asap tebal yang menjadikan langit abu-abu. Jakarta seringkali berada di peringkat teratas sebagai kota dengan polusi udara terburuk sedunia. Hal ini disebabkan karena ada beragam sumber polusi yang mengepung Jakarta, di antaranya padatnya kendaraan bermotor, industri dan PLTU, dan lain sebagainya. Dilansir dari Tempo, setidaknya ada 14 PLTU dalam radius 100 km yang mengelilingi Kota Jakarta dan hampir setiap hari melakukan pembakaran bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan akan listrik masyarakat. Belum lagi kegiatan industri serta aktivitas kendaraan yang turut menyumbang emisi gas rumah kaca ke langit.  Sayangnya, kondisi ini berdampak pada masalah kualitas udara yang dapat merugikan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemimpin baru diharapkan dapat mencari solusi mengatasi masalah ini dan membantu meminimalkan masalah polusi udara Jakarta.   2. Masalah Lingkungan Banjir dan Krisis Air Bersih Hampir di setiap musim hujan tiba, masalah banjir selalu menghampiri sebagian wilayah di Jakarta dan menciptakan kondisi yang menghambat aktivitas dan mobilitas. Sungai dan kali yang ada seringkali mengalami peluapan sebab tidak dapat menampung aliran air yang tinggi dari curah hujan yang ekstrem. Letak geografis Jakarta disebut merupakan faktor kunci terjadinya banjir dengan 13 sungai yang mengalir ke wilayah metropolitan.  Sayangnya, kondisi ini diperparah dengan tercemarnya sungai dan saluran air yang mengakibatkan air tersumbat dan sulit mengalir. Meskipun seringkali banjir, Jakarta juga mengalami krisis air bersih yang menyulitkan di Musim Kemarau. Menjadikan Kota Jakarta harus mengandalkan pasokan air baku dari luar Jakarta, sebagaimana dilansir dari Palyja. Oleh karena itu, pemimpin baru nantinya diharapkan dapat mengatasi masalah ini, meningkatkan pengelolaan air, perbaikan infrastruktur, dan upaya dalam mitigasi banjir untuk menciptakan perubahan yang baik di Kota Jakarta.  3. Masalah Lingkungan Perlindungan Area Pesisir WALHI Jakarta menyampaikan bahwa pembahasan terkait perlindungan area pesisir sangat jarang dilakukan, terlebih pada Pemilu 2024 lalu. Padahal, pesisir dan pulau kecil menjadi kawasan yang sangat terdampak krisis iklim. Mulai dari masalah pembangunan yang tidak berbasis alam, kegiatan reklamasi pulau, fenomena privatisasi pulau yang menimbulkan degradasi lingkungan, dan masalah lainnya mengancam kawasan pesisir dan menurunkan kualitas alam sekitar.  Kemudian, dilansir dari WALHI Jakarta, rencana pemerintah membangun tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) juga berpotensi menghilangkan keanekaragaman hayati dan identitas nelayan di kawasan pesisir. Pembangunannya dapat merusak mangrove, mereklamasi pantai, sampai menggusur ribuan nelayan di Jakarta yang merusak ekosistem. Masih banyak lagi masalah lingkungan di Jakarta yang perlu mendapat perhatian serta penanganan serius sebagai upaya menyelamatkan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Pemimpin baru nantinya diharapkan dapat menjadikan penyelesaian masalah lingkungan sebagai salah satu fokus utama mereka. Turut Serta dalam Keberlanjutan untuk Mengatasi Masalah Lingkungan Pelaku usaha, bisnis, dan perusahaan juga dapat turut serta dalam keberlanjutan dengan melakukan pengukuran dan pemantauan emisi karbon secara teratur serta melaporkannya secara transparan kepada publik. Aktivitas ini juga dapat membantu perusahaan memahami dampak lingkungan dari operasinya dan menetapkan target-target pengurangan emisi. Agar kegiatan pengukuran dan analisa emisi gas rumah kaca dapat dikerjakan secara lebih efektif, lakukan semua prosesnya bersama Satuplatform! Satuplatform merupakan platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk ESG Management, Carbon Accounting, dan Sustainability Reporting. Kami dapat membantu Anda mencapai tujuan keberlanjutan dengan menjadi yang terdepan sesuai regulasi yang berlaku.  Dengan fitur-fitur Satuplatform mulai dari Carbon & ESG Management, Supplier Sustainability Management, Carbon Economy Service, Anda dapat: Satuplatform juga didukung oleh tim ahli yang berpengalaman di bidang keberlanjutan bisnis. Tim ahli kami akan membantu memahami kebutuhan Anda dan mengimplementasikan solusi yang tepat. Hubungi Satuplatform dan dapatkan FREE DEMO sekarang!  Wujudkan bisnis yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bertanggung jawab bersama Satuplatform. Similar Article CollaborAction Satuplatform dalam Langkah Membumi Festival Satuplatform, platform yang mendukung inisiatif keberlanjutan khususnya pada Carbon & ESG Management, dengan bangga mengumumkan keterlibatannya sebagai Ecopreneur Partner dalam acara Langkah Membumi Festival, yang diselenggarakan oleh Ecoxyztem dan Blibli Tiket Action pada 2-3 November 2024 di Senayan Park, Jakarta. Acara ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan dan menginspirasi tindakan positif untuk bumi melalui berbagai kegiatan, diskusi, dan aksi nyata. Dalam festival yang penuh semangat ini, untuk itu Satuplatform berkomitmen dalam memperkenalkan dan mendukung berbagai produk serta inisiatif ramah lingkungan yang berfokus pada perhitungan reduksi emisi karbon dan arah keberlanjutan. Tak hanya itu, Satuplatform juga mengkampanyekan aksi… 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan saat ini. Di seluruh dunia, masyarakat lintas generasi mulai menunjukkan ketertarikannya akan informasi tentang perubahan iklim. Hasil survei People’s Climate Vote 2024 menunjukkan bahwa sekitar 87 persen populasi dunia telah menaruh perhatian mereka pada isu ini. Sementara itu, 63 persen pengisi survei sudah mulai mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap keputusan yang mereka buat. Melalui kondisi ini, bisa digambarkan bahwa perubahan iklim semakin memberikan pengaruhnya terhadap orang-orang …

Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati?

Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati?

Startup lingkungan makin menarik perhatian publik apalagi seiring munculnya kesadaran akan isu keberlanjutan. Dengan munculnya berbagai green startup bermunculan di seluruh dunia, muncul pertanyaan, apakah jenis startup ini diminati dan memiliki potensi besar untuk tumbuh? Simak selengkapnya di sini! Baca Juga: StartUp AgriTech: Strategi Berkelanjutan Kurangi Emisi Karbon Apa Itu Startup Lingkungan? Sebelumnya, apakah Anda familiar dengan istilah startup? Startup merupakan perusahaan yang baru saja dibentuk dan beroperasi di berbagai sektor, termasuk layanan, pendidikan, bisnis, hingga perdagangan. Startup lingkungan atau juga bisa disebut green startup adalah jenis usaha rintisan yang memiliki fokus bisnis maupun layanan pada solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. Di samping layanan dan model bisnisnya yang condong kepada sektor lingkungan, green startup juga menekankan pada aspek keberlanjutan dengan menerapkan praktik bisnis ramah lingkungan yang meminimalkan dampak negatif terhadap alam. Di Indonesia sendiri, ada banyak sekali nama-nama besar startup lingkungan dari berbagai sektor. Mulai dari konservasi hutan, pengolahan sampah, pengelolaan karbon, hingga yang bergerak di bidang energi baru terbarukan. Apakah Startup Lingkungan Menjanjikan? Dalam beberapa tahun terakhir, startup lingkungan menunjukkan pertumbuhan signifikan, seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap isu-isu keberlanjutan. Banyak dari startup ini, yang juga disebut green startup, fokus pada penyelesaian masalah lingkungan seperti polusi, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Dari sisi bisnis pun, tumbuh kembang startup lingkungan juga bukan tanpa alasan. Para investor makin menyadari potensi startup hijau, yang menyebabkan peningkatan pendanaan untuk usaha berkelanjutan. Ventures capital dan angel investor mulai mengalirkan dana ke teknologi ramah lingkungan, melihatnya tidak hanya sebagai peluang yang menguntungkan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memberikan dampak positif. “Startup itu kan hadir untuk menjawab permasalahan, dari permasalahan muncul opportunity, dari opportunity kita pikirin business model-nya, sehingga itu beneran jadi bisnis atau startup, jadi menjanjikan atau enggak itu tergantung apakah kita sudah masalah lingkungan yang mau kita solve, dan bukan cuma masalahnnya, tetapi ada enggak orang yang mau membayar untuk masalahnya, kalau itu ketemu pasti jadi bisnis yang menjanjikan,” Ungkap Miftachur Robani atau Ben, CEO LindungiHutan. Baca Juga: Satuplatform Berpartisipasi dalam Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi Peluang dan Potensi Besar Green Jobs, Ternyata Banyak Digandrungi Anak Millennials dan Gen Zs Model bisnis yang fokus kepada lingkungan dan keberlanjutan memang banyak, ditambah, investor yang juga tertarik memberikan investasinya kepada perusahaan semacam startup lingkungan. Sementara dari sisi sumber daya manusia-nya, ternyata anak muda juga mulai melirik kesempatan dan peluang green jobs. Mengutip dari laman Deloitte, 54% Gen Zs berganti atau berencana untuk berganti pekerjaan atau sektor industri kerja karena adanya masalah iklim. Generasi ini juga bersedia membayar lebih untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Bagi mereka, melindungi lingkungan serta mendukung keberlanjutan dan kelestarian bumi adalah tantangan kolektif, yang mana sektor bisnis memiliki peluang signifikan untuk mendorong perubahan. Gen Zs dan millennials mendorong bisnis untuk bertindak melalui keputusan karier dan perilaku konsumen mereka. Sementara mengutip laman weforum.org, pertumbuhan permintaan akan ketrampilan hijau melampaui peningkatan pasokan antara tahun 2022 dan 2023 dengan +12,3% pangsa talenta hijau dalam angkatan kerja dan +22,4% pangsa lowongan pekerjaan yang membutuhkan setidaknya satu keterampilan hijau. Masa Depan dan Trend Startup Lingkungan:  Peluang Besar untuk Anak Muda Meski menghadapi berbagai tantangan, startup lingkungan terus menunjukkan potensi besar untuk masa depan. Makin banyak green startup yang bermunculan dengan inovasi-inovasi baru yang tidak hanya menawarkan solusi untuk masalah lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi hijau yang berkelanjutan. Namun, terlepas dari banyaknya peluang munculnya startup lingkungan yang baru, keberlanjutan bisnisnya juga mesti diperhatikan.  “Namanya startup itu kan bisnis jadi sebelum kita ngomongin bisnis lingkungan, eco startup, sebelum ngomongin eco-nya dan lingkungannya, ngomongnya kan startup dan bisnis, pada hakikatnya bisnis itu kan supply and demand, selalu ada kebutuhan lalu kita deliver apa yang mereka butuhkan,” sambung Ben. Saat ini, trend startup berbasis keberlanjutan terus menarik minat, terutama di kalangan generasi muda yang semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari bisnis. Similar Article Startup Lingkungan? Punya Potensi tetapi Apakah Diminati? Startup lingkungan makin menarik perhatian publik apalagi seiring munculnya kesadaran akan isu keberlanjutan. Dengan munculnya berbagai green startup bermunculan di seluruh dunia, muncul pertanyaan, apakah jenis startup ini diminati dan memiliki potensi besar untuk tumbuh? Simak selengkapnya di sini! Apa Itu Startup Lingkungan? Sebelumnya, apakah Anda familiar dengan istilah startup? Startup merupakan perusahaan yang baru saja dibentuk dan beroperasi di berbagai sektor, termasuk layanan, pendidikan, bisnis, hingga perdagangan. Startup lingkungan atau juga bisa disebut green startup adalah jenis usaha rintisan yang memiliki fokus bisnis maupun layanan pada solusi untuk mengatasi masalah lingkungan. Di samping layanan dan model bisnisnya yang condong… Satuplatform Berpartisipasi dalam Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi Pada Rabu, 28 Agustus 2024, Satuplatform turut serta dalam acara “Public Discussion YEC: Generasi Muda sebagai Kunci Perubahan dalam Transisi Energi” yang diselenggarakan oleh Youth Energy and Environmental Council (YEC). Acara ini bertempat di Oil Centre Jakarta dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju Indonesia International Sustainability Forum (IISF). Baca Juga: Pendidikan dan Kesadaran: Mendidik Generasi Muda Tentang Jejak Karbon Generasi Muda sebagai Agen Perubahan Public Discussion YEC mengangkat tema penting mengenai peran generasi muda dalam transisi energi dan keberlanjutan lingkungan. Dalam acara ini, berbagai pemangku kepentingan termasuk aktivis lingkungan, pemimpin industri, dan akademisi berkumpul untuk membahas bagaimana generasi muda… How Business Contribute to SDG 13: Climate Action Climate Action – The awareness of maintaining the environment has spread rapidly even to business. Environment became an important agenda especially with the emergence of a concept called Sustainable Development Goals (SDGs) which captures 17 global goals by the United Nations in 2015 as part of the 2030 Agenda for Sustainable Development. One of the important agenda is SDGs 13, which is climate action. Sustainable Development Goal 13 (SDG 13) calls for urgent action to combat climate change and its impacts. Businesses play a critical role in achieving this goal by aligning their operations, strategies, and innovations to reduce greenhouse… Dampak Nyata Perubahan Iklim, Cerita dari Kawasan Pesisir Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata bagi kawasan pesisir. Naiknya permukaan laut, abrasi, dan banjir rob makin sering terjadi, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dari pesisir Jawa hingga Kepulauan Seribu. Dampak perubahan iklim …

Program Rehabilitasi Mangrove, Mengapa Penting dan Cerita dari Kampung Laut Cilacap

Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak

Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi, CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap keadaan sosial dan lingkungannya yang ditujukan kepada masyarakat di sekitar perusahaan maupun masyarakat secara luas. Dasar hukum pelaksanaan program CSR perusahaan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74. Dalam peraturan tersebut, pemerintah mewajibkan perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penerapan inisiatif program CSR perusahaan tidak hanya menjadi kewajiban hukum, tetapi juga berfungsi sebagai alat marketing yang efektif. Dengan menjalankan bisnis yang lebih berkelanjutan, perusahaan dapat menarik perhatian konsumen yang makin peduli terhadap isu lingkungan. Dari sudut pandang bisnis, perusahaan yang secara terbuka melaporkan kegiatan CSR mereka menunjukkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Transparansi ini sangat dihargai oleh pemangku kepentingan seperti konsumen, investor, dan regulator, yang pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Mengapa Program CSR Perusahaan Mesti Berkelanjutan? CSR Perusahaan kini menjadi strategi penting yang berfokus pada keberlanjutan jangka panjang untuk memastikan kelangsungan bisnis perusahaan.  Melalui program CSR, perusahaan tidak hanya berupaya untuk meningkatkan profitabilitas, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan dampak positif di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan demikian, CSR berfungsi sebagai pilar yang membantu perusahaan membangun hubungan yang lebih kuat dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. “CSR sebuah konsep yang memiliki banyak tanggung jawab yang diperuntukkan bagi stakeholder, konsumen, karyawan, shareholder, komunitas, dan keseluruhan aspek di perusahaan. Secara keseluruhan CSR tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi secara sosial saja tetapi penting untuk membina hubungan positif dengan stakeholders dan memastikan keberhasilan bisnis jangka panjang,” jelas Nor Qomariyah, S.Hi., MM., CSR Specialist dalam gelaran acara Webinar Green Skillng LindungiHutan. Selain itu, pentingnya keberlanjutan dalam implementasi CSR tidak bisa diabaikan. CSR yang berkelanjutan menekankan pelibatan elemen sosial dan lingkungan dalam setiap tahap pelaksanaannya, memastikan bahwa inisiatif tersebut memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi komunitas dan ekosistem. Nor juga menegaskan bahwa integrasi aspek sosial dan lingkungan dalam program CSR adalah kunci untuk menciptakan perubahan positif yang bertahan lama, sekaligus memperkuat posisi perusahaan di mata konsumen, investor, dan pemangku kepentingan lainnya. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat menjalankan tanggung jawab sosialnya dengan lebih efektif, membangun citra yang lebih baik, dan pada akhirnya meningkatkan daya saing di pasar yang semakin peduli terhadap isu-isu keberlanjutan. “Ngapain capek-capek CSR mesti berkelanjutan, kalau CSR ya CSR aja, kalau dulu gitu kan ya, ngasih-ngasih aja gitu selesai, tapi sekarang enggak, ada perubahan yang cukup signifikan dan didorong untuk menyeimbangkan antara lingkungan dan juga sosial, jadi tidak bisa dipisahkan sosial dan lingkungan itu sendiri,” sambung Nor. Pernyataan Nor sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana dampak perubahan iklim semakin nyata dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Untuk merespons tantangan ini, perusahaan dapat menyelaraskan program CSR mereka dengan inisiatif konservasi lingkungan. Misalnya, perusahaan dapat mengembangkan program yang berfokus pada pelestarian ekosistem, pengurangan emisi karbon, atau penggunaan energi terbarukan. Dengan mengintegrasikan kegiatan konservasi lingkungan ke dalam program CSR, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada pelestarian alam tetapi juga menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam mengatasi isu-isu lingkungan yang mendesak, tetapi juga memperkuat posisi perusahaan di mata konsumen dan mitra bisnis yang semakin peduli terhadap praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan demikian, CSR yang berorientasi pada lingkungan dapat menjadi elemen kunci dalam strategi bisnis yang lebih luas, membantu perusahaan mencapai tujuan sosial dan lingkungan sambil tetap menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang. “CSR mencakup praktik bisnis yang bertujuan untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan berkelanjutan salah satunya melaksanakan konservasi lingkungan dengan menerapkan praktik ramah lingkungan, mengurangi emisi karbon, meminimalkan limbah, menghemat air, dan menggunakan sumber energi terbarukan sehingga memberikan dampak ekologis yang signifikan pada suatu bisnis,” Ucap Nor dalam webinar “Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis Lingkungan sebagai Salah Satu Solusi Bisnis Berkelanjutan,” ucap Nor. Baca Juga: Mengetahui Perbedaan ESG dan CSR Manfaat Program CSR Penanaman Mangrove bagi Masyarakat Setempat Penanaman mangrove membawa manfaat yang luas, tidak hanya dari segi ekologi tetapi juga dari aspek ekonomi, sosial, dan edukasi. Salah satu contoh nyata adalah bagaimana inisiatif ini memberikan manfaat langsung kepada para petani lapangan. Penanaman mangrove tidak hanya membantu memperbaiki kondisi lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal. Dengan adanya program ini, petani lapangan dan masyarakat setempat dapat memperoleh penghasilan tambahan melalui pengembangan usaha kecil dan menengah (UMKM) yang memanfaatkan produk olahan mangrove serta melalui kegiatan pembibitan mangrove. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga memperkuat keterlibatan komunitas dalam upaya konservasi lingkungan, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi penanaman. Penanaman dan pelestarian mangrove sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat, mulai dari hulu hingga hilir. Proses ini mencakup pembibitan, penanaman, hingga perawatan dan monitoring pohon mangrove secara berkelanjutan.  Dengan pelibatan langsung ini, masyarakat mampu meningkatkan taraf hidupnya, misal dengan peningkatan omset yang signifikan (mencapai ratusan rupiah per tahun) melalui pembibitan mangrove.  Dalam hal pembibitan, berbagai jenis mangrove dikembangkan, dan pesanan bibit mangrove dapat menghasilkan omset yang signifikan, mencapai ratusan juta rupiah per tahun. Hal ini membuktikan bahwa mangrove tidak hanya memberikan manfaat lingkungan yang besar, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang nyata bagi komunitas setempat. Melalui keterlibatan langsung masyarakat dalam upaya ini, perusahaan dapat memastikan bahwa program CSR mereka benar-benar memberdayakan komunitas lokal. Dengan mendukung aktivitas pembibitan dan pelestarian mangrove, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada konservasi lingkungan tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Ini adalah contoh bagaimana program CSR yang dirancang dengan baik dapat menciptakan dampak ganda yang positif—baik bagi lingkungan maupun kesejahteraan ekonomi masyarakat. Similar Article 5 Istilah Penting yang Berkaitan dengan Perubahan Iklim Isu terkait perubahan iklim semakin menjadi pembahasan yang ramai …

Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove

Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove

Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa itu blue carbon? Berikut ulasan selengkapnya! Apa yang Dimaksud dengan Blue Carbon? Sederhananya, karbon biru atau blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Ekosistem pesisir seperti mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun menyerap serta menyimpan lebih banyak karbon per satuan luas dibandingkan dengan hutan daratan. Kini keberadaan ekosistem karbon biru makin diakui perannya dalam mengurangi dampak perubahan iklim Jelas, sebab keberadaan ekosistem karbon biru berperan krusial dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyerap emisi karbon yang terperangkap di atmosfer, membantu mencapai target perubahan iklim nasional dan global yang telah ditetapkan. Hutan Mangrove dan Potensi Besar Blue Carbon Indonesia Salah satu ekosistem alami khas pesisir dan memiliki potensi besar penyimpanan karbon yaitu hutan mangrove. Faktanya, hasil penelitian para ahli CIFOR (Center for International Forestry Research) tahun 2003 dalam Rahman (2023), hutan mangrove dikategorikan sebagai ekosistem lahan basah dengan potensi penyimpanan karbon 800-1.200 ton/ha. Hasil penelitian pada hutan bakau di Indonesia diperkirakan menyimpan 0,82 -1,09 PgC (Pentagram Karbon per hektare). “Mangrove sendiri untuk penyimpanan karbon itu hampir 5 kali lipat atau bahkan lebih daripada hutan-hutan tropis lainnya, jadi dibandingkan hutan boreal, ataupun hutan tropis sekalipun, mangrove ini punya potensi penyimpanan karbon yang lebih besar sekitar 5 kalinya dari hutan lain,” jelas Alma Cantika Aristia, Product Manager LindungiHutan. Salah satu alasan mengapa ekosistem ini sangat efektif dalam menghilangkan dan menyimpan karbon adalah karena spesies tumbuhan yang ada di dalamnya cenderung tumbuh dengan cepat, menyerap CO2 dari atmosfer dengan cepat pula. Selain itu, mangrove biasanya tumbuh di tanah yang kekurangan oksigen atau “anaerob”. Hal ini memperlambat proses penguraian bahan tanaman (yang dapat melepaskan C02 kembali ke atmosfer), sehingga karbon dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama (WRI, 2023). Selain kemampuannya yang efektif dalam menyerap karbon, hutan mangrove juga memberikan peran dalam menjaga biodiversitas. Mangrove menjadi habitat bagi berbagai jenis biota, fauna, dan flora yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem pesisir satu ini. Keberadaan makhluk hidup tersebut serta keseimbangan keanekaragaman hayatinya juga berdampak sosial maupun ekonomi bagi masyarakat pesisir. Jadi, semua itu saling berkaitan satu sama lain demi terciptanya lingkungan yang lestari dan berkelanjutan. “Selain carbon stock-nya, jadi ekosistem ini menyerap dan menyimpan emisi karbon dioksida yang ada di udara, kemudian juga penjaga biodiversitas, dia juga mencegah abrasi, dan juga blue carbon ini berpotensi banget untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,”  sambung Alma. Besarnya potensi blue carbon, baik dari sisi mitigasi perubahan iklim, lingkungan, maupun sosial ekonomi, membuat pemerintah Indonesia lebih dalam menginjak gas upaya pelestarian dan rehabilitasi mangrove. Apalagi Indonesia memiliki target NDC (Nationally Determined Contribution) yang salah satunya bisa dicapai melalui sektor kelautan dan karbon biru. Pada akhirnya, upaya konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove memerlukan kolaborasi berbagai stakeholder untuk mengakselerasi pencapaian target yang ada.   Konservasi dan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Aksi Nyata Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Ekosistem Karbon Biru Baca juga artikel lainnya : Lautan Sebagai Penyerap Karbon Alami Tahukah kamu, luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,68 juta hektare (Ha) atau 20,37% dari total dunia. Kendati demikian, bukan berarti tidak memerlukan upaya pelestarian lebih lanjut. Mengingat, kawasan pesisir rentan terhadap berbagai bentuk degradasi lingkungan yang mengancam keberlanjutan ekosistem. Mulai dari alih fungsi lahan hingga bentuk aktivitas eksploitasi lainnya. Maka dari itu, perlu upaya pelestarian dan reforestasi kawasan hutan mangrove di Indonesia. Hutan-hutan mangrove yang sudah eksis perlu dijaga kelestariannya sembari kita melakukan rehabilitasi kawasan lain yang rusak. Mengutip dari jurnal Nature Communications, sebuah penelitian menggabungkan hasil pengukuran lapangan langsung lebih dari 370 situs restorasi di seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa reboisasi mangrove (menanam kembali mangrove di lokasi yang sebelumnya pernah ditumbuhi mangrove) memiliki potensi penyimpanan karbon per hektare yang lebih besar dibandingkan aforestasi (menanam mangrove di lokasi yang sebelumnya tidak ditumbuhi mangrove). Hal tersebut kemudian bisa memperjelas pandangan kita terhadap urgensi pelestarian kawasan hutan mangrove. Sekaligus, menjadi ajakan bagi berbagai pihak untuk bersama-sama menghadapi perubahan iklim serta mendukung pencapaian target NDC. Utamanya melalui sektor-sektor laut dan pesisir salah satunya hutan mangrove. Referensi: Song, S., Ding, Y., Li, W. et al. Mangrove reforestation provides greater blue carbon benefit than afforestation for mitigating global climate change. Nat Commun 14, 756 (2023). https://doi.org/10.1038/s41467-023-36477-1 Katie Wood dan Oliver Ashford. (2023). How Blue Carbon Can Tackle the Climate, Biodiversity and Development Crisis. WRI. Similar Article Mewujudkan Program CSR Perusahaan yang Berkelanjutan dan Berdampak Program CSR perusahaan kini tidak bisa lagi hanya sebatas memberi atau sesuatu yang sifatnya charity. Namun, poin berdampak dan berkelanjutan dari after program-nya yang juga perlu diperhatikan.  Lantas, bagaimana cara mewujudkan CSR yang berdampak dan berkelanjutan? Simak ulasan selengkapnya! Baca Juga: Memitigasi Perubahan Iklim Melalui Program CSR (Corporate Social Responsibility) Apa itu Program CSR Perusahaan? Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mencakup kewajiban terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam berbagai aspek operasionalnya. Tanggung jawab ini umumnya berhubungan dengan dampak lingkungan, seperti polusi, limbah produksi, keamanan produk, dan kesejahteraan tenaga kerja. Jadi,… Melihat Potensi Blue Carbon Indonesia dari Kawasan Hutan Mangrove Blue carbon menjadi salah satu topik pembahasan menarik saat ini. Apalagi, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang berkomtimen dalam mencapai target penurunan emisi dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Tentu, potensi besar ekosistem blue carbon tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebelum lebih jauh, apa itu blue carbon? Berikut ulasan selengkapnya! Apa yang Dimaksud dengan Blue Carbon? Sederhananya, karbon biru atau blue carbon adalah karbon yang diserap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir. Ekosistem pesisir seperti mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun menyerap serta menyimpan lebih banyak karbon per satuan luas dibandingkan dengan hutan daratan. Kini keberadaan ekosistem karbon… 5 Langkah untuk Mulai Memahami Perubahan Iklim  Narasi tentang perubahan iklim sudah semakin sering kita temui di banyak saluran informasi. Pembahasan tentang ini juga sudah secara perlahan disisipkan dalam aktivitas dan sekolah di banyak negara. Baca juga artikel lainnya : Urgensi Menciptakan Kesadaran tentang Perubahan Iklim di …